• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram(Pleurotus Ostreatus ) Dan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) Pada Media Biji Koro Benguk Dan Media Biji Koro Pedang Dari Bibit F0 Singkong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertumbuhan Misellium Bibit F1 Jamur Tiram(Pleurotus Ostreatus ) Dan Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) Pada Media Biji Koro Benguk Dan Media Biji Koro Pedang Dari Bibit F0 Singkong"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM

(Pleurotus ostreatus ) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA BIJI KORO BENGUK DAN MEDIA BIJI KORO PEDANG DARI

BIBIT F0 SINGKONG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh: HARIYATI A420130053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)

ii

(4)
(5)

1

PERTUMBUHAN MISELLIUM BIBIT F1 JAMUR TIRAM

(Pleurotus ostreatus ) DAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) PADA MEDIA BIJI KORO BENGUK DAN MEDIA BIJI KORO PEDANG DARI

BIBIT F0 SINGKONG

ABSTRAK

Koro benguk dan koro pedang memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Kapur berfungsi untuk mengatur pH media pertumbuhan jamur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang yang ditumbuhkan pada media biji koro benguk dan media biji koro pedang. Jenis penelitian yang digunakan berupa eksperimen dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor 1 jenis media: M1 (biji koro benguk 100 g), M2 (biji koro pedang 100 g). Faktor 2 bibit F0 : J1 (bibit F0 singkong jamur tiram), J2 (bibit F0 singkong jamur merang). Parameter yang diukur adalah kecepatan, kerapatan dan ketebalan pertumbuhan misellium. Data diuji dengan analisa deskriptif kuantitatif. Berdasarkan hasil kecepatan, kerapatan, dan ketebalan pertumbuhan misellium yang paling cepat pada jamur merang dengan media biji koro pedang yaitu 12,6 cm, rapat sangat tebal, dan tumbuh lebat sedangkan pertumbuhan misellium yang paling lambat pada jamur merang dengan media biji koro benguk yaitu 3,6 cm, rapat tipis, dan tumbuh tipis merata.

Kata Kunci: Koro benguk, koro pedang, bibit F1, pertumbuhan misellium. ABSTRACT

Koro benguk and koro pedang have high carbohydrate and protein content. Lime serves to regulate the pH of mold growth medium. The purpose of this research is to know the growth of mislead of F1 seeds of oyster mushroom and mushroom which grown on coro bean medium medium and medium of koro sword. Type of research used in the form of experiment with Random Design Complete (RAL) method of factorial pattern consisting of 2 factors. Factor 1 type of media: M1 (100 g koro benguk seed), M2 (koro pedang seed 100 g). Factor 2 seeds F0: J1 (seeds F0 cassava oyster mushroom), J2 (seeds F0 cassava mushroom). Parameters measured were speed, density and growth thickness of misellium. Data were tested by quantitative descriptive analysis. Based on the results of speed, density, and growth thickness of the most rapid misellium in mushroom with the medium of koro pedang that is 12.6 cm, very thick meeting, and growing bushy while the slowest growth of misellium in mushroom merang with medium koro benguk 3 , 6 cm, tightly fit, and grow thin evenly.

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Jamur tiram dan jamur merang merupakan jamur pangan yang saat ini paling banyak dikenal dan diminati oleh masyarakat. Hal ini karena jenis jamur ini banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat dan protein nabati yang cukup tinggi. Menurut penelitian Shifriyah (2012), jamur tiram mengandung 5,49 g protein, 59 g karbohidrat, 1,56 g serat, 0,17 g lemak, 8,9 mg kalsium, 1,9 mg besi, 17 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B, 0,75 mg vitain B2, 12,4 mg vitamin C, dan 45,56 kalori mineral. Menurut penelitian Sunandar (2010), bahwa jamur merang mengandung karbohidrat 8,7 g, protein 26,49 g, lemak 0,67 g, kalsium 0,75 g, fosfor 30 g, kalium 44,2 g dan vitamin. Banyak petani yang bergerak dalam bidang budidaya jamur, bahwa semakin tahun semakin meningkat jumlah permintaan jamur sehingga permintaan bibit jamur pun mengalami peningkatan. Menurut penelitian Utami (2012), bahwa permintaan bibit jamur yang berkualitas semakin meningkat.

Secara umum proses budidaya jamur meliputi empat tahap yaitu pembuatan biakan murni, biakan induk, induk dan bibit produksi. Biakan murni (F0) adalah asal mula bibit diperoleh dari pemilihan jamur yang baik. Jamur kemudian diisolasi sporanya dalam keadaan steril. Isolasi ini dilakukan pada cawan petri berisi media PDA.

Bibit F1 merupakan turunan dari biakan murni (F0) yang ditanam pada media yang mengandung karbohidrat dan protein yang tinggi. Media bibit F1 yang sering digunakan dalam pembibitan biasanya menggunakan media biji-bijian dan serbuk gergaji. Penggunaan biji-bijian sebagai media bibit jamur karena mengandung zat yang dibutuhkan misellium untuk tumbuh. Sumber media yang sering digunakan yaitu biji jagung karena memiliki rata-rata kadar air 24 g, kalori 307 g, protein 7,9 g, lemak 3,4 g dan karbohidrat 63,6 g (Thajha Muhandri dkk,2012). Namun, masalah yang sering dihadapi dari penggunaan media biji jagung adalah sulitnya mendapatkan biji jagung yang masih segar.Untuk itu diperlukan bahan lain yang mempunyai nilai karbohidrat dan protein yang tinggi sebagai pengganti biji jagung, salah satunya adalah biji koro benguk dan biji koro pedang.

(7)

3

Menurut Sudiyono (2010) dari 100 g biji koro benguk mengandung 343 kalori, 24 g protein, 3 g lemak, 55 g karbohidrat, 130 mg kalsium, 200 mg fosfor, 2 mg besi, 15 g air dan 0,3 mg vitamin B1.Menurut Widianarko(2003)dari 100 g biji koro pedang mengandung karbohidrat 60,1 g, protein 30,36 g, dan serat 8,3 g.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Jamur Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dua faktor yaitu : Faktor 1 : Jenis Media (M)

M1 : Biji Koro Benguk 100 g

M2 : Biji Koro Pedang 100 g

Faktor 2 : Bibit F0 (J)

J1 : Bibit F0 singkong jamur tiram J2 : Bibit F0 singkong jamur merang

Tabel 3.1 Rancangan

Percobaan

Keterangan :

M1J1 : Media biji koro benguk 100 g pada bibit F0 singkong jamur tiram M1J2 : Media biji koro benguk 100 g pada bibit F0 singkong jamur merang M2J1 : Media biji koro pedang 100 g pada bibit F0 singkong jamur tiram M2J2 : Media biji koro pedang 100 g pada bibit F0 singkong jamur merang

Subjek penelitian ini yaitu bibit F0 jamur tiram, bibit F0 jamur merang, biji koro benguk, dan biji koro pedang. Objek penelitian ini yaitu pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang. Selain metode eksperimen, dalam penelitian

J

M J1 J2

M1 M1J1 M1J2

(8)

4

ini juga menggunakan metode observasi, kepustakaan, dan dokumentasi untuk pengumpulan data. Selanjutnya data dianalisis dengan analisa deskriptif kuantitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2017 mengahsilkan data sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rerata pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang pada media biji koro benguk dan media biji koro pedang pada hari ke 7 dan hari ke 14.

Keterangan : * pertumbuhan misellium paling cepat ** pertumbuhan misellium paling lambat 3.1Kecepatan Pertumbuhan Miselium

Hasil pertumbuhan misellium diambil dari rerata hari ke 7 dan hari ke 14 dapat dilihat pada histogram di bawah ini.

Gambar 4.1 histogram pertumbuhan misellium pada hari ke 7 dan hari ke 14.

Perlakuan Kecepatan (cm) Kerapatan Ketebalan

7 hari 14 hari 7 hari 14 hari 7 hari 14 hari

M1J1 1,3 7,3 Rapat Rapat tebal Tumbuh sedang tidak merata Tumbuh sedang merata M1J2 1,1 3,6** Rapat

tipis Rapat Tumbuh sedikit

Tumbuh tipis merata

M2J1 3,6 9 Rapat

tipis Rapat

Tumbuh tipis

merata Tumbuh sedang

tidak merata M2J2 5,6 12,6* Rapat tebal Rapat sangat tebal Tumbuh sedang

merata Tumbuh lebat

1,3 1,1 3,6 5,6 7,3 3,6 9 12,6 0 2 4 6 8 10 12 14 M1J1 M1J2 M2J1 M2J2 K ec epa ta n ( cm ) Hari ke 7 Hari ke 14

(9)

5

Grafik diatas menunjukkan pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang yang paling baik adalah M2J2 (media biji koro pedang pada jamur merang) yaitu 12,6 cm sedangkan pertumbuhan misellium paling lambat adalah M1J2 (media biji koro benguk pada jamur merang) yaitu 3,6 cm. Pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang dengan menggunakan media biji koro pedang memiliki pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan menggunakan media biji koro benguk.

Jamur mendapat nutrisi untuk pertumbuhan misellium berupa selulosa, glukosa, lignin, protein, dan senyawa pati. Karbon sebagai sumber energi utama sekaligus sebagai unsur pertumbuhan, nitrogen untuk pertumbuhan misellium dan membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya, vitamin berfungsi memacu pertumbuhan tubuh buah (Soenanto,2000). Biji koro benguk memenuhi syarat penyedia nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang yaitu berupa karbohidrat 55 gram dan protein 24 gram (Rini,2008). Kandungan protein yang tinggi menandakan kadar nitrogen juga tinggi. Nitrogen diperlukan untuk merangsang pertumbuhan miselium menjadi lebih tebal dan kompak (Mufarrihah, 2008). Biji koro pedang memenuhi syarat penyedia nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan misellium jamur tiram dan jamur merang yaitu berupa karbohidrat 42,5 gram dan protein 27,12 gram (Gabriel dan Alkharaiyi (2007). Kandungan tersebut lebih besar daripada kandungan biji jagung protein 7,9 g dan karbohidrat 63,6 g (Thajha Muhandri dkk,2012) sehingga misellium dapat tumbuh dengan media biji koro pedang dan koro benguk tersebut. Kapur berfungsi menjaga keasamaan media, agar mendekati suasana netral dan sebagai sumber mineral (Cahyana,2002). Secara umum pertumbuhan misellium jamur dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik, kimia, ataupun biologi antara lain, suhu, pengaruh pH, kelembapan, kandungan air, oksigen, karboondioksida. Misellium jamur akan tumbuh optimal pada suhu 25ºC dan kelembapan udara 85-95% serta pH 5,5-6,5 (Handrianto,2015).

(10)

6 3.2 Kerapatan Misellium

M1J1 M1J2 M2J1 M2J2

Gambar 4.2 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang pada hari ke 7.

M1J1 M1J2 M2J1 M2J2

Gambar 4.3 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang pada hari ke 14.

Berdasarkan gambar 4.2 dan gambar 4.3 diperoleh hasil bahwa kerapatan misellium paling baik pada perlakuan M2J2 (media biji koro pedang pada jamur merang) yaitu rapat tebal dan rapat sangat tebal dan kerapatan misellium paling lambat pada perlakuan M1J2 (media biji koro benguk pada jamur merang) yaitu rapat tipis dan rapat. Hal ini dipertegas oleh Gunawan (2005) bahwa keberhasilan dan kualitas miselilium dipengaruhi oleh penggunaan media biji-bijian. Semakin tinggi kandungan karbohidrat dan protein media biji yang digunakan maka semakin banyak nutrisi yang diserap oleh jamur tersebut sehingga semakin rapat misellium yang dihasilkan.

(11)

7 3.3Ketebalan Misellium

M1J1 M1J2 M2J1 M2J2

Gambar 4.2 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang pada hari ke 7.

M1J1 M1J2 M2J1 M2J2

Gambar 4.3 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang pada hari ke 14.

Berdasarkan gambar 4.2 dan gambar 4.3 diperoleh hasil bahwa ketebalan misellium paling baik pada perlakuan M2J2 (media biji koro pedang pada jamur merang) yaitu tumbuh sedang merata dan tumbuh lebat dan ketebalan misellium paling lambat pada perlakuan M1J2 (media biji koro benguk pada jamur merang) yaitu tumbuh dan tumbuh tipis merata. Hal ini dipertegas oleh Adiyuwono (2002) bahwa semakin tebal misellium maka semakin tinggi suhu dalam media tersebut.

Berdasarkan gambar 4.1 dan gambar 4.2 diperoleh hasil bahwa misellium yang dihasilkan dari biji koro benguk dan biji koro pedang berupa bibit jamur yang sehat yaitu berwarna putih, bersih, rapat, dan merata. Pernyataan ini dipertegas oleh Sharma (2010) bahwa karakteristik jamur ini sangat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhan yang digunakan.

(12)

8

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang tertinggi pada media biji koro pedang yaitu 12,6 cm, pertumbuhan misellium rapat sangat tebal, tumbuh lebat, sedangkan hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur merang terendah pada media biji koro benguk yaitu 3,6 cm, pertumbuhan misellium rapat, tumbuh tipis merata.

PERSANTUNAN

Dengan rasa syukur, kupersembahkan publikasi ini untuk:

1. Bapak dan Ibu yang sangat aku sayangi dan selalu memberikan doa terbaik dan kasih sayang yang tulus disetiap langkahku.

2. Dra. Suparti, M. Si. selaku pembimbing yang senantiasa memberikan saran dan masukannya selama penelitian dan penulisan artikel ini.

3. Segenap dosen dan staff program studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, NS. 2002. “Pengomposan Media Champignon”. Jakarta : Trubus. Budi Widianarko, Rika P. Retnaningsih. 2011. “Tempe Makanan Populer dan

Bergizi Tinggi”. Seri Iptek Pangan Volume 1, Teknologi, Produk, Nutrisi

dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Pangan. Semarang : Unika Soegijapranata.

Cahyana. 2008. “Jamur Tiram Pembibitan Pembudidayaan dan Analisis Usaha”. Jakarta : Penebar Swadaya.

Gabriel dan Alkharaiyi. 2007. “Kimia Pangan dan Gizi”. Jakarta: Gramedia Pustaka

Umum.

Gunawan. 2005. “Usaha Pembibitan Jamur”. Bogor : Penebar Swadaya.

Handrianto, Prasetyo. 2015. “Misellium Jamur Tiram Putih”. Surabaya : Unair Press.

Mufarrihah, Lailatul. 2008. Pengaruh Penambahan Bekatul dan Ampas Tahu Pada Media Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram Putih(Pleorotus ostreatus). Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri. Malang: UIN.

(13)

9

Muhandri, Thajha dkk. 2012. “Komposisi Kimia Tepung Jagung Varietas Unggul Lokal dan Potensinya untuk Pembuatan Mi Jagung Menggunakan Ekstruder Pencetak”. Jurnal sains terapan edisi 2, Volume 4 (1). Bogor : IPB.

Rini. 2008. “Panduan Gizi Sehat”. Jakarta : Radya Pustaka.

Sharma, G, Pandey, R.R. 2010. “Influence of Culture Media on Growth, Colony, Character and Sporulation of Fungi Isolated From Decaying Vegetable Wastes”. Journal of Yeast and Fungi Research, Volume 1 (8):157-164. Shifriyah, A., K. Badami, dan S. Suryawati. 2012. “Pertumbuhan dan produksi

jamur tiram putih (Pleurotusostreatus) pada penambahan dua sumber nutrisi”. JurnalAgrovigor , Volume 5 (1) : 1-13.

Soenanto, H. 2000. “Jamur Tiram”. Semarang: Aneka Ilmu.

Sudiyono. 2010. “Penggunaan Na² HCO³ untuk Mengurangi Kandungan Asam Sianida (hcn) Koro Benguk pada Pembuatan Koro Benguk Goreng”.

Jurnal Agrika, Volume 4 (1) : 48-52.

Sunandar, Bambang. 2010. “Budidaya Jamur Merang”. Bandung : Kementrian

Pertanian BPTP Jawa Barat.

Gambar

Gambar 4.1 histogram pertumbuhan misellium pada hari ke 7 dan hari  ke 14.
Gambar 4.3 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur  merang pada hari ke 14
Gambar 4.3 hasil pertumbuhan misellium bibit F1 jamur tiram dan jamur  merang pada hari ke 14

Referensi

Dokumen terkait

 =0,05), dan (4) pada kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, prestasi belajar geografi siswa yang mengikuti metode pembelajaran ekspositori

Analisis ini bertujuan untuk memperlihatkan tingkat penguasaan dan ketuntasan belajar siswa, seorang siswa dikatakan tuntas secara indifidu apabila siswa tersebut

Konsep kewirausahaan sekolah diarahkan kepada penciptaan dan pengembangan unit usaha yang profit taking, dimana menghasilkan produk atau jasa yang ditawarkan kepada

Namun, pada waktu t = 120 menit sampai dengan t = 200 menit energi kalor yang dilepas kondensor mulai tetap atau stabil dengan nilai Qout = 240 kJ/kg dan mengalami perubahan

Tujuan penelitian ini adalah a membuat mesin pendingin dengan siklus kompresi uap yang digunakan untuk mendinginkan minuman, b menghitung kerja kompresor per satuan massa

Hasil analisis uji Chi Square untuk data berat badan dan tekanan darah sistolik dan diastolik akseptor KB suntik menunjukkan nilai p > 0.05, hasil analisis tersebut

Pengukuran reaksi pasar menggunakan Abnormal Return kumulatif.Hasil penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran perusahaan dengan pasar untuk rasio aset buku