HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP
Indah Sulistyoningrum
Prodi Kebidanan, Stikes Paguwarmas Maos Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang : Meningkatnya kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun selain disebabkan oleh pencemaran udara ternyata susu formula menimbulkan efek seperti mual, muntah, diare dan sakit perut yang berkepanjangan sehingga menyebabkan gangguan pertahanan tubuh (batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap.
Subyek dan Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita usia 1-4 tahun yang menderita ISPA bulan November 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacaap sebanyak 132 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah proportional random sampling dengan jumlah sampel 60 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok 30 kasus dan 30 kontrol .
Hasil : Hasil penelitian menunjukan hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 ( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut dalam kategori lemah.
PENDAHULUAN
Kondisi kesehatan dan gizi anak di Indonesia masih memprihatinkan. Pada tahun 2005 jumlah anak 0-6 tahun adalah 27,6 juta anak atau sekitar 12,79% dari total penduduk Indonesia. Hanya 25% yang terakses program peningkatan kesehatan, gizi dan PAUD. Rendahnya cakupan dan kualitas penyelenggaraan program pengembangan anak usia dini mengakibatkan kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan yang ditunjukan dengan rendahnya derajat kesehatan, gizi dan pendidikan.
ASI merupakan suatu cairan hidup, yang berubah dan juga berespon terhadap kebutuhan bayi sesuai dengan pertumbuhannya. ASI mengandung zat anti infeksi yang sangat penting untuk membantu bayi dalam hal melawan infeksi dan berbagai penyakit pada bayi (Indiarti, 2010). Selain ASI kita sebagai masyarakat juga mengenal akan pemberian susu formula.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Cohen dan kawan-kawan di Amerika pada tahun 1995 diperoleh bahwa 25% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi dan 75% ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayinya. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif lebih jarang sakit dibandingkan bayi yang diberi susu formula, karena susu formula memerlukan alat-alat yang bersih dan perhitungan takaran susu yang tepat sesuai dengan umur bayi. Hal ini membutuhkan pengetahuan ibu yang cukup tentang dampak pemberian susu formula (Roesli, 2008).
Menurut Survey Demografi Penelitian Indonesia (SDKI) (2003), angka kematian bayi di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran. Angka kesakitan dan kematian bayi ditimbulkan salah satunya disebabkan dari dampak susu formula tersebut. Pemberian susu formula selain mengakibatkan angka kesakitan bagi balita juga membuat anggapan sebagian orang tua atau keluarga tidak ingin memiliki anak banyak dikarenakan segi
sosial-ekonomi yang tidak bisa membeli susu formula yang harganya mahal.
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia (Depkes RI, 2005). Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak dibawah 5 tahun (Depkes RI, 2005). Di Indonesia tiap tahun 2001, angka kesakitan ISPA menduduki peringkat ketiga sebesar 24% setelah penyakit gigi dan mulut sebanyak 60% dan penyakit refraksi serta pengelihatan sebesar 31%. ISPA merupakan penyebab utama pada bayi usia 1-6 tahun, dimana sekitar 50% penyakit ISPA menyerang anak usia kurang dari 5 tahun, dan 30% menyerang anak usia antara 5 sampai 12 tahun.
Profil Kesehatan Jawa Tengah (2007) diketahui bahwa ISPA mempunyai kontribusi 28% sebagai penyebab kematian pada bayi < 1 tahun dan 23% pada anak balita (1 - < 5 th) dimana 80% - 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh pneumonia. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai.
METODE
untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat
Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di
PASI (Susu Formula) (Kasus)
ASI dan PASI (Kontrol) 30
Distribusi Frekuensi Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
ISPA
Kelompok Jumlah
Kasus Kontrol
F % F % F %
2. Analisis Bivariat
Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
Pemberia Sumber : Data primer diolah tahun 2016
Tabulasi Silang Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
Pember Sumber : Data primer diolah tahun 2016
Analisis statik menggunakan chi square dan diperoleh hasil hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p
value 0,09 (α : 0,1) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai koefisein kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah ( hitung = 6,787 > tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1, C=0,319).
A. Pembahasan
1. Pemberian susu formula
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan kelompok
kasus (PASI atau Susu formula) dan kelompok kontrol (ASI dan PASI
atau Susu formula) adalah 1:1 atau masing-masing sebanyak 30 orang
(50,0%), dengan tujuan untuk membandingkan jumlah balita yang terkena
ISPA pada balita yang mengkonsumsi PASI atau susu formula serta ASI
dan PASI.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sebagian besar
orang tua responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 47 orang (78,3%), pedagang yaitu sebanyak 10 orang (16,7%),
petani sebanyak 2 orang (3,3%), dan guru sebanyak 1 orang (1,7%), hal ini
dimungkinkan terjadi karena ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
mempunyai waktu yang lebih banyak untuk mengurus suami dan anak
serta mencari dan mendapatkan informasi tentang manfaat susu formula
sehingga anggapan kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang
menjadi kebutuhan pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga
mencerdaskan balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai
penunjang energi terutama pada balita yang susah makan bisa menjadi
pengganti asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi
sebagai sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna
makanan padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada
MPASI lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup
lama.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi balita
usia 1-2 tahun sebanyak 35 orang (58,3%), dan balita usia 3-4 tahun
sebanyak 25 orang (41,7%), %. Menurut Sanusi (2007), pola pemberian
MP-ASI yang baik harus memperhatikan umur balita karena pola
pemberian MP-ASI kepada balita tiap tahap umur balita berbeda,
sedangkan ibu memberikan susu formula dalam jenis cair dan bubuk dari
berbagai macam produk susu formula yang disesuaikan dengan umur
balitanya. Takaran dari susu formula beraneka ragam, ada yang sesuai
dengan takaran yang sudah disediakan pada kemasan susu formula dan ada
juga yang melebihi 1/2-1 sendok atau ditambah dengan gula pasir guna
menambah rasa manis dalam susu. Frekuensi pemberian susu formula
diberikan oleh responden kepada balitanya, ada yang terjadwal (pagi,
siang, malam sebelum tidur) atau tidak terjadwal setiap kali meminta susu
pasti diberikan. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari ibu tentang
kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini,
mengatakan bahwa yang paling sering terjadi adalah diare, konstipasi,
muntah, alergi, batuk dan pilek pada balitanya serta susu formula yang
tidak habis yang dibuang percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi.
Baqi (2008) yang menyatakan bahwa, sisa susu di dalam botol
yang tersisa di dalam botol maka enzim pada air liur yang mengenai susu
akan mencerna pati pada susu, yang akan menyebabkannya berair dan
bakteri dari mulut akan berkembang pada susu, karena sisa susu bayi
menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat
bayi terkena diare.
Menurut penelitian Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan
Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan bahwa penggunaan air, cara
penyimpanan setelah pengenceran, cara membersihkan botol susu dan
kebiasaan mencuci tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare.
Menurut Moehji (2005), penyebab lain diare pada pemberian susu
formula, karena proses penyeduhan yang terlalu kental dan cara
penyimpanan susu formula yang salah.
2. Angka Kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4 tahun
yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek dan
panas lebih banyak yaitu 18 orang (30%) dibandingkan dengan balita yang
terkena batuk dan pilek sebanyak 12 orang (20%) serta pada 30 balita yang
diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan batuk dan pilek,
22 orang (36,7%) lebih banyak dibandingkan dengan balita yang terkena
batuk, pilek dan panas sebanyak 8 orang (13.3%) atau dapat dikatakan
kejadian ISPA yang tergolong klasifikasi lebih berat pada balita usia 1-4
tahun terjadi pada balita yang diberi PASI (susu formula) dibandingkan
Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula
lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang
terkandung dalam susu formula (laktosa, karbohidrat, protein, nukleotida,
lemak) yang kandungannya tinggi sehingga sulit dicerna didalam tubuh
juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena
pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga
menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Faktor imunisasi pada
setiap anak juga mempengaruhi ISPA, anak seharusnya dapat immunisai
lengkap sesuai dengan jadwal Nasional. Hal ini melindungi anak dari
penyebab pokok ISPA dan membantu mencegah kurang gizi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan
responden bertempat tinggal dekat dengan jalan raya yaitu 28 orang
(46,7%) selanjutnya dekat dengan persawahan sebanyak 15 orang (25%),
dekat dengan rel kereta api sebanyak 9 orang (15%) kemudian dekat
dengan stasiun sebanyak 5 orang (8,3%) dan paling sedikit responden
dengan tempat tinggal yang dekat dengan pasar yaitu 3 orang (5%).
Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya
juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari
kendaraan maupun debu dari jalan raya, dengan ini dapat disimpulkan
bahwa tempat tinggal mempengaruhi terhadap kejadian ISPA. Menurut
Agnes (2009), mengatakan ISPA muncul sebagai gangguan atas polusi
udara, 70% polusi udara disebabkan asap kendaraan, 20% karena industri,
(2011), polusi kendaraan bermotor mengandung gas karbondioksida
(CO2), Nitrogen (NO2), dan Sulfur. Ketiga gas ini berbahaya bagi
kesehatan. Adanya logam timbal yang keluar dari gas buangan kendaraan
bermotor dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan dan kontak
langsung. Keberadaan unsur timbal ini di dalam tubuh manusia menjadi
racun penyerang saraf yang dapat merusak pertumbuhan anak dan bisa
menurunkan kepintaran (IQ) anak-anak.
Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam
tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek,
sakit telinga dan demam. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin
tidak mengenali tanda-tanda lainnya dengan mudah (Susanto dan
Hariwijaya, 2006).
Penyebab penyakit ini adalah virus. Masa menular beberapa jam
sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang. Masa
tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi kelelahan, gizi buruk,
anemia dan kedinginan. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada
pergantian musim (Agnes, 2009).
Bidan desa dan kader yang saling bekerjasama mempunyai tugas
menjadi media penghubung antara Puskesmas dengan masyarakat dalam
peningkatan kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I,
juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan angka kejadian
ISPA pada balita terutama dalam pemberian konseling tentang KIA.
Masyarakat yang masih tabu akan dunia kesehatan, terutama ibu yang
media masa maupun cetak tentang manfaat susu formula yang
menyehatkan, mencerdaskan dan membantu tumbuh kembang anak. Tapi,
pada kenyataanya banyak sekali anak yang alergi dengan susu formula,
diare akibat kurang bersihnya botol atau dot, takaran susu yang yang
berlebihan, gigi berlubang, dan bila ini terjadi dalam waktu yang cukup
lama bisa menyebabkan imunitas anak menurun kemudian terjadi batuk,
pilek dan panas pada balita.
Puskesmas, bidan dan kader berkewajiban untuk mengembalikan
kepercayaan ibu terhadap pentingnya ASI yang ternyata masih bisa
diberikan sampai usia 2 tahun walaupun kandungannya sudah berbeda
dengan ASI eksklusif tetapi masih banyak sekali manfaat bagi anak
terutama dalam pencegahan penyakit serta memberikan konseling tentang
kandungan susu formula yang memberikan efek kurang baik bagi
kesehatan anak. Hal terpenting bagi tenaga kesehatan adalah cara
membedakan antara kasus ISPA ringan yaitu infeksi yang akan sembuh
dengan sendirinya setelah 1-2 minggu dan kasus ISPA berat yaitu infeksi
yang dapat menyebabkan kesakitan berat, kecacatan dan kematian.
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya immunisasi serta kerja sama dengan petugas kesehatan
pemerintah untuk mempromosi program immunisasi dan pemberian
Vitamin A.
3. Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 balita usia 1-4
tahun yang diberikan PASI (susu formula) yang terkena ISPA batuk, pilek
dan panas lebih banyak yaitu 18 balita (60,0%) dibandingkan dengan
balita yang terkena batuk dan pilek sebanyak 12 balita (40,0%) serta pada
30 balita yang diberi ASI dan PASI (susu formula) terjadi ISPA dengan
batuk dan pilek, 22 balita (73,3%) lebih banyak dibandingkan dengan
balita yang terkena batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%).
ISPA dengan batuk, pilek dan panas sebanyak 8 balita (26,7%) atau dapat
dikatakan kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun terjadi pada balita
yang diberi PASI (susu formula) dan ASI+PASI (susu formula)
berbanding sama yaitu 30:30 kasus.
Analisis statistik menggunakan chi square dan diperoleh hasil
hitung 6,787 dan tabel 2,706 sehingga (6,787>2,706) dan p value 0,09 ( α : 0,1 ) sehingga secara statistik dapat disimpulkan adanya hubungan
antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4
tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap. Nilai
koefisien kontingensi sebesar 0,319 sehingga dapat dinyatakan bahwa
kekuatan hubungan kedua variabel tersebut dalam kategori lemah (
hitung = 6,787 > tabel = 2,706 pada df = 1 p = 0,09 < α = 0,1 C=0,319)
Pemberian susu formula ini terjadi karena faktor anggapan
kebanyakan ibu yang berpendapat bahwa susu memang menjadi kebutuhan
pokok yang sangat wajib untuk menyehatkan dan juga mencerdaskan
balita, karena mengandung nilai gizi yang lengkap sebagai penunjang
asupan makanan yang masuk kedalam tubuh. Susu juga menjadi tonggak
pertumbuhan balita yang sehat, karena susu berperan penting sebagai
sumber gizi utama bagi balita sebelum mereka dapat mencerna makanan
padat. Ibu juga berpendapat susu formula lebih praktis dari pada MPASI
lain yang membutuhkan proses dan waktu pembuatan yang cukup lama.
Kejadian atau efek yang terjadi dari pemberian susu formula ini,
berdasarkan informasi yang didapatkan dari responden mengatakan yang
paling sering terjadi adalah diare, konstipasi, muntah, alergi, batuk dan
pilek pada balitanya serta susu formula yang tidak habis yang dibuang
percuma karena sudah tidak bisa digunakan lagi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soekanto (2004), bahwa seseorang
yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak maka akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Tapi, masalahnya disini ibu
terbuai akan iklan atau promosi dari susu formula yang hanya melihat dari
segi keuntungannya saja bukan segi kerugian atau efek dari pemberian
susu formula.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Andira (2008),
makanan ataupun cairan yang dikonsumsi memegang peranan penting
dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga
kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Hal yang paling utama
dalam pemberian makanan anak terutama MP-ASI yaitu makanan atau
cairan apa yang seharusnya diberikan, kapan waktu pemberian dan dalam
Kejadian ISPA ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya usia balita sekitar 1-2 tahun yang mengkonsumsi PASI atau susu formula lebih rentan terhadap ISPA dikarenakan selain dari kandungan zat yang terkandung dalam susu formula juga dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh anak yang menurun, karena pada bulan November sedang dalam musim penghujan sehingga meyebabkan anak mudah terserang penyakit. Demografi tempat tinggal responden yang kebanyakan disekitar jalan raya juga meningkatakan resiko terjadinya ISPA seperti polusi udara dari kendaraan maupun debu dari jalan raya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ria (2009) yang diperkuat oleh pendapat Dwinda (2002), bahwa kejadian ISPA pada balita, yaitu bayi (<12 bulan) dan anak balita (1-4 tahun) disebabkan oleh beberapa faktor seperti agent, manusia dan lingkungan. Selain faktor-faktor tersebut ternyata susu formula juga bisa mempengaruhi terhadap kejadian ISPA pada bayi dan balita dilihat dari segi sistem imun (pertahanan tubuh).
diare dan sakit perut. Sementara gangguan pernafasan karena alergi susu sapi seperti batuk, pilek, batuk dengan pilek, sesak nafas hingga asma (Referensi Kesehatan, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Angka balita
yang mengkonsumsi PASI (susu formula) di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%)
2. Angka balita
yang mengkonsumsi ASI dan PASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap tahun 2012 sebanyak 30 balita (50,0%)
3. Angka kejadian
ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap bulan November tahun 2012 sebanyak 132 balita.
4. Terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian ispa pada balita usia 1-4 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditentukan, maka peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Ibu
Ibu diharapkan meningkatkan pengetahuannya tentang susu formula misalnya media masa, media cetak, rekan kerja, tenaga kesehatan sehingga dapat meminimalkan kejadian ISPA akibat mengkonsumsi susu formula, sehingga ibu kembali percaya terhadap ASI bagi anaknya.
2. Puskesmas Kroya I
a. Puskesmas Kroya I hendaknya dapat mengadakan kegiatan penyuluhan berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam
83
pelayanan, leaflet dan media informasi lainnya tentang dampak pemberian susu formula terhadap kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun dan manfaat memberikan ASI sampai umur balita usia 12-24 bulan.
b. Puskesmas Kroya I hendaknya mengadakan kegiatan penyuluhan
berupa informasi pada ibu balita melalui konseling dalam pelayanan,
leaflet dan media informasi lainnya tentang:
1) Pencegahan ISPA
a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai ISPA dan pencegahannya, misalnya immunisasi,
tutup mulut/ hidung pada saat batuk/bersin, ventilasi rumah
yang baik dll.
b) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya immunisasi.
c) Kerja sama dengan petugas kesehatan pemerintah untuk
mempromosi program immunisasi dan pemberian Vitamin A
2) Pengobatan ISPA
a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai merawat anak yang menderita ISPA ringan
d) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai gejala ISPA berat/pneumonia, dan pentingnya
e) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya menyelesaikan obat yang diberi kepada
anak yang menderita ISPA berat.
3. Bidan
Bidan perlu menginformasikan secara lengkap mengenai
kandungan dari susu formula dan efek pemberian susu formula pada balita
usia 1-4 tahun secara lengkap, sehingga bidan dapat membantu ibu dalam
mengatur jadwal penyapihan karena usia balita 12-24 bulan masih bisa
diberikan ASI yang masih banyak manfaatnya untuk balita.
Agnes, Adnan. 2009. Faktor-Faktor resiko Kejadian ISPA pada Balita. (online) http//etd.eprints ums.ac.id/5965/I/j410050018.PDF. Diakses tanggal 04 Desedmber 2012 pukul 17.00 WIB.
Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Blog Kibulan @ erikar lebang. http://evatiopitna.blogspot.com/2011/10/di-tengah-marak-dan-gencarnya-iklan.html. diakses pada tanggal 04 Desember 2012 pukul 17. 30 WIB.
Depkes R.I., 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita, Ditjen PPM-PLP. Jakarta.
Depkes R.I., 2006. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi. Jakarta.
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil2007/bab3.html Diakses pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 11.07 WIB.
DKK Cilacap, 2012. Laporan Angka Kejadian ISPA Kabupaten Cilacap Tahun 2012.
Dwinda. 2002. Susu Formula. Jakarta: EGC.
Dwinda. 2006. Susu Formula. Jakarta: EGC.
Indiarti, M. T., 2010. Asi, Susu Formula Dan Makanan Bayi.Yogyakarta: Steve P.
Kusniati. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Keadaan Rumah Dan Lingkungan Sehat Dengan Kejadian ISPA Pada Bgalita Usia 1-4 Tahun Di Desa Planjan Kecamatan Kesugihan (tidak dipublikasikan).
Moeis X dan Yahya S. 2005. Bayiku Anakku. Jakarta: PT. Intisari Mediakamentosa.
Muslimah. 2012. Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 7-12 Bulan Di Desa Karangturi Kecamatn Kroya Kabupaten Cilacap. .... halaman (tidak dipublikasikan).
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: EGC.
Referensi Kesehatan, 2010. Susu Formula. http:// creasoft. wordpress. com/ 2010/01/01/ susu-formula/. Diakses tanggal 05 Desember 2012 pukul 09. 20 WIB.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Setiawan, Ari, Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika; h.129–131.
Soetjiningsih, 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Staa, K dan Meiliasari, M., 2005. Merawat Anak Sakit Di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Susanto dan Hariwijaya. 2006. Ilmu Kesehatan Praktis Tentang Penyakit dan Obat-obatan. Yogyakarta: Bandaliko press. Yogyakarta.
Utami Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya.
Utami Roesli, 2008. ASI Eksklusif. Jakarta: Thubus Agriwidya
WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Pedoman untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN DARI AKBID PAGUWARMAS
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN KESEHATAN DAN POLITIK KABUPATEN CILACAP
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN CILACAP
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI UPT PUSKESMAS KROYA I
SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN/SURVEY DARI KECAMATAN KROYA
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kroya I Kabupaten Cilacap
Dengan hormat,
Saya, yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi DIII Kebidanan Paguwarmas Maos – Cilacap :
Nama : EKA RAHMAWATI
NIM : 10.813
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun”, untuk itu saya mohon bantuan ibu kiranya bersedia memberikan informasi tentang hal yang berkaitan dengan pemberian susu formula dengan kejadian ISPA pada anak ibu.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bisa diakhiri kapan saja tanpa harus mengemukakan alasannya. Ibu diharapkan mengisi kuesioner yang telah disediakan, dengan menjawab jujur tanpa menutupi hal yang sebenarnya. Dalam penelitian ini ibu tidak akan dihadapkan pada satu risiko atau kerugian apapun. Kerahasiaan informasi yang ibu berikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Nama ibu tidak akan saya cantumkan dalam Karya Tulis Ilmiah.
Atas perhatian dan kesediaan ibu, saya ucapkan terima kasih.
Penulis,
(EKA RAHAMWATI)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun” yang diteliti oleh :
Nama : EKA RAHMAWATI
NIM : 10.813
Alamat : Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW 03 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.
Dengan persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Kroya, 2013 Hormat saya,
Responden
( )
DAFTAR NAMA RESPONDEN
JADWAL PENYUSUNAN KTI
MAHASISWA AKBID PAGUWARMAS MAOS CILACAP T.A 2012/2013
No Kegiatan
NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul √
2 Penyusunan proposal √ √ √ √ √
3 Ujian proposal √
4 Pelaksanaan penelitian √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Penyusunan laporan hasil penelitian
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Seminar hasil √
CHEK LIST PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 1-4 TAHUN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KROYA I KABUPATEN CILACAP TAHUN 2013
Responden No : Tanggal disi :
Petunjuk :
1. Berilah tanda centang (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan
jawaban anda.
2. Seluruh jawaban akan dijaga kerahasiannya, data akan disimpan dan
dipergunakan hanya untuk penelitian
A. Identitas Ibu Balita
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
B. Identitas Balita
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Gejala ISPA :
a. Batuk :
b. Batuk dan pilek :
c. Batuk, pilek dan panas :
C. Demografi Tempat Tinggal
1. Jalan Raya :
2. Pasar :
3. Stasiun :
4. Rel Kereta Api :
5. Persawahan :
D. Pemberian Susu Formula
1. Berupa apa cairan yang ibu berikan kepada anak ibu sekarang?
a. PASI (Susu Formula) :
HASIL PERHITUNGAN SPSS
NO
NAMA
BALITA UMUR ISPA
DEMOGRAFI TEMPAT
TINGGAL PASI (SUSU FORMULA)
1 An. Z 2 3 5 1
2 An. A 2 3 1 1
3 An. N 1 2 1 1
4 An. T 2 2 1 1
5 An. Z 2 3 2 1
6 An. A 2 2 2 1
7 An. A 2 2 2 1
8 An. F 2 2 5 1
9 An. N 2 2 2 1
10 An. V 1 3 5 1
11 An. P 2 3 1 1
12 An. F 1 3 2 1
13 An. A 2 2 1 1
14 An. E 1 3 1 1
15 An. M 2 3 3 1
16 An. R 1 3 4 1
17 An. V 2 3 5 1
18 An. I 2 2 5 1
19 An. C 2 3 5 1
20 An. R 2 2 5 1
21 An. O 2 2 1 1
22 An. N 2 2 5 1
23 An. R 2 2 5 1
24 An. H 2 3 2 1
25 An. N 2 2 1 1
26 An. S 1 3 3 1
27 An. R 2 3 1 1
28 An. K 2 3 5 1
29 An. R 1 2 5 1
NO
NAMA
BALITA UMUR ISPA
DEMOGRAFI TEMPAT
TINGGAL ASI+PASI
1 An. F 2 2 1 2
2 An. A 1 3 1 2
3 An. S 1 2 2 2
4 An. Q 1 3 1 2
5 An. A 1 3 5 2
6 An. R 1 3 5 2
7 An. A 1 2 5 2
8 An. A 1 3 1 2
9 An. A 1 2 1 2
10 An. Z 1 2 2 2
11 An. H 1 3 5 2
12 An. N 1 2 5 2
13 An. D 1 3 3 2
14 An. E 1 2 3 2
15 An. T 1 3 3 2
16 An. F 1 3 4 2
17 An. R 1 3 2 2
18 An. A 1 2 5 2
19 An. S 1 2 5 2
20 An. D 1 3 5 2
21 An. E 1 3 5 2
23 An. D 1 2 5 2
24 An. R 1 3 5 2
25 An. J 2 2 4 2
26 An. R 1 2 5 2
27 An. R 1 3 5 2
28 An. A 1 2 5 2
29 An. Q 1 3 1 2
DATA KELOMPOK KASUS
No
Nama Orang Tua
Umur Pendidikan Pekerjaan
Nama
Balita Umur
ISPA Demografi
Tempat Tinggal
PASI (Susu
Formula) Alamat Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan Panas
19 Ny. C 30 SD IRT An. C 3,4 √ Jalan Raya √ Pekuncen
20 Ny. K 28 SD IRT An. R 3,6 √ Jalan Raya √ Pekuncen
21 Ny. D 28 SMP IRT An. O 3 √ Sawah √ Kr.Turi
22 Ny. I 33 SD IRT An. N 4 √ Jalan Raya √ Bajing
23 Ny. S 26 SMK IRT An. R 3,8 √ Jalan Raya √ Bajing
24 Ny. M 37 SD IRT An. H 4 √ Rel K.A √ Bajing
25 Ny. J 24 SMA IRT An. N 3,7 √ Sawah √ Kr.Mangu
26 Ny. E 21 SMA IRT An. S 2,8 √ Stasiun √ Kroya
27 Ny. H 32 SD IRT An. R 4 √ Sawah √ Kr.Turi
28 Ny. E 33 SD IRT An. K 4 √ Jalan Raya √ Pucung
Lor
29 Ny. A 28 SMK IRT An. R 2,8 √ Jalan Raya √ Ayam Alas
DATA KELOMPOK KONTROL
No
Nama Orang Tua
Umur Pendidikan Pekerjaan
Nama
Balita Umur
ISPA Demografi
Tempat Tinggal
ASI dan PASI (Susu Formula)
Alamat Batuk Batuk dan Pilek Batuk, Pilek dan
21 Ny. W 29 SD IRT An. E 1 √ Jalan Raya √ Pesanggrahan
22 Ny. T 28 SMK Pedagang An. A 2 √ Jalan Raya √ Ayam Alas
23 Ny. R 25 SMA IRT An. D 1,6 √ √ Jalan Raya √ Pekuncen
24 Ny. K 21 SMA IRT An. R 1,2 √ Jalan Raya √ Pekuncen
25 Ny. M 30 SMP Pedagang An. J 3 √ Pasar √ Bajing
26 Ny. M 27 SMA IRT An. R 1,3 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu
27 Ny. S 31 SD IRT An. R 2,8 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu
28 Ny. R 33 SD IRT An. A 1,6 √ Jalan Raya √ Kr.Mangu
29 Ny. M 21 SMA IRT An. Q 1,2 √ Sawah √ Kr.Turi
Harga Kritis Chi Kuadrat Taraf Signifikasi
dk 50% 30% 20% 10% 5% 1%
1 0.455 1.074 1.642 2.706 3.841 6.635
2 1.386 2.408 3.219 4.605 5.991 9.210
3 2.366 3.665 4.642 6.251 7.815 11.345
4 3.357 4.878 5.989 7.779 9.488 13.277
5 4.351 6.064 7.289 9.236 11.070 15.086
6 5.348 7.231 8.558 10.645 12.592 16.812
7 6.346 8.383 9.803 12.017 14.067 18.475
8 7.344 9.524 11.030 13.362 15.507 20.090
9 8.343 10.656 12.242 14.684 16.919 21.666
10 9.342 11.781 13.442 15.987 18.307 23.209
11 10.341 12.899 14.631 17.275 19.675 24.725
12 11.340 14.011 15.812 18.549 21.026 26.217
13 12.340 15.119 16.985 19.812 22.362 27.688
14 13.339 16.222 18.151 21.064 23.685 29.141
15 14.339 17.322 19.311 22.307 24.996 30.578
16 15.338 18.418 20.465 23.542 26.296 32.000
17 16.338 19.511 21.615 24.769 27.587 33.409
18 17.338 20.601 22.760 25.989 28.869 34.805
19 18.338 21.689 23.900 27.204 30.144 36.191
20 19.337 22.775 25.038 28.412 31.410 37.566
21 20.337 23.858 26.171 29.615 32.671 38.932
22 21.337 24.939 27.301 30.813 33.924 40.289
23 22.337 26.018 28.429 32.007 35.172 41.638
24 23.337 27.096 29.553 33.196 36.415 42.980
25 24.337 28.172 30.675 34.382 37.652 44.314
26 25.336 29.246 31.795 35.563 38.885 45.642
27 26.336 30.319 32.912 36.741 40.113 46.963
28 27.336 31.391 34.027 37.916 41.337 48.278
29 28.336 32.461 35.139 39.087 42.557 49.588
KASUS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent
umur balita (kasus)
7 23.3 23.3 23.3 23 76.7 76.7 100.0 30 100.0 100.0
1-2 th 3-4 th Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
12 40.0 40.0 100.0
30 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e Percent
ispa (kasus)
12 40.0 40.0 40.0
18 60.0 60.0 100.0
30 100.0 100.0
Batuk, pilek Batuk,pilek,panas Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
KONTROL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent
umur balita (kontrol)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
16 53.3 53.3 100.0
30 100.0 100.0
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Frequency Percent Valid Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
umur * kelompok
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
umur * kelompok Crosstabulation
24 28 52 % wit hin kelompok % of Total
Count % wit hin umur % wit hin kelompok % of Total
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
pendidikan * kelompok
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
pendidi kan * kel ompok Crosstabulation
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
pekerjaan * kelompok
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
pekerjaan * kelompok Crosstabul ation
22 25 47
% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin pekerjaan % wit hin kelompok % of Total Count
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0% umur balita * kelompok
N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total
Cases
umur balita * kelompok Crosstabulation
7 28 35
% wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin umur balita % wit hin kelompok % of Total Count
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
demograf i * kelompok
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
demografi * kelompok Crosstabul ation
9 6 15
% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count
% wit hin demograf i % wit hin kelompok % of Total Count
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0% ispa * kelompok
N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total
Cases
ispa * kel ompok Crosstabulati on
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0% umur balita * ispa
N Percent N Percent N Percent Valid Missing Total
Cases
umur balita * ispa Crosstabulati on
22 13 35
% wit hin umur balita % of Total
Count
% wit hin umur balita % of Total
Count
% wit hin umur balita % of Total
Continuity Correctiona Likelihood Ratio
Computed only f or a 2x2 table a.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 10. 83.
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
demografi * ispa
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
demografi * ispa Crosstabulation
12 3 15
% wit hin demograf i % of Total
Count
% wit hin demograf i % of Total
Count
% wit hin demograf i % of Total
Count
% wit hin demograf i % of Total
Count
% wit hin demograf i % of Total
Count
% wit hin demograf i % of Total minimum expected count is 1.30.
Crosstabs
Case Processing Summary
60 100.0% 0 .0% 60 100.0%
pemberian * ispa
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
pemberian * ispa Crosstabulation
12 18 30
% wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count
% wit hin pemberian % wit hin ispa % of Total Count
% wit hin pemberian % wit hin ispa
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Computed only f or a 2x2 table a.
0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 13. 00.
b.
Symmetric Measures
.319 .009 60
Contingency Coef f icient Nominal by Nominal
N of Valid Cases
Value Approx. Sig.
Not assuming the null hy pothesis. a.
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : Eka Rahmawati
Tempat,tanggal lahir : Cilacap, 12 Oktober 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun Napel Desa Cisalak RT 02 RW O3 Kecamatan
Cimanggu Kabupaten Cilacap
Institusi : Akademi Kebidanan Paguwarmas Maos Cilacap
Judul KTI : Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan
Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Wilayah
Kerja Puskesmas Kroya I, Kabupaten Cilacap
Riwayat Pendidikan :
Sekolah Dasar (SD) : SD Negeri Cisalak 02
Lulus tahun 2004
Sekolah Menengah Pertama (SMP) : SMP Diponegoro Majenang
Lulus Tahun 2007
Sekolah Menengah Atas (SMA) : MAN Majenang