• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan STUDI KELAYAKAN DAN ANALISA PROY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan STUDI KELAYAKAN DAN ANALISA PROY"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan

“STUDI KELAYAKAN DAN ANALISA PROYEK”

Ayam Potong Dengan Populasi 4.000 Ekor di

Perusahaan Waiwejak - Kabupaten Lembata - NTT

Oleh :

Stefanus Eugenius Bala 45 10 035 006

FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS 45 MAKASSAR

(2)

RINGKASAN

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap permintaan pasar, terhadap produk-produk peternakan kususnya pada daging ayam broiler, menunjukan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pemenuhan gizi akan perotein hewani samakin meningkat. Namun tingginya permintaan tersebut belum bisa diimbangi dengan peningkatan produksi populasi ayam broiler.

Laju pertambahan populasi ayam broiler di Indonesia belum memenuhi kebutuhan perotein hewani masyarakat karna populasi ayam broiler masih sangat rendah, kondisi tersebut mengakibatkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran.

Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler, meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau bahkan bisa jadi memang tidak perlu dipersoalkan, tetapi bagi peternak atau calon peternak pengetahuan tentang asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler dari waktu ke waktu penting dimiliki.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Pemrakarsa

Selama 50 tahun lebih perkembangan ayam ras, terutama ayam ras pedaging di Indonesia telah terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, terutama ayam jenis pedaging/broiler (Abidin, 2002). Ayam Broiler merupakan salah satu jenis komoditi dibidang peternakan yang menghasilkan gizi dan memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial (Hartono, 1997). Ayam Broiler yang dimaksud adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu,. mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf, 1994).

Sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengonsumsi daging ayam broiler, oleh karena itu kebutuhan akan daging harus terpenuhi dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu cara untuk pemenuhan daging ayam broiler adalah dengan pengembangan usaha ayam pedaging/ broiler.

Menurut Hartono (1997), kelebihan dan kekurangan pemeliharaan ayam pedaging adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

a) Umur relatif pendek. b) Pertumbuhan sangat cepat. c) Efisiensi makan sangat tinggi.

d) Dagingnya lebih lunak (empuk) dibandingkan dengan ayam buras. e) Lebih menguntungkan sebagai usaha andalan.

f) Kotorannya dapat dijual.

Kekurangan :

a) Kurangnya kekebalan terhadap penyakit.

(4)

d) Dagingnya mudah rusak akibat fermentasi kotoran. e) Pemeliharaan lebih sulit dibandingkan ayam kampung. f) Memerlukan pemeliharaan yang intensif.

g) Memerlukan banyak persyaratan.

Nama dan alamat pemrakarsa proyek.

Suatu pemikiran yang wajar jika peternak atau pengusaha dan produsen peternakan ingin memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun demikian tidak selamanya suatu usaha peternakan dapat memberikan keuntungan seperti yang diharapkan bahkan dapat mengalami suatu kerugian.Untuk itu diperlukan suatu analisis yang matang tentang kelayakan suatu usaha yang akan dibangun.

Hasil analisis usaha ternak sangat bervariasi antar lokasi dan waktu sesuai dengan tingkat fluktuasi biaya input produksi dan harga jual produk di lokasin atau daerah bersangkutan. Hanya dengan kerja keras, strategi budidaya, dan pemasaran yang baik dan benar, segala sesuatu yang diharapkan dapat berjalan sesuai rencana.

Maka dari itu saya mau menjalankan Proyek Usaha Ternak Ayam Potong (Broiler), yang nantinya akan menjadi sebuah Perusahaan. Perusahaan ini merupakan usaha perorangan dimana pengurus usaha adalah anggota-anggota keluarga terdekat, yaitu:

Pemilik / Pimpinan Usaha : Stefanus Eugenius Bala

Pengurus Harian : Belajan Boli Wuwur

Total jumlah Karyawan : 25 orang

Usaha Ternak Ayam Potong (Broiler) ini akan di bangun dengan nama perusahaan Waiwejak yang terletak di Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan total kapasitas produksi ayam potong (broiler) per periode 4.000 ekor.

Jenis investasi proyek, baru atau perluasan.

(5)

Produk yang akan dihasilkan.

Perusahaan ini yang nantinya akan menghasilkan daging ayam potong yang berkualitas dan harganya terjangkau bagi masyarakat yang akan mengkonsumsinya. Adapun produk yang akan dihasilkan sbb :

1) Feses diolah sebagai kompos (pupuk kandang) 2) Tulang diolah sebagai tepung tulang.

(6)

BAB II

TINJAUAN USAHA

Aspek Pasar dan Pemasaran

Ketepatan dalam menentukan parameter yang ikut berpengaruh pada kinerja usaha akan menentukan hasil akhir suatu studi kelayakan usaha. Pada usaha ternak potong, terdapat beberapa segmen usaha yang dapat dilakoni, yaitu pembesaran dan pembibitan. Analisis dari masing-masing segmen usaha akan menjadi acuan dalam menentukan pilihan usaha yang akan dijalankan.

Faktor finansial menjadi tolok ukur utama dari suatu analisis usaha, terutama cash flow yang terjadi selama kegiatan usaha berjalan. Perhitungan besarnya biaya, keuntungan yang diperoleh dan harga jual pokok penjualan dilakukan untuk mengetahui indikator kelayakan suatu usaha. Indikator yang sering dipergunakan untuk melihat tingkat kelayakan suatu usaha adalah analisis rasio B/C, payback period (PBP), dan analisis titik impas atau break even point (BEP), selain itu, akan lebih baik jika dilengkapi dengan perhitungan net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan return on investment (ROI).

a. Biaya

Biaya adalah segala sesuatu yang diinvestasikan, baik berupa uang, tanah dan bangunan, tenaga kerja, serta aset-aset lainnya yang diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Biaya tersebut dikeluarkan secara kontan (cash) atau kredit. Besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi akan menjadi acuan dalam penentuan harga pokok penjualan dan akan mempengaruhi kelayakan usaha. Biaya yang diperlukan dalam setiap segmen usaha ternak potong sudah tentu akan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh hal-hal, sebagai berikut :

1) Jenis ternak potong yang diusahakan (ayam broiler)

2) Jenis usaha yang akan dipilih (pembibitan dan pembesaran)

3) Skala usaha yang dikelola (keseimbangan antara faktor produksi yang dimiliki dengan omset produksi yang dapat dicapai)

(7)

5) Kemampuan manajerial yang dimiliki dalam mengelola usahanya. Dalam hal ini efisiensi usaha akan menjadi target untuk mencapai keuntungan yang maksimal.Terdapat dua jenis biaya dalam suatu usaha, yaitu biaya investasi dan biaya operasional.

a) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha , misalnya biaya beli lahan, pembuatan kandang, peralatan atau mesin, dan izin usaha. Biaya investasi ini diperhitungkan sebagai penyusutan.

b) Biaya Operasional

Biaya operasional dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost). Biaya tetap adalah semua biaya yang besarannya tetap sampai batas tertentu walaupun hasil produksinya berubah. Beberapa komponen biaya yang termasuk biaya tetap ini, diantaranya sewa lahan dan tenaga kerja. Sementara itu, biaya variabel (tidak tetap) adalah biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi, misalnya biaya pembelian ternak bakalan, pakan, suplemen, obat-obatan, dan peralatan kandang pakai habis termasuk biaya tidak tetap.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang diperoleh dari penjualan produk suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, karkas, pupuk, dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan.

c. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih antara pendapatan dengan total biaya yang diperlukan dari proses produksi pemasaran suatu produk.

d. Analisis Kelayakan

(8)

Analisis benefit cost ratio (B/C) dan revenue cost ratio (R/C) digunakan untuk melihat tingkat keuntungan atau penerimaan relatif suatu usaha dalam setahun terhadap total biaya yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut, dengan rumus sebagai berikut.

B/C ratio = Total penerimaan – Total biaya Total Biaya

B/C ratio = Total penerimaan Total Biaya

Payback period (PBP)

Analisis payback period (PBP) dipergunakan untuk mengetahui lamanya pengembalian modal yang telah diinvestasikan dalam suatu usaha.

PBP = Total investasi x 1 tahun Keuntungan

Break even point (BEP)

Analisis break even point (BEP) dipergunakan untuk melihat batas nilai atau volume produksi dari suatu usaha. BEP bisa dihitung berdasarkan jumlah produksi (BEP produksi) atau harga (BEP harga) dengan perhitungan sebagai berikut.

BEP produksi = Total biaya

Harga penjualan

BEP harga = Total biaya Total Produksi

Return on investment (ROI)

Analisis Return on investment (ROI) digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu kegiatan usaha atas seluruh aset atau nilai investasi yang digunakan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.

(9)

Total investasi

Net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR)

Analisis IRR dan sangat terkait dengan konsep NPV, yaitu sama-sama memperhitungkan nilai waktu dari uang. Pada analisis NPV, seluruh aliran cash (inflow maupun outflow) dikalikan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang telah ditentukan untuk tahun mendatang.

Artinya, nilai penerimaan dan pengeluaran yang akan terjadi di masa yang akan datang dinilai pada saat sekarang. Hal ini disebabkan adanya penghargaan nilai uang yang diterima pada saat sekarang lebih berharga dibandingkan dengan uang diterima di masa yang akan datang.

Kaitannya dengan IRR, yaitu bahwa perhitungannya dengan menggunakan nilai NPV suatu arus kas , IRR lebih banyak digunakan untuk membandingkan berbagai alternatif peluang investasi yang ada. Nilai IRR suatu investasi adalah tingkat bunga yang total nilai NPV-nya sama dengan 0 (nol). Apabila nilai NPV positif, tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskon nilai arus kas suatu proyek bukanlah nilai IRR. Begitu pula apabila nilai NPV negatif, tingkat bunga yang digunakan mendiskon nilai NPV bukan nilai IRR.

Pada pemasaran ayam pedaging baik yang masih hidup maupun yang sudah dilakukan pencabutan bulu, tidak ada ketentuan resmi yang mengikat dan mengatur dalam pemasaran. Penyaluran pemasaran ayam pedaging dapat dilakukan secara bebas oleh peternak maupun pedagang baik skala kecil maupun skala besar.

Cara pemasaran ayam pedaging ada 2 jalan yang ditempuh oleh peternak, yaitu :

1. Penjualan langsung

Peternak menjual hasil ternaknya secara langsung kepada pedagang tanpa melalui perantara atau makelar. Pedagang itu sendiri dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu :

a) Pedagang besar b) Pedagang kecil c) Pedagang eceran

(10)

Peternak menjual hasil produksinya tidak secara langsung tetapi melalui seseorang perantara atau makelar. Menurut tanggung jawabnya seorang perantara atau komisioner dalam perdagangan/bisnis. (Hartono, 1997). Adapun pemasaran yang penulis rencanakan nantinya adalah pemasaran atau penjualan secara tak langsung, dengan menjual melalui seorang perantara seperti broker atau pedagang pengumpul lainnya.

Aspek Teknis dan Teknologi

Ayam kampung pada usia 8 minggu masih sangat kecil, tidak lebih dari kepalan tangan orang dewasa, begitu pula dengan ayam petelur. Hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam kampung memang lambat. Setelah mem- pertimbangkan pertumbuhan ayam, maka terpilihlah ayam broiler sebagai ayam pedaging karena pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1 minggu sampai 5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu saja tubuhnya sudah gempal dan padat (Rasyaf, 1994). Jadi beternak ayam pedaging (broiler) sangatlah baik dalam penghasil daging. Maka usaha ini baik untuk dikembangkan, karena sebagai suatu usaha yang menguntungkan.

1. Bibit

Salah satu penentu dalam keberhasilan peternakan ayam pedaging adalah pemilihan bibit, karena bibit merupakan faktor dasar yang tidak bisa dianggap remeh. Kalau saja bibit yang dipilih tidak berkualitas maka sangat berpengaruh terhadap peternakan, dimana DOC (Day Old Chick) sangat rentan terhadap penyakit. Faktor bibit hanya menduduki persentase yang lebih sedikit dibandingkan dengan pengaruh lingkungan, seperti suhu, makanan dan pemeliharaan.

Menurut Hartono (1997), dalam usaha pembudidayaan ayam broiler (pedaging) pemilihan bibit merupakan salah satu pertimbangan ekonomi yang tidak boleh diabaikan. Jika dalam pemilihan bibit kurang selektif terhadap bibit yang diternakkan, tentu akan menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan.

Dampak yang ditimbulkan DOC yang tidak berkualitas adalah :

(11)

c) Mudah terserang penyakit. d) Angka mortalitas yang tinggi.

Ciri-ciri DOC yang baik adalah :

a) Badan lebar.

b) Postur tubuh tegak dan tinggi. c) Kondisi kaki tegap dan normal. d) Mata cerah.

e) Paruh kokoh.

f) Pertumbuhan bulu cepat.

g) Warna bulu bersih dan mengkilat. h) Kondisi tubuh normal atau tidak cacat

2. Kandang

Kandang merupakan hal yang sangat penting, dikarenakan kandang merupakan tempat untuk pemeliharaan yang dapat memberikan keselamatan dan kenyamanan hidup. Kandang higienis adalah kandang yang tidak menimbulkan penyakit (Hartono, 1997).

Menurut Abidin (2002), kandang bagi ayam ras pedaging merupakan tempat hidup dan tempat berproduksi . Disamping itu kandang juga berfungsi sebagai berikut:

a) Melindungi ayam ras pedaging dari binatang buas.

b) Melindungi ayam ras pedaging dari cuaca yang tidak bersahabat, suhu tinggi akibat teriknya matahari, suhu terlalu dingin akibat perubahan musim, terpaan hujan, serta hembusan angin yang sangat kencang.

c) Membatasi ruang gerak ayam ras pedaging.

d) Menghindari resiko kehilangan ayam ras pedaging.

(12)

Menurut Hartono (1997), untuk menjamin keberhasilan dalam usaha beternak, penentuan lokasi merupakan perhatian pertama. Lokasi kandang harus menjamin kehidupan dan mendukung pertumbuhan. Pedoman dalam pemilihan lokasi kandang ternak ayam adalah sebagai berikut :

a) Lokasi kandang jauh dari keramaian. b) Lokasi jauh dari pemukiman.

c) Transportasi lancar. d) Sumber air tersedia.

e) Kondisi alam yang menunjang. f) Aman

Adapun kandang yang akan penulis pergunakan adalah kandang panggung (system slat) dengan ukuran 4x6 meter. Kandang ini cukup baik apabila dipergunakan dalam beternak, sebab :

a) Terlindung dari terik matahari. b) Terhindar dari binatang buas. c) Jauh dari pemukiman.

d) Alat transportasi mudah dan lancar. e) Mudah dalam pembersihannya. f) Sumber air dekat.

3. Pakan dan Minuman

a) Pakan

Menurut Rasyaf (1989), pertumbuhan ayam broiler tergantung pada makanan. Bila makanan yang diberikan baik (kualitas maupaun kuantitasnya) maka hasilnya juga baik. Tetapi bila sebaliknya, maka hasilnya juga buruk.

(13)

b) Minuman

Menurut Hartono (1997), air didalam tubuh sangat dibutuhkan sebab merupakan kebutuhan utama yang dapat membantu dalam proses pencernaan, metabolisme dan proses kimia lainnya, seperti :

1) Menghancurkan zat makanan.

2) Melarutkan dan mengangkut zat makanan. 3) Mempertahankan kestabilan kondisi tubuh. 4) Membantu proses kimia dalam tubuh.

Air yang akan digunakan sebagai air minum sebaiknya tidak mengandung logam berat, seperti Fe, Cu, dan Hg. Selain itu air harus bebas dari kandungan bakteri. Jika air mengandung bakteri atau logam berat, daya cerna dan daya serap zat makanan pada ayam akan menurun dan akibatnya laju pertumbuhan akan terhambat. Untuk penggunaan air PAM tidak terlalu dianjurkan, karena tingginya kadar kaporit dalam air yang mana dapat menurunkan daya cerna dan daya serap pakan (Abidin, 2002:58). Air diberikan secara adlibitum atau terus menerus.

4. Kesehatan

Adapun penyakit dan penanggulangannya yang sering menyerang pada ayam broiler :

IBD (Infectious Bursal Disease) atau Gumboro.

 Penyebab :

Virus golongan Reovirus,mempunyai struktur RNA.

 Gejala Klinis :

Penyakit diawali dengan hilangnya nafsu makan kemudian disusul dengan kelemahan, inkoordinasi, peradangan disekitar dubur dan terjadi mencret berair dengan disertai keadaan gemetar, banyak bulu ekor rontok karena ayam mematuki bulu disekitar dubur.

(14)

 Vaksinasi gumboro mempunyai arti penting bagi keseluruhan program kesehatan ayam didaerah yang rawan oleh gumboro. Hal ini karena dapat merusakkan alat pembentuk kekebalan (bursa fabricius). Jika sistem kekebalan tubuh rusak, maka ayam menjadi mudah terserang penyakit dan gagal membentuk zat kebal setelah vaksinasi.

 Melakukan sanitasi kandang, peralatan dan lingkungan termasuk pencegahan

banyaknya tamu dan hewan liar masuk kandang.

 Usaha peternakan dikelola dengan baik.

 Pengobatan :

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit gumboro. Pengobatan dapat diberi air gula 30-50 gram tiap liter air minum dan vitamin. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi badan. Perhatikan litter, jika perlu tambahkan litter baru (Jahja, 2000:98-99).

ND (Newcastle Disease) atau Tetelo

 Penyebab :

 Virus golongan Paramyxo virus yang mempunyai struktur RNA. Virus ini

dapat mengaglutinasikan sel-sel darah merah ayam.

 Gejala Klinis :

 Gangguan organ pernafasan.

 Batuk, bersin dan ngorok.

 Gangguan saluran pencernaan.

 Nafsu makan hilang, minum terus dan diare berwarna hijau lumut dan

bercampur putih.

 Gangguan syaraf.

 Sayap terkulai, kaki lumpuh atau jalan diseret, tanda yang khas dari penyakit

ini adalah kepala yang terpelintir, jalan mundur dan jalan berputar-putar.

 Pencegahan :

(15)

 Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kedalam lokasi peternakan.

 Usaha peternakan dikelola dengan baik, sehingga memungkinkan suasana

yang nyaman bagi ayam, antara lain jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”.

 Pengobatan :

Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ND. Dilakukan revaksinasi untuk mengurangi keparahan penyakit dan menekan angka kematian (Jahja, 2002).

Dalam peternakan untuk mencegah penyakit, maka dilaksanakan vaksinasi.

Menurut Sujoni (2007), hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pemberian vaksin adalah :

 Vaksin hanya dilaksanakan pada hewan yang sehat.

 Selalu cek tanggal kedaluarsa (Expire Date) pada vaksin.

 Gunakan selalu diluent (pelarut) yang tepat.

 Gunakan selalu dosis yang tepat.

 Syringe dan needle yang digunakan harus dalam keadaan yang steril.

 Alat dan bahan harus seluruhnya dalam keadaan yang steril.

 Bakar semua bekas box DOC.

(16)

BAB III ANALISIS USAHA

Data Proyek

Nama Perusahaan : Waiwejak

Lokasi Usaha : Desa Waikrata Kabupaten Lembata - NTT

Skala Usaha : 4.000 ekor

Kandang : Beton (2 Lantai)

Pemasaran : Melalui Broker

Sumber Dana : 1. Dari bank sebesar Rp 100.000.000,00

Dengan bunga 15 % per tahun

2. Poultry shop untuk biaya operasional (Tanpa bunga)

Tujuan Usaha : 1. Sumber penghasilan

2. Untuk pemenuhan kebutuhan daging di masyarakat

Kendala Usaha : 1. Harga penjualan ayam yang turun naik (berfluktuasi)

(17)
(18)
(19)

j. Pipa Paralon = Rp 480.000,00 - Rp 96.000,00 = Rp 384.000,00 1

k. Tirai = Rp 490.000,00 - Rp 90.000,00 = Rp 200.000,00 2

l. Sekop = Rp 55.000,00 - Rp 0,00 = Rp 18.333,33 3

m. Bohlam = Rp 504.000,00 - Rp 0,00 = Rp 252.600,00 2 +

Jumlah Penyusutan / Tahun = Rp 7.618.290,30

Penyusutan / Periode = 5 x Rp 7.618.290,30

12

= Rp 3.174.287,70

Bunga Modal/Tahun = Total pinjaman × Bunga (%) = Rp 100.000.000,00 × 15 % = Rp 15.000.000,00

Bunga Modal/Periode = Rp 15.000.000,00 5

= Rp 3.000.000,00

Jumlah Input Tetap = Penyusutan/Periode + Bunga Modal = Rp 3.174.287,70+ Rp 3.000.000,00 = Rp 6.174.287,70

Input Variable

a. DOC MB 202 40 box @ Rp. 300.000,00 = Rp 12.000.000,00

b. Pakan BR I 200 zak @ Rp 265.000,00 = Rp 53.000.000,00

c. Obat-obatan/Vitamin dan Vaksin

1. Vaksin ND I Lasota 4 ampul dosis 1000

@ Rp 28.000,00 = Rp 112.000,00 2. Vaksin ND II Lasota 4 ampul dosis 1000

@ Rp 28.000,00 = Rp 112.000,00

3. Vaksin Gumboro 4 ampul dosis 1000

(20)
(21)

Penjualan karung pakan 200 buah @ Rp 2000 = Rp 400.000,00 Ayam Afkir 25 ekor @ Rp 10.000,00 = Rp 250.000,00 + Hasil Output Sampingan = Rp 1.450.000,00

Total Output

Output Utama + Output Sampingan = Rp 89.964.000,00 + Rp 1.450.000,00

= Rp 91.414.000,00

3 Perhitungan-perhitungan

1. Pendapatan Pegelola (PP)

PP = Output Total - Input Total

= Rp 91.414.000,00 - Rp 80.171.608,70 = Rp 11.242.392,70 (Untung)

2. Feed Convertion Ratio (FCR)

FCR = Jumlah Pakan Keseluruhan Jumlah BB Keseluruhan

= 10.000 kg 6664 kg

= 1,5

3. Indeks Prestasi (IP)

IP = % Ayam Terjual x BB X 100 FCR x Lama Pemeliharaan

= 98 % x 1,7 x 100 1,5 x 30

= 16150,00 45

= 358,89

(22)

Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada penelitian ini memiliki perbedaan pada objek yang diteliti, yaitu membahas menenai kursus keterampilan kriya di Crayon’s Craft & Co, peneliti

Sayangnya, kedua buku diatas dalam penelitiannya hanya mengambil satu wilayah di Poso, sehingga keduanya tidak memberikan solusi yang tepat mengenai perdamaian di

Dengan program secara khusus yang dikembangkan di madrasah ibtidaiyah akan memberikan kesempatan kepada murid dalam menguasai bahasa Arab tidak saja sebatas

T Sig.. Koefisien Total Hutang sebesar 0,001 menunjukkan bahwa setiap Total Hutang penambahan sebesar satu satuan, maka akan diikuti oleh kenaikan laba nilai laba

Investment dan Net Profit Margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Intellectual Capital yang mengakibatkan bahwa kemampuan perusahaan dalam

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dalam perawatan pada pasien post operasi katarak di Balai Kesehatan Mata masyarakat Sulawesi

2 Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) , Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.... KPI melakukan peran-peranya sebagai wujud peran