• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka. 2.1.1. Teori Struktur Modal. - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka. 2.1.1. Teori Struktur Modal. - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka.

2.1.1. Teori Struktur Modal.

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang keputusan keuangan lainnya mencerminkan keseimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur keuangan tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan(Laili, 2001).Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (1998), struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.

(2)

hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Suad Husnan, 2004).

2.1.1.1 The Modigliani-Miller Model.

Teori mengenai struktur modal modern bermula pada 1958, ketika dua professor yaitu mengatakan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak. Dengan kata lain, kalau tujuan pembelanjaan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan maka perusahaan perlu menggunakan hutang.

Asumsi MM mencakup hal – hal (Brigham dan Houston, 2001) : 1. Tidak ada biaya broker (perantaraan)

2. Tidak ada pajak perorangan

3. Para investor dapat meminjam suku bunga yang sama dengan peusahaan 4. Investor dan manajemen mempunyai informasi yang sama mengenai

peluang investasi perusahaan dimasa mendatang

5. Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko, berapapun jumlah utang yang digunakan

6. EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.

(3)

struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hasil kerja MM ini menandai awal dari riset atas struktur modal modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan asumsi-asumsi MM dalam upaya pengembangan teori struktur modal yang lebih realistis. Perbaikan asumsi tersebut dapat diringkas sebagai berikut :

1. Adanya efek dari pajak.

2. Adanya efek dari biaya kebangkrutan (bankruptcy cost).

3. Trade of Theory, yang intinya perusahaan membandingkan manfaat penggunaan utang dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dan kebangkrutan.

4. Signalling Theory, yaitu pengaruh yang disebabkan akibat adanya informasi asimetri (informasi yang hanya diketahui oleh manajemen, atau informasi yang berbeda/lebih baik mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor). Model MM sebelumnya menganggap bahwa informasi yang dimiliki investor sama dengan yang dimiliki manajemen. Informasi ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal.

2.1.1.2. Pecking Order Theory.

(4)

yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham. Penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Brealey and Myers, 1995 dalam Suad Husnan,2004);

1. Perusahaan lebih menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran yang terlalu besar.

3. Pembayaran dividen yang cendrung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang – kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.

4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi model sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.

(5)

dahulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir).Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). (Saidi, 2004).

2.1.1.3 Balancing Theory.

Sejak tahun 1976, teori keuangan memakai model ekonomi standar untuk menggambarkan perilaku perusahaan. Model tersebut menganggap perusahaan seperti sebuah kotak hitam yang memproses input menjadi suatu output dan perusahaan diasumsikan akan memberikan respon rasional terhadap adanya insentif ekonomi.

(6)

kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.

Masulis (1980),dalam Suad Husnan (1998), juga membahas biaya kebangkrutan saat membuktikan dampak perubahan komposisi hutang terhadap harga saham. Masulis menunjukkan bahwa abnormal returns pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif.

Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh abnormal returns yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya. Abnormal returns yang positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh para pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya. Abnormal returns yang positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal dalam bentuk penghematan pajak. Disamping itu mereka juga menunjukkan bahwa nampaknya manfaat dari penghematan pajak lebih dari kerugian karena kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan.

(7)

dan kreditur. Ada kemungkinan pemilik perusahaan yang menggunakan hutang melakukan tindakan yang merugikan kreditur, sebagai misal perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek beresiko tinggi. Biaya keagenan ini antara lain terdiri dari biaya kehilangan kebebasan karena kreditur melindungi diri dengan perjanjian-perjanjian pada saat memberikan kredit, dan biaya memonitor perusahaan untuk menjamin perusahaan menaati perjanjian yang dibebankan pada perusahaan dalam bentuk bunga hutang yang lebih.

2.1.1.4. Trade Off Theory.

Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers,1991).Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang.

(8)

akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan (Hartono, 2003).

Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu (Hartono, 2003); dalam laksmi,2010:

1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang.

2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.

Dalam menentukan keseimbangan antara besarnya jumlah utang dan jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu memperhitungkan adanya factor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Pendapat yang dominan dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1958).bahwa struktur modal yang optimal terdiri dari keseimbangan antara resiko kebangkrutan dan penghematan pajak yang disebabkan oleh utang. Struktur modal seharusnya memberikan tingkat pengembalian yang besar kepada pemegang saham dari pada yang mereka terima dari penerbitan ekuitas perusahaan.

(9)

pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

Suad Husnan(2001), menyatakan bahwa yang paling mempengaruhi struktur modal adalah lokasi distribusi keuntungan, stabilitas penjualan dan keuntungan, kebijakan deviden, pengendalian dan risiko kebangkrutan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain; tingkat bunga, stabilitas pendapatan, susunan aktiva, kadar risiko aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan.

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan antara lain growth of asset, price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaansebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

2.1.2.1. Pertumbuhan aktiva (Growth of Asset)

(10)

Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan (Sartono, 2001).

Menurut Weston dan Brigham (1997), perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Sedangkan menurut balancing theory, perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang besar cenderung risiko kebangkrutan (pailit) yang relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang lebih rendah. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan perusahaan.

Laili Hidayat (2001), mengemukakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian dari Sekar Mayang Sari (2001), serta Bhaduri (2002), mendukung penelitian Laili tersebut, di mana struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sehingga dalam penelitian ini, struktur aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.

2.1.2.2. Price Earning Ratio (PER).

(11)

merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (Market Price) dengan earning per share (EPS) dari saham bersangkutan.

Kegunaan dari PER ini adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan EPS-nya. Semakin besar PER suatu saham, maka saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Sedangkan saham dengan PER rendah akan semakin bagus yang berarti saham tersebut semakin murah (Robert Ang, 1997). Peningkatan PER dinilai investor menunjukan kinerja yang semakin baik, juga berdampak semakin menarik perhatian kreditor terhadap perusahaan. Peningkatan jumlah utang yang relatif lebih besar dari pada modal sendiri akan meningkatkan debt ratio. Dengan demikian price earning ratio (PER) berpengaruh terhadap DER.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrijanti & Jogiyanto (2002), pada sektor non keuangan menunjukan bahwa PER terbukti berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER).

2.1.2.3. Return on Asset (ROA).

(12)

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA adalah rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax terhadap total asset. Semakin beras ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.

Apabila salah satu dari faktor ini meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Laba bank diperoleh dari bunga kredit dan fee based income, bila kualitas kredit dan fee based income rendah, maka pendapatan bank akan rendah dan kemungkinan bank menderita rugi. Sebaliknya bila kualitas kredit dan fee based income tinggi, maka penapatan bank akan tinggi dan laba bank akan meningkat. Ukuran yang ditentukan Bank Indoneisa untuk ROA bank dinilai sehat apabila rasio minimal 1,215% pada tahun yang bersangkutan.

(13)

2.1.2.4. Ukuran Perusahaan ( firm size)

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan (Saidi, 2004).Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Saidi (2004), dimana ukuran perusahaan di-proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset (natural logarithm of asset).

Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Rajan dan Zingales, 1995 dalam R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999). Logaritma dari total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar ukuran perusahaan maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar.

(14)

2.2. Penelitian Terdahulu.

Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.

Titman and Wessel(1988), menganalisis delapan faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini adalah aset yang dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), dan volatilitas pendapatan (earning volatility) terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain seperti keunikan (uniqueness), jenis industri (industry classification), ukuran perusahaan (firm size),dankeuntungan (profitability)terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto (1999), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia, berusaha menganalisis variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap sturktur modal. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel size, dan growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel tangibility of assets, growth opportunities, dan uniqueness tidak berpengaruh terhadap struktur modal .

(15)

modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan mempengaruhi secara kuat struktur modal di Indonesia.

Dengan menggunakan periode tahun 1996, Mayangsari (2001), menganalisis variabel-variabel yaitu: struktur asset, tingkat pertumbuhan, besaran perusahaan, profitabilitas, operating leverage, dividend payout ratio dan perubahan modal kerja berpengaruh pada sumber pendanaan perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal adalah besaran perusahaan, profitabilitas, struktur asset, dan perubahan modal.

Laili Hidayati, et al (2001), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur yang go public di Indonesia. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa firm size dan profitability berpengaruh signifikan negatif terhadap faktor leverage. Fixed assets ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor leverage. Sedangkan market to book ratio, corporate tax rate, non debt tax shields ratio, volatility, dan assets uniqueness tidak terbukti mempengaruhi struktur keuangan.

(16)

Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara lain : ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan yang menyatakan bahwa secara simultan, semua variable independen berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Nugroho (2009), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa risiko bisnis dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian yang dilakukan Laksmi (2010), yang menganalisis pengaruh size, resiko bisnis, pertumbuhan asset, dan profitabilitas terhadap struktur modal pada sektor automotive and allied product, Hasilnya adalah variabel ukuran perusahaan (size) dan resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER), kemampulabaan (profitability) yang di proxy dengan net profit margin (NPM) berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal serta pertumbuhan asset (growth of assets) berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER).

(17)

dari ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas mendapatkan hasil bahwa risiko bisnis (DOL) dan Pertumbuhan aktiva (GROW) tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal dan Profitabilitas (NPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dan penelitian terdahulu terletak pada periode pengamatan yang digunakan yaitu tahun 2010-2012. Periode penelitian yang lebih up date dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independen tersebut terhadap struktur modal. Selain itu sampel perusahaan yang digunakan yaitu perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2.3. Kerangka Pemikiran.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Price Earning Ratio

Return on Aseet

Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Aktiva

(18)

Mengacu kepada beberapa penelitian mengenai struktur modal yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang berupa struktur modal perusahaan yang diproksi dengan DER. Variabel independen dalam penelitian ini berupa pertumbuhan aktiva, price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaan sebagai factor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1, kerangka pemikiran tersebut menunjukkan variabel independen baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang listing di BEI.

2.4. Hipotesis.

Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, hipotesis yang dapat dikemukakan berdasarkan kerangka pemikiran adalah : antara pertumbuhan aktiva, price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal (DER).

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

(19)

2. H2 :Price Earning Ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio, ceteris paribus.

3. H3 :Return on Asset memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio, ceteris paribus.

4. H4 :Ukuran Perusahaanmemiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio, ceteris paribus.

Gambar

Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Republik Indonesia bertugas : Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

Setelah proses feed forwarddan backpropagation memenuhi kondisi yang ditentukan yaitu epoh < maksimum epoh dan MSE > target error, maka pembelajaran dengan

Hulu dari Sistem drainase Kota Pangkalan Kerinci terletak pada kawasan bisnis perkotaan disepanjang jalan Maharaja Indra atau Jalan Lintas dan bagian hilirnya

“Diduga terdapat kesenjangan antara kepuasan yang diinginkan (gratification sought) dari motif identitas pribadi pada pembaca di wilayah Surabaya ketika membaca harian

TESIS KEWENANGAN PENYIDIK RADEN BAGUS Implikasi berlanjut atau dampak selanjuntya yaitu pada ditandatanganinya nota kesepakatan bersama anatara menteri Hukum

S : Kita tidak boleh pengembangan produk, produk yang dijual harus sama seperti yang dijual Pemilik Usaha. Tapi kalau pelengkap seperti sejenis kerupuk

Kemudian nilai – nilai diatas dimasukkan kedalam rumus koefisien Korelasi sebagai berikut : Dengan demikian berdasarkan perhitungan dengan melalui uji hipotesis yang telah

13:30 –15:00 Pengarahan SIPP, Reformasi Birokrasi dan Pembaruan Peradilan, Manajemen Peradilan dan Indikator Kinerja Pengadilan. Sekretaris Mahkamah