• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pendidikan Agama Islam PERTEMUAN K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modul Pendidikan Agama Islam PERTEMUAN K"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

2. Mengetahui konsepsi agama dan manfaatnya bagi manusia

3. Mengetahui hubungan manusia dan agama dalam kehidupan

B. URAIAN MATERI

1. HAKIKAT MANUSIA

Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri. Istilah

kunci yang digunakan Al-Qur‟an untuk menunjuk pada pengertian

manusia menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.

Kata basyar disebut dalam Al-Qur‟an 27 kali.

Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis

(QS Ali „Imran [3]:47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.

Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur‟an yang

dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan

dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab

[3]:72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam

diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS. Al-Ma‟arij [70]:19-21)

dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS. Al-Hijr [15]:28-29). Semua

konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan

spiritual. Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur‟an

mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik

tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS.

Al-Baqarah [2]:8). (Didiek Ahmad Supadie, Jakarta: 2011).

(2)

2

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut,

dapatdisimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk biologis,psikologis dan

sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun

kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum

yang berlaku (sunnatullah). (Amin Syukur, Semarang: 2010).

Tujuan Penciptaan Manusia

Kata “Abdi” berasal dari kata bahasa Arab yang artinya memperhambakan diri, ibadah (mengabdi/memperhambakan diri).

Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian

ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh

masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat,

dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata

memperhambakan dirinya sebagai hamba Allah. Berbuat sesuai dengan

kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi

larangan-Nya. (Didiek Ahmad Supadie, Jakarta: 2011).

Fungsi dan Kedudukan Manusia

Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang

keluar dari mulut tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat

kitab suci Al-Qur‟an sebagai satu kitab yang abadi. Dia menjelaskan

bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah (pemimpin)

di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS

Al-An‟am [6]:165 dan QS Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah

menganugerahkan kepada manusia segala yang ada dibumi, semula itu

untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh apa yang

ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia

harus selalu menghambakan dirinyakepada Allah Swt.

Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan

menjadikan alam ini lebih rendah martabatnya daripada manusia. Oleh

karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk kepada alam,

(3)

3

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus

menaklukanya, dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dari

mensakralkan atau menuhankan alam.

Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara

singkat bahwa manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi

dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai

Hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya didunia

sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah [2]:30); al-An‟am [6]:165),

mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan

kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan

patuh kepada sunnatullah.

Hakekat Manusia

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

a) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan

hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

b) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas

tingkah laku intelektual dan sosial.yang mampu mengarahkan

dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol

dirinya serta mampu menentukan nasibnya.

c) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus

berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

d) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam

usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan

membuat dunia lebih baik untuk ditempati

e) Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan

ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

f) Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung

kemungkinan baik dan jahat.

g) Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama

lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan

(4)

4

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

h) Makhluk yang berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya berarti

mencari jawaban, mencari jwaban berarti mencari kebenaran.

(Miftah Ahmad Fathoni, Semarang:2001).

Hakikat Manusia Menurut Al-Qur’an

Al-Qur‟an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci

dan mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa

yang menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan

dosa dengan melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan

istrinya diturunkan dari surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa

manusia pada hakikatnya adalah pembawa dosa turunan. Al-Quran justru

memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi yang sedang dalam

perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang suci dan abadi di negeri

akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban

dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini. Bahkan

manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah

berpembawaan baik (positif, haniif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik,

benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas

dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa

kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan

dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut

mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa

menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu

dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan satu sama

lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk, salah, dan jelek selalu

menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi sebagai

manusia berkualitas mutaqqin di atas.

Gambaran al-Qur‟an tentang kualitas dan hakikat manusia di atas

megingatkan kita pada teorisuperego yang dikemukakan oleh sigmund

Freud, seorang ahli psikoanalisa kenamaan yang pendapatnya banyak

(5)

5

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Menurut Freud, superego selalu mendampingi ego. Jika ego yang

mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital (libido

bitalis), sehingga penyaluran dorongan ego (nafsu lawwamah/nafsu buruk)

tidak mudah menempuh jalan melalui superego (nafsu muthmainnah/nafsu

baik).

Karena superego (nafsu muthmainnah) berfungsi sebagai badan

sensor atau pengendali ego manusia.Sebaliknya, superego pun

sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala instink, intuisi,

dan intelegensi –ditambah dengan petunjuk wahyu bagi orang beragama–

bekerja secara matang dan integral. Artinya superego bisa memberikan

pembenaran pada ego manakala ego bekerja ke arah yang

positif. Ego yang liar dan tak terkendali adalah ego yang negatif, ego yang

merusak kualitas dan hakikat manusia itu sendiri.

2. KONSEPSI AGAMA

Pengertian Agama

Persoalannya adalah, mengapa urusan percaya atau tidak percaya

itu mengusik intelek manusia sampai sedemikian dalamnya, dan lebih

tragis lagi: menimbulkan banyak kekerasan dan korban? Karen

Amstrong menulis dalam bukunya yang sempat menghebohkan di tahun 1995: “ There have been many theories about the origin of religion. Yet it seems that reating gods is something that human beings have always done. When one religious idea ceases to work for them, it is simply releced.” Dengan kata lain, religi itu sama seperti segala perkara lain dalam alam semesta yang juga mengalami evolusi. Pengamatan

Amstrong malahan sejajar dengan tesis Kuhn tentang pradigma. Religi

lahir karena pengalaman manusia yang merasa perlu untuk membedakan

hal-hal profan dari hal-hal yang sakral. Hal ini oleh Emile Durkheim

disebut sebagai, “a unified system os of beliefs and practices relative to

(6)

6

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Agama mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, ia menjadi alat untuk pembentukan watak dan moral, bahkan ia

merupakan penentu falsafah hidup dalam sebuah masyarakat. Dari

pemahaman ini, maka agama membentuk nilai-nilai dan norma-norma

agama. Agama lahir bersamaan dengan lahirnya sejarah kemanusia.

Fakta ini menstimulasi manusia untuk meneliti dan mempelajari agama,

baik agama sebagai dogma yang bersumber dari wahyu, maupun agama

sebagai bagian dari kebudayaan.

Sedikitnya ada dua hal yang mendasari dan mendorong orang

untuk mempelajari agama. Pertama; Agama diyakini sebagai suatu yang

berguna bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun

masyarakat. Kedua; disebabkan adanya pandangan negativ terhadap

agama, di mana agama bagi sebagian orang dianggap sebagai ilusi,

khayal, dan merusak masyarakat. (Zakiyah Deradjat, Jakarta: Bulan

Bintang, 1973), hal. 12). Hal ini melahirkan sikap keberagamaan yang

berbeda, ada golongan yang sangat taat dan menjunjung tinggi nilai-nilai

dan ajaran agama, namun terdapat kelompok lain yang menolak,

memsuhi dan menganggap agama sebagai racun dan candu.

Untuk memberikan batasan tentang makna agama memang agak

sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan orang terhadap agama

berbeda-beda. Ada yang memandang agama sebagai institusi yang

diwahyukan oleh Tuhan kepada manusia yang dipilihnya sebagai Nabi

dan Rasul. Ada yang beranggapan agama sebagai hasil kebudayaan,

hasil pemikiran manusia, dan ada pula yang beranggapan sebagai hasil

pemikiran orang-orang yang jenius, tetapi ada pula yang

menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi dan ilustrasi. (Syafaat,

Jakarta: 1965), hal. 20)

Agama berasal dari bahasa Sansekerta, dan memiliki beberapa

arti. Ada pendapat yang mengatakan agama bersal dari kata “a” dan

“gam”, a berarti tidak dan gam berarti kacau, sehingga makna agama

dalam perpektif ini adalah “tidak kacau/teratur”. (Taib Thahir Abdul

(7)

7

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

menjadi teratur dan jauh dari kekacauan. Ada juga mengartikan kata

gam dengan pergi, berarti agama berarti tidak pergi, tetap di tempat dan

turun temurun. (Harun Nasution, Jakarta: 1985).

Apabila ditinjau dari segi perkembangan bahasa, kata gam itulah

yang menajadi go dalam bahasa Inggris dan gaan dalam bahasa

Belanda. Di samping itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa

agama berarti teks atau kitab suci, karena agama memang harus memilki

kitab suci. (Harun Nasution, Jakarta: 1985).

Secara termonologi, agama didefinisikan sebagai jalan hidup

dengan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa berpedoman kepada

kitab suci dan dipimpin oleh seorang Nabi. Dari sini dapat disimpulkan

bahwa definisi agama terdiri dari empat unsur, yaitu: agama sebagai

pedoman hidup, agama mengajarkan kepecayaan kepada Tuhan yang

Maha Esa, agama harus memiliki kitab suci, dan agama harus dipinpin

oleh seorang Nabi.

Dalam bahasa Arab agama disebut Dȋn, yang berarti menguasai,

mendudukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. (Harun Nasution,

Jakarta: 1985). Bila kata Dín disebut dalam rangkaian Dȋn Allah maka

artinya bahwa agama tersebutberasal dari Allah, dan jika disebut Dȋn an

-nabí berarti Nabilah yang mengajarkan dan menyebarkannya, namun

jika disebut Dȋn al-ummah maka bermakna bahwa manusialah yang

diwajibkan memeluk dan menjalankanya. (Taib Thahir Abdul Muin,

Jakarta: 1973).

Bahasa Arab Dȋn selalunya diterjemahkan sebagai agama.

Namun yang menarik adalah analisis Naquib al-Attas yang mengaitkan

perkatan Dȋn dengan kata dyan yang berarti hutang. Secara etimologi

memang kata Dȋn dan dayn berasal dari perkataan arab yang sama,

namun apa kaitanya agama dan hutang. Menurutnya bahwa manusia

sebenarnya berhutang dengan Allah, yang menciptakannya dan

memberinya rizki, serta yang telah mewujudkannya dan memelihara

(8)

8

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Selain kata agama dan dín, kata religi juga sering gunakan orang

untuk menyatakan agama. Secara bahasa religi berasal dari bahasa latin

yang dieja dengan kata religio. Terambil dari akar kata leg yang

bermakna mengambil, mengumpulkan, menghitung, atau

memperhatikan, sebagai contoh, memperhatikan tanda-tanda tentang

suatu hubungan dengan ketuhanan atau membaca alamat. Pendapat lain

mengatakan berasal dari kata lig yang bermakna mengikat. Sedangkan

kata religion mempunyai makna suatu perhubungan antara manusia

dengan zat yang di atas manusia (supra manusia). (A. C. Bouquet,

Engleng: 1973).

Menurut Emile Durkheim dari Perancis mendifinisikan: “religion is an interpendent whole composed of beliefst and rites (faits and practices) related to sacret things, unites adherents in a single community known as a church.” (agama adalah suatu keseluruhan yang bagian-bagianya saling bersandar satu pada lainnya, terdiri dari

akidah-akidah (kepercayaan) dan ibadah-ibadah semua dihubungkan dengan

hal-hal suci, dan mengikat pengikutnya dalam suatu masyarakat yang

desebut dengan gereja). (Rosyidi, Jakarta: 1974)

Agama, Religi dan dȋn (pada umumnya) masing-masing mempunyai arti etimologis sendiri-sendiri, dan masing-masing

mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri. Akan tetapi dalam

arti teknis terminologis ketiga istilah itu mempunyai inti makna yang

sama. Agama adalah ekuevalen dengan dȋn, maka yang disebut dȋn tidak

hanya Islam. Orang yang berpendapat bahwa dȋn itu tidak sama dengan

agama, atau bahwa dȋn itu lebih luas dari agama tidak dapat dibenarkan,

baik ditinjau dari segi ilmiah maupun ditinjau segi agama. (Endang

Saifuddin Anshari, Bandung: 1983).

Berdasarkan uraian ini, maka jelaslah bahwa salah satu makna

dín atau agama yang paling mendasar adalah jalan pengembalian diri

kepada Tuhan. Oleh karena itu, walaupun kita menggunakan istilah

agama dalam bahasa sehari-hari, yang bisa jadi mempunyai banyak

(9)

9

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

kepada Tuhan memiliki pengertian yang lebih tepat dalam memberikan

arti agama itu sendiri. (Laode M. Kamaludin, Semarang: 2010).

Agama Bukan Wahyu Merupakan Bagian dari Kebudayaan

Secara faktual, agama di dunia itu banyak, beraneka ragam,

berbeda dan memiliki asal-usul dan sejarah sendiri. Hal merupakan

realitas dunia yang dapat dibantah. Ditinjau dari aspek sumbernya dapat

dikategorikan menjadi dua kelompok: pertama, agama alamiyah (natural

religion), yaitu agama ciptaan atau hasil karya manusia. Dikenal juga

dengan istilah agama filsafat, agama bumi, dîn al-ardh, agama ra’yu,

non-revealed religion, dîn at-thaȋi’e, dan agama budaya. Kedua, agama samawiyah, (revealed religion), yaitu agama yang diwahyukan Allah

kepada para Nabi dan Rasul. Juga dikenal dengan istilah agama wahyu,

agama langit dan agama profetis.

Ahmad Abdullah merumuskan perbedaan antara agama wahyu

(samawiyah) dengan gama bukan wahyu (agama budaya) sebagai

berikut: Pertama, agama wahyu berpokok kepada konsep “ke-Esaan

Tuhan” sedang agama bukan wahyu sebaliknya. Kedua, agama wahyu

beriman kepada para Nabi sementara agama bukan wahyu tidak. Ketiga,

bagi agama wahyu sumber utama tuntunan dan ukuran baik buruk adalah

kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu

memposisikan kitab suci tidak esensial. Keempat, semua agama wahyu

lahir di Timur Tengah, sedangkan agama-agama bukan wahyu, kecuali

paganisme, lahir di area selain itu. Kelima, agama wahyu timbul di

daerah-daerah yang secara historis di bawah pengaruh ras Semitik,

walaupun kemudian agama tersebut berhasil menyebar ke luar area

pengaruh semitik. Sebaliknya agama bukan wahyu lahir di lahir di luar

area semitik. Keenam, sesuai dengan ajaran dan historisnya, maka agama

wahyu adalah agama missionary. Ketujuh, ajaran agama wahyu

memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para pemeluknya, baik

aspek duniawi atau aspek spiritual, agama bukan wahyu tidak demikian.2

(10)

10

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Klasifikasi ke dalam dua jenis (agama ardhiyah dan agama

samawiyah) dan ciri-ciri pokok yang membedakannya secara tajam ini, dimaksudkan untuk menghindari generalisasi dan pencampuradukan

serta penyamarataan semua agama. Sehingga dapat dibedakan secara

tegas bahwa “agama tidak merupakan genus yang mempunyai species”,

akan tetapi dengan klasifikasi dua gejala alamiyah yang disebut agama

budaya yang timbul dari kehidupan manusia sendiri dan agama

samawiyah atau wahyu yang diberikan Allah kepada manusia melalui

perantara Nabi dan Rasul-Nya.

Syarat-Syarat Agama

a) Percaya dengan adanya Tuhan

b) Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup umat-umatnya

c) Mempunyai tempat suci

d) Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan

e) Mempunyai hari raya keagamaan

b. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.

c. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan

Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat

beragama sesuai dengan ajaran agam.

d. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman

keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.

e. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

(11)

11

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

Fungsi Agama

a) Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok

b) Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

dengan manusia.

c) Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah

d) Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan

e) Pedoman perasaan keyakinan

f) Pedoman keberadaan

g) Pengungkapan estetika (keindahan)

h) Pedoman rekreasi dan hiburan

i) Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

(Amin Syukur, Semarang: 2010).

Karateristik Agama

Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya

bangunan yang sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi

Muhammmad,bahwa beliau adalah penyempurna bangunan agama tauhid

yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul sebelum kedatangan beliau.

Layaknya sebuah bangunan agamapun harus memiliki rangka yang

kokoh, tegas, dan jelas. Rangka yang baik adalah rangka yang menguatkan

bangunan yang akan dibangun diatasnya. Memiliki ukuran yang simetris

satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat karena berperan sebagai

penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang cukup atau

memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah

sebaik-baiknya agama dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai

pedoman kehidupan manusia, untuk menjalani kehidupannya dibumi.

Manusia akan kehilangan pedoman atau pegangan dalam menjalani

kehidupan di dunia bila tidak berpedoman pada agama.

Dewasa ini agama mengalami beralih dan berpedoman kepada akal

logikanya. Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan yaitu

keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun

(12)

12

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

hayat manusia. Akibat dari skularisme ini mnimbulkan gaya hidup baru

bagi kaum muslim yakni gaya hidup hedomisme dan pragmatis.

Adapun karakteristik agama pada umumnya adalah sebagai

berikut:

a. Agama adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan(keyakinan)

terhadap eksistensi suatu yang absolut (mutlak), diluar diri manusia

yang merupakan pangkal pertama dari segala sesuatu termasuk dunia

dengan segala isinya.

b. Agama merupakan sistem ritual atau peribadatan (penyembahan) dari

manusia kepada suatu yang absolut.

c. Agama adlah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi

pola hubungan manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan

dengan ciptaan lainnya dari yang absolut.

3. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA DALAM

KEHIDUPAN

Agama dan kehidupan beragama merupakan unsur yang tak

terpisahkan dari kehidupan dan sistem budaya umat manusia. Sejak awal

manusia berbudaya, agama dan kehidupan beragama tersebut telah

menggejala dalam kehidupan, bahkan memberikan corak dan bentuk dari

semua perilaku budayanya. Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan

berkembang dari adanya rasa ketergantungan manusia terhadap kekuatan

goib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan mereka. Mereka

harus berkomunikasi untuk memohon bantuan dan pertolongan kepada

kekuatan gaib tersebut, agar mendapatkan kehidupan yang aman, selamat dan sejahtera. Tetapi “apa” dan “siapa” kekuatan gaib yang mereka rasakan sebagai sumber kehidupan tersebut, dan bagaimana cara

berkomunikasi dan memohon peeerlindungan dan bantuan tersebut,

mereka tidak tahu. Mereka hanya merasakan adanya da kebutuhan akan

bantuan dan perlindunganya. Itulah awal rasa agama, yang merupakan

desakan dari dalam diri mereka, yang mendorong timbulnya perilaku

(13)

13

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia. (Muhaiman, Surabaya:1994).

Perkembangan Agama Dan Kehidupan Budaya Manusia

Pada tahap awalnya nampak bahwa agama mendominasi

kehidupan budaya masyarakat, kemudian dengan adanya perkembangan

akal dan budidaya manusia, maka mulai nampak gejala terjadinya proses

pergeseran dominasi agama tersebut, yang pada giliran selanjutnya

tersingkirkan dalam kehidupan budaya suatu masyarakat. Namun demikan

dengan tersingkirnya dominasi agama itu, maka pertumbuhan dan

perkembangan sistem budaya dan peradaban manusia nampak menjadi

kehilangan arah dan tujuannya yang pasti, sehingga mereka memerlukan

lagi terhadap agama, bukan sebagai yang mendomianasi, tetapi sebagai

petunjuk da pengarah kehidupan mereka.

Perkembangan agama dan kehidupan budaya umat manusia dalam

proses sejarah yang panjang tersebut dapat dilihat secara selintas pada

pertumbuhan dan perkembangan manusia secara individual. Pada tahap

awalnya kehidupan manusia diliputi oleh tahuan dan

ketidak-berdayaan, sehingga sifat ketergantungan pada orang tua (yang

memelihara) sangat menonjol. Setelah akal fikiran dan kemampuan

budidayanya tumbuh dan berkembang, maka sifat ketergantungan itu

semakin berkurang, dan setelah menginajak dewasa sifat kemandiriannya

inilah manusia memerlukan adanya pedoman hidup, karena tanpa

pedoman/tujuan yang pasti, maka kemandirian akan menimbulkan

kekacauan dan malapetaka dalam kehidupan manusia. Kemudian pada

masa tua, dimana kemampuan akal fikiran dan budidaya manusia sudah

mulai berkurang, maka manusia memerlukan kembali tempat bergantung

yang pasti sebagai tempat kembali.

Kalau di hubungkan dengan hukum perkembangan, ketiga tahap

perkembangan jiwa atau masyarakat/budaya manusia itu adalah pada tahap

awal (masa kanak-kanak) disebut dengan tahap teologik, fiktif; masa

(14)

14

S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang

tahap metafisik atau abstrak; dan masa dewasa sebagai

tahappositif atau riil. Sedangkan masa tua sebagai kelanjutan

perkembangan lebih lanjut dari tahap positif atau riil tersebut.

(Muhaiman, Surabaya:1994).

C. SOAL UJI KOMPETENSI

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agama!

2. Jelaskan pengertian agama samawi dan agama !

3. Jelaskan perbedaan antara agama samawi dan agama ardhi!

4. Jelaskan fungsi agama bagi kehidupan manusia!

D. DAFTAR PUSTAKA

Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi

Manusia, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010)

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran tentang

Islam dan Ummatnya, (Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1983).

Fathoni Ahmad Miftah Drs., M.Ag, Pengantar Studi Islam, (Semarang,

Gunung Jati: 2001)

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:

Universitas Indonesia, 1985).

Laode M. Kamaludin, ed. On Islamic Civilization, (Semarang: Unisula

Press, 2010).

M. Rosyidi, Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1974).

Muhaiman, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya, Karya Abditama:

1994)

Supadie Didiek Ahmad,dkk. Pengantar Studi Islam, (Jakarta, Rajawali

Pers: 2011)

Syukur Amin, Pengantar Studi Islam, (Semarang, Pustaka Nuun: 2010)

Taib Thahir Abdul Muin, Ilmu Kalam II, (Jakarta: Wijaya, 1973).

Zakiyah Deradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).

Referensi

Dokumen terkait

Melihat hasil perhitungan di atas maka dapat diartikan bahwa wajib pajak orang pribadi yang telah memahami peraturan perpajakan dan mau melakukan kewajibannya selaku

Berdasarkan hasil kecepatan, kerapatan, dan ketebalan pertumbuhan misellium yang paling cepat pada jamur merang dengan media biji koro pedang yaitu 12,6 cm, rapat sangat tebal, dan

Hipotesis pertama yang diuji yaitu terdapat perbedaan rerata kemampuan koneksi Matematika antara kelompok yang belajar Matematika di pagi hari dengan kelompok yang

Akurasi merupakan suatu uji yang dilakukan pada suatu metode apakah data yang dihasilkan mendekati nilai yang sebenarnya (Mattocks, 2010 ; Hasan et al ., 2015) dalam hal

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

Semakin tinggi konsentrasi Na-CMC yang ditambahkan maka semakin tinggi pula overrun es krim sari biji nangka yang dihasilkan namun overrun es krim sari biji

Akan tetapi faktor-faktor yang lain seperti profitabilitas dan jenis industri tidak mempengaruhi pilihan perusahaan untuk menggunakan internet sebagai media