• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP Indah Sulistyoningrum Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia ABSTRAK - HUBUNGAN AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP Indah Sulistyoningrum Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia ABSTRAK - HUBUNGAN AN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP

Indah Sulistyoningrum

Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang : Meningkatnya kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun selain disebabkan oleh pencemaran udara ternyata susu formula menimbulkan efek seperti mual, muntah, diare dan sakit perut yang berkepanjangan sehingga menyebabkan gangguan pertahanan tubuh (batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma).

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap.

Subyek dan Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 1-4 tahun yang menderita ISPA bulan November 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacaap sebanyak 132 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling dengan jumlah sampel 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok 30 kasus dan 30 kontrol .

Hasil : Hasil penelitian menunjukan hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 ( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori lemah.

(2)

PENDAHULUAN

Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Pada tahun 2005 jumlah anak 0-6 tahun adalah 27,6 juta anak atau sekitar 12,79% dari total penduduk Indonesia. Hanya 25% yang terakses program peningkatan kesehatan, gizi dan PAUD. Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukan dengan rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan.

ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan juga berespon terhadap kebutuhan bayi sesuai dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat anti infeksi yang sangat penting untuk membantu bayi dalam hal melawan infeksi dan berbagai penyakit pada bayi (Indiarti, 2010). Selain ASI kita sebagai masyarakat juga mengenal akan pemberian susu formula.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayinya. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang diberi susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula (Roesli, 2008).

Menurut Survey Demografi Penelitian Indonesia (SDKI) (2003), angka kematian bayi di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran. Angka kesakitan dan kematian bayi ditimbulkan salah satunya disebabkan dari dampak susu formula tersebut. Pemberian susu formula selain mengakibatkan angka kesakitan bagi balita juga membuat anggapan sebagian orang tua atau keluarga tidak ingin memiliki anak banyak dikarenakan segi

sosial-ekonomi yang tidak bisa membeli susu formula yang harganya mahal.

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia (Depkes RI, 2005). Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak dibawah 5 tahun (Depkes RI, 2005). Di Indonesia tiap tahun 2001, angka kesakitan ISPA menduduki peringkat ketiga sebesar 24% setelah penyakit gigi dan mulut sebanyak 60% dan penyakit refraksi serta pengelihatan sebesar 31%. ISPA merupakan penyebab utama pada bayi usia 1-6 tahun, dimana sekitar 50% penyakit ISPA menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, dan 30% menyerang anak usia antara 5 sampai 12 tahun.

Profil Kesehatan Jawa Tengah (2007) diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai.

METODE

(3)

untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat

Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di

PASI (Susu Formula) (Kasus)

ASI dan PASI (Kontrol) 30

Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap

ISPA

Kelompok Jumlah

Kasus Kontrol

F % F % F %

2. Analisis Bivariat

Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap

Pemberia Sumber : Data primer diolah tahun 2016

Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap

Pember Sumber : Data primer diolah tahun 2016

Analisis statik menggunakan chi square dan diperoleh hasil hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p

value 0,09 (α : 0,1) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisein kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah ( hitung = 6,787 > tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1, C=0,319).

(4)
(5)

A. Pembahasan

1. Pemberian susu formula

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kelompok

kasus (PASI atau Susu formula) dan kelompok kontrol (ASI dan PASI

atau Susu formula) adalah 1:1 atau masing-masing sebanyak 30 orang

(50,0%), dengan tujuan untuk membandingkan jumlah balita yang terkena

ISPA pada balita yang mengkonsumsi PASI atau susu formula serta ASI

dan PASI.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar

orang tua responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga

sebanyak 47 orang (78,3%), pedagang yaitu sebanyak 10 orang (16,7%),

petani sebanyak 2 orang (3,3%), dan guru sebanyak 1 orang (1,7%), hal ini

dimungkinkan terjadi karena ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga

mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mengurus suami dan anak

serta mencari dan mendapatkan informasi tentang manfaat susu formula

sehingga anggapan kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang

menjadi kebutuhan pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga

mencerdaskan balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai

penunjang energi terutama pada balita yang susah makan bisa menjadi

pengganti asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi

(6)

sebagai sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna

makanan padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada

MPASI lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup

lama.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi balita

usia 1-2 tahun sebanyak 35 orang (58,3%), dan balita usia 3-4 tahun

sebanyak 25 orang (41,7%), %. Menurut Sanusi (2007), pola pemberian

MP-ASI yang baik harus memperhatikan umur balita karena pola

pemberian MP-ASI kepada balita tiap tahap umur balita berbeda,

sedangkan ibu memberikan susu formula dalam jenis cair dan bubuk dari

berbagai macam produk susu formula yang disesuaikan dengan umur

balitanya. Takaran dari susu formula beraneka ragam, ada yang sesuai

dengan takaran yang sudah disediakan pada kemasan susu formula dan ada

juga yang melebihi 1/2-1 sendok atau ditambah dengan gula pasir guna

menambah rasa manis dalam susu. Frekuensi pemberian susu formula

diberikan oleh responden kepada balitanya, ada yang terjadwal (pagi,

siang, malam sebelum tidur) atau tidak terjadwal setiap kali meminta susu

pasti diberikan. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu tentang

kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini,

mengatakan bahwa yang paling sering terjadi adalah diare, konstipasi,

muntah, alergi, batuk dan pilek pada balitanya serta susu formula yang

tidak habis yang dibuang percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi.

Baqi (2008) yang menyatakan bahwa, sisa susu di dalam botol

(7)

yang tersisa di dalam botol maka enzim pada air liur yang mengenai susu

akan mencerna pati pada susu, yang akan menyebabkannya berair dan

bakteri dari mulut akan berkembang pada susu, karena sisa susu bayi

menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat

bayi terkena diare.

Menurut penelitian Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan

Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan bahwa penggunaan air, cara

penyimpanan setelah pengenceran, cara membersihkan botol susu dan

kebiasaan mencuci tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare.

Menurut Moehji (2005), penyebab lain diare pada pemberian susu

formula, karena proses penyeduhan yang terlalu kental dan cara

penyimpanan susu formula yang salah.

2. Angka Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4 tahun

yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek dan

panas lebih banyak yaitu 18 orang (30%) dibandingkan dengan balita yang

terkena batuk dan pilek sebanyak 12 orang (20%) serta pada 30 balita yang

diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan batuk dan pilek,

22 orang (36,7%) lebih banyak dibandingkan dengan balita yang terkena

batuk, pilek dan panas sebanyak 8 orang (13.3%) atau dapat dikatakan

kejadian ISPA yang tergolong klasifikasi lebih berat pada balita usia 1-4

tahun terjadi pada balita yang diberi PASI (susu formula) dibandingkan

(8)

Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula

lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang

terkandung dalam susu formula (laktosa, karbohidrat, protein, nukleotida,

lemak) yang kandungannya tinggi sehingga sulit dicerna didalam tubuh

juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena

pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga

menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Faktor imunisasi pada

setiap anak juga mempengaruhi ISPA, anak seharusnya dapat immunisai

lengkap sesuai dengan jadwal Nasional. Hal ini melindungi anak dari

penyebab pokok ISPA dan membantu mencegah kurang gizi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan

responden bertempat tinggal dekat dengan jalan raya yaitu 28 orang

(46,7%) selanjutnya dekat dengan persawahan sebanyak 15 orang (25%),

dekat dengan rel kereta api sebanyak 9 orang (15%) kemudian dekat

dengan stasiun sebanyak 5 orang (8,3%) dan paling sedikit responden

dengan tempat tinggal yang dekat dengan pasar yaitu 3 orang (5%).

Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya

juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari

kendaraan maupun debu dari jalan raya, dengan ini dapat disimpulkan

bahwa tempat tinggal mempengaruhi terhadap kejadian ISPA. Menurut

Agnes (2009), mengatakan ISPA muncul sebagai gangguan atas polusi

udara, 70% polusi udara disebabkan asap kendaraan, 20% karena industri,

(9)

(2011), polusi kendaraan bermotor mengandung gas karbondioksida

(CO2), Nitrogen (NO2), dan Sulfur. Ketiga gas ini berbahaya bagi

kesehatan. Adanya logam timbal yang keluar dari gas buangan kendaraan

bermotor dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan dan kontak

langsung. Keberadaan unsur timbal ini di dalam tubuh manusia menjadi

racun penyerang saraf yang dapat merusak pertumbuhan anak dan bisa

menurunkan kepintaran (IQ) anak-anak.

Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam

tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek,

sakit telinga dan demam. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin

tidak mengenali tanda-tanda lainnya dengan mudah (Susanto dan

Hariwijaya, 2006).

Penyebab penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam

sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Masa

tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk,

anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada

pergantian musim (Agnes, 2009).

Bidan desa dan kader yang saling bekerjasama mempunyai tugas

menjadi media penghubung antara Puskesmas dengan masyarakat dalam

peningkatan kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I,

juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan angka kejadian

ISPA pada balita terutama dalam pemberian konseling tentang KIA.

Masyarakat yang masih tabu akan dunia kesehatan, terutama ibu yang

(10)

media masa maupun cetak tentang manfaat susu formula yang

menyehatkan, mencerdaskan dan membantu tumbuh kembang anak. Tapi,

pada kenyataanya banyak sekali anak yang alergi dengan susu formula,

diare akibat kurang bersihnya botol atau dot, takaran susu yang yang

berlebihan, gigi berlubang, dan bila ini terjadi dalam waktu yang cukup

lama bisa menyebabkan imunitas anak menurun kemudian terjadi batuk,

pilek dan panas pada balita.

Puskesmas, bidan dan kader berkewajiban untuk mengembalikan

kepercayaan ibu terhadap pentingnya ASI yang ternyata masih bisa

diberikan sampai usia 2 tahun walaupun kandungannya sudah berbeda

dengan ASI eksklusif tetapi masih banyak sekali manfaat bagi anak

terutama dalam pencegahan penyakit serta memberikan konseling tentang

kandungan susu formula yang memberikan efek kurang baik bagi

kesehatan anak. Hal terpenting bagi tenaga kesehatan adalah cara

membedakan antara kasus ISPA ringan yaitu infeksi yang akan sembuh

dengan sendirinya setelah 1-2 minggu dan kasus ISPA berat yaitu infeksi

yang dapat menyebabkan kesakitan berat, kecacatan dan kematian.

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya immunisasi serta kerja sama dengan petugas kesehatan

pemerintah untuk mempromosi program immunisasi dan pemberian

Vitamin A.

3. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun

(11)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4

tahun yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek

dan panas lebih banyak yaitu 18 balita (60,0%) dibandingkan dengan

balita yang terkena batuk dan pilek sebanyak 12 balita (40,0%) serta pada

30 balita yang diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan

batuk dan pilek, 22 balita (73,3%) lebih banyak dibandingkan dengan

balita yang terkena batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%).

ISPA dengan batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%) atau dapat

dikatakan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun terjadi pada balita

yang diberi PASI (susu formula) dan ASI+PASI (susu formula)

berbanding sama yaitu 30:30 kasus.

Analisis statistik menggunakan chi square dan diperoleh hasil

hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 ( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan

antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4

tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai

koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa

kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah (

hitung = 6,787 > tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1 C=0,319)

Pemberian susu formula ini terjadi karena faktor anggapan

kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang menjadi kebutuhan

pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga mencerdaskan

balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai penunjang

(12)

asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi tonggak

pertumbuhan balita yang sehat, karena susu berperan penting sebagai

sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna makanan

padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada MPASI

lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup lama.

Kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini,

berdasarkan informasi yang didapatkan dari responden mengatakan yang

paling sering terjadi adalah diare, konstipasi, muntah, alergi, batuk dan

pilek pada balitanya serta susu formula yang tidak habis yang dibuang

percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi.

Hal ini sejalan dengan pendapat Soekanto (2004), bahwa seseorang

yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak maka akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Tapi, masalahnya disini ibu

terbuai akan iklan atau promosi dari susu formula yang hanya melihat dari

segi keuntungannya saja bukan segi kerugian atau efek dari pemberian

susu formula.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Andira (2008),

makanan ataupun cairan yang dikonsumsi memegang peranan penting

dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga

kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Hal yang paling utama

dalam pemberian makanan anak terutama MP-ASI yaitu makanan atau

cairan apa yang seharusnya diberikan, kapan waktu pemberian dan dalam

(13)

Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang terkandung dalam susu formula juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga meyebabkan anak mudah terserang penyakit. Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari kendaraan maupun debu dari jalan raya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ria (2009) yang diperkuat oleh pendapat Dwinda (2002), bahwa kejadian ISPA pada balita, yaitu bayi (<12 bulan) dan anak balita (1-4 tahun) disebabkan oleh beberapa faktor seperti agent, manusia dan lingkungan. Selain faktor-faktor tersebut ternyata susu formula juga bisa mempengaruhi terhadap kejadian ISPA pada bayi dan balita dilihat dari segi sistem imun (pertahanan tubuh).

(14)

diare dan sakit perut. Sementara gangguan pernafasan karena alergi susu sapi seperti batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma (Referensi Kesehatan, 2010).

(15)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Angka balita

yang mengkonsumsi PASI (susu formula) di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%)

2. Angka balita

yang mengkonsumsi ASI dan PASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%)

3. Angka kejadian

ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap bulan November tahun 2012 sebanyak 132 balita.

4. Terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah ditentukan, maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Ibu

Ibu diharapkan meningkatkan pengetahuannya tentang susu formula misalnya media masa, media cetak, rekan kerja, tenaga kesehatan sehingga dapat meminimalkan kejadian ISPA akibat mengkonsumsi susu formula, sehingga ibu kembali percaya terhadap ASI bagi anaknya.

2. Puskesmas Kroya I

a. Puskesmas Kroya I hendaknya dapat mengadakan kegiatan penyuluhan berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam

83

(16)

pelayanan, leaflet dan media informasi lainnya tentang dampak pemberian susu formula terhadap kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun dan manfaat memberikan ASI sampai umur balita usia 12-24 bulan.

b. Puskesmas Kroya I hendaknya mengadakan kegiatan penyuluhan

berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam pelayanan,

leaflet dan media informasi lainnya tentang:

1) Pencegahan ISPA

a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai ISPA dan pencegahannya, misalnya immunisasi,

tutup mulut/ hidung pada saat batuk/bersin, ventilasi rumah

yang baik dll.

b) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai pentingnya immunisasi.

c) Kerja sama dengan petugas kesehatan pemerintah untuk

mempromosi program immunisasi dan pemberian Vitamin A

2) Pengobatan ISPA

a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai merawat anak yang menderita ISPA ringan

d) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai gejala ISPA berat/pneumonia, dan pentingnya

(17)

e) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat

mengenai pentingnya menyelesaikan obat yang diberi kepada

anak yang menderita ISPA berat.

3. Bidan

Bidan perlu menginformasikan secara lengkap mengenai

kandungan dari susu formula dan efek pemberian susu formula pada balita

usia 1-4 tahun secara lengkap, sehingga bidan dapat membantu ibu dalam

mengatur jadwal penyapihan karena usia balita 12-24 bulan masih bisa

diberikan ASI yang masih banyak manfaatnya untuk balita.

(18)

Agnes, Adnan. 2009. Faktor-Faktor resiko Kejadian ISPA pada Balita. (online) http//etd.eprints ums.ac.id/5965/I/j410050018.PDF. Diakses tanggal 04 Desedmber 2012 pukul 17.00 WIB.

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Blog Kibulan @ erikar lebang. http://evatiopitna.blogspot.com/2011/10/di-tengah-marak-dan-gencarnya-iklan.html. diakses pada tanggal 04 Desember 2012 pukul 17. 30 WIB.

Depkes R.I., 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.

Depkes R.I., 2006. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi. Jakarta.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2007/bab3.html Diakses pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 11.07 WIB.

DKK Cilacap, 2012. Laporan Angka Kejadian ISPA Kabupaten Cilacap Tahun 2012.

Dwinda. 2002. Susu Formula. Jakarta: EGC.

Dwinda. 2006. Susu Formula. Jakarta: EGC.

Indiarti, M. T., 2010. Asi, Susu Formula Dan Makanan Bayi.Yogyakarta: Steve P.

Kusniati. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Keadaan Rumah Dan Lingkungan Sehat Dengan Kejadian ISPA Pada Bgalita Usia 1-4 Tahun Di Desa Planjan Kecamatan Kesugihan (tidak dipublikasikan).

Moeis X dan Yahya S. 2005. Bayiku Anakku. Jakarta: PT. Intisari Mediakamentosa.

Muslimah. 2012. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 7-12 Bulan Di Desa Karangturi Kecamatn Kroya Kabupaten Cilacap. .... halaman (tidak dipublikasikan).

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: EGC.

(19)

Referensi Kesehatan, 2010. Susu Formula. http:// creasoft. wordpress. com/ 2010/01/01/ susu-formula/. Diakses tanggal 05 Desember 2012 pukul 09. 20 WIB.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Setiawan, Ari, Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika; h.129–131.

Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Staa, K dan Meiliasari, M., 2005. Merawat Anak Sakit Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Susanto dan Hariwijaya. 2006. Ilmu Kesehatan Praktis Tentang Penyakit dan Obat-obatan. Yogyakarta: Bandaliko press. Yogyakarta.

Utami Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya.

Utami Roesli, 2008. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya

WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC.

(20)

LAMPIRAN

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN DARI AKBID PAGUWARMAS

(21)

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN KESEHATAN DAN POLITIK KABUPATEN CILACAP

(22)

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN CILACAP

(23)

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP

(24)

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI UPT PUSKESMAS KROYA I

(25)

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI KECAMATAN KROYA

(26)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

(27)

Kepada Yth.

Calon Responden Penelitian

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap

Dengan hormat,

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan Paguwarmas Maos – Cilacap :

Nama : EKA RAHMAWATI

NIM : 10.813

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun”, untuk itu saya mohon bantuan ibu kiranya bersedia memberikan informasi tentang hal yang berkaitan dengan pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada anak ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bisa diakhiri kapan saja tanpa harus mengemukakan alasannya. Ibu diharapkan mengisi kuesioner yang telah disediakan, dengan menjawab jujur tanpa menutupi hal yang sebenarnya. Dalam penelitian ini ibu tidak akan dihadapkan pada satu risiko atau kerugian apapun. Kerahasiaan informasi yang ibu berikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Nama ibu tidak akan saya cantumkan dalam Karya Tulis Ilmiah.

Atas perhatian dan kesediaan ibu, saya ucapkan terima kasih.

Penulis,

(EKA RAHAMWATI)

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(28)

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun” yang diteliti oleh :

Nama : EKA RAHMAWATI

NIM : 10.813

Alamat : Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

Dengan persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Kroya, 2013 Hormat saya,

Responden

( )

DAFTAR NAMA RESPONDEN

(29)
(30)

JADWAL PENYUSUNAN KTI

MAHASISWA AKBID PAGUWARMAS MAOS CILACAP T.A 2012/2013

No Kegiatan

NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul √

2 Penyusunan proposal √ √ √ √ √

3 Ujian proposal √

4 Pelaksanaan penelitian √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Penyusunan laporan hasil penelitian

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Seminar hasil √

(31)

CHEK LIST PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013

Responden No : Tanggal disi :

Petunjuk :

1. Berilah tanda centang (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan

jawaban anda.

2. Seluruh jawaban akan dijaga kerahasiannya, data akan disimpan dan

dipergunakan hanya untuk penelitian

A. Identitas Ibu Balita

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Alamat :

B. Identitas Balita

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

(32)

4. Gejala ISPA :

a. Batuk :

b. Batuk dan pilek :

c. Batuk, pilek dan panas :

C. Demografi Tempat Tinggal

1. Jalan Raya :

2. Pasar :

3. Stasiun :

4. Rel Kereta Api :

5. Persawahan :

D. Pemberian Susu Formula

1. Berupa apa cairan yang ibu berikan kepada anak ibu sekarang?

a. PASI (Susu Formula) :

(33)

HASIL PERHITUNGAN SPSS

NO

NAMA

BALITA UMUR ISPA

DEMOGRAFI TEMPAT

TINGGAL PASI (SUSU FORMULA)

1 An. Z 2 3 5 1

2 An. A 2 3 1 1

3 An. N 1 2 1 1

4 An. T 2 2 1 1

5 An. Z 2 3 2 1

6 An. A 2 2 2 1

7 An. A 2 2 2 1

8 An. F 2 2 5 1

9 An. N 2 2 2 1

10 An. V 1 3 5 1

11 An. P 2 3 1 1

12 An. F 1 3 2 1

13 An. A 2 2 1 1

14 An. E 1 3 1 1

15 An. M 2 3 3 1

16 An. R 1 3 4 1

17 An. V 2 3 5 1

18 An. I 2 2 5 1

19 An. C 2 3 5 1

20 An. R 2 2 5 1

(34)

21 An. O 2 2 1 1

22 An. N 2 2 5 1

23 An. R 2 2 5 1

24 An. H 2 3 2 1

25 An. N 2 2 1 1

26 An. S 1 3 3 1

27 An. R 2 3 1 1

28 An. K 2 3 5 1

29 An. R 1 2 5 1

(35)

NO

NAMA

BALITA UMUR ISPA

DEMOGRAFI TEMPAT

TINGGAL ASI+PASI

1 An. F 2 2 1 2

2 An. A 1 3 1 2

3 An. S 1 2 2 2

4 An. Q 1 3 1 2

5 An. A 1 3 5 2

6 An. R 1 3 5 2

7 An. A 1 2 5 2

8 An. A 1 3 1 2

9 An. A 1 2 1 2

10 An. Z 1 2 2 2

11 An. H 1 3 5 2

12 An. N 1 2 5 2

13 An. D 1 3 3 2

14 An. E 1 2 3 2

15 An. T 1 3 3 2

16 An. F 1 3 4 2

17 An. R 1 3 2 2

18 An. A 1 2 5 2

19 An. S 1 2 5 2

20 An. D 1 3 5 2

21 An. E 1 3 5 2

(36)

23 An. D 1 2 5 2

24 An. R 1 3 5 2

25 An. J 2 2 4 2

26 An. R 1 2 5 2

27 An. R 1 3 5 2

28 An. A 1 2 5 2

29 An. Q 1 3 1 2

(37)

DATA KELOMPOK KASUS

No

Nama Orang Tua

Umur Pendidikan Pekerjaan

Nama

Balita Umur

ISPA Demografi

Tempat Tinggal

PASI (Susu

Formula) Alamat Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan Panas

(38)

19 Ny. C 30 SD IRT An. C 3,4 √ Jalan Raya √ Pekuncen

20 Ny. K 28 SD IRT An. R 3,6 √ Jalan Raya √ Pekuncen

21 Ny. D 28 SMP IRT An. O 3 √ Sawah √ Kr.Turi

22 Ny. I 33 SD IRT An. N 4 √ Jalan Raya √ Bajing

23 Ny. S 26 SMK IRT An. R 3,8 √ Jalan Raya √ Bajing

24 Ny. M 37 SD IRT An. H 4 √ Rel K.A √ Bajing

25 Ny. J 24 SMA IRT An. N 3,7 √ Sawah √ Kr.Mangu

26 Ny. E 21 SMA IRT An. S 2,8 √ Stasiun √ Kroya

27 Ny. H 32 SD IRT An. R 4 √ Sawah √ Kr.Turi

28 Ny. E 33 SD IRT An. K 4 √ Jalan Raya √ Pucung

Lor

29 Ny. A 28 SMK IRT An. R 2,8 √ Jalan Raya √ Ayam Alas

(39)

DATA KELOMPOK KONTROL

No

Nama Orang Tua

Umur Pendidikan Pekerjaan

Nama

Balita Umur

ISPA Demografi

Tempat Tinggal

ASI dan PASI (Susu Formula)

Alamat Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan

(40)

21 Ny. W 29 SD IRT An. E 1 √ Jalan Raya √ Pesanggrahan

22 Ny. T 28 SMK Pedagang An. A 2 √ Jalan Raya √ Ayam Alas

23 Ny. R 25 SMA IRT An. D 1,6 √ √ Jalan Raya √ Pekuncen

24 Ny. K 21 SMA IRT An. R 1,2 √ Jalan Raya √ Pekuncen

25 Ny. M 30 SMP Pedagang An. J 3 √ Pasar √ Bajing

26 Ny. M 27 SMA IRT An. R 1,3 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu

27 Ny. S 31 SD IRT An. R 2,8 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu

28 Ny. R 33 SD IRT An. A 1,6 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu

29 Ny. M 21 SMA IRT An. Q 1,2 √ Sawah √ Kr.Turi

(41)

Harga Kritis Chi Kuadrat Taraf Signifikasi

dk 50% 30% 20% 10% 5% 1%

1 0.455 1.074 1.642 2.706 3.841 6.635

2 1.386 2.408 3.219 4.605 5.991 9.210

3 2.366 3.665 4.642 6.251 7.815 11.345

4 3.357 4.878 5.989 7.779 9.488 13.277

5 4.351 6.064 7.289 9.236 11.070 15.086

6 5.348 7.231 8.558 10.645 12.592 16.812

7 6.346 8.383 9.803 12.017 14.067 18.475

8 7.344 9.524 11.030 13.362 15.507 20.090

9 8.343 10.656 12.242 14.684 16.919 21.666

10 9.342 11.781 13.442 15.987 18.307 23.209

11 10.341 12.899 14.631 17.275 19.675 24.725

12 11.340 14.011 15.812 18.549 21.026 26.217

13 12.340 15.119 16.985 19.812 22.362 27.688

14 13.339 16.222 18.151 21.064 23.685 29.141

15 14.339 17.322 19.311 22.307 24.996 30.578

16 15.338 18.418 20.465 23.542 26.296 32.000

17 16.338 19.511 21.615 24.769 27.587 33.409

18 17.338 20.601 22.760 25.989 28.869 34.805

19 18.338 21.689 23.900 27.204 30.144 36.191

20 19.337 22.775 25.038 28.412 31.410 37.566

21 20.337 23.858 26.171 29.615 32.671 38.932

22 21.337 24.939 27.301 30.813 33.924 40.289

23 22.337 26.018 28.429 32.007 35.172 41.638

24 23.337 27.096 29.553 33.196 36.415 42.980

25 24.337 28.172 30.675 34.382 37.652 44.314

26 25.336 29.246 31.795 35.563 38.885 45.642

27 26.336 30.319 32.912 36.741 40.113 46.963

28 27.336 31.391 34.027 37.916 41.337 48.278

29 28.336 32.461 35.139 39.087 42.557 49.588

(42)

KASUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Frequency Percent Valid Percent

(43)

umur balita (kasus)

7 23.3 23.3 23.3 23 76.7 76.7 100.0 30 100.0 100.0

1-2 th 3-4 th Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

12 40.0 40.0 100.0

30 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e Percent

ispa (kasus)

12 40.0 40.0 40.0

18 60.0 60.0 100.0

30 100.0 100.0

Batuk, pilek Batuk,pilek,panas Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

(44)

KONTROL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Frequency Percent Valid Percent

(45)

umur balita (kontrol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e

16 53.3 53.3 100.0

30 100.0 100.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat iv e

Frequency Percent Valid Percent

(46)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

umur * kelompok

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

umur * kelompok Crosstabulation

24 28 52 % wit hin kelompok % of Total

Count % wit hin umur % wit hin kelompok % of Total

(47)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

pendidikan * kelompok

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pendidi kan * kel ompok Crosstabulation

(48)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

pekerjaan * kelompok

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pekerjaan * kelompok Crosstabul ation

22 25 47

% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count

(49)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0% umur balita * kelompok

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

umur balita * kelompok Crosstabulation

7 28 35

% wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count

(50)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

demograf i * kelompok

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

demografi * kelompok Crosstabul ation

9 6 15

% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count

% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count

(51)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0% ispa * kelompok

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

ispa * kel ompok Crosstabulati on

(52)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0% umur balita * ispa

N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total

Cases

umur balita * ispa Crosstabulati on

22 13 35

% wit hin umur balita % of Total

Count

% wit hin umur balita % of Total

Count

% wit hin umur balita % of Total

Continuity Correctiona Likelihood Ratio

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 10. 83.

(53)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

demografi * ispa

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

demografi * ispa Crosstabulation

12 3 15

% wit hin demograf i % of Total

Count

% wit hin demograf i % of Total

Count

% wit hin demograf i % of Total

Count

% wit hin demograf i % of Total

Count

% wit hin demograf i % of Total

Count

% wit hin demograf i % of Total minimum expected count is 1.30.

(54)

Crosstabs

Case Processing Summary

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

pemberian * ispa

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

pemberian * ispa Crosstabulation

12 18 30

% wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count

% wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count

% wit hin pemberian % wit hin ispa

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio

Computed only f or a 2x2 table a.

0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 13. 00.

b.

Symmetric Measures

.319 .009 60

Contingency Coef f icient Nominal by Nominal

N of Valid Cases

Value Approx. Sig.

Not assuming the null hy pothesis. a.

(55)

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

(56)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Eka Rahmawati

Tempat,tanggal lahir : Cilacap, 12 Oktober 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW O3 Kecamatan

Cimanggu Kabupaten Cilacap

Institusi : Akademi Kebidanan Paguwarmas Maos Cilacap

Judul KTI : Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan

Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah

Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap

Riwayat Pendidikan :

Sekolah Dasar (SD) : SD Negeri Cisalak 02

Lulus tahun 2004

Sekolah Menengah Pertama (SMP) : SMP Diponegoro Majenang

Lulus Tahun 2007

Sekolah Menengah Atas (SMA) : MAN Majenang

Gambar

tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p

Referensi

Dokumen terkait

Berita Acara Evaluasi nomor : BA/07/XI/2013/PBJ-Polda Sumsel tanggal 23 Nopember 2013 tentang hasil evaluasi dokumen kualifikasi terhadap calon Pengadaan Jasa

• Use Case Delete Barang : memuat proses hapus barang yang dilakukan oleh admin ke dalam sistem, dalam hal ini ke database Logistik pada tabel Barang. • Use Case Cari Barang :

(g) Pernyataan yang diberikan ekivalen dengan “Mengontrak pemain asing kenamaan adalah syarat perlu untuk Indonesia agar ikut Piala Dunia” atau “Jika Indonesia ikut Piala Dunia

Komunitas waria tu pada dasarnya begitu mereka menginjak atau merasakan diri menjadi waria dalam bergabung dengan temen2, mereka tu pasti ingin temen2nya pada dandan pada pake

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun

[r]

Pokja ULP Pengadaan pada Satker Direktorat Advokasi dan KIE akan melaksanakan Pelelangan Sederhana/Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

Bidang Program dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pemetaan mutu, pengembangan program dan model pendidikan, fasilitasi penyusunan dan pelaksanaan