• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TERPADU ILMU TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TERPADU ILMU TANAH"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TERPADU (ILMU TANAH)

OLEH :

HERMANSYAH TONGASA NIM : D1B1 12 055

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum Terpadu” (Ilmu Tanah).

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Laporan ini tidak terlepas dari berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan Laporan ini.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman tebu (Saccharum Officinarum) dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dan penyediaan lapangan kerja (Farid, 2003). Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas.

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama, sedangkan untuk perkebunan besar swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-masing perusahaan.

(4)

maupun perairan tawar. Salah satu kawasan yang memiliki potensi umum adalah Rawa Aopa.

Rawa Aopa merupakan ekosistem yang ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, yang memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung kehidupan masyarakat dan pemerintah daerah. Sampai saat ini, kegiatan pemanfaatan potensi tersebut masih terus dilakukan bahkan menjadi kegiatan ekonomi utama bagi masyarakat (Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe, 2008).

Kegiatan pertambangan berpengaruh dalam masyarakat, sebagai manfaatnya menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tapi ada juga dampak lain dari kegiatan pertambangan yaitu banyak masyarakat sekitar yang ikut serta dalam kegiatan pertambangan yang mengakibatkan adanya pengaruh dari pihak yang mempunyai kepentingan atas kegiatan pertambangan. Proses negosiasi mengenai lahan yang akan di lakukan penambangan tidak terlalu rumit, karena adanya kedekatan antara keduanya. Padahal beberapa masyarakt yang ada dikondisi tersebut telah dirugikan.

(5)

fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur perlindungan alam lingkungan. Kegiatan penambangan nikel di Pomalaa menyebabkan kegundulan hutan. Gangguan ekosistem akibat penambangan nikel ini dikategorikan dalam gangguan yang mempunyai intensitas berat. Hal ini dikarenakan sturktur hutan rusak berat/hancur yang menyebabkan produktivitas tanahnya menurun. Dampak lain yang timbul akibat penambangan nikel adalah lahan yang terdegradasi. Degradasi lahan pada bekas tambang meliputi perubahan sifat fisik dan kimia tanah, penuruanan drastis jumlah spesies baik flora, fauna serta mikroorganisme tanah. Dengan kata lain, lahan yang terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan stuktur tanah yang kurang baik untuk pertumbuhan tanaman.

Logam nikel berwarna putih dan kelabu, keras seperti besi dan tidak mudah berkarat. Nikel dicampur dengan besi agar besi lebih baik mutunya, atau menjadi baja. Nikel juga dicampur dengan logam lain, misalnya tembaga, untuk membuat kuningan dan perunggu. Selain itu nikel digunakan sebagai bahan pembuat uang logam. Daerah utama penghasil logam nikel adalah Soroako Sulawesi Selatan dan Pomala di Sulawesi Tenggara. Penambangan secara terbuka dilakukan di Soroako, yang dilengkapi dengan pabrik peleburah modern. Pabrik ini didirikan bekerja sama dengna perusahaan Kanada. Bijih nikel di sini mengandung logan nikel 2% - 4% tetapi setelah dilebur kandungan nikelnya dapat mencapai 75%. Bijih nikel yang telah dilebur diekspor ke Jepang.

(6)

1. Bagaimana tehnik pemupukan yang digunakan dalam meningkatkan produksi tanaman Tebu dan Kelapa sawit ?

2. Bagaimana proses pembentukan rawa ?

3. Metode apa yang digunakan untuk reklamasi lahan tambang ?

C. Tujuan

1. Mengetahui tehnik pemupukan yang digunakan dalam meningkatkan produksi tanaman Tebu dan Kelapa sawit.

2. Mengetahui proses pembentukan rawa.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.)

Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari Irian, dan dari sana menyebar ke kepulauan Indonesia yang lain, Malaysia, Filipina, Thailand, Burma, dan India. Dari India kemudian dibawa ke Iran sekitar tahun 600 M, dan selanjutnya oleh orang-orang Arab dibawa ke Mesir, Maroko, Spanyol, dan Zanzibar. Beberapa peneliti yang lain berkesimpulan bahwa tanaman ini berasal dari India berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri tersebut. Bala tentara Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu ketika mencapai India pada tahun 325 SM (Tjokroadikoesoemo dan Baktir, 2005). Tebu merupakan bahan dasar dalam pembuatan gula. Gula yang dihasilkan dari tebu disebut dengan gula putih atau juga gula pasir karena berbentuk butiran-butiran kristal putih. Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut:

(8)

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006).

Proses terbentuknya rendemen gula di dalam batang tebu berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada umur ruas. Ruas di bawah (lebih tua) lebih banyak tingkat kandungan gulanya dibandingkan dengan ruas di atasnya (lebih muda), demikian seterusnya sampai ruas bagian pucuk. Oleh karena itu, tebu dikatakan sudah mencapai masak optimal apabila kadar gula di sepanjang batang telah seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk (Supriyadi, 1992).

Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang, dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua, atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda.

Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun. Pertulangan daun sejajar.

(9)

jemuk yang tersusun atas malai dengan pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 C. Setiap bunga mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua kepala putik (Tim Penulis PS, 2000).

Menurut Sutardjo (1996), produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu penggunaan sarana produksi dan teknik budidayanya. Pemupukan sebagai salah satu usaha peningkatan kesuburan tanah, pada jumlah dan kombinasi tertentu dapat menaikkan produksi tebu dan gula. Berdasarkan ini, rekomendasi pemberian macam dan jenis pupuk harus didasarkan pada kebutuhan optimum dan terjadinya unsur hara dalam tanah disertai dengan pelaksanaan pemupukan yang efisien yaitu waktu pemberian dan cara pemberian. Kombinasi jenis dan jumlah pupuk yang digunakan berkaitan erat dengan tingkat produktivitas dan rendemen tebu.

(10)

Tujuan utama pengolahan tebu adalah untuk memperoleh hasil hablur yang tinggi. Hablur adalah gula sukrosa yang dikristalkan. Dalam sistem produksi gula, pembentukan gula terjadi didalam proses metabolisme tanaman. Proses ini terjadi di lapangan (on farm). Pabrik gula sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat ekstraksi untuk mengeluarkan nira dari batang tebu dan mengolahnya menjadi gula kristal (Purwono, 2003).

Setelah tebu dipanen dan diangkut ke pabrik, selanjutnya dilakukan pengolahan. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik dengan menggunakan peralatan yang sebagian besar bekerja secara otomatis. Beberapa tahap Universitas Sumatera Utara

pengolahan, yaitu ekstraksi nira, penjernihan, penguapan, kristalisasi, pemisahan kristal, dan pengeringan, pengemasan serta penyimpanan (Tim Penulis, 2000).

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air (Anonimus(c), 2010).

(11)

pemurnian, ketiga stasiun penguapan, keempat stasiun kristalisasi, kelima stasiun putaran dan keenam stasiun penyelesaian. Masing-masing stasiun ini mempunyai fungsi dan tugas tersendiri, namun tetap merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dipahami berbagai aspek operasionalnya, termasuk pengendalian dan pengawasan prosesnya (Setyohadi, 2006).

B. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon yang tingginya mencapai 25 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak, Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat, daging dan kulit buahnya melindungi minyak. Taksonomi kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut:

(12)

produksi buah tandan segar dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati (Suyatno, 1994).

Tanaman kelapa sawit berakar serabut dan perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisaan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara.

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk selinder dengan diameter 20-75 cm. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai tinggi batang sampai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 M. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan tanah dan iklim setempat.

(13)

C. Deskripsi Rawa Aopa

Rawa Aopa merupakan perwakilan ekosistem hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air di Sulawesi. Kawasan ini memiliki nilai keanekaragaman hayati (Biodiversity) yang khas dan dapat dimanfaatkanuntuk tujuan penelitian, pendidikan, pariwisata dan budaya. (Nadia, 2008). Rawa Aopa adalah suatu ekosistem perairan tergenang yang dihubungkan oleh dua sungai besar, yaitu sungai Lapoa dan Sungai Konaweha.

Rawa Aopa merupakan satuan ekosistem yang memiliki potensi yang sangat besar dalam mendukung kehidupan masyarakat pemerintah daerah. Sampai saat ini, kegiatan pemanfaatan tersebut masih terus dilakukan bahkan menjadi kegiatan ekonomi utama bagi masyarakat. Kegiatan tersebut akan berdampak terhadap ekosistem Rawa Aopa terutama fitoplankton sebagai produsen utama pada rantai makanan di perairan. Hal ini dapat mempengaruhi komunitas dan distribusi fitoplankton sebagai hal penting untuk dikaji. Oleh karena itu keberadaan fitoplankton dalam suatu perairan perlu mendapat perhatian dan kajian yang lebih mendalam.

(14)

untuk menyerap langsung energi matahari melalui proses fotosintesis guna membentuk bahan organik dari bahan-bahan anorganik yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer (Widyorini, 2009). Fitoplankton selain berfungsi dalam keseimbangan ekosistem perairan budidaya, juga berfungsi sebagai pakan alami di dalam usaha budidaya (Marsambuana, 2008). Fitoplankton juga merupakan produsen atau sumber daya pakan bagi ikan (Sudjadi, 2005). Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas primer di lautan (Kingsford, 2000). Banyak proses biotik dan abiotik yang mempengaruhi variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi proses-proses ini dapat menyebabkandinamika tidak merata (non-equilibrium) dan meningkatkan keanekaragaman jenis (Chalar, 2009).

D. Deskripsi Lahan Tambang

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).

(15)

energy dan mineral, didukung sumberdaya energi manusia yang berkualitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen (Ruchiyat, 1980:162).

Pengolahan dalam bidang pertambangan berbeda halnya dengan pertanian yang ditentukan oleh musim. Selama sumber bahan galian masih tersedia di alam maka eksploitasi sumberdaya tersebut akan terus dilakukan, oleh karena itu etika lingkungan sangat diperlukan sebagai pengendali dalam pelaksana kegiatan pertambangan.

Kegiatan pertambangan di Sulawesi Tenggara merupakan suatu komoditas unggulan, sehingga banyak investor local dan asing dating ke Sulawesi Tenggara untuk melakukan kegiatan pertambangan, dengan mengantoni izin dari pemerintah. Kegiatan pertambangan di Sulawesi Tenggara mempunyai banyak keuntungan dan juga banyak kerugian. sebagai bentuk kerugian dalam kegiatan pertambangan yaitu rusaknya alam, akibat pertambangan tersebut. Kegiatan pertambangan di Sulawesi Tenggara mengakibatkan habisnya kawasan hutan lindung, rusaknya lahan-lahan pertanian warga sekitar, mencemari perairan sekitar, dan mengakibatkan pendangkalan. Jika sudah terjadi demikian pastinya masyarakat yang dirugikan.

(16)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Rabu-Kamis dan bertempat di Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bor tanah gambut, camera dan alat tulis menulis sedangkan untuk bahan yang digunakan tidak ada.

C. Prosedur Kerja

1. Melakukan survei terhadap lokasi yang akan dijadikan tempat praktikum untuk mengambil informasi atau data

2. Melakukan pengamatan lapangan terhadap lokasi survei dengan cara melakukan proses wawancara bersama pemilik perusahaan

3. Melakukan proses diskusi dengan pemilik perusahaan setelah mengetahui kendala yang dihadapi oleh setiap perusahaan

(17)

A. Hasil

1. Sheet 1 (Perkebunan Tebu oleh PT. MARKETINDO SELARAS)

(18)

2. Sheet 2 (Rawa Aopa, KONSEL)

(19)

3. Sheet 3 (Permandian Air Panas, SONAI)

4. Sheet 4 (Tambang Nikel oleh PT. CMMI)

(20)

5. Sheet 5 (Perkebunan Kelapa Sawit oleh PT. SJAP)

(21)
(22)
(23)

B. Pembahasan

1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan. Di lahan yang permukaan airnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah latosol dan aluvial akan tetapi Kesuburan tanah bukan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit. Tanaman ini memiliki persyaratan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Di antara kondisi lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah faktor iklim dan tanah.

Pemupukan kelapa sawit dalam hal ini tidak bisa dilakukan sembarangan atau terus-menerus setiap hari diberi pupuk. Waktu pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan ketika curah hujannya kecil dan tidak boleh ketika sedang musim hujan. Pupuk yang baik sebaiknya dapat memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran. Sehingga proses pemupukan kelapa sawit bisa berjalan dengan baik. Dengan kata lain dalam pemupukan kelapa sawit juga harus diperhatikan prosedurnya untuk hasil yang maksimal.s

(24)

dua minggu tersebut bukan tidak mungkin buah yang dihasilkan tidak sama. Terkadang dua minggu pertama panen besar, tetapi selang dua minggu ke empat agak menurun. Hal ini bisa saja disebabkan dari prosedur pemupukan kelapa sawit yang belum maksimal.

Berikut beberapa metode memberikan dosis untuk pemupukan kelapa sawit:

1. Pemupukan boleh dilakukan dengan menggunakan metode atau sistem tebar dan sistem benam. Petani kelapa sawit harus memperhatikan metode mana yang cocok untuk kebun kelapa sawitnya. Jika tidak menerapkan metode yang tepat, kemungkinan panen yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan. 2. Apabila menggunakan sistem tebar, sebaiknya pupuk ditebarkan di pinggir

piringan antara jarak 0,5 meter pada tanaman muda kelapa sawit, sedangkan untuk tanaman kelapa sawit yang sudah tua atau dewasa, pemupukan kelapa sawit diberikan pada jarak antara 1 – 2,4 meter.

3. Pada sistem benam (pocket), pemupukan kelapa sawit diberikan pada 4 sampai dengan 6 lubang pada piringan di sekeliling pohon kelapa sawit. Lalu lubang ditutup lagi supaya pupuk meresap. Sistem benam cenderung digunakan pada areal yang relatif rendah. Sedangkan pada areal gambut atau pasir mudah mengalami erosi.

4. Metode pemupukan kelapa sawit bisa dilakukan dengan cara-cara manual atau modern.

(25)

menggunakan pesawat terbang atau bisa juga menggunakan traktor. Selama ini pemupukan kelapa sawit secara manual adalah yang paling umum dilaksanakan karena lebih murah dan lebih teliti.

6. Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, yakni saat awal musim dan akhir musim penghujan.

7. Apabila pemupukan kelapa sawit menggunakan NPK 15-15-15, dosis perpohonnya sebanyak 4 kg ditambah DSP 1 kg perpohon.

8. Penggunaan kompos untuk tandan sawit, sedangkan bahan organik berguna untuk lahan yang kurang kandungan organiknya.

2. Proses Pembentukan Rawa

Rawa terbentuk akibat proses dekomposisi bahan-bahan organik tumbuhan yang terjadi secara anaerob dengan laju akumulasi bahan organik lebih tinggi dibandingkan laju dekomposisinya. Akumulasi rawa umumnya akan membentuk lahan gambut pada lingkungan jenuh atau tergenang air, atau pada kondisi yang menyebabkan aktivitas mikroorganisme terhambat.

Vegetasi pembentuk rawa umumnya sangat adaptif pada lingkungan anaerob atau tergenang, seperti bakau (mangrove), rumput-rumput rawa dan hutan air tawar. Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang berbentuk kubah (dome). Rawa ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter.

(26)

dari rembesan air tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam. Rawa ombrogen umumnya terbentuk dari akumulasi bahan-bahan berkayu selama kurang lebih 4000-5000 tahun yang lalu (Anderson, 1983). Menurut klasifikasi FAO-UNESCO, tanah rawa termasuk ordo Histosol dengan kandungan bahan organik >30% dalam lapisan setebal 40 cm dari bagian 80 cm teratas profil tanah. Berdasarkan tingkat dekomposisinya histosol dibagi menjadi 3 subordo yaitu fibrik < hemik < saprik. Tanah-tanah gambut di Sumatra termasuk subordo Terric Tropohemist, Terric Sulfihemist, Typic Tropohemist, Terric Troposaprist dan Typic Tropofibrist (Hardjowigeno, 1989). Secara umum, tingkat dekomposisi menentukan sifat-sifat fisik, biologi dan kimia gambut.

3. Manfaat Tanaman Penutup Tanah Pada Lokasi Pertambangan

Untuk penanaman tanaman penutup tanah (cover crops), Berau Coal memilih campuran jenis tanaman polongan seperti Centrasema pubescens, Colopogonium mucoides, mucuna. Jumlah 200 kg per hektar. Sistim yang dipilih, adalah jalur atau spot pada daerah yang direvegetasi. Selanjutnya, penanaman tanaman pioner atau tanaman yang cepat tumbuh dilakukan bersamaan dengan penanaman cover crops. Jarak yang dipilih 4m X 4m dan 5m X 5m.

(27)

Untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman pada lahan bekas tambang, dapat ditentukan dari presentasi daya tumbuhnya, presentasi penutupan tajuknya, pertumbuhannya, perkembangan akarnya, penambahan spesies pada lahan tersebut, peningkatan humus, pengurangan erosi dan fungsi sebagai filter alam. Dengan cara ini, dapat diketahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam merestorasi lahan bekas.

Terakhir untuk mendapatkan keberhasilan revegetasi, dilakukan dengan pemeliharaan rutin meliputi pemupukan berkala, penyaringan, pendangiran, pemangkasan dan penyulaman.

4. Budidaya Tanaman Tebu

Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan).Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam. Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal 2-3 cm dan disiram. Cara kedua bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm. Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.

 Pembukaan Lahan

a) Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur, melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.

(28)

larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

 Teknik Penanaman

Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran dan pada lubang tanam.

 Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

a) Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman pertama.

b) Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

(29)

bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah tanam.

d) Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara penanaman yang kurang baik.

e) Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha. 2.4.2. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power.

 Pembubunan Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur tanah tidak rusak.

a) Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b) Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan. c) Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

(30)

Pada proses ini daun-daun harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran. Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

 Pemupukan Pemupukan dilakukan dua kali yaitu

a) Saat tanam atau sampai 7 hari setelah tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120 kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).

b) Pada 30 hari setelah pemupukan ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 hst.

 Pengairan dan Penyiraman Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

a) Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman. b) Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.

(31)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.

Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas yang paling baik. Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi.

(32)

Pada pasca tambang, kegiatan utama dalam merehabilitasi lahan bertujuan untuk mengupayakan agar ekosistem berfungsi lebih optimal. Penaatan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan tataruang wilayah bekas tambang. Sehingga, lahan bekas tambang dapat difungsikan menjadi kawasan lindung ataupun budidaya.

Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada tempat yang selalu tergenang air tawar atau secara musiman hutan tersebut tergenang air tawar. Secara periodik daerah yang terletak di dekat aliran sungai bila musim hujan selalu tergenang akan terbentuk hutan rawa. Selain itu hutan rawa juga biasanya terdapat di belakang hutan payau atau mangrove.

Struktur tajuk pada hutan rawa secara vertical terdiri dari beberapa stratifikasi tetapi ada yang mempunyai strata yang sederhana untuk jenis-jenis palmae seperti pada hutan Nypha sp. Atau sagu. Hutan rawa tidak terpengaruh oleh iklim, lokasinya berada pada daerah yang rendah dan selalu atau secara periodic tergenang air tawar.

B. Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2008. Kabupaten Konawe dalam Angka. Unaaha. 87 Hal.

Chalar, G. 2009. The use of Phytoplankton Patterns of Diversity for Algal Bloom Management. Limnologica, 39: 200-208.

Handayani, S. 2008. Hubungan Kuantiatif antara Fitoplankton dengan Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng Cilegon – Banten. Ilmu dan Budaya 8:13.

Kingsford, M.J. 2000. Planktonic Processes. In: A.J. Underwood dan M.G. Chapman (Eds.). Coastal Marine Ecology of Temperate Australia. University of New South Wales Press Ltd, Sydney: 28-41.

Madhupratap, M. 2003. Arabian Sea Oceanography and Fisheries of the West Coast of India. Curr Sci 81(4):35-361.

Marsambuana, P.A. 2008. Hubungan Keragaman Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Jurnal Biodiversitas 9(3): 22 –217. Nadia, R. 2008. Studi Kualitas Air pada Beberapa Kawasan Perairan Umum Rawa

Aopa. Unhalu. Kendari. 88 Hal

Sudjadi, 2005. Pengaturan Cahaya Lampu sebagai Fotosintesis Phytoplankton Buatan dengan Mengunakan Mikrokontroler At89s52. Jurusan Teknik Elektro, F.T., Universitas Diponegoro, Jurnal Transmisi, 9: 11 – 14.

(34)
(35)

PERKEBUNAN TEBU OLEH PT. MARKETINDO SELARAS

(36)

RAWA AOPA, KONAWE SELATAN

(37)

(38)
(39)

(40)
(41)

Referensi

Dokumen terkait

Dari matrik diatas dapat diketahui bahwa strategi yang dipilih adalah strategi pada kuadran I yaitu strategi S-O (Strength – Opportunity), posisi ini menunjukkan strategi

dapat dilihat bahwa presensi siswa dilakukan dengan mengunakan teknologi RFID, dimana pada teknologi ini semua siswa masing-masing memiliki sebuah RFID Tag untuk

Dari hasil penelitian dengan metode diatas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa Polresta Malang kesulitan dalam mengungkap tindak pidana

Pembagi daya MMI ini dirancang untuk dapat beroperasi pada rentang panjang gelombang yang lebar dari 1500 hingga 1600 nm untuk dapat diterapkan di dalam sistem

Terhitung mulai tanggal 22 Oktober 2017 mengangkat Saudara-saudara yang namanya disebut dalam Daftar Lampiran II Surat Keputusan ini selaku Diaken dan Penatua/Anggota

Definisi Russel tentang kekuasaan sebagai “produksi dari akibat-akibat yang disengaja” dapat diterapkan pada orang seperti halnya kelompok, tetapi kekuasaan dalam

Rezultati Kruskal-Wallis testa koji se odnose na intenzitet efekta ovisno o izvoru svjetla za zelenu boju umetnutog segmenta, Semimatte papir kao medij te „crnu“

Berdasarkan perhitungan perpindahan arus lalu lintas ke Semarang Outer Ring Road (SORR) dimana pada tahun 2020 jalan itu beroperasi didapatkan besarnya arus lalu lintas