• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas ke 4 Analisis Model Konseptual ten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas ke 4 Analisis Model Konseptual ten"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

h a l a m a n | 1

Analisis Model Konseptual tentang

“KNOWLEDGE MANAGEMENT”

[Kajian Literatur Karya Charles Despres & Daniele Chauval]1 Oleh:

Uwes Anis Chaeruman

Prolog

Knowledge Management (KM) sebagai suatu konsep/teori dan praktek, tidak dapat dipungkiri lagi telah menjadi isu sentral dan telah menjadi era baru dalam dunia manajemen, ekonomi global saat ini. Despres dan Chauval menjelaskan bahwa salah satu indikator melonjaknya perhatian terhadap Knowledge Management adalah meningkatnya artikel-artikel tentang KM sejak tahun 1988 – 1999, seperti digambarkan sebagai berikut:

[ABI/INFORM Database, 1988 – 1999]

Tabel di atas menunjukkan bahwa perhatian terhadap Knowledge Management dalam era manajemen dan ekonomi global melonjak pesat sejak tahu 1995 ke atas. Mengacu pada hal ini, Despres dan Chauval mencoba menganalisis model-model konseptual Knowledge Management yang diajukan oleh beberapa pakar. Tentu saja para pakar tersebut, mengkonstruksi konsep KM secara bervariasi menurut perspektif tacit dan explicit knowledgenya masing-masing berdasarkan serangkaian pengalaman dan penelitian yang panjang. Masing-masing ada yang mengkonstruksikan modelnya secara sederhana dan ada pula yang rinci dan kompleks.

Dalam hal ini, Despress dan Chauval menganalisis sepuluh model konseptual KM yang diungkapkan oleh beberapa pakar dan sekaligus praktisi. Dari kesepuluh model yang diungkapkan Despres dan Chauval tersebut, penulis mencoba mengklasifikasikannya kedalam

1

Semua tulisan ini mengacu pada Despres, Charles and Chauval, Daniele, “Knowledge Horizons: The Present and The Promise of Knowledge Management”, (Boston, Oxford, Auckland, Johannesberg, Melbourne, New Delhi: Butterworth Heinemann, 200), hal. 55 – 83.

3 6 2 3

20 28 22 44

107 273

698

(2)

h a l a m a n | 2 dua kategori, menurut persepsi penulis sendiri, yaitu kategori sederhana dan kategori kompleks sebagai berikut:

No. Model Konseptual KM Sederhana Model Konseptual KM Kompleks

1. Model SECI (Nonaka, dkk) Model N-Form Organization (Hedlund) 2. Model OK Net (Carayannis) Model Three Pillars of KM (Wiig)

3. Model Intelectual Capital (Edvinsson) Model Intellectual Capital Management (Van Burren)

4. Model Ecology of KM (Snowden) Model Knowing and Knowledge (Earl) 5. Model Taxonomy of KM (Despres &

Chauval)

Model Knowledge Management Processes (Inkpen & Dinur)

Unsur-Unsur Knowledge Management

Dalam bagian akhir bukunya, sebenarnya, Despres dan Chauval membahas tentang unsur-unsur Knowledge Management mengacu pada kesepuluh model tersebut. Unsur-unsur tersebut meliputi: waktu, bentuk dan jenis pengetahuan, ruang social, konteks, transformasi dan dinamika, penghubung dan media, dan budaya pengetahuan. Namun, karena Bahasa Inggris bukanlah bahasa ibu, penulis agak sulit memahami maksudnya. Oleh karena itu, penulis mencoba mengklasifikasikan unsur-unsur KM tersebut ke dalam suatu konstelasi yang menurut penulis mudah untuk dipahami. Unsur-unsur KM, menurut penulis dapat diidentifikasi kedalam beberapa aspek, yaitu apa, siapa, bagaimana, dan dimana.

Apa; adalah acuan tentang obyek sentral yang dikelola dalam KM. Bicara obyek KM maka terdiri dari dua jenis, yaitu pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Walapun beberapa pakar menamakannya dengan istilah berbeda, seperti articulated knowledge (Model N-Form Organization, Hedlund) untuk pengetahuan eksplisit atau knowing (Model Knowling and Knowledge, Earl dan Model OK Net, Carayannis) untuk pengetahuan (knowledge). Obyek sentral ini, pada akhirnya akan menjadi asset intelektual, modal intelektual dan menjadi human capital bagi organisasi (Model Edvinsson, Model Snowden, Model Van Buren).

Siapa; adalah acuan tentang aktor pelaksana daripada KM tersebut dalam proses implementasinya. Aktor pelaksana tersebut adalah agregasi sosial yang meliputi individu (dalam dan luar organisasi, kelompok/komunitas (dalam dan luar organisasi), dan organisasi itu sendiri. Secara eksplist terlihat pada model SECI-Nonaka, model Earl, model N-Form,

(3)

h a l a m a n | 3 menurut Snowden, atau not knowing what you know dan not knowing what you don’t know menurut Earl yang diadaptasi oleh Carayannis), dari tacit menjadi eksplisit, dari eksplisit menjadi eksplisit, dan dari eksplisit menjadi tacit dengan berbagai istilah. Contoh lain, upaya bagaimana KM diperoleh dan diciptakan, secara eksplisit Snowden menjelaskan melalui: 1) pemetaan pengetahuan, 2) penciptaan kompetensi, 3) pengembangan system modal intelektual (pengelolaan pengetahuan eksplisit) dan 4) pengelolaan pengetahuan tacit. Artinya, semua model membahas bagaiman, tapi tidak secara eksplist menyebutkan bentuk konkritnya. Sementara menegenai bagaimana peran teknologi, khususnya teknologi computer dan internet/intranet, secara eksplisit hanya dibahas oleh beberapa model seperti: model Despres & Chauval (dengan istilah groupware, virtual learning, dll), dan model Snowden (provide insfrastructure support).

Dimana; adalah acuan tentang ruang atau tempat dimana dinamika interaksi atau aktifitas perolehan dan penciptaan pengetahuan terjadi. Hampir semua model menjelaskan level ruang sosial dimana aktifitas terjadi, yaitu level individu, kelompok, organisasi dan lintas organisasi. Model yang menjelaskan ruang atau tempat dimana interaksi pengetahuan terjadi adalah model Nonaka-Konno (Model SECI yang diadaptasi, 1998) yang mengistilahkannya dengan Ba (originating Ba, Interacting Ba, Cyber Ba, dan Exercising Ba). Mengenai ruang ini, secara implisit semua model menjelaskan bahwa interaksi pengetahuan dapat terjadi secara face-to-face, real time (synchronous), maupun tidak real time (asynchronous) melalui dunia maya (cyber world).

Jika digambarkan kedalam suatu matriks, maka unsur-unsur batasan konseptual tentang KM menurut para pakar adalah sebagai berikut:

Model/Unsur Apa Siapa Bagaimana Dimana

(4)

h a l a m a n | 4

Model/Unsur Apa Siapa Bagaimana Dimana

Knowing and

(5)

h a l a m a n | 5

Model/Unsur Apa Siapa Bagaimana Dimana

Ecology of KM

Implisit Define, create, capture, share,

Dianalisis oleh Uwes A. Chaeruman (2011) dari Despres dan Chauval (2000)

Analisis terhadap Salah Satu Model Konseptual KM

Terkait dengan makalah singkat ini, penulis hanya ingin menjelaskan dan menganalisis satu model konseptual KM yang sudah dianalisis oleh Despres dan Chauval. Mudah-mudahan penulis lain memnahas tema yang berbeda. Model tersebut adalah model Ecology of Knowledge Management (Snowden). Mengapa model ini yang dipilih? Karena model ini adalah salah satu model yang sederhana dan mudah dipahami dari kesepuluh model yang diungkapkan dalam Bab 3 buku karya Despres dan Chauval ini.

Model Ecology of Knowledge Management (Snowden)

(6)

h a l a m a n | 6

pengetahuan, kepercayaan, dan ketertentuan dan ketidaktertentuan keputusan relatif

terhadap (1) tujuan; dan (2) hubungan sebab akibat.

Premis yang mendasari mengapa Snowden lebih menekankan pada sistem pengetahuan yang berorientasi tindakan (action-oriented knowledge system) sehingga Ia mencantumkan unsur kepercayaan pada saat mengambil keputusan relatif dengan menyatakan bahwa, “Nilai suatu pengetahuan datang dari “exercise” (tindakan), bukan dari eksistensi dari pengetahuan tersebut. Benar juga. Pengetahuan tidak akan ada gunanya kalau hanya “idle”,

terdokumentasikan, tapi tidak diimplementasikan. Kalau dalam konteks orang islam, “Ilmu tanpa amal akan sia-sia”. Ibarat pepatah yang mengatakan, “Idea without action is daydreaming [ide tanpa aksi hanyalah mimpi di siang bolong]”.

Snowden, menganjurkan bahwa dalam melaksanakan proses Knowledge Management, maka organisasi harus mampu mengelola empat aktifitas transisi sebagai berikut:

1. Berbagi (sharing) pengetahuan eksplisit melalui sistem dan struktur; 2. Berbagi (sharing) pengetahuan tacit melalui mekanisme psikososial;

3. Mentransformasi (transforming) pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit melalui dokumentasi pengetahuan;

4. Melepas (releasing) pengetahuan tacit melalui kepercayaan (trust) penuh tanpa syarat dan dinamikanya.

Secara konseptual, Snowden memodelkan Knowledge Management kedalam sautu diagram sebagai berikut:

Mengacu pada diagram di atas, menurut hemat penulis, ada satu tahap pertama dan utama, yaitu pemetaan pengetahuan, dan tiga tahap yang dapat berjalan secara paralel,

Pemetaan Aset Unit A

Pemetaan Aset Unit B

Pemetaan Aset Unit …

Tacit

Eksplisit

Identifikasi orang kunci

Identifikasi atau menciptakan komunitas Dapatkah

dibuat eksplisit?

YA

TDK

Haruskah dibuat

eksplisit? TDK

YA

Identifikasi dan ciptakan artifak

Berikan dukungan infrastruktur

Retensi dan penggantian strategi

Pemberdaya an strategi manajemen

Sistem Kapital Intelektual

Pengelolaan Pengetahuan Tacit Pemetaan Pengetahuan

(7)

h a l a m a n | 7 yaitu: a) penciptaan kompetensi; b) pengembangan sistem modal/kapital intelektual; dan c) manajemen pengetahuan tacit. Keempatnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap Pertama dan Utama: Pemetaan Pengetahuan

Tahap pertama dan utama adalah memetakan pengetahuan (baik yang bersifat tacit maupun eksplisit) yang diperlukan oleh semua unit dalam organisasi. Beberapa pengetahuan tacit yang dimiliki organisasi kemudian diidentifikasi apakah dapat dikonversi menjadi pengetahuan eksplisit atau tidak. Jika YA dan memang HARUS, maka lanjut ke tahap pengembangan sistem kapital intelektual. Jika TIDAK, maka lanjut ke tahap penciptaan kompetensi.

Tahap Penciptaan Kompetensi

Jika mengacu pada konsep KM menurut Nonaka dan Takeuchi, maka tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap sosialisasi atau konversi pengetahuan tacit menjadi pengetahuan tacit lain. Tahap ini dilakukan ketika pengetahuan tacit memang tidak bisa dikonversi menjadi pengetahuan eksplisit. Ini menunjukkan bahwa, Snowden menganggap bahwa ada kalanya pengetahuan tacit tidak bisa dikonversi menjadi eksplisit walaupun dapat disahring antar sesame anggota organisasi. Tahap ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi orang-orang kunci dan menciptakan komunitas praktisi.

Tahap Pengembangan Sistem Modal Intelektual

Penulis memahami tahap ini sebagai tahap manajemen pengetahuan eksplisit. Snowden menamakannya dengan sistem modal/kapital intelektual. Tahap ini dilakukan ketika: 1. Pengetahuan tacit DAPAT dan HARUS dikonversi menjadi pengetahuan tacit; dan 2. Organisasi memiliki pengetahuan-pengetahuan eksplisit yang memang perlu

dibuatkan sistem pengelolaan pengetahuan eksplisit sebagai modal/kapital intelektual.

Ketika modal intelektual (pengetahuan eksplisit) ini perlu dikelola, maka suatu organisasi perlu mengidentifikasi dan menciptakan aneka bentuk dan jenis artifak untuk mendokumentasikan pengetahuan-pengetahuan eksplisit tersebut. Dan tidak hanya itu, perlu juga mengembangkan dukungan infrastruktur agar semua anggota organisasi memperoleh akses yang mudah, cepat dan akurat terhadap berbagai bentuk artifak tersebut.

Tahap Pengelolaa Pengetahuan Tacit

Jika kita lihat diagram di atas, maka tahap ini lebih pada upaya untuk mengelola upaya-upaya penciptaan kompetensi (pengetahuan tacit). Dalam pengelolaan pengetahuan tacit ada dua hal yang dilakukan, yaitu: 1) mempertahankan dan memodifikasi atau mengganti strategi-strategi upaya penciptaan kompetensi (pengetahuan tacit); dan 2) pemberdayaan pengelolaan strategi.

(8)

h a l a m a n | 8 pengetahuan eksplisit [pemetaan pengetahuan], sharing pengetahaun tacit [penciptaan kompetensi dan pengelolaan pengetahuan tacit] dan transformasi pengetahuan eksplisit melalu pendokumentasian yang tepat [sistem capital/modal intelektual]. Bagaimana selanjutnya? Maka selanjutnya adalah releashing atau tindakan nyata (aplikasi) dari seorang individu ketika megambil keputusan relatif terhadap tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan organisasi atau memecahkan masalah organisasi. Maka pada moment ini, percayakan pada dirinya (individu) untuk melaksanakanyan dengan sepenuh kepercayaan, tanpa syarat. Sayang, masalah TRUST ini tidak dibahas lebih jauh oleh Depres dan Chauval. Mungkin harus membaca buku aslinya yang ditulis oleh Snowden itu sendiri. Penulis tidak bisa bicara banyak untuk hal ini.

Contoh Ilustratif:

Suatu perusahaan otomotif, terdiri dari dua unit, yaitu unit pemasaran dan unit produksi. Agar perusahaan dapat berkembang, “survive” dan “sustain”, maka tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi pengetahuan tacit dan eksplisit yang diperlukan bagi kedua unit tersebut [pemetaan penegtahuan]. Katakanlah, unit pemasaran memerlukan pengetahuan strategi ampuh meyakinkan calon pembeli, maka diperlukan: 1) orang-orang berpengalaman dan teladan dalam bidang pemasaran [tacit knowledge], 2) buku, artikel, jurnal, teori, video, simulasi, SOP dan bentuk pengetahuan ekplisit terbaik lainnya dari pakar maupun praktisi [explicit knowledge].

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah berbagai pengetahuan tacit tersebut perlu dieksplisitkan? Jika TIDAK, maka perlu dibentuk model-model penciptaan kompetensi dan manajemen pengetahuan tacit. Misal, untuk menciptakan kompetensi (pengetahuan tacit) tentang strategi ampuh mengggaet calon pembeli, maka dikumpulkanlah para “outstanding sales person” untuk sharing

[penciptaan kompetensi]. Snowden menamakan hal ini sebagai mekanisme psikososial. Bentuk-bentuk strategi penciptaan pengetahuan ini tentunya dapat bervariasi, seperti dialog mingguan, membentuk forum diskusi via website, acara “penghargaan dan temu dialog rahasia dan trik pemasaran dengan salesman/girl teladan mingguan” dan lain-lain [strategi penciptaan kompetensi]. Berbagai strategi tersebut, dalam prakteknya dapat dipertahankan dan diberdayakan (empowered) jika terbukti berhasil dan tidak terasa monton, atau dimodifikasi untuk tetap mempertahankan motivasi, gairah dan kemenarikan, atau bahkan diganti dengan strategi baru [pengelolaan pengetahuan tacit].

Jika pengetahuan-pengetahuan tacit DAPAT dan HARUS diekspilsitkan, maka perlu dikodefikasi, didokumentasikan kedalam berbagai bentuk penuangan/pengemasan explicit knowledge yang tepat seperti buku, simulasi (aplikasi software simulasi), standar operating procedure (SOP), model cara para sales teladan meyakinkan pelanggan dalam bentuk video, dan lain-lain

(9)

Gambar

Tabel di atas menunjukkan bahwa perhatian terhadap Knowledge Management dalam era manajemen dan ekonomi global melonjak pesat sejak tahu 1995 ke atas

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan empat tema diatas, dapat disimpulkan bahwa tema-tema yang diutarakan sebagai hasil dari data yang telah dianalisis menunjukkan pola atau kegiatan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan berkat-Nya yang berlimpah, yang membuat kami sanggup menyelesaikan penulisan skripsi yang

Setelah penulis menganalisis ekplorasi permainan dan interpretasi dari tim pelayanan musik pada lagu Kerinduan-ku, implementasi yang diterapkan oleh tim pelayan

Pengamatan hama, dan musuh alami tanaman Kedelai dilakukan pada setiap stadia pertumbuhan tanaman Kedelai dengan mengamati secara langsung pada setiap

(Paul A.Baran: THE LONGER VIEW – Essays Toward a Critique of Political Economy, hal. Lebih lanjut Paul Baran menulis, bahwa karya Rostow ini “menunjukkan secara khusus dan

Berdasarkan Gambar 8, penggunaan metode improved k-means dalam melakukan pengelompokan dokumen J-PTIIK memiliki kualitas hasil klaster yang lebih baik bila

Maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitin ini yang pertama adalah bagaimana bentuk sajian tari Ser Meni’ Kuning dan yang kedua bagaimana kreativitas