• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan dan instrumen penilaian (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan dan instrumen penilaian (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN

MAKALAH

Dipresentasikan dalam mata kuliah “desain Pembelajaran” Program Pascasarjana (S2) Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar

Oleh:

NURDALIA

NIM: 80200216013

Dosen Pemandu:

Dr. Muhammad Yaumi, M. Hum., Dr. Muh. Safei., M. Si.,

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sasaran penilaian mencakup perubahan kedalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.1

Alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes objektif dan non obyektif meliputi pilihan ganda, benar salah, menjodohkan. Tes non objektif dengan cara observasi, wawancara, skala sikap dengan skala likert (pemberian skor), cheklist dan angket.

Urgensi penilaian, pengukuran, evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai, sebagai pedoman untuk merenovasi atau melakukan perbaikan proses belajar mengajar, bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum, sebagai alat motivasi belajar mengajar.2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiman Definisi penilaian?

2. Bagaimana Prinsip-prinsip penilaian?

3. Bagaimana Implementasi Instrumen Penilaian?

1 Ahmad Rohan, Pengelolaan Pengajaran (Cet. 2; Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004),h.

179.

2 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobby Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. 1;

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak melalui pembelajaran dan menginterpretasi informasi tersebut membuat keputusan, penilaian merupakan bagian integral yang sering digunakan dengan hubungannya dengan penilaian yakni pengukuran, dan evaluasi.3

Pengukuran adalah proses sistetmatis tentang nilai-nilai numerik atau angka untuk suatu sifat atau atribut pada orang atau objek melalui kegiatan pengukuran misalnya mengukur tinggi dari suatu gedung, berat dari daging, mengukur panjang lebar.4 Pengukuran berkaitan erat dengan penelitian kuantitatif, alat ukurnya dengan angka-angka dan perhitungan dengan statistik. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang mementingkan kedalaman data, penelitin kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data dan populasi penelitian dapat dianalisis oleh peran statistik.5

Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan, pelaksanaan evaluasi memerlukan sebuah tindakan untuk memperoleh nilai dan hasil dari pengukuran. Evaluasi alat yang penting untuk mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukan, alat untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan, evaluasi dapat memberikan informasi untuk

3 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran (Cet. 4; Jakarta: PT. Kharisma

Putra Utama, 2016), h. 176.

4 Nasution dan Asmawi Zainul, Penilaian Hasil Belajar (Jakarta: PAU-PPAI-UT, 2005),

h. 5

(4)

mengembangkan program kurikulum.6 Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan, ekonomi maupun dalam bidang lainnya evaluasi merupakan kegiatan akhit dari sebuah proses kegiatan. Penilaian (asesment), pengukuran (Measurement), dan evaluasi (evaluation) adalah tiga bagian dari proses untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan belajar-mengajar. Penilaian adalah tahap awal dari proses pencapaian, setelah itu langkah kedua yaitu dengan pengukuran berupa tes tertulis dan wawancara. Tes tertulis adalah serangkaian kalimat yang disusun dalam bentuk pertanyaan sedangkan wawancara yaitu tes lisan baik langsung maupun tidak langsung yang terdiri dari beberapa pertanyaan berdasarkan tujuan dari suatu kegiatan. Tahap selanjutnya adalah evaluasi, melalui penilaian, pengukuran sesorang dapat meyimpulkan hasil dari tujuan dari pencapaian pendidikan.

Assesment adalah bagian dari evaluasi yang lebih luas dari sekadar

pengukuran. Assesment is broadaer in scope than measurement in that it involves the interpretation and representation of measurement data.7 Penilaian adalah proses pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan dengan sengaja di dalam ruang kelas untuk mengetahui hasil dari kemajuan monitoring secara terus menerus sebagai bagian dari penilaian.8 Penilaian alat pengukuran untuk memperoleh informasi dan data dari perkembangan terhadap hasil proses belajar mengajar sehingga pendidik dapat mengatur strategi dan metode yang cocok belajar dalam ruang kelas maupun belajar diluar kelas. Penilaian mampu membaca karakteristik anak didik dan perkembangan peserta didiknya baik dari domain kognitif, afektif maupun psikomotorik.

B. Prinsip-Prinsip Penilaian

6 Wina sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet. 7; Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015), h. 244

7 Murray Print, curriculum Develpopment and Design (Australia: Allen danUnwin, 1993),

h. 60.

(5)

Kata prinsip berasal dari bahasa latin yang berarti dasar (pendirian, tindakan atau sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama.9 Secara istilah Prinsip merupakan landasan atau dasar pola berpikir dan bertindak.10 Prinsip penilaian menbutuhkan proses yang tersusun secara tersistematis mulai dari pengumpulan data, menginterpretasi dan menggunakan informasi dan membuat keputusan dalam menyimpulkan penilaian.

Prinsip sebagai pola berpikir dan bertindak dapat dideskripsikan beberapa prinsip-prinsip penilaian yaitu terdiri dari Validitas (validity), realibitas (realibity), dan kewajaran (fairnes).

1) Validitas (validity(

Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur dalam melalukan fungsi ukurnya.11 Suatu tes memiliki validitas yang tinggi apabila alat pengukuran (tes) dapat membuktikan kebenaran suatu hasil ukur, hal ini tercermin dari hasil yang diperoleh dari pengukuran, sebaliknya suatu tes memiliki validitas yang rendah apabila hasil ukur atau besaran yang mencerminkan tidak sesuai dengan tujuan dan hasil ukur.

Validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurannya suatu tes. 12artinya tingkat validitas tes sangat berpengaruh terhadap kebenarannya yaitu seberapa jauh tolak ukur penilaian melalui butir tes dan hasil yang diperoleh. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang dinilai.13 Hasil

9 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1987),h. 173.

10 H. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Cet. 4; jakarta: Kharisma Putra

Utama, 2014), h. 61.

11 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Liberty: Yogyakarta,

1988), h. 173.

12 Https:/Matondang.Jurnal Tabularasa.2009.digilib.unimed. ac.id (Pdf, diakses pada

tanggal 28/10/2017).

(6)

dari validitas suatu tes dapat mengukur tingkat validitas valid atau tidak valid tergantung pada pengukurannya, shahih atau tidak shahihnya sebuah alat instrumen pencapaian hasil belaja sesuai dengan hasil pengukurannaya. Apabila hasil yang diperoleh sesuai maka validitas dpat dikatakan valid atau shahih dan sebaliknya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau standar penilaian maka validitas butir soal dikatakan tidak valid atau tidak shahih. Dalam kutipan buku Encylopedia of Educational Evaluation yang dikrang oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan A test is Valid if it measure what it purpose to measure atau pengertiannya kurang lebih “ sebuah tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur” dalam bahasa inonesia Valid disebut dengan istilah sahih. Penentuan sahih tidaknya suatu alat instrumen bukan ditentukan oleh instrumen itu sendiri tetapi ditentukan dari hasil pengetesan atau skor yang diperoleh dari alat instrumen.14

Berdasarkan tiga definisi yang diberikan diatas, terdapat tiga aspek yang perlu dievaluasi validitasnya yakni akurasi alat penilaian, pengukuran pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berwujud kinerja dan konsekuensinya pada skor.15

Keberhasilan tingkat validitas dipengaruhi oleh kondisi peserta didik baik itu pengaruh internal maupun eksternal dan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. dibutuhkan keterampilan dalam kelas dalam mendesain model-model pembelajaran, model-model desain, serta menggunakan pendekatan psikologi, sosiologis dan pendekatan agama. Mencapai tujuan pembelajaran dari aspek kognitif, afektif dan psikomtorik tidaklah mudah seperti kita bayangkan akan tetapi guru harus menguasai kelas, menguasai metode dan perencanaan, berwawasan luas serta beretika selain itu juga memerlukan kesabaran. Skor yang rendah kemungkinan besar akan mempengaruhi kepercayaan peserta didik,

14 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran (Cet. 9; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012),

h. 103

(7)

prestasi dan motivasinya termasuk dari hasil kinerjanya yang menurun dan pengembangan kurikulum yang terbatas.

Efek negatif dari penilaian mungkin termasuk kurikulum yang terbatas dengan apa yang dapat dinilai, komunikasi tentang kekuasaan, kontrol dan status sosial yang tidak diinginkan dan gambaran sempit tentang hakikat bidang-bidang tertentu termasuk akurasi penilaian.16

2) Reliabilitas (Reability)

Realibitas berasal dari kata realibity berarati sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama. Selama aspek yang diukur dalam diri subyek tidak berubah.17 Realibitas merupakan suatu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran baik.18

Hakikat realibitas instrumen berhubungan dengan masalah konsistensi. Maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika hasil skor yang diperolah tetap dan tidak berubah-ubah, jika skor yang diperoleh berubah-ubah maka hasil yang diperoleh tidak berarti. Perbedaan antara validitas dengan realibitas yaitu realibitas mengarah konsistensi skor dan validitas pengujian hasil skorn untuk mengetahui valid atau tidaknya butir tes.Realibilitas atau biasa disebut keandalan menekankan keajegan suatu hasil skor yang diperoleh.

Keandalan sangat ditentukan oleh estimasi jumlah kesalahan yang mengikuti skor yang diperoleh. Artinya jika margin kesalahannya kecil, maka keandalannya tinggi. Sebaliknya jika margim kesalahannya besar maka tingkat realibitasnya rendah.19 tingkat realibitas dipengaruhi oleh skor yang dihasilkan.

16 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 184.

17 Https:/Matondang.Jurnal Tabularasa.2009.digilib.unimed. ac.id (Pdf, diakses pada

tanggal 28/10/2017

18 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan pengukurannya (Yogyakarta: Pustaka

(8)

Realibitas adalah proses untuk menguji seberapa jauh perekembangan intelektual, psikomotorik, dan afektif. Gambaran hasil yang diperoleh atau skor yang didapatkan peserta didik membpermudah guru untuk mengulangi pelajaran yang sulit dipahami dan mempermantap supaya tujuan dari pembelajaran tercapai. Selain itu pendidik mampu mendefinisikan bakat-bakat yang dimiliki oleh peserta didik dan adapun hambatan-hambatan dalam proses mengajar dapat diatasi dengan cara observasi contohnya ketika peserta didik mengalami fisik yang lemah dikarenakan sakit sebaiknya agar disarankan untuk istirahat dan peserta didik yang nakal diberikan perhatian yang lebih besar untuk mengeahui kronologis dari kenakalannya. Hambatan-hambatan yang menganggu proses belajar mengajar akan mempengaruhi ketika mendapat ujian ketuntasan pencapaian hasil bvelajar.

3) Kewajaran

Batas kewajaran penilaian artinya tidak bias, tidak berat sebelah atau tidak adil. Suatu penilaian seharusnya bebas dari bias gender, ras, status ekonomi atau karakteristik lainnya.20Kewajaran penilaian tidak memandang status sosial, laki-laki atau perampuan, kaya atau miskin, berdarah biru atau masyarakat jelatah semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan prestasi, kepopuleran, mendapatkan ilmu pegetahuan dan keterampilan.

C. Instrumen penilaian

1) Tes tertulis

Secara garis besar, tes tertulis dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu tes objektif, mencakup pilihan ganda, tes benar dan salah, menjodohkan, isian atau melengkapi. Tes non-objektif seperti uraian. Tes uraian terdiri dari dua bagian yaitu uraian dengan jawaban karangan bebas (extended essay test) dan tes karangan terbatas (stricted essay test), tes karangan terbatas menghendaki siswa

(9)

atau peserta program pelatihan untuk menjawab soal yang difokuskan pada topik atau isu yang pesifik.21

a) Pilihan Ganda (tes obyektif)

Bentuk pilihan soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi terdiri adri item pokok soal dan option (pilihan jawaban) terdiri dari atas kunci jawaban dan pengecoh.22 Kelebihan mampu mengefesienkan waktu dari berbagai standar komptensi, cepat mendapatkan skor dan cepat untuk menghitung skor, akan tetapi mengurangi realibitas butir soal karna pilihan ganda biasa ditebak meski ada pengecoh.

b) Benar salah (tes objektif)

Bentuk soal ini memiliki dua kemungkinan jawaban benar atau salah. Kelebihan dapat mengukur semua tingkat domain kognisi mulai dari kemampuan sederhan hingga kempuan yang lebih kompleks, mencakup banyak materi dan lebih luas dari pilihan gand, mempermudah menghitung skor dengan cepat. Keterbatasannya memiliki tingkat keandalannya rendah, tidak dapat mengungkap seluruh konsep secara utuh.23

c) Menjodohkan

Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan meteri bisa banyak namun tingkat berpikir cenderung rendah. Keunggulannya yaitu soalnya dapat dirumuskan dengan mudah dan cepat, lebih ringkas dan ekonomis, lebih mudah memberikan skor. Keterbatasannya antara lain hanya menjangkau pemikiran tingkat rendah khusunya mengetahui dan memahami, tidak dapat

21 Benny A. Pribadi, M.A. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis

kompetensi (Cet. 1;Jakarta:Prenada Media Group, 2014), h. 76 .

22 Abdul Majib, Perencanaan pembelajaran (Cet. 5; Bandung: PT. Raemaja Rosdakarya,

(10)

diarahkan pada pertanyaan dalam domain afeksi dan psikomotor, kemungkinan menebak juga tinggi hanya cocok dengan materi tertentu.24

d) Jawaban singkat atau isian singkat (nonbjektif)

Tes bentuk jawaban singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk memnuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapai isian. Pengskoran isian singkat dapat dilakukan dengan skor 1 untuk jawaban benar, dan skor 0 untuk jawaban salah. 25

Contoh soal: e) Soal uraian

Terdiri dari uraian objektif dan uraian bebas. Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, pertanyaan yang dibuat perlu diperhatikan, pertanyaan yang dibuat mudah dimengerti sesuai dengan data, memeriksa pemberian bobot skor sudah tepat, kunci jawaban sudah benar.26 Contoh soal:

1. urutkan kegiatan dalam ibadah haji! 2. Sebutkan sifat wajib mustahil bagi Allah!

Soal uraian bebas diukur untuk mengukur kompetensi dalam semua tingkat ranah kognitif. Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas menggunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hitunglah dan buktikan.27 Soal uraian bebas menguraikan pendapat peserta didik, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki dan dituangkan kedalam tes berbentuk uraian bebas.

Hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir disebut sebagai hadis... 2) Penilaian kinerja (performance assesgment)

(11)

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian alternatif berdasarkan tugas jawaban terbuka (open-ended task) atau kegiatan hands-on yang dirancang untuk mengukur kriteria siswa terhadap seperangkat kriteria tertentu. Tugas assesgment kinerja menuntut siswa untuk menggunakan berbagai macam keterampilan konsep dan pengetahuan.28 Manfaat assesment kinerja untuk memberikan informasi mengenai pemahaman, kesulitan dan kemajuan belajar dan instrumen penilaian disertai dengan rubrik berlaku untuk pada setiap penilaian. Rubrik merupakan panduan untuk memperoleh hasil dari penilaian dan penilaian dapat berbentuk check list, portofolio, penilaian makalah.

Contoh penilaian cara kerja guru mahasiswa ppl disalah-satu instansi terdiri dari aspek yang diamati atau akitivitas pembelajaran (kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, penutup) rubriknya yaitu:29

a) Tidak memenuhi standar (TMS) b) Dibawah standar (DBS)

c) Memenuhi standar (MES) d) Diatas standar (DAS)

Performance assessment adalah suatu bentuk penilaian dimana peserta

dites untuk mendemonstrasikan apa yang mereka pahami dan cara pengaplikasiannya dari aspek pengetahuan yang mendalam, aspek psikomotorik dalam berbagai konteks. Jadi, penilaian kinerja untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan dari proses belajar mengajar ke dalam konteks yang sesuai dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. 30

4) Penilaian Hasil kerja

Tiga tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap perencanaan atau perancangan, tahap produksi. Tujuan penilaian hasil kerja agar tidak terjadi

28 M. Nur, Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains (Surabaya: University

Press, 2003), h. 4.

29 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 198.

(12)

kekeliruan dalam menyusun kisi-kisi instrumen penilaian utunk menilaian penguasaan kterampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari keterampilan berikutnya, menilai tingkat kompetensi yang dikuasai siswa, menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan.31

Perencanaan dalam menilai hasil kerja siswa diperlukan kriteria untuk mengetahui kemampuan diantaranya relevan dan mewakili kompetensi yang diukur (didasarkan pada seluruh aspek pengembangan pendidikan. Penetapan kompetensi tidak hanya untuk mencapai ketuntasan hasil belajar akan tetapi untuk menunjukkan kompetensi, dapat digunakan portofolio kerja siswa sehingga penilaian kerja yang objektif tuntas dan murni hasil kerja siswa.

Pengelolaan hasil belajar dikelola secara sistematis berdasarkan kriteria-kriterianya. Ada tiga cara yaitu anekdotal merupakan catatan yang dilakukan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan pada saat proses belajar mengajar. Skala penelitian analitis yaitu penilaian berdasarkan hasil kerja siswa. Dan skala penilaian holistik merupakan penilaian secara keseluruhan, penilaian ini digunakan untuk penilaian pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan penilaian kemampuan siswa.32

5) Penilaian Proyek

Istilah pembelajaran berbasis proyek di terjemahkan dalam bahasa inggris project based learning. Project based learning (PBL) is a model for classroom

activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated,

teacher-centred lesson. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary,

student centred, and integrated with real world issues and practices.

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model kegiatan di kelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama,

(13)

antardisiplin, berpusat pada siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata.33 Jadi penilaian proyek adalah pembelajaran mandiri, inovatif peran guru sebagai fasilitator, motivator dan memberi peluang yang besar kepada peserta didik untuk menyelesaikan, bekerja secara otonom, menganalisis, mengembangkan dan mengomentari proyek, membantu peserta didik memilikin kreativitas berpikir, pemecahan masalah dan interaksi serta membantu dalam penyelidikan yang mengarah pada penyelesaian masalah-masalah nyata. Pembelajaran dimana peserta didik dalam kelompok diminta membuat atau melakukan suatu proyek itu. Biasanya proyek bersifat interdisipliner, bukan hanya konsep melainkan juga sains yang lain yang terkait dan nilai kemanusiaan yang lain.34

Penilaian proyek memerlukan keterampilan mendesain kegiatan pembelajaran, mampu menghubungkan muatan akademik dengan reality dan bersemangat, berantusias untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Keuntungan dan keunggulan menggunakan penelitian proyek yaitu merombak pola pikir peserta didik dari sempit menjadi luas dan menyeluruh dalam memandang memecahkan masalah yang dihadapi, membina peserta didik menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terpadu yang diharapkan berguna bagi kehidupan sehari-hari, dan sesuai prinsip-prinsip didaktif modern.35

Penilaian berbasis proyek untuk mengukur kemampuan analisis berpikir tingkat tinggi peserta didik dan salah-satu bukti untuk mengetahui kemajuan belajar. Contoh penilaian proyek yaitu:

a) Materi: Koperasi sekolah

33 Trianto Ibnu Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual, h. 41.

34 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif dan Menyenangkan

(Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2007), h. 126.

(14)

b) Cara pengelolaan: observasi kebeberapa koperasi sekolah, talk show bersama ahli dari bidang perkoperasian, pengelola koperasi.

c) Pembuatan laporan atau makalah dari kegiatan observasi. Format dibuat oleh guru dan dapat dikembangkan lebih luas oleh siswa

d) Mengadakan diskusi panel di dalam kelas yang dimoderatori oleh guru tentang koperasi makalah yang telah disusun

e) Penilaian dilakukan terhadap keaktifan pada saat talk show, makalah yang dibuat, aktivitas dalam panel

6) Penilaian sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respon tendency) terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif (attitude) maupun negatif.36secara umum para pakar psikologi sosila berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap adalah mengamati dan meniru, pembelajaran ini berlangsung dengan mengamti dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain khusunya guru, menerima penguatan, penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif dan dapat berupa penguatan hukuman dan menerima informasi verbal, informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan misalnya tentang obyek tertentu yang diperoleh seseorang.

Secara garis besar penilaian sikap dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu penilaian sikap tentang pembelajaran dan penilaian dan penilaian perubahan sikap.37penilaian sikap tentang pembelajaran respon dan reaksi subjek pada proses pembelajaran berupa saran dan perbaikan. Penilaian perubahan sikap

(15)

dalah penilaian perubahan sikap siswa baik pribadi maupun klasikal terhadap pembentukan dan perubahan hasil belajar.

Secara umum objek sikap yang perlu dinilai mencakup: a) Sikap terhadap mata pelajaran

b) Sikap guru terhadap mata pelajaran c) Sikap rehadap mata proses pembelajaran

d) Sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada

e) Sikap berhubungan dengan nilai-nilai teretentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu seperti keberanian, empati, sopan santun, kerja keras, kejujuran dan ikhlas.

Penilaian sikap dapat dinilai melalui empat model yaitu oservasi/catatan pribadi, interview/ bertanya langsung, angket/survei

a) Observasi/catatan pribadi

Observasi adalah kemampuan untuk memperhatikan, mencatat kejadian, atau cara melihat sesuatu, atau dapat dikatakan pengamatan langsung dan penuh perhatian secara sistematis.38 Beberapa aspek yang diperhatikan adalah minat, perhatian, keterlibatan aktif, pengaruh positif.

b) Interview/bertanya langsung

Teknik pengumpulan informasi untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi secara langsung yang lebih mendalam terhadap obyek yang diamati39. Interview atau wawancara dapat dilakukan dengan cara terstruktur, semi terstruktur, tidak terstruktur.

c) Angket/survei

Angket dan survei adalah rangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan informasi dari individu.

1. Sikap spiritual dan sosial

38 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, h. 206.

(16)

Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berartu roh. Kata ini berasal dari bahasa latin, spiritus “ yang berarti napas. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak, dengan demikian kecerdasan spiritual berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami diri sepenuhnya sebagai makhluk spiritual maupun dari sbagian dari alam semesta.40

Penilaian kompetensi sikap spiritual berhubungan dengan kemampuan memahami individu maupun kelompok dari sikap dan perilaku orang lain hal ini relevan dengan sosial yang sangat mengharapkan sikap spiritual yang taat kepada Allah, disiplin dan bertanggungjawab dalam melekasanakan tugas-tugasnya baikpeserta didik atau pendidik, masyarakat. Penanaman sikap spiritual bukan hanya bermanfaat untuk personal, melainkan juga dalam kehidupan sosial. Jiwa yang memilili jiw spiritual dan sosial akan memudahkan peserta didik untuk mengembangkan kreativitasnya, pengembangan ilmu serta keterampilan.

Pedoman observasi sikap spiritual religiusitas Petunjuk:

Lembaran ini di isi oleh guru untuk menilai sikap spiritual peserta didik dengan kriteria sebagai berikut:

a) 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan b) 3 = sering, apabila sering melakukan seuai pernyataan

c) 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan tidak melakukan dan tidak melakukan

d) 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Petunjuk penskoran :

Skor akhir menggunakan rumus: skor diperoleh skor maksimal

¿ x4=skor akhir¿ atau

(17)

skor maksimal

¿ x100=skor akhir¿ Tabel Instrumen

No Aspek Pengamatan Skor

1 2 3 4

1 Berdoa sebelum dan sesudah melalukan sesuatu 2 Selalu mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan 3 Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan

pendapat/presentasi

4 Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap tanda-tanda kebasaran dan keagungan tuhan

5 Membuktikan keberadaan dan kebasaran Tuhan melalui ilmu pengetahuan yang dipelajari

Jumlah Skor

Sesuai permendikbud No 81A peserta didik memperoleh nilai adalah: Sangat baik : Apabila memperoleh skor: 3,33 > skor ≤ 4,00

Baik : Apabila memperoleh skor: 2,33 > skor ≤ 3,33 Cukup : Apabila memperoleh skor: 1,33 > skor ≤ 2,33 Kurang : Apabila memperoleh skor: skor ≤ 1,33.

Indikator dari setiap sikap sebagai berkut:

a) Sikap sosial kedisiplinan: masuk kelas tepat waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu, memakai seragam sesuai tata tertib, mengerjakan tugas yang diberikan, tertib dalam mengikut pembelajaran, mengikiti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan,membawa buku tulis sesuai mata pelajaran, membawa buku teks mata pelajaran41

(18)

lain tanpa bukti yang akurat, mengembalikan barang yang dipinjam, meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.42

c) Sikap sosial toleransi: menghormati pendapat teman, menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender, menerima kesepakatan meskipin berbeda dengan pendapatnya, menerima kekurangan orang lain, memaafkan kesalahan orang lain.43

d) Sikap sosial kerja sama: aktif dalam kerja kelompok, suka menolong teman/orang lain, kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, rela berkorban untuk orang lain.44

e) Sikap sosial kesantunan: menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat, saat mengkritik pendapat teman, bersikap salam, senyum, sapa saat bertemu orang lain.45

f) Sikap sosial percaya diri: berani tampil didepan umum, berani berpendapat, bertanya, atau mejawab pertanyaan, berpendapat atau melakukan kegiatan tana ragu-ragu, mampu mebuat keputusan dengan cepat, tidak mudah putus asa/ pantang menyerah.

(19)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Penilaian merupakan adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak melalui pembelajaran dan menginterpretasi informasi.

2. prinsip-prinsip penilaian yaitu terdiri dari Validitas (validity), realibitas (realibity), dan kewajaran (fairnes) hakikat validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Hakikat realibitas berhubungan dengan masalah kepercayaan maksudnya suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika dapat memberikan hasil yang tetap. Batas kwajaran yaitu tidak adanya batasan penilaian baik status sosial, jenis kelamin, ras maupun budaya, penilaian harus adil dan sewajarnya sesuai dengan realitas nilai.

(20)

DAFTAR PUSTAKA dan Kontekstual. Cet.I; Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 207

Djamarah, Syaiful Bakhri dan Azwar zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Majib, Abdul. Perencanaan pembelajaran. Cet. 5; Bandung: PT. Raemaja Rosdakarya, 2008 )

Masyhuri dan Zainuddin, Metodologi Penelitian. Cet. 3; Bandung: PT. Refika Aditama, 2011.

Nasution dan Asmawi Zainul. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT, 2005.

Nur. Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. Surabaya: University Press, 2003), h. 4.

Pribadi, Benny. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis kompetensi. Cet. 1;Jakarta:Prenada Media Group, 2014.

Print, Murray. Curriculum Develpopment and Design. Australia: Allen danUnwin, 1993.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Cet. 4; jakarta: Kharisma Putra Utama, 2014.

Rohan, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, Cet. 2; Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004, h. 179.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet. 7; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.

Suparno, Paul. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktif dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2007), h. 126.

Sutikno, M. Sobby dan Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 1; Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.

Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Cet. 9; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.

Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Cet. 4; Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2016.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Path analysis aims to find the most influence intermediary variabel in the indirect effect of economic growth to poverty, and PPGI aims to determine whether the economic growth

Boggis and Bunce and Bean sat upon small stools, staring at the fox’s hole.. They didn’t

Dalam hal saham induk perusahaan dibeli oleh anak perusahaannya, maka saham tersebut tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam

Terkait dengan pelaksanaan rencana program investasi keciptakaryaan, unit/bagian organisasi Bappeda yang terlibat adalah Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan yang

Salah satu hal penting yang mendukung sistem informasi keuangan berbasis komputer berjalan dengan baik adalah sistem pengkodean akun transaksi keuangan yang dipakai

Tabel di bawah ini merupakan hasil dari statistik deskriptif variabel pembagian dividen yang diukur dengan dividend payout ratio, free cash flow, struktur kepemilikan yang menggunakan

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul “Pengaruh Promosi, Lokasi, Persepsi Harga dan Mutu Layanan terhadap Citra Merek serta Implikasinya terhadap