LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN KELUARGA
(Tn. D dengan Asam urat)
Di susun oleh :
Wahyu jatmiko
NPM :3209108
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013
TEORI KELUARGA a. Definisi Keluarga
Menurut Baylon & Maglayo (1978) keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
b. Macam-macam Keluarga 1. Keluarga tradisional :
Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung/angkat)
Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah (misal: kakek, paman, dan lain-lain).
Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri
tanpa anak.
Single parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian/kematian.
Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa.
Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut. 2. Keluarga non tradisional :
Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup serumah.
Orang tua (ayah ibu), yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis, hidup dalam satu rumah tangga.
c. Fungsi dan peran keluarga
Freudman (1986), mengidentifikasi 5 fungsi keluarga, yaitu :
1. Fungsi afektif, berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
2. Fungsi sosialisasi, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi, keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan untuk makan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
5. Fungsi perawatan kesehatan, keluarga berfungsi untuk melaksankaan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I. Pasangan Baru (keluarga
baru)
Tugas perkembanangan :
Membina hubungan intim yang memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Tahap II. Keluarga ‘Child Bearing’ (kelahiran anak 1) Tugas perkembangan :
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual dan kegiatan.
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, semenara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Kegiatan dan waktu untuk stimlasi tumbuh kembang anak.
4. Tahap IV. Keluarga dengan anak sekolah Tugas perkembangan :
Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
Mempertahankan keintiman pasangan
Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja Tugas perkembangan keluarga :
Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Mempetahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua
Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan
Perubahan system dan perauran untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Mempetahankan keintiman pasangan
Membantu orang tuan suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan Tugas perkembangan :
Mempertahankan kesehatan
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak
Meningkatkan keakraban pasangan
8. Tahap VIII. Keluarga usia lanjut Tugas perkembangan :
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
Melakukan live review
e. Nilai – nilai keluarga
Masalah
ATRITIS GOUT (ASAM URAT) I. Pengertian
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)
II. Etiologi
Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
Jenis kelamin dan umur
Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).
Berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
Konsumsi alkohol
Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.
Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan, rempelo dll.
Obat-Obatan Tertentu
Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.
III. Patofisiologi
1. Presipitasi kristal monosodium urat, dapat terjadi di jaringan jika konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.
2. Respon leukosit polimorfonuklear (PMN) dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis, terbentuk fagolisosom dan akhirnya membran vakuol disekeliling kristal bersatu dengan membran leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom, terjadi robekan membram lisosom dan pelepasan enzim dan oksida radikal ke dalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel, terjadi respon inflamasi dan kerusakan jaringan.
Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui feses (kotoran) dan urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.
IV. Tanda dan Gejala
1) Stadium Arthritis Gout Akut
Sangat akut, timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Faktor pencetus: trauma lokal, diet tinggi purin (kacang-kacangan, rempelo dll), kelelahan fisik, stres, diuretic.
Penurunan asam urat secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan.
2) Stadium Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi periode interkritikal asimptomatik.
3) Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine 24 jam ureum, kreatinin.. Peningkatan kadar asam urat serum (hyperuricemia), Peningkatan asam urat pada urine 24 jam, Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat monosodium, Peningkatan kecepatan waktu pengendapan
Pemeriksaan X-Ray
Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan jaringan lunak
VI. Penatalaksanaan
1) Non farmakologi
a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari. b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB n BB.
d. Rendah protein yang bersumber hewani. e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat 2) Farmakologi
a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin)
b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).
Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Identitas
Prosentase pria : wanita 2 : 1 Pada pria dominan terjadi pada pria dewasa ( 30 th keatas) dan Wanita terjadi pada usia menopause ( 50 – 60 th ).
Keluhan utama nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
Pemeriksaan fisik
Identifikasi tanda dan gejala yang ada peda riwayat keperawatan
Nyeri tekan pada sendi yang terkena
Nyeri pada saat digerakkan
Area sendi bengkak (kulit hangat, tegang, warna keunguan)
Denyut jantung berdebar Riwayat psikososial
Cemas dan takut untuk melakukan kativitas
Tidak berdaya gangguan aktivitas di tempat kerja
1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit reumatik
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit reumatik
3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan di rumah b.d kurangngnya mengenal masalah kesehatan
3. Perencanaan dan Implementasi
1. Resiko gangguan mobilisasi b.d Kurangnya kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit reumatik.
$0D
Tujuan umum :
Setelah 3x kunjungan rumah, resiko gangguan mobilisasi klien tidak terjadi Tujuan Khusus :
1) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengenal masalah rheumatik pada anggota keluarga. Dengan cara:
a. Menyebutkan pengertian reumatik Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga pengertian reumatik dengan menggunakan lembar balik b) Tanyakan kembali pada keluarga.tentang pengertian reumatik
c) Beri pujian atas usaha yang dilakukan keluarga b. Menyebutkan penyebab reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang penyebab reumatik dengan menggunakan lembar balik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab reumatik c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda reumatik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali tanda-tanda reumatik c) Beri reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
2) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan cara:
a. Menyebutkan akibat lanjut tidak diobatinya reumatik
Intervensi
a) Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila reumatik tidak diobati dangan menggunakan lembar baik
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat lanjut dari reumatik yang tidak diobati
c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga b. Memutuskan untuk merawat
Intervensi
a) Motivasi keluarga untuk mengatasi masalah yang dihadapi
b) Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk merawat anggota kelurga yang mengalami reumatik
3) Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan reumatik :
a. Menyebutkan cara perawatan reumati Intervensi
a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan reumatik dengan menggunakan lembar balik
b. Mendemonstrasikan cara latihan gerak Intervensi
a) Demonstrasikan pada keluarga tentang cara latihan gerak pada persendian, sendi kepala sampai sendi kaki
b) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mencoba melakukan latihan gerak c) Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
d) Pastikan keluarga akan melakukan tindakan yang diajarkan jika diperlukan c. Menyebutkan jenis makanan untuk reumatik
Intervensi
a) Diskusikan bersama keluarga tentang jenis makanan/diit untuk reumatik b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali diit reumatik
c) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
4. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memelihara/ memodifikasai lingkungan rumah yang sehat:
a. Cara memelihara/ memodifikasi lingkungan yang sehat Intervensi
a) Menjelaskan lingkungan yang dapat mencegah reumatik
b) Memotivasi keluarga untuk mengulangi penjelasan yang diberikan c) Beri reinforcement positif atas upaya yang dilakukan keluarga
5. Setelah 1x 45 menit kunjungan rumah, keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Menyebutkan kembali manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan
Intervensi
a) Menginformasikan mengenai pengobatan dan pendidikan kesehatan yang dapat diperoleh keluarga di pelayanan kesehatan
b) Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil diskusi c) Beri reinforcement positif atas hasil yang dicapai keluarga b. Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam merawat reumatik
Intervensi
b) Berikan reiforcement positif atas tindakan tepat yang dilakukan oleh keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media Aeusculapius. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4,
EGC, Jakarta.
Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. http://dr-suparyanto-m.kes.blogspot.com