• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi

ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh (Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu penyakit, kelainan anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri.

Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal end-stage renal disease(ESRD) atau penyakit ginjal tahap

akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan dan berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun

(Baradero, 2009).

Menurut data dari The United States Renal Data System (USRDS)(2009), Gagal Ginjal Tahap Akhir (GGTA) sering ditemukan dan prevalensi sekitar 10 %

sampai dengan 13%. Di Amerika Serikat jumlahnya mencapai 25 juta orang, dan di Indonesia diperkirakan 12,5 % atau sekitar 18 juta orang (Suhardjono,2009).

Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Di Indonesia,

berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu

(2)

Berdasarkan data dari Indonesia RenalRegistry, suatu kegiatan registrasi

dariPerhimpunan Nefrologi Indonesia, pada tahun2007 jumlah pasien Hemodialisa mencapai 2148 orang,sedangkan pada tahun 2008 jumlah pasien Hemodialisa mengalami peningkatan menjadi 2260 orang. Salah satu faktor penyebab

meningkatnya angka penderita gagalginjal dari tahun ke tahun di dunia karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit tersebut

(Ratnawati, 2011).

Menurut Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang

memerlukan penanganan terapi cuci darah. Tetapi hanya 7.000 pasien gagal ginjal kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin

dan Askeskin (Setiawan, 2012).

Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik dimana laju filtrasi glomerulus 15 ml/menit

sehingga ginjal tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkanterapi untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis

dan transplantasi ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal terminal (Cahyaningsih, 2009).

Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan

limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan oleh ginjal yang sehat. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien.

(3)

Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini

menjalani Hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses pengobatan yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan

penyakit ginjal stadium terminal (ESRD;end-stage renal disease) yang membutuhkanterapi jangka panjang atau terapi permanen (Smeltzer & Bare, 2008).

Hemodialisa bekerja dengan cara kombinasi dari difusi (Pergerakan larutan dari cairan pada konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah melalui membran semipermeabel) dan ultrafiltrasi (Pergerakan larutan tekanan kedalam

membran semipermeabel), kelebihan cairan dikeluarkan melalui ultrafiltrasi dan pembuangan hasil melalui difusi. Mineral-mineral dasar (seperti kalsium dan

bikarbonat) juga diganti melalui difusi (Ashley & Morlidge, 2008). Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru

melalui operasi pencangkokan yang berhasil (Arif & Kumala, 2011).

Meskipun Hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas,

tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien yang menjalani Hemodialisamengalami berbagai masalah yangtimbulakibat tidak berfungsinya

ginjal. Haltersebut muncul setiap waktu sampai akhirkehidupan. Hal ini menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang

(4)

pasien yang menjalani Hemodialisa.Ketidakberdayaan serta kurangnyapenerimaan

diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat stress, cemas bahkan depresi (Ratnawati, 2011).

Berdasarkan hasilpenelitian Ratnawati (2011) tentang Tingkat Kecemasan

Pasien dengan Tindakan Hemodialisa di BLUD RSU DR M.M Dunda Kabupaten Gorontalo, didapatkan 20% responden mengalami tingkat kecemasan berat yang

disebabkan karena parahnya dari penyakit gagal ginjal tersebut, pada kecemasan berat ini pasien merasa cemasakan perubahan-perubahan yang dialami setelahmenjalani terapi Hemodialisa seperti perubahan gaya hidup dan seringkali

penderita yang Hemodialisa mengeluhkan rasa gatal.Rasa gatal tersebutbisa disebabkan karena penyakitginjal dan bisa juga karena proses Hemodialisa.

Individu dengan Hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan

pekerjaaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Pasien yang berusia lebih muda

sering merasa khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka (Smeltzer & Bare, 2008).

Pasien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami masalah fisik, seperti

kelemahan, gatal-gatal pada kulit, rambut tipis, penurunanan berat badan (malnutrisi) dan juga mengalami masalah psikososial seperti berdiam diri,

(5)

Salah satu aspek yang terjadi pada masalah psikososial adalah gangguan

konsep diri.Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain, termasuk persepsi individu mengenai sifat dan kemampuannya,

interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri terdiri atas

komponen citra tubuh atau gambaran diri(body-image), ideal diri (self-ideal),

identitas diri (self-identity), peran diri(self-role)dan harga diri(self-esteem). Respon individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang respon konsep diri

yaitu dari adaptif sampai maladaptif (Suliswati et al., 2005; Stuart, 2006; Dalami, 2009).

Individu dengan konsep diri positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur. Konsep diri positif adalah individu yang dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur serta dalam menilai suatu masalah

individu berpikir secara positif dan realistik, sedangkan konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif (Suliswati et al., 2005).

Klien yang menjalani Hemodialisa akan mengalami perubahan psikososial yang dapat mempengaruhi konsep dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa meliputi lima (5) komponen konsep

diri, yaitu: gambaran diri (body-image) seperti klien akan mengalami perubahan bentuk tubuh menjadi kurus, kulit gelap dan gatal-gatal, oedem atau bengkak, wajah

(6)

Hemodialisa yang membatasi kemampuannya dalam melakukan keinginannya atau

menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, identitas diri (self-identity) seperti klien akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam melakukan perawatan dirinya dalam kehidupan sehari-hari, peran diri (self-role)

seperti klien tidak bisa menjalani perannya secara maksimal semenjak menjalani hemodialisa baik dalam keluarga maupun perannya dalam aktivitas sosial atau

pekerjaan, dan harga diri (self-esteem) seperti klien akan mengalami perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan kurang percaya diri terhadap kondisi atau perubahan fisik yang terjadi akibat dari penyakit yang dialaminya maupun efek samping dari

terapi Hemodialisa (Suliswati et al., 2005; Suharyanto, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati dan Rosita

(2008) mengenai Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Depresi, menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri positif memiliki tingkat depresi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan individu dengan konsep diri negatif

disebabkan karena konsep diri yang dimiliki akan mempengaruhi individu dalam proses berpikir, bersikap dan bertingkah laku.

Klienyang mempunyai keyakinan yang baik tentang kesehatannya akan dapat meningkatkan konsep diri. Perawatan di rumah sakit, penyakit yang dialaminya, tindakan pembedahan atau terapi pengobatan, perpisahan dari keluarga dan faktor

lainnya dapat mempengaruhi konsep diri. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan dalam memberikan dukungan finansial dan juga nilai diri serta peran

(7)

Memahami konsep diri sangat penting bagi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan secara holistik dan utuh bukan hanya menyembuhkan penyakit saja tetapi juga menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya. Perawatan klien dengan gangguan konsep diri

diperlukan dalam merawat klien pada setiap tatanan pelayanan, baik di komunitas, rumah sakit umum atau rumah sakit jiwa (Riyadi & Purwanto, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe B dan rumah sakit umum daerah rujukandi provinsi Sumatera Utara maupun di provinsi Aceh. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan memiliki ruang

hemodialisa dengan fasilitas mesin yang lengkap dan memadai, serta tenaga medis yang professional dan berkompeten yang telah mengikuti pelatihan-pelatihan dan

mempunyai sertifikat mengenai Hemodialisa.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Mei 2013 sampai dengan tanggal 24 Mei 2013 maka diperoleh data pasien yang menjalani

hemodialisa dari Rekam Medis ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah pasien pada tahun 2012 sebanyak 132 orang dan

pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013 sebanyak 50 orang (Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan, 2013).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa klien yang sedang

menjalani Hemodialisa bahwa hampir sebagian besar peran klien dalam keluarga mengalami perubahan karena tidak bekerja dan tidak bisa melakukan

(8)

baik fisik maupun psikis. Klien yang baru menjalani Hemodialisa masih belum bisa

beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan efek samping yang terjadi (seperti mual muntah, lemas, pusing, kulit kering dan gatal-gatal, rambut rontok), sedangkan klien yang telah lama menjalani Hemodialisa memiliki semangatyang kuat

menjalani Hemodialisa karena rutin datang ke rumah sakit dan minum obat serta adanya dukungan keluarga yang selalu menemani klien ke rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang dan wawancara peneliti dengan klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan melalui survey awal maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Konsep Diri Klien yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan pada Tahun 2013.

1.2 PERTANYAANPENELITIAN

Bagaimana gambaran konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.3 TUJUANPENELITIAN 1.3.1Tujuan Umum :

Untuk mengidentifikasi gambaran konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.3.2Tujuan Khusus :

a. Untuk mengidentifikasi gambaran diri (body-image) klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi

(9)

b. Untuk mengidentifikasi ideal diri (self-Ideal)klien yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

c. Untuk mengidentifikasi peran diri (self-role)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

d. Untuk mengidentifikasi identitas diri (self-Identity)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

e. Untuk mengidentifikasi harga diri (self-esteem)klien yang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum DaerahDr. Pirngadi Medan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan

kepada mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa serta memberikan tambahan atau masukanbahan pengajaran keperawatan jiwa untuk membuat asuhan keperawatan

yang lebih optimal.

1.4.2Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal mengenai konsep diri klien yang menjalani Hemodialisa dan dapat mengetahui atau mengenali keadaan klien

yang mengalami konsep diri positif atau konsep diri negatif sehingga perawat dapat memberikan perhatian dan dukungan serta motivasi kepada klien yang menjalani

(10)

mempertahankan atau makin meningkatkan konsep diri yang positif dan tidak

memiliki konsep diri yang negatif walaupun harus menjalani Hemodialisa sepanjang hidupnya.

1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi atau sumber data yang mendukung bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta melihat betapa pentingnya sebuah budaya dan religiusitas seseorang terhadap kinerja sumber daya manusia atau

Hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan positif yang signifikan antara persepsi virginitas dengan perilaku seksual pranikah pada remaja putri kelas X SMK

Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini, data memiliki peranan yang sangat penting, data tersebut tidak hanya berupa teks, gambar, audio

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rakhmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

kontak dengan air genangan/lumpur akibat banjir, pada saat ingin beraktifitas dan pada saat memegang hewan peliharaan dengan cara memakai sepatu boot dan sarung

Pembaharuan Undang-undang bantuan hukum yang dilakukan adalah mengenai pengertian, ruang lingkup dan perlindungan hukum bagi paralegal, agar kedepanya dalam bekerja

Penggunaan fly ash dalam beton normal dapat meningkatkan kuat tekan namun dalam beton pasca bakar beton yang menggunakan fly ash sebagai subtitusi semen sebanyak

Berdasarkan keadaan diatas maka penulis berusaha mengatasi permasalahan sampah plastik dengan mendaur ulang sampah plastik khusunya botol plastik bekas menjadi bahan