• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Di Pengantar Ilmu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Di Pengantar Ilmu Pendidikan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan

Dosen: Dra. Irah Kasirah, M.Pd.

Aspek Spiritual Pendidikan

Abdul Goffar Al Mubarok

5215134375

Ditujukan untuk memenuhi penilaian mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

S1 Pendidikan Teknik Elektronika

Fakultas Teknik

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pengantar Ilmu Pendidikan ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Keberhasilan dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Irah Kasirah sebagai dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

2. Kedua orangtua yang senantiasa memberikan support dan doa. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari predikat sempurna, masih banyak kekurangan di sana sini. Oleh sebab itu, kami meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai masukan bagi agar kami dapat menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat diterima untuk memenuhi persyaratan nilai mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan

Wassalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokatuh

Jakarta, 31 Mei 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

BAB I : PENDAHULUAN 1

1.1. LATAR BELAKANG 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH 3

BAB II : PEMBAHASAN 4

BAB III : PENUTUP 22

KESIMPULAN 22

(4)

BAB I : Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sesuai dengan firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya.”1

Manusia memiliki kelebihan dibanding mahluk lain, yakni akal pikiran. Akal tersebut yang mendorong manusia menjadi lebih maju dibanding mahluk lain di muka Bumi ini. Dimana akal pikiran menjadi motor penggerak karsa cipta manusia untuk mempermudah kehidupan mereka.

Manusia terlahir ke dunia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, sehingga manusia memerlukan bantuan orang lain untuk dapat hidup. Dan dari orang lain pula manusia memperoleh pengetahuan mengenai tata cara bertahan hidup, bahkan berkat akal yang dimilikinya manusia tidak hanya menggunakan pengetahuan yang ia dapat untuk sekedar bertahan hidup saja, tapi juga mengembangkan pengetahuan tersebut untuk aktualisasi diri dan menciptakan berbagai hal baru yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Akal yang dimiliki manusia dikembangkan melalui berbagai proses pendidikan yang dialaminya, sehingga akal tersebut dapat lebih peka dan tanggap menghadapi berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini kita mengenal beberapa kecerdasan, dan yang berkaitan dengan kecerdasan daya nalar atau kemampuan berpikir adalah Intelligency Quotient

(IQ). IQ kerap dijadikan harga mati bagi tingkat kemajuan pendidikan seorang manusia. Padahal sebenarnya IQ saja tidak cukup untuk dijadikan patokan dalam mengukur kemajuan pendidikan seseorang.

(5)

Di samping IQ ada juga Emotional Quotient (EQ) yang memiliki pengaruh penting dalam pribadi seseorang, sebagai penentu sikap yang akan diambil oleh seseorang. Jika seseorang yang memiliki IQ tinggi namun lemah dalam aspek EQ maka kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak akan optimal karena tidak disertai dengan kemampuan pengendalian emosi yang baik.

Selain IQ dan EQ kita juga mengenal Spiritual Quotient (SQ) yang sama besar pengaruhnya, bahkan disinyalir SQ merupakan aspek kecerdasan yang paling berpengaruh dalam kepribadian seseorang. Dimana kecerdasan spiritual merupakan gambaran dari kesadaran seseorang akan suatu kekuatan yang mengatur jalannya alam semesta dan seisinya, Yang Maha Melihat segala tingkah laku yang ia perbuat, sehingga akan muncul sikap positif dari individu tersebut kapanpun dan dimanapun.

Berbagai aspek kecerdasan yang dimiliki manusia perlu dikembangkan sejak dini, masa kanak-kanak merupakan masa yang tepat dalam mengembangkan kecerdasan-kecerdasan tersebut. Anak-anak mudah menyerap atau mengimitasi apa yang mereka lihat, dengar, dan terima, baik itu merupakan kebaikan maupun keburukan. Sehingga perlu dilakukan pembiasaan berperilaku baik sejak usia dini.

Perilaku yang notabene berkaitan erat dengan EQ dan SQ merupakan modal besar yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup dengan baik sebagai mahluk indivual, sosial, dan mahluk Tuhan. Pembentukan EQ dan SQ akan sulit dilakukan ketika seseorang sudah mencapai usia yang matang, yakni usia remaja ataupun usia dewasa. Sehingga kami rasa anak-anak yang kelak akan menjadi pemimpin di masa depan membutuhkan pendidikan EQ dan SQ yang intensif disertai dengan pemberian contoh atau teladan yang baik.

(6)

Penulisan makalah ini merupakan ide pemecahan permasalahan yang digambarkan melalui beberapa pertanyaan berikut:

1. Seperti apa hakikat manusia yang sesungguhnya? 2. Mengapa manusia memerlukan pendidikan?

3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dan kepribadian seseorang?

4. Apakah pendidikan bertumpu pada kecerdasan intelektual semata?

5. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual? 6. Kapankah waktu yang tepat untuk membentuk pribadi

seseorang melaui pengembangan spiritual?

(7)

BAB II : Pembahasan

Dalam tinjauan biologi, manusia merupakan organisme atau mahluk hidup yang paling kompleks. Tubuh manusia terdiri atas sistem organ yang merupakan kesatuan dari beberapa organ yang memiliki fungsi tertentu, dan organ tersebut tersusun atas jaringan-jaringan yang berbagai jenis bentuk dan fungsinya, lalu jaringan-jaringan yang menyusun organ tersusun atas milyaran sel yang di dalamnya terdapat organel-organel sel yang memiliki peranan masing-masing dalam menggerakkan kehidupan manusia. Salah satu organ yang paling kompleks yang dimiliki manusia adalah otak. Otak merupakan organ yang tersusun atas milyaran sel saraf, otak juga merupakan pusat kendali dari seluruh gerakan, rangsangan, dan kerja tiap organ bahkan sel-sel yang lain.

Otak juga kerap dikaitkan dengan akal pikiran. Akal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai daya pikir (untuk memahami sesuatu), pikiran, ingatan. Secara fungsional otak dan akal merupakan hal yang analog atau sebanding. Namun, pengertian akal di sini bukan sebatas daging yang memiliki memori untuk mengingat dan berpikir. Karena jika diartikan demikian hewan seperti keledai pun memiliki otak, sehingga akal di sini memiliki pengertian yang lebih luas.

(8)

juga tidak akan pernah membatasi dirinya dalam belajar berkat sokongan dari akal yang dikaruniakan oleh Tuhan untuknya.

Sementara itu hewan juga mengalami proses belajar, namun lain halnya dengan manusia yang menjadikan belajar sebagai sarana dalam mengembangkan diri, hewan justru menjadikan belajar hanya sekedar upaya untuk survive atau bertahan hidup. Hewan juga tidak menciptakan perilaku baru, melainkan hanya mewarisi perilaku-perilaku dari para pendahulunya dari species yang sama. Dan hewan juga belajar dalam cakupan yang terbatas hanya sesuai dengan jenis/species dari hewan tersebut. Maka dapat dikatakan salah satu karakteristik yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Sehingga jika ada manusia yang tidak mengembangkan akalnya, sesungguhnya ia dapat disamakan dengan hewan yang rendah.

Meskipun sudah dilengkapi dengan senjata canggih pemberian Tuhan berupa akal, tetap saja manusia terlahir ke alam dunia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Seorang bayi yang baru lahir mutlak memerlukan pertolongan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Kemampuan akal yang dimiliki manusia tidak begitu saja datang, melainkan didapat melalui suatu proses, yaitu proses belajar dan pendidikan. Dan jika dikaitkan antara hakikat manusia dengan pendidikan, kita akan mendapatkan beberapa poin, yakni:

a. Manusia sebagai mahluk individu. Setiap manusia memiliki perbedaan, tidak ada satu manusiapun yang sama persis dengan manusia lain. Setiap individu berbeda potensinya dengan individu lain, dimana setiap individu ini bersifat unik. Manusia memiliki keinginan untuk dapat hidup mandiri, namun tetap butuh bimbingan dari orang lain untuk mencapai kemandirian.

(9)

kemungkinan untuk dapat bersosialisasi dan bergaul dalam artian bersedia memberi dan menerima pemberian orang lain. Karena memang manusia tidak akan dapat mencapai apa yang ia inginkan seorang diri, setiap manusia memerlukan kehadiran manusia lain.

c. Manusia sebagai mahluk susila. Sesungguhnya hanya manusia saja mahluk yang dapat mengerti dan menghayati norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan, dimana manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

d. Manusia sebagai mahluk beragama. Agama merupakan kebutuhan manusia sebagai mahluk yang lemah. Manusia memerlukan sokongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat menjalani kehidupan ini, manusia butuh tempat berlindung dari segala permasalahan yang mungkin muncul dalam kehidupannya.

Manusia pada hakikatnya memiliki potensi masing-masing yang unik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Potensi tersebut secara eksplisit diartikan sebagai akal yang dikaruniakan Tuhan bagi setiap manusia untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang mampu mengelola kehidupan di muka Bumi ini. Akal di sini bukan melulu berkaitan dengan kemampuan intelektual semata, tapi juga berkaitan dengan kemampuan emosional dan kemampuan spiritual sesuai dengan beberapa peranan manusia sebagai mahluk individual, sosial, susila, dan beragama.

(10)

taruna yang bergerak di bidang kepemudaan, organisasi thariqat yang bergerak di bidang keagamaan, sanggar seni yang bergerak di bidang kesenian dan kebudayaan, dan padepokan beladiri yang bergerak di bidang olahraga.

Persepsi yang hinggap dalam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai kecerdasan adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Seseorang yang mendapatkan poin besar dalam tes IQ akan dielu-elukan oleh orang banyak, karena dianggap sebagai orang yang luar biasa, jenius, dan sebagainya. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar mengingat kategori superior dalam tes IQ adalah di atas 120, dan di atas itu sudah digolongkan very superior atau jenius. Namun, sebenarnya manusia memiliki banyak aspek kecerdasan lain yang menentukan kemampuan dan potensi dirinya.

Seorang manusia yang memiliki IQ setingkat superior belum tentu dapat menjadi seorang public speaker yang handal. Hal ini terjadi karena

public speaking menuntut kelihaian seseorang dalam berbicara menyampaikan ide yang ia miliki kepada orang lain, serta bagaimana mempengaruhi para audience yang mendengarkan ide yang ia sampaikan. Hal ini tidak melulu bertumpu pada kemampuan pikir seseorang, tapi juga membutuhkan kemampuan pengendalian emosi yang baik yang tidak terdapat dalam kecerdasan intelektual.

(11)

Sementara itu, di samping EQ kita mengenal ada kecerdasan lain yang juga sangat mempengaruhi kepribadian seseorang yakni kecerdasan spiritual atau SQ. Spiritual Quotient memiliki andil penting dalam pembentukan pribadi seseorang, SQ merupakan penengah antara EQ

dan IQ. Jika diibaratkan kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan motorik atau tubuh, sementara kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan sensorik atau kejiwaan. Jadi, kesatuan antara tubuh dan jiwa3 merupakan perwujudan

dari kecerdasan spiritual (SQ).

Sebagai perumpamaan, pernah satu waktu para dokter olahraga mengatakan bahwa batas kecepatan lari manusia adalah empat menit dalam satu mil. Manusia tidak mungkin dapat menempuh satu mil lebih dari empat menit. Bahkan, jika manusia berlari melebihi batas kecepatan itu, maka jantungnya akan pecah karena kelebihan tenaga. Namun, Roger Bannisier berhasil menepis pernyataan para dokter itu dengan memecahkan rekor lari satu mil dalam waktu 3 menit, 59,4 detik. Tak lama setelah aksi dari Bannisier itu, banyak orang yang menganggapnya sebagai manusia super dimana tidak ada seorang pun yang dapat mendahuluinya. Namun, satu bulan setelah itu Landy salah satu pelari Australia berhasil menempuh jarak satu mil dengan waktu yang lebih singkat. Dan setelah itu banyak orang yang berhasil menganulir pernyataan para dokter mengenai kemampuan jantung manusia itu.

Salah satu penjelasan tentang keberhasilan ini adalah teori

modelling. Ketika ada seseorang yang berhasil melalukan sesuatu, maka orang lain akan berpikir sama. Manusia berpikir jika orang lain mampu, mengapa kita tidak. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan fisik seseorang dapat dimanipulasi oleh pikiran. You don’t think what you are. You are what you think4. Secara sederhana, hal ini sudah dapat menjelaskan apa

peranan dari kecerdasan spiritual dalam pembentukan pribadi seseorang.

3 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Sejak Dini (Bandung: Mizan, 2007.), p.27

(12)

Contoh lain yang dapat menggambarkan peranan kecerdasan spiritual dalam diri seseorang, kembali kita mengambil kasus dari bidang kedokteran. Ilmu kedokteran modern menemukan bahwa sistem imun (immune system) dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, secara langsung atau melalui sistem indoktrin. Tubuh kita ternyata menghasilkan sejumlah zat utusan (messenger subtances): neurotransmitter, sepertin serotonin, neuropreptid seperti endorfin, hormon seperti adrenalin, sitokin seperti interferon. Zat-zat ini mempengaruhi perubahan kondisi fisik dan psikologis manusia. Lebih menarik lagi, produksi zat itu sangat erat kaitannya dengan kondisi pikiran kita, dengan jiwa kita.

Pandangan mengenai kesatuan jiwa dan badan ini sempat tersisihkan pada para pemikir pasca-Reinassance Descartes, misalnya, berpendapat bahwa jiwa “consist entirely in thinking, and for its existence, has no need of place and is not dependent on any material thing”5

(Sepenuhnya bersemayam dalam pikiran dan keberadaannya tidak memerlukan ruang dan tidak bergantung pada materi apapun).

Sejak Descartes, berkembang pemikiran lain, yakni dualistik dan reduksionistik. Tetapi mulai abad ke-20, pemikiran atau pandangan interaksionis tampak pada bidang-bidang baru yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu, seperti psikobiologi, psikoneuromunologi, somatic education, holistic health, dan sebagainya. Penemuan-penemuan baru di bidang ini memberikan implikasi yang begitu luas terhadap dunia pendidikan.

Pertama, tubuh dan jiwa memiliki hubungan yang sangat interaktif sehingga kita dapat mempengaruhi perubahan psikologis dengan memanipulasi proses tubuh (bodily process). Kedua, manusia memiliki jiwa dan tubuh yang saling terkait satu sama lain mempunyai kemampuan transformatif yang jauh lebih fleksibel daripada yang dapat dibayangkan. Hal ini dapat kita jadikan suatu filosofi, yakni menyadari dahsyatnya kesatuan antara tubuh dan jiwa.

(13)

Spiritualitas sebenarnya memiliki konsep evolusi tersendiri, yakni berupa tahapan-tahapan transisi kondisi spiritualitas seseorang yang oleh paleontolog George Gaylord Simson disebut sebagai “quantum evolutioní”

dimana terjadi loncatan-loncatan besar sejak tahap anorganik, tahap biologis, sampai tahan psikososial. Samuel Alexander, C. Llloyd Morgan, C.D. Board, Joseph Needham, Michael Polanyi, dan lain-lain mengembangkan teori bahwa evolusi melahirkan struktur, proses, dan hukum yang sebelumnya tidak ada. Item yang muncul merupakan item yang benar-benar baru, dan bukan merupakan susunan baru dari unsur-unsur sebelumnya. Berbeda bukan saja secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif.

Kita gunakan suatu konsep yang dikenal dengan sebutan konsep

“emergence”. Suatu konsep yang menyiratkan adanya tahap-tahap wujud. Masing-masing tahapan berjalan dengan pola dan hukum yang khas (distinctive). Morgan menyebut ada empat tahap, yaitu: psychophysical events, life, mind dan spirit (God). Alexander menyebut ada lima tahap:

space, time, matter, life, mind, dan Deity. Semua bentuk penahapan yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan bahwa semua wujud bergerak menuju kesempurnaan, yakni menuju Tuhan.

(14)

dialektik ini, bentuk-bentuk kesadaran yang muncul (Gestalten des Bewwustseins) menyerap bentuk-bentuk sebelumnya.6

Seorang filsuf Hindu mutakhir, Aurobindo membahas berbagai tingkat kesadaran yang berpuncak pada Supermind. Pada Supermind, keesaan Tuhan dinyatakan dengan keragaman. Individu diselaraskan dengan Universal Ground dan kemampuan personal digabungkan dengan tindakan kosmik. Ia bercerita tentang tahap-tahap jiwa dengan jenis-jenis kegiatan tipikalnya: higher mind dalam pemikiran sinoptik, illumined mind

dalam inspirasi mistik, intuitive mind dalam genius religius, over mind, dalam tindakan yang mengubah dunia. Ia mengingatkan kita pada Henri Bergson. Bergson juga menyebutkan tahap kesadaran yang memuncak pada intuisi. Ia berasal dari kegiatan instinktif hewani, tetapi dalam diri manusia, intuisi berubah menjadi “disinterested” dan “self-conscious”. Menurut Bergson, intuisi bukan kilasan insight yang datang tiba-tiba. Intuisi adalah modus berpikir. Intuisi adalah proses mental ketika kita berpartisipasi langsung dengan apa yang kita intuisikan. Bila intelek berusaha membuat jarak dengan objek, intuisi masuk ke dalam apa yang diketahui. Dalam intuisi, terjadi perpaduan antara yang mengetahui dan yang diketahui.

Melalui intuisi, kata Bergson, kita akan dapat menangkap tujuan ilahiah dalam proses evolusi. Elan vital, kekuatan yang mendasari semua evolusi ini kadang-kadang dikomunikasikan kepada kaum mistik “dalam keseluruhannya”. Kaum mistik telah mencapai sebagian perpaduan (coincidence) dengan upaya kreatif “yang dari Tuhan , kalau bukan Tuhan itu sendiri”. Kekuatan inilah yang mendorong kaum mistik untuk merealisasikan tujuan Ilahi dengan memajukan kebaikan sesama manusia. Menurut Bergson, hanya dengan semangat para mistiklah kita dapat menjamin kemajuan umat manusia.

Pandangan tentang evolusi kesadaran mengingatkan kita pada peta pengembangan kesadaran. Pendidikan harus meletakkan anak didik

(15)

pada proses dialektik sejarah yang panjang. Ia harus dapat mengantarkan anak melalui berbagai tingkat kesadaran. Tidak boleh ada satu tahap kesadaran yang dinafikan. Salah saru di antara tahap kesadaran-yang selama ini justru dikesampingkan dalam sistem pendidikan kita-adalah kesadaran mistik, kesadaran akan sesuatu yang bersifat ruhaniah. Inilah awal kecerdasan spiritual. Selanjutnya kita akan menggunakan pemikiran para tokoh Islam.

Dalam Islam, konsep Spiritual Quotient banyak dikemukakan oleh para tokoh yang mumpuni ilmunya, khususnya oleh para tokoh sufi yang mendalami tasawuf dan menjadikan ma’rifat sebagai tujuan akhir dan impian tertinggi yang hendak mereka capai.

Dalam kitab yang memuat wasiat dari tokoh besar dalam Islam yang terkenal sebagai Qutbil ghauts dan pemimpin para auliya’ Syeikh Sayyid Abdul Qodir al Jilani al Hasani al Huseini yang disusun oleh anaknya, disebutkan “get out from your own self and be away from it and be a stranger to your sense of self, surrender everything to God and become His gatekeeper at the door of your heart and keep His commandments by admitting whomever He permits to be admitted, and honour His prohibition by keeping out everything which He forbids so as not to allow the desire of the flesh to get into your heart after it has gone out of it.”7

Atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, “Keluarlah dari dirimu sendiri dan serahkanlah segalanya kepada Allah. Penuhi hatimu dengan Allah, patuhlah pada perintah-Nya dan larikanlah dirimu dari larangan-Nya agar nafsu badaniahmu tidak memasuki hatimu setelah ia keluar.”

Dalam konsep kecerdasan spiritual secara general disebutkan tingkat spiritualitas merupakan analogi dari kesadaran seseorang. Maka dalam konsep spiritualitas Islam juga disebutkan kesadaran sebagai salah satu amal yang paling utama. Disebutkan dalam hadits qudsi, ”Amalan

(16)

yang paling utama ada tiga, kesadaran seseorang atas dirinya, menolong saudaranya dalam hal harta, dan dzikrullah ‘azza wa jalla. Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan ber-dizkr mengingat-Ku dibanding meminta pada-Kumaka Aku akan memberikan yang lebih utama.”

Kembali Kepada Allah

Ini merupakan cara yang paling mutakhir untuk mencapai kesadaran yang merupakan tahap tertinggi dalam kecerdasan spiritual. Kembali kepada Allah di sini berarti menyerah dan menggantungkan segala sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Seperti yang disampaikan oleh Syeikh Abdul Qodir al Jilani kepada anaknya sebagai berikut.

Apabila kamu ‘mati’ dari mahluk, maka akan dikatakan kepada kamu,”Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan mematikan kamu dari nafsu-nafsu badanniyah. Apabila kamu telah ‘mati’ dari nafsu badanniyah, maka akan dikatakan kepada kamu, ”Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kamu”. Kemudian Allah akan menghidupkan kamu di dalam suatu ‘kehidupan yang baru’.”

Kemudian beliau melanjutkan wasiat tersebut dengan menjelaskan manfaat dari sikap tawakal atau penyerahan diri secara bulat terhadap Allah.

(17)

memiliki kepribadian yang mandiri. Dengan demikian kamu boleh dikatakan sebagai manusia super atau orang yang luar biasa. Jadilah kamu ahli waris para Rosul, para Nabi, dan orang-orang yang shiddiq. Dengan demikian, kamu akan menjadi titik akhir bagi segala kewalian, dan wali-wali yang masih hidup akan datang menemui kamu. Melalui kamu, segala kesulitan dapat diselesaikan, dan melalui shalatmu, tanaman-tanaman dapat ditumbuhkan, hujan dapat diturunkan, dan malapetaka yang akan menimpa umat manusia dari seluruh tingkatan dan lapisan dapat dihindarkan. Boleh dikatakan kamu adalah polisi yang menjaga kota dan rakyat. Orang-orang akan berdatangan menemui kamu dari tempat-tempat yang dekat dan jauh dengan membawa hadiah dan oleh-oleh dan memberikan khidmat (penghormatan) mereka kepadamu. Semua ini hanyalah karena izin Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa jua. Lisan manusia tak henti-hentinya menghormati dan memuji kamu. Tidak ada dua orang yang beriman yang bertingkah kepadamu. Wahai mereka yang baik-baik, yang tinggal di tempat ramai dan merka yang mengembara, inilah karunia Allah. Dan Allah mempunyai kekuasaan yang tiada batas.”8

Kesadaran tinggi akan diri seseorang yang muncul merupakan akibat dari rasa cinta yang timbul dalam hati seseorang. Cinta di sini merupakan perwujudan rasa syukur terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma terhadap seluruh mahluk-Nya. Seorang manusia yang benar-benar meresapi perasaan senang akan segala ketentuan yang diberikan Tuhan, menyerah secara bulat terhadap kekuasaan Tuhan dan bersyukur atas segala apa yang Tuhan berikan kepadanya baik itu adalah kebaikan ataupun musibah. Orang yang telah mencapai tahap kesadaran akan menyadari benar bahwa ketentuan Tuhan merupakan kebaikan meskipun menurut manusia itu merupakan keburukan dan bencana. Kecintaan dan sikap syukur yang semacam ini perlu ditanamkan sejak dini terhadap anak-anak untuk dapat mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

(18)

Metode

Kita dapat menarik tiga hal yang menjadi dasar bagi penarikan metode pengembangan kecerdasan spiritual. Pertama, pendidikan harus memerhatikan perpaduan antara tubuh dengan jiwa. Harus disadari bahwa hal-hal yang bersifat fisik berpengaruh besar pada proses psikologis, seperti persepsi, kognisi, volisi, konsep-diri, dan sebagainya. Pada saat yang sama, pikiran-yang mewakili “jiwa” manusia-memengaruhi proses psikologis dan fisiologis sekaligus. Kedua, manusia memiliki kemampuan yang hampir tidak ada batasnya. Tubuh dan jiwa manusia dapat berkembang jauh lebih tinggi daripada apa yang kita bayangkan. Pendidikan harus berusaha mengoptimalkan seluruh potensi ini. Ketiga, dimensi mistikal dalam kehidupan manusia harus dikembalikan lagi pada situasi belajar. Karena sepanjang sejarah, agama memberikan jalan sistematis untuk memperoleh pengalaman mistikal, maka kita dapat merujuk pada jaran-ajaran agama yang bersifat mistikal. Agama yang mensucikan adalah agama yang mengantarkan anak didik pada proses kembali kepada Tuhan, yang membimbing mereka dalam kerinduan mereka untuk kembali kepada al-Mashir, untuk-sambil mengutip penyair Jerman, Novalis-immer nach Hause.9

Dari tiga hal tersebut, kita dapat merumuskan tiga metode: maksimalisasi pengaruh tubuh terhadap jiwa, maksimalisasi pengaruh jiwa terhadap proses psikofisik dan psikososial, serta bimbingan ke arah pengalaman mistikal. Untuk memaksimalkan pengaruh “tubuh”, banyak metode dapat dikembangkan, namun kita hanya akan menggunakan beberapa metode saja yaitu lingkungan fisik yang menyenagkan, penggunaan musik, dan memaksimalkan pengaruh jiwa yang akan dapat menimbulkan kepercayaan diri.

Lingkungan fisik yang menyenangkan. Lingkungan yang dirasakan menyenangkan oleh seseorang akan membuat orang tersebut nyaman dan rela menghabiskan waktu untuk suatu proses pendidikan.

9 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

(19)

Berikut ini kutipan yang didapat dari Bobbi De Porter:”Dengan mengendalikan lingkungan Anda, Anda melakukan langkah efektif pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar Anda. Skiranya saya harus menyebutkan salah satu alasan mengapa program kami berhasil membuat orang belajar lebih baik, saya harus menyebutkan karena kami berusaha menciptakan lingkungan optimal, baik secara fisik maupun emosional.

“Sebelum program dimulai, staf kami pergi ke setiap ruangan kelas dan mengubahnya menjadi tempat di mana anak didik merasa senang, terangsang, dan dibantu. Kami memasukkan tanaman, sistem musik, dan bila perlu kami menyesuaikan temperatur dan memperbaiki pencahayaan (lighting). Kami mengatur bantalan kursi agar merka duduk dengan enak, membersihkan jendela, menghias dinding dengan poster-poster yang indah dan pernyataan-pernyataan yang positif. Ketika anak didik masuk ke lingkungan fisik yang cerah, menyenangkan, dan menantang pada hari pertama, setiap orang ditegur secara personal oleh pemimpin tim. Mereka dibawa bermain dengan yang lain dalam tim, sehingga mereka mulai pelajaran dengan sense of belonging. Semua pengalaman mereka yang pertama sangat menyenangkan dan membuat mereka bahagia.”10

Jadi dengan lingkungan fisik tempat belajar seseorang yang nyaman dan menyenangkan, seseorang akan merasa memiliki tempat itu dan merangsang secara emosional untuk dapat belajar dengan penuh semangat dan antusiasme yang tinggi. Secara spiritual dalam Islam, hal ini berkaitan dengan mahabbah, yakni cinta. Jika seseorang sudah mencintai sesuatu, ia tidak akan mudah melepaskan apa yang ia cintai. Bahkan ia akan tunduk dan patuh kepada aturan yang membuat ia dekat dan akrab dengan kecintaannya tersebut. Dan Tuhan merupakan titik tertinggi diantara hal lainnya yang dapat dijadikan kecintaan oleh manusia. Jika ada manusia yang mencintai yang Maha Kekal, maka ia akan beruntung karena cintanya tidak akan pernah habis. Sementara itu, jika

(20)

manusia mencintai hal yang akan hancur dan rusak, maka kecintaannya itu akan hilang seiring hancurnya hal yang ia cintai itu.

Cinta menghasilkan keinginan yang kuat, hal ini tersirat dalam salah satu doa munajat Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Husein bin ‘Ali bin ‘Abi Thalib:”Tuhanku sungguh Engkau mengetahui tentang diriku. Jika ketaatanku belum terlaksana dengan mantap, maka sesungguhnya ia telah ada dan abadi dalam bentuk cinta dan keinginan yang kuat.”11

Penggunaan musik. Kegiatan belajar merupakan pekerjaan mental yang dapat digolongkan ke dalam kategori berat. Tekanan darat seorang murid dapat naik drastis ketika belajar. Gelombang otak bertambah cepat dan otot-otot menjadi tegang. Ketika relaksasi, tekanan darah menurun dan otot-otot kembali relaks dan melonggar. Namun, kondisi yang terlalu relaks atau deeply relaxed akan membuat seorang murid sulit untuk berkonsentrasi.

Penelitian Dr. Georgi Lozanov menunjukkan bahwa ada musik-musik tertentu yang membuat kita setengah relaks sehingga kita tetap dapat berkonsentrasi. Hal ini dapat kita sebut sebagai relaxed focus. Menurutnya musik Baroque merupakan jenis musik yang paling kondusif untuk belajar, seperti ciptaan Bach, Handel, Pachelbel, dan Vivaldi. Ketika kita belajar, otak kiri kita diaktifkan dan dipaksa bekerja keras untuk berpikir; dan ketika mendengarkan musik, otak kanan kita akan dirangsang oleh musik yang diperdengarkan. Otak kanan seringkali mengusik kita ketika belajar, karena ia tidak diberi pekerjaan, sehingga malah menciptakan beragam persepsi dan imajinasi.

Dalam Islam, penggunaan lantunan nada-nada yang indah juga sangat dianjurkan. Seperti pembacaan ayat suci Al-Qur’an, serta puji-pujian yang dilantunkan dengan suara yang merdu. Selain itu, salah satu musik dalam Islam yang populer diperdengarkan, khususnya dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan thariqat tertentu adalah

11 Syeikh Muhammad Mahdi Al-Ashif, Muatan Cinta Ilahi dalam Doa-Doa Ahlul

(21)

qasidah. Qasidah yang diperdengarkan bukan hanya menggunakan paduan musik dari terbangan dan merdunya suara vokal dari munsyid (penyanyi), tapi juga konten dan lirik yang dilantunkan dalam qasidah merupakan kalimat yang menggugah rasa cinta terhadap Allah dan Rosul-Nya. Jika anak-anak diajarkan juga untuk melantunkan pujian yang indah serta diajarkan makna dan filosofi dari qasidah, maka akan tertanam kecintaan yang mendalam terhadap Allah dan Rosul-Nya dalam hati anak-anak tersebut.

Memaksimalkan pengaruh jiwa. Untuk memaksimalkan pengaruh jiwa,, kita memerlukan beberapa aspek, contoh: modelling, menanamkan rasa bangga, berpikir positif, dan menghindari kritik.12 Modelling, sudah

merupakan fitrah manusia untuk meniru perilaku orang lain. Dan kita hanya perlu menyebutkan bahwa bila manusia menemukan model yang tepat, ia akan berusaha menjadi model itu. Ia perlahan-lahan anak mengalami perubahan secara ruhaniah, juga jasmaniah mendekat orang yang menjadi model itu. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik bagi kalian...”.13

Kita mengenal istilah imitasi, yang memiliki arti peniruan sesaat yang dilakukan anak dalam memperhatikan perilaku dan perkataan maupun sikap orang lain. Peniruan akan terjadi apabila perilaku dan perkataan itu menarik, menyenangkan dan mempunyai kesan tersendiri pada dirinya. Berlangsungnya imitasi ini sangat singkat dan sesaat. Peniruan yang lama akan hilang dan ditinggalkan apabila ia mendapat peniruan yang baru.14

Peniruan akan menetap sewaktu anak mendapat respon positif yaitu setiap peniruannya mendapat tanggapan penerimaan dari lingkungannya, maupun respon negatif yaitu setiap peniruannya mendapat penolakan dari lingkungannya. Umumnya anak di bawah lima

12 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

Sejak Dini (Bandung: Mizan, 2007.), p.42

13 Q.S. Al Ahzab:21

(22)

tahun dapat dengan mudah menirukan kata-kata kasar yang dicontohkan oleh orang yang lebih tua. Jika lingkungan sekitarnya merespon positif terhadap tingkah lakunya, maka anak tersebut akan mengulanginya lagi. Dan jika lingkungannya merespon negatif, besar kemungkinan ia tidak akan mengulanginya lagi.

Menanamkan rasa bangga. Keterkaitan antara hasrat berprestasi dan rasa bangga dikemukaan oleh David McCleland. Bangsa-bangsa yang berhasil membangun peradaban adalah mereka yang merasa menjadi manusia istimewa. McCleland menyebut gerakan reformasi dan Protestanisme yang disertai dengan keyakinan sebagai umat pilihan. Kita sekarang paham mengapa Al-Qur’an mengingatkan pemeluk Islam bahwa ‘antum al-a’laun, kuntum khaira uummatin (kalianlah umat yang terbaik) dan sebagainya. Atau Rosulullah SAW yang mendidik sahabat-sahabatnya untuk tidak merendah di hadapan orang-orang kafir. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidik harus berhasil menanamkan pada anak-anak didiknya bahwa mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah the selected few. Secara praktis, guru dapat mengembangkan rasa bangga.

Berpikir positif sudah sangat sering dibahas oleh banyak penulis dalam bukunya. Berpikir positif artinya mempunyai pandangan yang positif tentang diri Anda, pekerjaan Anda, dan pandangan orang lain pada pekerjaan Anda. Berpikir positif juga mempunyai ekspektasi yang baik dan berusaha mewujudkannya. You are what you think. Konon, Henry Ford berkata,”Wheter you think you can or think you cannot-you’re right!”

(23)

Dalam dua tahun, anak mulai belajar berbahasa. Dalam lima tahun, mereka mengetahui 90% dari semua kata yang biasanya dipergunakan oleh orang dewasa. Semuanya diperoleh tanpa mempelajari buku tata bahasa atau kurikulum yang sistematik. Tetapi begitu anak masuk sekolah, mulailah ia mendengar orang dewasa mengkritiknya, memberikan komentar yang tidak sedap tentang prestasinya. Tahun 1982, Jack Canfield, psikolog ahli self-esteem, menemukan bahwa dalam satu hari rata-rata setiap anak menerima 460 komentar negatif dan 75 komentar positif.15 Terdapat enam kali lebih banyak komentar negatif

dibandingkan dengan komentar positif. Setelah beberapa tahun di sekolah, terjadilah learning shuddown, yang menguras banyak tenaga kreatif manusia.

Dimensi mistikal dapat dimasukkan ke dalam proses belajar mengajar, kita dapat merujuk pada latihan ruhani dari berbagai agama. Untuk umat Islam, kita dapat mengambil pelajaran dari ajaran thariqat yang telah disebutkan sebelumnya di awal. Sebenarnya pada aspek inilah proses pengembangan kecerdasan spiritual seseorang dapat terlihat dengan pesat. Dalam thariqat dikenal istilah mursyid yang artinya guru pembimbing. Mursyid merupakan orang yang sudah memiliki ijazah langsung dari Allah dan memiliki kemampuan mengawasi, mengarahkan, serta membimbing murid atau salik untuk mencapai taraf spiritualitas yang tinggi (taqwa). Namun, peranan orangtua dan guru di sekolah juga dapat dikategorikan sebagai semi-mursyid yang dengan telaten dan penuh rasa kasih sayang membimbing anak-anaknya dalam hal penyucian jiwa dari sifat-sifat tercela, untuk kemudian dibimbing untuk aktualisasi diri terhadap sifat-sifat luhur dan terpuji yang dikehendaki oleh Tuhan.

15 Jalaludin Rakhmat, SQ for Kids Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak

(24)

BAB III : Penutup

KESIMPULAN

Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan mahluk lainnya. Manusia merupakan satu-satunya mahluk yang dilengkapi dengan akal. Sehingga manusia memiliki banyak aspek kecerdasan, di antaranya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.

Pada umumnya manusia terlalu mementingkan kecerdasan intelektual di atas segalanya, padahal kecerdasan spiritual merupakan aspek kecerdasan yang tidak kalah penting guna menunjang kehidupan seorang manusia. Manusia yang hidup hebat dengan pemikirannya akan menjadi sampah tanpa budi pekerti yang baik. Di sinilah peranan kecerdasan spiritual, menjadikan manusia sebagai manusia yang hakikatnya memiliki akal yang dapat membedakan kebaikan dan keburukan.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ashifi, Muhammad Mahdi. Muatan Cinta Ilahi dalam Doa-Doa Ahlul Bayt. Disunting oleh Jalaludin Rakhmat. Dialihbahasakan oleh Ikhlash, Irwan, Husain Al-Kaf, & Musa Al-Kazhim. Bandung: Pustaka Hidayah, 1994.

Al-Jilani, Syeikh Abdul Qodir. Futuhul Ghoib. Baghdad, t.thn.

Allen, Jane Elizabeth, dan Marylin Cheryl. Disiplin Positif: Menciptakan Dunia Penitipan Anak yang Edukatif Bagi Anak Pra-Sekolah.

Dialihbahasakan oleh Imam Machfud. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2005.

Baraja, A. Mendidik Anak dengan Teladan. Jakarta: Studia Press, 2006. Kasirah, Irah. Part 2 Hakikat Manusia. Jakarta Timur, Jakarta, Februari

2014.

Referensi

Dokumen terkait

Target pasar adalah kelompok konsumen yang mempunyai ciri-ciri atau sifat hampir sama yang dipilih perusahaan dan akan dicapai dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix)

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Rumusan masalah kedua tentang jenis masalah apa yang paling menonjol dari masing-masing program studi Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.. Jawaban dari

tahunan, selebaran berita, surat pembaca (di surat kabar, majalah) dan karangan di surat kabar. 27 Dengan dokumentasi, peneliti mencatat tentang sejarah Pondok

Sedang PT Wana Hijau Pesaguan memiliki dokumen RKT 2018 dan RKT 2019 yang disahkan secara self approval, namun tidak seluruh perencanaan dalam dokumen RKT tersebut mengacu

Tindakan-tindakan para pemuka pendapat (opinion leader) tersebut terlihat pada: a) membentuk TIM 20, b) membangun kerjasama dengan masyarakat Wayame, c) melakukan koordinasi

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan akan beregrak mixed dengan kecenderungan kearah bawah akibat minat jual yang masih mendominasi dan juga sentimen negatif bursa

Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki bukaan (lubang) yang menghubungkan udara dalam ruang dengan