• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna hidup waria - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Makna hidup waria - USD Repository"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

MAKNA HIDUP WARIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh

Sheila Sitarani Savitri 03 9114 017

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

TUHAN MEMBERI INDAH SELALU PADA

WAKTUNYA, MAKA BERSABAR DAN

BERUSAHALAH SELALU……

Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orangtuaku yang selalu sabar menunggu, membimbing, memberi nasehat,

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

MAKNA HIDUP WARIA

Sheila Sitarani Savitri

Waria masih sering mengalami diskriminasi dalam masyarakat.diskriminasi yang ada dilakukan baik dalam bidang pekerjaan, status sosial dan pergaulan di tengah masyarakat. Jika seorang waria tidak memiliki makna dalam hidupnya, bisa jadi diskriminasi yang ada membuat waria tersebut mudah untuk menyerah dalam hidup. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah waria yang masih mempertahankan eksistensinya memiliki makna hidup melalui tiga nilai yang ada pada Logoterapi yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan dan nilai-nilai bersikap.

Penelitian ini mengusung tiga subjek waria didalamnya. Kriteria ketiga subjek adalah: 1)waria yang sudah mengeksistensikan diri sebagai waria selama lebih dari 15 tahun.2)tidak melakukan operasi kelamin, jika melakukan hanya sebatas wajah dan payudara.3)tidak meutupi bahwa dirinya adalah waria.4)bekerja sebagai aktivis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi deskriptif. Proses pengambilan data dilakukan melalui wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ketiga subjek sudah dapat menemukan makna hidupnya melalui pemenuhan ketiga nilai dalam Logoterapi yaitu nilai-nilai kreatif seperti mencintai pekerjaannya, nilai-nilai penghayatan seperti percaya kan Tuhan dan agamanya dan nilai-nilai bersikap seperti menerima dengan tabah musibah yang dialami. Hal yang sangat kuat terungkap pada ketiga subjek adalah mereka yakin bahwa kewariaannya merupakan kodrat dari Tuhan yang harus diterima, disyukuri dan dijalani.

(8)

ABSTRACT

Transgender’s Meaning of Life

Sheila Sitarani Savitri

Discrimination in a society is often experienced by transgender person. It occurs in the occupation field, the social status and the relationship in a social life. If a transgender doesn’t have a meaning in his life the discrimination cold force them to surrender in his life easily. Because of that reason, the aim of this research is to discover whether a transgender still keeps his existence having the meaning of life. The ways to discover it trough three values on the Logotherapy, those are creative values, experiential values, and attitudinal values.

This research brings out three transgender subjects. There are three criterias to choose the subjects.1) a transgender who has been existing as a transgender more than 15 years.2) a transgender who doesn’t do operation on his sexual organ; if he has done it only on his face or breast.3) a transgender who doesn’t cover his identity as a transgender.4)work as a activist. This research is a qualitative research with descriptive study method. To collect the data, the researcher used the interviews and observation process.

The reasearch’s result infers that three of the subjects heve found his meaning of life trugh three values on Logotherapy. Those are the creative values i.e. loving his occupation, the experiential values i.e. believing on God and his religion, the attitudinal values i.e. accepting the temptation in his life. The convoyed thing that comes from them are that they believe his transgender identity is a destiny from God. Moreover they have to accept it, thanking God of it and just do it happily.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti haturkan kepada Jesus , Bunda Maria dan Santo Yosef utnuk berkat dan limpahan ide serta semangat yang telah diberikan. Selama satu setengah semester peneliti telah menyelesaikan skripsi ini dengan segala semangat dan kemalasan yang hadir dalam kehidupan peneliti.

Skripsi ini dikerjakan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam program kulian Psikologi dengan judul MAKNA HIDUP WARIA. Proses pengerjaan skripsi ini terkadang terlihat mudah dan sering juga terlihat sangat rumit bagi peneliti.

Akhirnya, peneliti ingin mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang tealah membantu peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini.

1. Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan Santo Yosef…untuk pencerahan, sumber semangat , ide, harapan ,kesehatan segalanya…..

2. Bapak P. Eddy Suhartanto S.Psi, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

3. Bu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari S.Psi, M.Si selaku Kaprodi Psikologi, makasih ya bu untuk segala dispensasinya.

(10)

5. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S, Bu Lusi…maturnuwun untuk kritik dan sarannnya. Maaf buk…memang tidak semua waria dari pelacuran..

6. Pak YB Cahya Dewanto S.Psi, M.Si, awalnya saya takut sekali dengan bapak, tapi ternyata bapak baik juga, tidak seperti yang dibayangkan, makasih ya pak, doakan saya bisa jadi peneliti kualitatif sejati.

7. Mami Vinolia, Mbak Ary, Mbak YS…makasih..sukses untuk semua..aku mendukung…ayo main lagi..

8. Temen-temen waria yang aku kenal…banyak banyak ngucapin terimakasih, kalian inspirasiku.

9. Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji yang sudah membantu dalam segala hal…pak Gie..makasih ya buat semua…sehat selalu.. 10.Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

11.Bapak, Ibu…tak terkatakan….kita jadi ke Roma besokkkk……doain ya biar aku sukses bisa bawa semua ke Roma.Amiiiiinnnn…

12.Dek Pritha, makasih buat nemenin aku malem-malem garap skripsi..hehehe.. 13.Eyang Kakung (†), Eyang Putri (†), Mbak Intan (†), Pakde Bandi (†)

terimakasih doa dari sana, semoga bahagia di surga.

14.Simak yang udah nemeni juga tiap hari dan yang mau selalu ngalah kalo aku nyalain komputer..sehat mak…

15.si Oon….ya apo..ya apo..makasih ya dek…gek besar gek sekolah … 16.Bapak Ibu Karanganyar, maturnuwun buat doa dan semangatnya

(11)

18.Seluruh keluarga Sosrojumeno, Manunggaling Karso…

19.Seluruh Keluarga Solo, Jakarta , Palangkaraya, Bude Ruli, Bude Shine, Pakde Bambang, Bude Ris…

20.Sebastianus Yudhy Pratama……….dut … makasih ya…semuanya…muahmuahmuahmuahmuahmuahmuahmuah

21.Jeng Ria….persahabatan kita ampe mati ya jeng…aku sayang kamu, makasih buat semangatnya, recordernya dan segala macam bantuannya

22.Bu Maya boleh Haksi boleh…oalah buk ternyata skripsi tu kaya gini to…makasih, ya buat ide awalnya, tak terlupakan ..oya..kapan nikah?

23.Jericho ..makasih ya O..buat semangatnya, aku bisa nyusul juga kan…emangnya cuma kamu yang bisa..huh…

24. Gotek, Cochie, Wiwied, Nonik, Bayu, Vicky, Rifky, Sari warih, Jony, Kadek, Ronald, Otik, dan semua angkatan 2003, wiuhhh makasih buat warna yang udah kalian beri, tak terlupakan.

25.Dame, Putri, aku bisa lulus juga

26.Temen-temen mudika St. Yohanes Rasul, makasih buat pengertiannya..aku dah bisa diganggu lagi kok…

27.Friends Community…mbak Yie, Panjul, Congsay, mbak Hay, mas Sis, semuanya..hoi..aku lulus….

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan Pembimbing……… ii

Halaman Pengesahan Penguji……… iii

Halaman Motto dan Persembahan………. iv

Lembar Pernyataan Publikasi……… v

Halaman Pernyataan……….. vi

Abstrak………... vii

Abstract……….. viii

Kata Pengantar……… ix

Daftar Isi………. xiii

Daftar Tabel ………... xvi

Daftar Skema……….. xvii

Bab I. Pendahuluan ……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian……….. 7

D. Menfaat Penelitian……… 8

Bab II. Kajian Teori……… 9

A. Waria………. 9

B. Makna Hidup………. 13

1.Pengertian………... 13

a.Kebebasan Berkehendak……….. 16

(The Freedom of Will) b.Hasrat untuk Hidup Bermakna………. 17

(14)

c.Makna Hidup……… 18

(The Meaning of Life) 2.Sumber Makna Hidup………. 19

a.Nilai-nilai Kreatif………. 20

(Creative Values) b.Nilai-nilai Penghayatan……… 20

(Experiential Values) c.Nilai-nilai Bersikap……….. 20

(Attitudinal Values) 3.Kegagalan Pencapaian Kebermaknaan Hidup………. 21

C. Makna Hidup Waria……… 23

Bab III. Metodologi Penelitian………. 26

A. Jenis Penelitian………... 26

B. Subjek Penelitian……… 28

C. Fokus Penelitian………. 27

D. Metode Pengambilan Data………. 30

1.Wawancara……….. 30

2.Observasi………. 33

E. Proses Pengambilan Data………... 34

F. Analisis Data……….. 38

G. Keabsahan Data……….. 39

Bab IV. Analisis Data dan Pembahasan……… 44

A. Analisis Data……….. 44

1.Subjek I……… 44

a.Gambaran diri subjek……… 44

b.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai kreatif……… 47

(15)

d.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai bersikap………. 55

e.Kesimpulan Subjek I………. 57

2.Subjek II……….. 62

a.Gambaran diri subjek……… 62

b.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai kreatif……… 64

c.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai penghayatan……….. 68

d.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai bersikap………. 73

e.Kesimpulan Subjek II………... 76

3.Subjek III………. 81

a.Gambaran diri subjek……… 81

b.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai kreatif……… 83

c.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai penghayatan……….. 87

d.Bentuk dan Pemenuhan nilai-nilai bersikap………. 91

e.Kesimpulan Subjek III………. 93

4.Ringkasan ketiga subjek………. 99

B. Pembahasan………... 107

1.Waria Dianggap Sebagai Kodrat dari Tuhan…………..………. 106

2.Pembuktian kepada masyarakat………... 109

3.Pemenuhan Ketiga Nilai …….……… 110

4.Nilai-nilai yang dominan untuk masing-masing subjek………. 117

5.Pencapaian Makna Hidup………... 120

Bab V. Kesimpulan Saran……… 124

A. Kesimpulan……… 124

B. Keterbatasan Penelitian………. 125

C. Saran ………. 126

Daftar Pustaka……….. 128

Lampiran……….………. 132

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Primer Waria……… 11

Tabel 2. Guideline Wawancara……….. 32

Tabel 3. Proses Rapport dan Wawancara………... 37

Tabel 4. Crosscheck Data………... 41

(17)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Skema Proses Pemenuhan Makna Hidup Subjek I……….. 57 Skema 2. Skema Proses Pemenuhan Makna Hidup Subjek II………. 78 Skema 3. Skema Proses Pemenuhan Makna Hidup Subjek III……… 97 Skema 4. Skema Pemenuhan Ketiga Nilai dalam Logoterapi

sampai dengan Pemenuhan Makna Hidup untuk

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Diskriminasi terhadap waria dewasa ini semakin terlihat jelas. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang masih belum dapat menerima keberadaan mereka ( baca: waria). Adanya sebuah iklan kendaraan matic yang menampilkan model waria yang sedang kebingungan untuk mencari sepeda motor yang pas dengan dirinya, lalu pada akhir tampilan iklan dikatakan slogan kendaraan tersebut yaitu “(merk kendaraan)…… hanya untuk wanita, remaja dan laki-laki”. Contoh ini hanya merupakan salah satu contoh kecil terhadap diskriminasi terhadap waria yang dilakukan oleh masyarakat. Memang, tidak sedikit pula masyarakat yang sudah dapat menerima keberadaan waria, tetapi masih banyak juga masyarakat yang memandang waria hanya dengan sebelah mata.

(19)

sebagai perempuan, sehingga tidak banyak orang yang tahu bahwa Sutopo adalah waria.

Pendapat bahwa pelacuran adalah suatu hal yang sangat dekat dengan kehidupan waria masih sangat kuat dalam masyarakat Indonesia. Hal itu juga yang menguatkan adanya diskriminasi dan stigma negatif dari masyarakat. Ruang yang diberikan untuk berkarya juga masih sangat minim padahal waria juga memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya sama seperti laki-laki dan perempuan. Waria belum sepenuhnya bisa diterima dalam kehidupan sosial. Hal ini menyebabkan kehidupan waria menjadi lebih terbatas dalam peran di masyarakat, yang pada akhirnya menyebabkan banyak waria yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi pekerja seks ( melakukan jasa seksual ), ngamen, atau yang berkutat di bidang kecantikan ( salon ) namun hanya beberapa orang yang memang beruntung bisa bekerja di salon atau punya salon sendiri.

(20)

formal, di kantor misalnya. Bahkan untuk menjadi seorang baby sitter pun orang mungkin akan berpikir dua kali untuk memperkerjakan waria menjadi pengasuh anaknya. Pandangan masyarakat yang negatif terhadap waria dan enggan bergaul dengan waria membuat waria jadi terkesan eksklusif. Stereotip itu muncul karena masyarakat tidak banyak yang bisa mengetahui dan memahami di seputar kehidupan mereka ( waria ). Sehingga, kehidupan waria seperti masuk dalam lingkaran setan dengan alasan kombinasi antara kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya dengan terbatasnya ruang untuk berkarya karena diskriminasi dari masyarakat. Ingin berkarya tapi tidak ada ruang menjadikan pelacuran sebagai satu-satunya wadah yang tersedia dan masuk tanpa syarat, maka tidak salah juga ketika masyarakat menganggap waria sama dengan pelacur. Keadaan seperti itu membuat waria merasa belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat. (Kompas, 26 Juni 2007).

(21)
(22)

membuat waria yang bekerja sebagai aktivis di LSM semakin gencar menyuarakan hak-hak mereka (waria).

Waria, yang juga sebagai seorang manusia memiliki kebebasan untuk mengambil sikap terhadap pilihan hidupnya (Koeswara,1992). Pilihan hidup yang mereka ambil harus menjadi konsekuensi dalam hidupnya untuk bertahan. Bekerja merupakan salah satu cara untuk bertahan hidup. Seorang manusia dalam menjalani hidup memiliki alasan mengapa mereka bertahan, begitu juga dengan para waria. Segala macam anggapan dan gunjingan terhadap keberadaan mereka tidak menghambat atau merubah sikap mereka terhadap pilihan hidupnya sebagai waria. Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama dan keinginan setiap orang dalam hidupnya, baik itu bermakna bagi diri sendiri dan bagi sesama manusia. Hidup bermakna dapat menandakan bahwa seseorang memiliki eksistensi di hadapan orang lain, bahwa keberadaannya diterima dan diakui oleh orang lain. Kebermaknaan hidup tidak saja dialami oleh manusia pada umumnya, upaya memahami kebermaknaan hidup pun dialami oleh kaum waria.

(23)

harus menunjukkan tindakan komitmen yang muncul dari kedalaman dan pusat kepribadiannya. Usaha yang dilakukan berakar pada keberadaan totalnya.

Proses untuk menemukan kebermaknaan hidup juga tidak mudah, terdapat beberapa tahapan untuk dapat dikatakan individu tersebut sudah mencapai makna hidupnya (Bastaman, 2007). Frankl mengatakan bahwa ketika seseorang sudah menemukan arti dalam kehidupannya, baik dalam kesenangan mauapun dalam penderitaan maka seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki makna dalam kehidupannya. Hal ini mungkin juga terdapat dalam individu seorang waria, dimana terdapat penderitaan terus menerus mulai dari kebingungan identitas, diskriminasi masyarakat, sampai pada penghinaan dan pengucilan dari orang lain. Identitas yang diperankan tetap dipertahankan, walaupun kejadian-kejadian yang hampir seluruh kehidupannya penuh dengan penderitaan. Kekuatan mental yang dimiliki yang sejalan dengan makna hidup yang dimiliki membuat para waria tersebut dapat bertahan. Proses yang dialami pasti juga tidak sederhana sampai dengan para waria tersebut dapat menemukan makna hidupnya. Konflik dan tekanan intern yang dialami waria tentu dapat menyebabkan stress pada waria tersebut. Apabila tekanan-tekanan tersebut tidak dibarengi dengan pemahaman terhadap kebermaknaan hidup, maka tentu saja ada individu waria yang masih belum bisa mengakui eksistensi dirinya sebagai kaum waria.

(24)

untuk dapat menemukan makna hidupnya. Apakah penenuhan ketiga nilai-nilai dalam Logoterapi benar-benar memunculkan kebermaknanaan hidup bagi waria tersebut. Apakah pemenuhan nilai-nilai yang meliputi nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan serta nilai-nilai bersikap menjadi alasan mengapa waria tersebut tetap ada dan mempertahankan hidupnya di tengah diskrimanasi dan stigma negatif dari masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah kaum waria dapat memahami dan menemukan kebermaknaan hidupnya dan nilai-nilai hidup apa yang dianut untuk meraih makna hidup yang dimiliki waria sehingga dapat mempertahankan identitas dan perannya di tengah masyarakat.

C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bentuk-bentuk dan pemenuhan nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan dan nilai-nilai bersikap kaum waria terutama waria yang bekerja sebagai aktivis di LSM, dalam rangka memenuhi dan menemukan makna hidupnya yang digunakan sebagai alasan untuk bertahan hidup.

(25)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini memiliki manfaat : 1. Manfaat teoritis

Sebagai wacana bagi teori-teori di psikologi khususnya Logoterapi atas makna hidup seorang waria (transgender).

2. Manfaat Praktis

(26)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. WARIA

Waria, suatu identitas jenis kelamin yang sampai sekarang belum mempunyai posisi yang dapat diterima secara utuh dalam masyarakat. Pada umumnya masyarakat hanya mengakui adanya dua identitas jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, sehingga kehidupan waria terasa aneh dan janggal. Menurut Koeswinarno (1997), secara fisik waria merupakan laki-laki yang memiliki alat kelamin yang sama seperti laki-laki normal pada umumnya, akan tetapi secara psikis mereka merasa dirinya adalah seorang perempuan baik dari penampilan dan tingkah laku.

Seorang waria memiliki jiwa seorang wanita yang terperangkap dalam sosok tubuh berjenis kelamin pria. Hal ini sejalan dengan pengertian waria dalam Medika (juli,2007) yang mengatakan bahwa waria (male to female transgender) adalah individu yang berjenis kelamin pria yang mengalami rasa tidak nyaman dan konflik gender internal yang konsisten terhadap jenis kelaminnya.

(27)

laki-laki sehingga orangtua tersebut mendidik anak laki-lakinya sama dengan mendidik anak perempuan. Yang kedua adalah pengaruh lingkungan dimana individu itu berada. Lingkungan mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang sejak kecil. Pada masa itu seseorang mulai mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang disekitarnya. Jadi, tokoh yang diidentifikasikan ini memgang peranan penting dalam perkembangan individu tersebut.

Dalam PPDGJ III waria diidentifikasikan pada F.64.1 yaitu mengenakan jenis pakaian dari lawan jenisnya sebagai bagian dari eksistensi dirinya untuk menikmati sejenak pengalaman sebagai anggota lawan jenisnya, tetapi tanpa hasrat untuk mengubah jenis kelamin secara lebih permanen dan tidak ada kepuasan seks yang menyertai dalam tindakannnya tersebut. Jelas terlihat disini waria berbeda dengan transvetisme yang memiliki atau mendapatkan kepuasan seksual ketika berpakaian seperti lawan jenisnya. Waria (transgender) juga berbeda dengan transeksualis karena dikatakan transeksualis ketika sudah melakukan bedah atau pergantian pada jenis kelaminnya menjadi seperti lawan jenisnya.

(28)

nyaman dengan kondisi fisiknya ( masih punya alat reproduksi laki-laki ) walaupun dalam keseharian mereka berpenampilan seperti seorang perempuan. Hal ini berbeda dengan seorang Transexsual ( male to female / female to male ) dimana ada ketidak nyamanan dan ketidak kepuasan dengan biologisnya, gender maupun seksualitasnya.

Sampai dengan tahun 2007 menurut PKBI Yogyakarta, data primer Waria di Yogyakarta tercatat sebagai berikut,

Asal Waria Kemandirian Ekonomi Luar Yogya Asli Yogya Mandiri Belum Mandiri

131 95 61 165

226 226

Pendidikan Terakhir Tak Tamat

SD

Tamat SD Tamat SMP

Tamat SMU

Tamat Kuliah

78 96 32 16 4

226

Tabel 1. Data Primer Waria

Pekerjaan

PSK LSM Salon Lain-Lain

170 10 11 35

226

(29)

anatomi gendernya tidak konsisten dengan identitas gendernya, diagnosis gangguan ini diberikan ketika seseorang mempersepsikan diri mereka secara psikologis sebagai anggota dari gender yang berlawanan dan secara terus menerus menunjukkan ketidaknyamanan terhadap anatomi gender mereka. Hal ini sesuai dengan keadaan para waria yang jelas mengakui bahwa anatomi gender mereka yang mempunyai penis tidak sesuai dengan identitas gender mereka yang merasa diri sebagai seorang perempuan.

Gangguan identitas gender ini dapat berawal sejak masa kanak-kanak, menurut Susan Nolen – Hoeksema (2007) adaptasi dari DSM-IV TR mengungkapkan ciri-ciri klinis seseorang yang mengalami gangguan identitas gender adalah :

a. Memiliki identifikasi yang kuat terhadap gender lainnya, paling tidak 4 dari 5 kategori, yaitu :

i. Ekspresi yang berulang dari hasrat untuk menjadi anggota dari gender lainnya atau ekspresi dari kepercayaan bahwa dirinya adalah bagian dari gender lain.

ii. Memiliki prefensi untuk mengenakan pakaian yang merupakan stereotipikal dari anggota gender lainnya.

iii. Adanya fantasi yang secara terus menerus mengenai menjadi anggota dari gender lainnya atau ada memainkan peran yang dilakukan oleh anggota gender lain.

(30)

v. Memiliki prefensi yang kuat untuk memiliki teman bermain dari gender lainnya.

b. Memiliki perasaan tidak nyaman dengan anatomi gendernya sendiri atau dengan perilaku yang merupakan tipe dari peran gendernya secara kuat dan terus menerus.

c. Tidak ada “kondisi interseks “ seperti anatomi seksual yang ambigu (hermaprodit) yang mungkin membangkitkan perasaan-perasaan tetrsebut. d. Ciri-ciri tersebut menimbulkan distress yang serius atau hendaknya pada area

penting yang terkait dengan sosial, pekerjaan , serta fungsi lainnya.

Hampir sama dengan ciri-ciri diatas, Lauren B. Alloy, dkk (2005) menambahi bahwa seseorang yang mengalami gangguan identitas gender selalu berperilaku perempuan dari masa kanak-kanaknya. Saat mereka beranjak besar mereka mendekati anggota dari identitas gender lainnya dan menganggapnya sebagai partner aktivitas seksualnya.

B. MAKNA HIDUP

1. Pengertian

(31)

hingga kebutuhan yang lebih rendah dipenuhi, nilai dan kebermaknaan hidup memiliki dampak yang kecil terhadap motivasi. Maslow juga menekankan suatu arti bahwa pemenuhan kebermaknaan hidup merupakan idealisme seseorang. Menurut Maslow, seorang individu akan berkembang menjadi pribadi yang utuh apabila berhsil mewujudkan potensi yang dimilikinya, apabila seseorang mengalami stagnasi dalam perkembangannya baik karena lingkungan ataupun karena ketakutan dalam mengembangkan dirinya, maka individu tersebut akan dapat mengalami kemunduran fisik, penyakit, bahkan kematian (Sumanto, 2006).

(32)

apabila dipenuhi, akan menyebabkan kehidupan dirasakan menjadi berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia dan dapat ditemukan dalam setiap kehidupan.

Makna hidup seseorang bermula dari adanya sebuah visi kehidupan, harapan dalam hidup dan adanya alasan kenapa seseorang harus tetap hidup. Frankl (dalam Bastaman 2007) mengemukakan bahwa makna hidup bersifat unik dan berbeda setiap individu bahkan dalam setiap keadaan. Saat bermakna yang berarti bagi setiap orang belum tentu pula bagi orang lain, tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri oleh individu tersebut. Makna hidup melampaui intelektualitas manusia sehingga makna tidak dapat dicapai hanya dengan proses akal / usaha intelektual. Pencapaian ditunjukkan melalui tindakan komitmen yang berasal dari pusat kepribadian individu dan dilandaskan pada keberadaan total individu, dengan tindakan komitmen individu dapat menjawab tantangan yang ada sehingga jawaban tersebut memberikan makna pada hidup individu (Schultz, 1991).

(33)

manusia sepenuhnya (Shultz, 1991). Makna hidup sendiri mengarah kepada kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar kita dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimiliki dan terhadap seberapa jauh kita telah mencapai tujuan-tujuan hidup, dalam rangka memberi makna kepada kehidupan kita. Hanya dalam cara ini kita benar-benar menjadi diri kita (Shultz, 1991).

a. Kebebasan Berkehendak (The Freedom of Will)

Kebebasan yang dimaksud merupakan kebebasan dalam batas-batas. Menurut Bastaman (2007), manusia tidak mungkin bebas dari kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosial, jadi yang dimaksud bukan bebas dari kondisi-kondisi tersebut. Konsep kebebasan yang dimaksud juga merupakan kebebasan yang bertanggungjawab, seseorang harus menerima dan bertanggung jawab terhadap pilihannya atas realisasi nilai-nilai dan pemenuhan makna bagi dirinya.

(34)

Meskipun kita tunduk pada kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi kita, namun kita tetap bebas memilih reaksi dan sikap kita terhadap kondisi-kondisi ini. Kita tidak dapat mengendalikan kekuatan dan kondisi-kondisi yang ada di luar diri kita, tetapi kita memiliki kebebasan untuk bersikap terhadap dunia luar dan terhadap diri kita sendiri dalam mengatasi kekuatan luar tersebut. Manusia memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya guna meraih kehidupan yang lebih berkualitas. Tentu saja kebebsan yang dimiliki ini harus disertai rasa tanggung jawab yang besar (Bastaman, 2007). Pada saat seorang waria menyadari bahwa dirinya adalah waria dan mendapat tekanan dari masyarakat bukan berarti akhir dari segalanya. Waria bebas memilih sikap dan reaksi yang dimiliki atas kondisi yang berasal dari luar dirinya. Menjadi waria bukan suatu keinginan akan tetapi suatu keadaan dan mereka tidak dapat menolak hal tersebut.

b. Hasrat untuk Hidup Bermakna (The Will to Meaning)

(35)

Bastaman (2007) menggambarkan hasrat yang paling mendasar dari setiap individu yaitu hasrat untuk hidup bermakna. Bila terpenuhi akan merasa bahagia, kehidupan terasa berguna, berharga dan berarti dan sebaliknya apabila tidak terpenuhi maka akan menyebabkan kehidupan yang dirasa tidak berarti.

Hasrat untuk hidup bermakna merupakan motivasi mendasar setiap individu. Hasrat ini juga yang mendorong individu untuk melakukan berbagai kegiatan, bekerja, berkarya dan berkreativitas. Seorang individu akan menjalani aktivitasnya dengan semangat apabila individu tersebut merasa hidupnya bermakna dan karena individu tersebut memiliki tujuan hidup yang jelas serta alasan mengapa individu tersebut harus tetap bertahan hidup. Meskipun dalam perjalanan kehidupannya individu tersebut mengalami hambatan dan penderitaan, ia akan berusaha menghayati penderitaan tersebut sehingga dapat menemukan hikmah dari penderitaan yang dialaminya. Menurut Frankl dalam bukunya yang berjudul Man’s Searching for Meaning

mengungkapkan berdasar pengalamannya dalam Kamp Konsentrasi bahwa semakin seseorang dapat menghayati dengan lebih dalam, maka akan lebih mudah untuk memperoleh kebahagiaan serta menemukan dan merasakan makna hidup.

c. Makna Hidup (The Meaning of Life)

(36)

Makna hidup juga bersifat khas dan unik bagi setiap individu, tidak dapat dipaksakan dan disamakan oleh individu yang lain. Apa yang dianggap bermakna oleh individu satu tidak berarti bermakna juga untuk individu yang lain. Menurut Bastaman (2007), makna hidup layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dilakukan dan dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya menimbulkan perasaan bahagia.

Makna hidup dapat ditemukan pada keadaan bahagia, tak menyenangkan ataupun dalam penderitaan, karena makna hidup ada dalam kehidupan itu sendiri. Kondisi apapun dalam diri individu, maka makna hidup ada didalamnya. Makna hidup juga dapat ditemukan ketika seseorang memulai pematangan spiritual, sejak masa pubertas (Sumanto, Kajian Psikologis Kebermaknaan, 2006).

Makna hidup tidak dapat diciptakan oleh orang lain, hanya individu itu sendiri yang dapat menemukan makna hidup untuk dirinya sendiri. Dalam makna hidup juga terkandung tujuan hidup yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Maka dari itu makna hidup dan tujuan hidup merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena hal ini berkaitan (Bastaman, 2007).

2. Sumber Makna Hidup

(37)

yang ketiga dengan sikap yang kita ambil terhadap penderitaan (Schultz, 2001). Selain menggunakan tiga cara tersebut, individu juga membutuhkan nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencapai kebermaknaan hidup. Menurut Bastaman (2007), di dalam kehidupan terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memunginkan seseorang menemukan makna hidup didalamnya bila nilai-nilai tersebut diterapkan dan dipenuhi. Adapun ketiga nilai tersebut adalah :

a. Nilai-nilai kreatif ( Creative Values ) meliputi kegiatan berkerja dan berkarya, melakukan suatu tugas dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Dengan berkarya seseorang dapat menemukan arti dalam hidupnya. b. Nilai -nilai penghayatan ( Experiential Values ) merupakan suatu keyakinan serta penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keagamaan dan cinta kasih. Dengan mencintai dan merasa dicintai seseorang akan merasakan arti dalam kehidupannya

c. Nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values ) menjadi nilai yang terakhir. Nilai ini berarti seseorang dapat menerima dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta keberanian untuk segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan seperti sakit ataupun kematian dan bencana. Ketika tidak dapat mengubah keadaan maka individu tersebut dapat mengubah sikapnya terhadap keadaan yang tidak menyenangkan.

(38)

kreativitas, nilai-nilai penghayatan dan nilai-nilai bersikap. Makna hdup juga tidak meudah untuk ditemukan, biasanya tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami metode dan cara-cara menemukannya.

3. Kegagalan Pencapaian Kebermaknaan Hidup

Dalam kehidupannya, seseorang mungkin saja tidak dapat memenuhi hasrat untuk hidup bermakna. Dalam Bastaman (2007), hal ini mungkin saja terjadi karena kurangnya pemahaman akan cara dan konsep mengenai pencapaian kebermakanaan hidup atau karena kurang disadarinya bahwa dalam kehidupan individu itu sendiri terdapat pengalaman pribadi yang didalamnya terkandung makna hidup. Ketidakberhasilan ini biasanya menimbulkan hidup tanpa, kehampaan, merasa tidak memiliki tujuan hidup, bosan dan merasa hidupnya tidak berarti.

(39)

Individu tersebut sama sekali tidak memiliki kesadaran bahwa dalam kondisi menderitapun seseorang dapat memenuhi makna hidupnya.

Pada kondisi modern, banyak individu yang masa bodoh terhadap neurosis noogenik ini, hal ini akibat dari dua kondisi ( Schultz, 1991) yaitu yang pertama, ketika manusia kehilangan dorongan dan insting alamiahnya yang menghubungkan dengan alam. Ini berarti tingkah laku individu tidak dibimbing oleh insting-insting dari dalam diri maka indiisu harus dapat selektif dalam memilih apa yang harus dilakukan. Yang kedua adalah pada akhir abad XX masyarakat memiliki beberapa adat, tradisi dan nilai-nilai untuk menentukan tingkah laku. Kekuatan- kekuatan agama dan sosial semakin lama semakin menyusut, maka individu dibiarkan bersandar pada diri sendiri dan membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut.

Karakter Totaliter merupakan kecenderungan individu untuk memaksakan tujuan, kepentingan dan kehendaknya sendiri dan tidak dapat menerima masukan dari orang lain. Ancaman dan pamer kekuasaan merupakan alat dari pribadi totaliter untuk meraih kekuasaan. Kekecewaan dan kehampaan eksistensial yang berawal dari gagalnya menemukan makna hidup dan memenuhi hasrat untuk hidup bermakna menimbulkan perasaan tidak nyaman serta ketidakpastian dan mengancam harga dirinya.

(40)

menyeimbangkan kembali hidupnya dengan cara mengandalkan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai pedoman hidupnya.

Seorang individu yang mengalami kegagalan akan terpenuhinya keinginan akan makna cenderung kurang stabil. Kekurangan akan makna mengisyaratkan kegagalan individu dalam menemukan pola tujuan dan nilai hidup pribadi. Biasanya orang yang tidak dapat menemukan makan hidupnya dan terjebak pada kareakter dan neurosis noogenik tadi akan menganggap hidupnya tidak memiliki arti dan dengan mudahnya mengambil jalan pintas untuk hidupnya seperti korupsi, haus harta dan kekuasaan, perjudian, tingkah laku seks yang berlebihan, bunuh diri dan sebagainya.

C. MAKNA HIDUP WARIA

(41)

yang sangat hebat lalu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Berbeda hal dengan seorang waria yang konsisten dalam menjalankan dan mempertahankan identitasnya sebagai seorang waria, merasa tidak malu dan mampu untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam masyarakat sehingga dirasa berguna dan diakui.

Proses mencapai makna hidup dalam diri seorang waria tentu saja memiliki dinamika yang unik, karena pada dasarnya seorang waria merupakan individu yang unik yang berbeda dengan identitas kelamin yang lain. Kehidupan yang didominasi penderitaan membuat seorang waria tidak mudah dalam menemukan makna hidup dan dapat memberi arti bagi kehidupannya sendiri dan bagi orang lain di sekitarnya. Penderitaan yang dialami waria dapat membuat seorang waria menjadi merasakan hidupnya berarti dan dapat menemukan hikmah atas penderitaan yang dialaminya.

(42)

nilai-nilai bersikap (Attitudinal Values) . Nilai ini berarti seseorang dapat menerima dengan penuh kesabaran dan ketabahan serta keberanian untuk segala bentuk penderitaan yang tidak dapat dielakkan seperti sakit ataupun kematian dan bencana.

Merlyn (dalam Koeswinarno, 2004 ) mengungkapkan bahwa waria, yang pada kenyataannnya memiliki dinamika hidup yang berliku dan penuh penderitaan dapat menjalani hidupnya dan mempertahankan identitasnya . Hidup yang dijalani juga dilakukan dengan menerapakan nilai-nilai dalam hidup seperti nilai kreatif dengan berkerja, nilai penghayatan dengan bersosialisasi, mencintai dan dicintai orang lain serta nilai bersikap dengan mengambil hikmah dalam penderitaan.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode studi deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007) penelitian kualitatif berupa penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah dan metode alamiah, hal ini sejalan dengan William (dalam Moleong, 2007) yang mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan metode alamiah. Penelitian kualitatif juga dimaksudkan untuk mengungkapkan suatu fenomena tertentu yang terjadi di lingkungan ( Lincoln, dalam Meleong, 2007). Penelitian kualitatif juga bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilalu, motivasi, tindakan, persepsi, dll (Moleong, 2007).

(44)

Proses dalam penelitian deskriptif melalui mencari informasi melalui subjek penelitian dengan menggunakan wawancara atau melalui survey, lalu menggunakan observasi atau pengamatan. Salah satu ciri penting dalam metode ini adalah komunikasi langsung anatar peneliti dengan responden penelitian (Consuelo, 2006). Deskripsi tepat digunakan dalam penelitian ini karena penjabaran akan nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan dan nilai-nilai bersikap dapat disajikan secara maksimal untuk mengetahui dan menyimpulkan makna hidup apa yang dianut waria. Deskripsi juga membantu peneliti untuk melihat bentuk dan pemenuhan nilai-nilai tersebut untuk masing-masing subjek.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah waria, berjumlah 3 orang. Adapun kriterianya adalah

1) Berpenampilan dan bertingkah laku sebagai perempuan dalam kesehariannya.

2) Tidak melakukan operasi kelamin sebagai perempuan

3) Jika melakukan operasi hanya dalam batasan operasi dagu, payudara, hidung.

(45)

5) Tidak melakukan penyangkalan bahwa dirinya adalah seorang waria 6) Bekerja sebagai aktivis di LSM Waria Yogyakarta (KEBAYA)

C. FOKUS PENELITIAN

Peneliti mencoba mendefinisikan bagian yang ingin digali dalam penelitian ini, bagian-bagian tersebut adalah :

1) Makna hidup

Merupakan kualitas penghayatan individu terhadap dirinya untuk dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki serta seberapa jauh dirinya telah mencapai tujuan hidup yang ingin diraih. Makna hidup dapat dicapai melalui pemenuhan ketiga nilai yaitu :

a.Nilai –nilai kreatif

Nilai ini meliputi kegiatan bekerja , berkarya dan menciptakan sesuatu dan melaksanakan tanggung jawab secara maksimal serta mempunyai keterlibatan terhadap sesuatu yang dijalaninya. Keterlibatan yang dimaksud merupakan bentuk dari sikap positif dan mencintai pekerjaan yang ditekuninya.

b.Nilai- nilai penghayatan

(46)

Mencintai dan dicintai seseorang dapat pula menjadikan seseorang bermakna.

c.Nilai –nilai bersikap

Seseorang dapat dikatakan sudah memenuhi nilai ini berarti ketika seseorang tersebut sudah dapat menerima sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidupnya dengan penuh kesabaran, keiklasan dan ketabahan dan keberanian sesuatu yang tidak menyenangkan itu dapat berupa penderitaan, sakit, menjelang kematian dan segala seseuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam hidup. Sikap untuk pasrah,sabar dan bijaksana dalam menghadapi kejadian tanpa berkeinginan untuk mengubah kejadian yang terjadi.

(47)

D. METODE PENGAMBILAN DATA

Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian data yaitu wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan wawncara dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2007). Wawancara kualitatif dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan dengan topik yang diteliti dan untuk melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dalam Poerwandari, 1998) sehingga dalam wawancara, peneliti harus menerima segala informasi yang diberikan oleh terwawancara tanpa membantah, mengecam, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Dengan wawancara, penelitian bertujuan untuk memperoleh data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Wawancara yang digunakan merupakan wawancara semi terstruktur, yaitu perpaduan antara wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.

Menurut Kerlinger (dalam Poerwandari, 1998) ciri-ciri wawancara semi terstruktur adalah :

(48)

b. Adanya kebebasan yang dimiliki penelitian dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang terjadi dan tidak terikat dengan kata ataupun urutan pertanyaan yang diajukan

Pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti akan dijadikan pedoman, namun tidak menutup kemungkinan bila memerlukan pengembangan tau perubahan selama proses wawancara dilaksanakan.

Wawancara yang dilaksanakan akan melewati beberapa tahap, antara lain :

a. Mencari informasi mengenai keberadaan subjek

b. Membuat pedoman wawancara berdasarkan teori yang digunakan c. Melakukan rapport, dengan berkenalan dan menceritakan maksud

dan tujuan peneliti

d. Membuat jadwal untuk proses waawancara berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak

e. Melakukan proses wawancara secara bertahap.

(49)

Cara pencapaian

makna hidup

Contoh pertanyaan

Nilai-nilai kreatif • Sudah bekerja?

• Bekerja dimana?

• Sudah berapa lama?

• Sebagai apa?

• Apakah anda puas dengan pekerjaan anda

sekarang?

• Apa yang anda dapat ketila anda melakukan

pekerjaan tersebut? Nilai-nilai

penghayatan

• Bagaimana hubungan anda dengan Tuhan?

• Percaya dengan cinta kasih? Pernah

mengalami?

• Pernah mencintai atau merasa dicintai dengan

seseorang? Bagaimana rasaanya? Apa pandangan anda tentang hal tersebut?

Nilai-nilai bersikap • Apakah anda pernah mengalami hal tragis

atau menyedihkan dalam hidup anda? Bisa anda ceritakan?

• Bagaimana anda menyikapi kejadian-kejadian

tersebut?

(50)

2. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain telinga, kulit, mulut dan penciuman. Pengamatan dan penginderaan digunakan untuk menghimpun data dalam metode observasi (Burhan Bungin, 2007). Observasi memiliki beberapa bentuk, yaitu observasi partisipan, observasi tidak berstruktur dan observasi kelompok. Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan campuran dari observasi partisipan dan observasi non partisipan (tidak berstruktur). Observasi partisipan merupakan observasi yang dilakukan dimana observer melakukan pengamatan secara langsung dengan hidup bersama dan merasakan kejadian bersama dengan subjek penelitian(Burhan Bungin, 2007). Sedangkan, observasi non partisipan (tidak berstruktur) adalah observasi yang dilakukan tanpa guide observasi, observer harus mempu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati subjek penelitiannya.

Observasi yang dilakukan juga sebagai alat untuk melakukan

cross-check terhadap hasil wawancara. Dalam penelitian ini peneliti hanya sebagai pengamat dan berusaha menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian. Observasi juga dilakukan dengan panduan observasi yang disusun oleh peneliti berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Adapun beberapa hal yang akan diobservasi adalah :

(51)

b. Perilaku subjek, meliputi perilaku keseharian dan perilaku ketika proses wawancara berlangsung.

E. PROSES PENGAMBILAN DATA

Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan kepentingan penelitian yang ingin mengungkap mengenai makana hidup waria. Dasar pemilihan subjek yang sudah menjalani proses dan mengaktualisasikan dirinya sebagai waria kurang lebih 10 tahun adalah bertujuan supaya kemantapan sebagai waria tidak tergoyahkan lagi. Pengambilan subjek dilakukan juha dengan model pengambilan sample bola salju / berantai/ snowball sampling). Hal ini dilakukan karena keterbatasan peneliti dalam mencari subjek. Peneliti pada awalnya hanya mengenal satu subjek saja, kemudian peneliti bertanya pada subjek pertama untuk mencarikan kedua subjek lain yang sesuai dengan kriteria penelitian ini. Rapport juga dilakukan oleh peneliti bagi masing-masing subjek, untuk ketiga subjek rapport berlangsung seperlunya saja, karena ketiga subjek sangat kooperatif dalam bercerita dan mengungkap makna hidupnya, bagi mereka penelitian yang dilakukan peneliti sangat berguna untuk eksistensi mereka dan pengenalan mereka kepada masyarakat.

(52)

Pada tanggal 26 Desember peneliti menghubungi mami vinolia untuk menceritakan maksud dan tujuan peneliti. Mami Vinolia memberi respon positif dan meminta peneliti datang ke LSM yang diketuainya. Tanggal 27 Desember peneliti mendatangi LSM yang terletak di Gowongan Lor, peneliti langsung bertemu mami Vinolia dan membicarakan apa yang akan dilakukan peneliti kedepannya berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Mami Vinolia langsung menyanggupi kerjasama yang akan dilakukan, dan mami sendiri juga langsung bersedia untuk menjadi subjek I peneliti. Tanggal 28 Desember, peneliti melakukan pendekatan lebih kepada mami Vinolia, rapport dilakukan dengan cepat karena subjek I sangat menyukai seseorang yang tertarik dengan dunia waria. Hal ini tidak berbeda jauh dengan subjek II dan subjek III yang dikenal peneliti melalui subjek I. Peneliti melakukan rapport untuk subjek II pada tanggal 5 januari dan wawancara pada tanggal 15 januari dan 16 januari, serta subjek III dilakukan rapport pada tanggal 17 januari, rapport untuk subjek III dilanjutkan selama proses wawancara pertama dan kedua karena untuk wawancara ketiga subjek sudah dapat bercerita sangat banyak.

Awalnya peneliti ingin menambah keberagaman subjek yang berasal dari jalanan juga, akan tetapi peneliti mengalami hambatan dikarenakan waria dari LSM Kebaya tidak menghendaki peneliti untuk mencari subjek sendiri karena terlalu berbahaya dan beresiko untuk peneliti seperti dimintai uang terlalu banyak dan dimanfaatkan yang berlebihan.

(53)

peneliti ingin menciptaka suasana yang fleksibel dan tidak kaku agar supaya informasi yang diperoleh dapat terungkap secara maksimal. Observasi juga dilakukan peneliti baik ketika wawancara sesdang berlangsung ataupun tidak. Pada hari pertama wawancara dengan subjek pertama dan kedua , peneliti menggunakan tape recorder dengan kaset kosong serta panduan wawancara secukupnya dan kertas kosong untuk mencatata observasi dan hal-hal penting lainnya, sedangkan untuk subjek III peneliti baru bisa menggunakan tape recorder

setelah proses wawancara ketiga karena keadaan yang tidak memungkinkan

(54)

RAPPORT WAWANCARA I WAWANCARA II WAWANCARA III NO SUBJEK

TGL WKT TMPT OBS TGL WKT TMPT OBS TGL WKT TMPT OBS TGL WKT TMPT OBS

27

(55)

F. ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan :

1) Bekerja dengan data 2) Mengorganisasikan data

3) Memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola 4) Menyintesiskannya

5) Mencari dan menemukan pola

6) Menemukan apa yang penting dan apa yang dapat dipelajari 7) Memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Metode analisis data yang digunakan mencakup dua hal yaitu organisasi data dan pengkodean. Organisasi data disusun secara rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Organisasi data dilakukan untuk memperoleh data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian (Poerwandari, 1998). Pengkodean dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasikan data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 1998).

Pengkodean akan disusun sesuai dengan kepentingan peneliti, berikut akan dijabarkan beberapa contoh pengkodean :

(56)

2) Nama Subjek, Obs,Tanggal Observasi Vinolia, Obs,25Des

3) PmNK, (Pemenuhan nilai kreatif) 4) PmNP, (Pemenuhan nilai penghayatan) 5) PmNS, (Pemenuhan nilai bersikap)

Analisis data yang dilakukan akan berupa analisis isi, dimana berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Menurut Burhan Bungin (2007), penggunaan analisis isi meliputi beberapa tahapan, yaitu :

1) Peneliti harus dapat merumuskan apa yang ingin diteliti dan melandaskan tindakan pada tujuan penelitian

2) Memilih unit analisis yang alan dikaji dan menentukan objek penelitian

3) Melakukan koding terhadap hasil komunikasi 4) Mendeskripsikan hasil.

Penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial dan terbaca oleh peneliti itu sendiri.

G. KEABSAHAN DATA

(57)

pengecekan dari data itu sendiri (Moleong, 2007). Triangulasi memanfaatkan dua hal, yaitu sumber dan metode .

1) Triangluasi dengan sumber data

Triangulasi dengan sumber data dapat dilakukankannya penilaian hasil penelitian yang dilakukan oleh responden, mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, menyediakan tambahan informasi secara sukarela, memasukkan informan dalam kancah penelitian, menilai kecakupan menyeluruh data yang dikumpulkan (Moleong, 2007).

(58)

SUBJEK I SUBJEK II SUBJEK III

Tanggal Bahan yang diberikan

Koreksi Tanggal Bahan yang diberikan

Koreksi Tanggal Bahan yang diberikan

Koreksi

3 jan 08 Verbatim ada 25Jan08 Verbatim ada 3Feb 08 Verbatim ada Beberapa hal yang masih

kosong dalam verbatim, yang tidak didengar oleh peneliti, lalu sama-sama mendengarkan dan

mengisis kata-kata kosong tersebut.

Beberapa hal yang masih kosong dalam verbatim, yang tidak didengar oleh peneliti, lalu sama-sama mendengarkan dan mengisis kata-kata kosong tersebut.

Beberapa hal yang masih kosong dalam verbatim, yang tidak didengar oleh peneliti, lalu sama-sama

(59)

13Febo8 Verbatim hasil revisi

16Feb08 Pengkodean dan Penjabaran Data 15Jan

08

Pengkodean dan

Penjabaran Data

ada

Subjek mengkoreksi

beberapa pengkodean, menurutnya bagian tersebut tidak sesuai jika dikodekan.

Tidak ada Tidak ada

3Mar 08

Pembahasan Tidak ada 7Mar 08 Pengkodean dan Penjabaran Data

Tidak ada 5Mar 08 Pembahasan Tidak ada

(60)

1) Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah hasil data yang didapat dari wawancara sesuai dengan hasil yang didapat dari observasi.

Hasil observasi yang didapatkan menjadi pembanding untuk hasil wawancara. Peneliti tidak menggunakan semua hasil observasi, hanya menggunakan dan mencocokkan hasil observasi yang relevan saja untuk dijadikan bandingan dan untuk kegunaann pengecekan hasil wawancara.

(61)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA

1. Vinolia Wakijo ( Mami Vin )

a.Gambaran diri Subjek

Mami Vin, begitulah sosok ini dipanggil. Terlahir dengan nama Wakijo 52 tahun yang lalu, mami Vin hidup sebagai waria sejak usia 17 tahun. Perawakannnya yang tidak terlalu kurus dengan rambut ikal panjang sebahu yang hanya diikat kebelakang serta tampilan yang sangat sederhana membuat mami Vin terlihat sangat keibuan. Vin atau Vinolia menjadi identitasnya ketika seorang Wakijo meyakinkan diri sebagai seorang waria. Dalam kesehariaannya mami hanya memakai celana panjang dan kaos seadanya. Kacamata yang selalu dipakai dan rambut yang mulai memutih menambah gambaran kuat mami sebagai seorang sosok yang dituakan dan dianggap ibu oleh anak-anaknya.

Agama yang dianut adalah Katolik, tetapi sering ketika mami menghadiri acara-acara undangan baik itu seminar ataupun acara untuk waria mami selalu mengenakan jilbab untuk menutupi rambutnya yang mulai memutih. Untuk panutan begitu jawabnya ketika ditanya alasan mami mengenakan jilbab.

(62)

memperjuangkan hah-hak waria selalu ada dalam jiwanya, hal ini terlihat dari totalitas dan usaha mami untuk selalu menunjukkan kepada masyarakat bahwa waria itu ada dan tidak selalu bertindak negatif, nyata terlihat dari seminar-seminar mengenai waria dimana mami Vin menjadi pembicaranya juga dari keseharian mami yang selalu mengungkapkan kepada orang-orang yang bertanya pada dirinya bahwa kami (waria) ada dan sama dengan orang lain yang juga membutuhkan hidup, sosialisasi dan ekonomi .

(63)

menjadi model yang ditertawakan seprti yang ada di liputan Televisi dalam sinetron atau acara-acara TV yang menjadikan waria sebagai bahan tertawaan.

mami pernah mengirim surat ke salah satu stasiun televisi yang di Jakarta, karena televisi tersebut menanyangkan acara yang sangat membuat mami marah, waria yang ada di acara tersebut dijadikan bahan lelucon, memang kami badut..”(Vinolia, obs 28 Des)

Kegigihan dan semangatnya serta totalitasnya menjadi anutan bagi waria lainnya. Perjuangan yang dicapai sampai tahap sekarang tidak dicapai dengan mudah, eksistensi sebagai waria dan pengakuan masyarakat akan dirinya sebagai pribadi juga dicapai dengan kerja keras dan ketabahan.

Kegiatan kesehariaanya adalah mengurus anak-anaknya baik waria maupun anak jalanan untuk menjadi lebih baik lagi. Terkadang hari-harinya juga disibukkan dengan memberikan seminar atau menghadiri

talk show dan sebagainya. Kesedihannya nampak ketika ada anaknya (waria) yang menderita HIV-AIDS, akan tetapi mami tidak berhenti pada kesedihan tetapi mami bangkit dan terus menyemangati anaknya dan memberikan support (dukungan) yang sangat positif.

(64)

maju dan maju. Selalu ingin berkarya dan tidak ingin membuat masalah begitulah yang ada dalam pikirannya.

b.Bentuk dan Pemenuhan Nilai-nilai Kreatif

i. Memiliki totalitas dan tanggung jawab dalam bekerja :sebagai

ketua waria Yogyakarta.

Totalitas subjek dalam berkerja sangat nampak dalam kehidupannya. Apapun pekerjaan yang dilakukan subjek pasti akan dilakukan dengan sungguh sungguh dan penuh tanggung jawab, seperti saat subjek menjadi pembantu, pelacur dan pekerja LSM serta saat ini menjadi ketua waria Yogyakarta. Tugas –tugas yang diberikan selalu diselesaikannya dengan penuh tanggung jawab dan totalitas kesungguhan hati. Saat menjadi pembantu subjek bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mengurus rumah majikannya, saat menjadi ketua waria sekarang, subjek benar-benar total dalam bekerja, terlihat dari waktu dan tenaga yang diberikannya untuk tugas menjadi ketua waria Yogyakarta, untuk mengurusi waria-waria lain, untuk mengurusi kelangsungan hidup LSM nya.

(65)

“dan sekarang mami menjadi pimpinan di sini tu wajar saja toh di satu sisi komitmen kerja mami bisa dipertanggungjawabkan kok”.(Vinolia, 198-199)

ii. Selalu ingin berkarya dan bekerja : tidak pernah bisa berdiam diri.

Totalitas dan tanggung jawab yang dimiliki membuat subjek selalu ingin berkarya dan bekerja. Subjek mengaku tidak bisa untuk berdiam diri, bagaimanapun subjek harus memiliki kegiatan dan pekerjaan yang dilakukan.

“kalo mami seneng kerja gitu lho…kalo temen-temen kalo dandan ya dandan aja kalo ga ada kerjaan ya tidur..kalo mami enggak, mami seneng kerja..kalo malem dandan tapi siang pengen punya pekerjaan gitu lho..”(Vinolia, 149-151)

“sebenernya gini ya, kalo masalah reward itu bukan masalah, yang penting mami itu punya kegiatan gitu lho..”(Vinolia, 176-177)

“eh..sori ya ran tadi tak tinggal, la daripada ming tidur tiduran aku ke PKBI, ni malah dapet kerjaan lagi meh ngisi jadi pembicara besok..yo wis..”(Vinolia, Obs 29 Des)

iii. Mendapat kepuasan dari pekerjaan : merasa menjadi seseorang

yang bertanggungjawab dari pekerjaan yang dilakukan.

(66)

waria yang bukan dianggap apa-apa menjadi waria yang bertanggung jawab dari pekerjaan –pekerjaan yang dilakukannya, dari pengalaman hidupnya menjadi seseorang yang dianggap dan diakui keberadaan serta eksistensinya.

“dari dulu mami tu nggak ngitung patokan harus dibayar berapa..”(Vinolia, 203-204)

“menurut mami sih semua berkesan sih, artinya gini, mereka mau menerima mami sih itulah yang berkesan. Sebenernya gini ya, kalo masalah reward itu bukan masalah, yang penting mami itu punya kegiatan gitu lho. Yang penting mami bisa diterima gitu lho..apapun keadaan mami ga pernah dipermasalahkan…”(Vinolia, 175-178) “ya, saya pikir itu menjadi suatu kepuasan ya karena apa, toh selama ini waria dianggap bukan apa-apa bisa melakukan sesuatu ya bisa bekerja, bisa bertanggung jawab apa yang sudah diberikan.(Vinolia, 190-191)

iv. Mencintai pekerjaan : keiklasan dan totalitas dalam menjalani

pekerjaannya sekarang.

Pekerjaan yang dilakoninya sekarang menurut subjek membutuhkan keiklasan yang besar, dan totalitas. Rasa cinta pada pekerjaannya sekarang membuat subjek bertahan dan terus ingin berkarya dan membantu rekan-rekan warianya untuk memerangi HIV AIDS dan memeperjuangkan hak-hak kaum waria.

“jadi, walaupun gaji mami banyak tapi sama aja nggak cukup untuk hidup sendiri lho nggak pernah mami pikirkan, yang penting mereka (waria dan anak jalanan) nggak terlantar lebih kesitu..kalo ditanya punya apa, ga punya apa-apa cuma punya hati..”(Vinolia, 207-209)

(67)

anak-anak gak ono sing mantau..hhh…tau obat flu sing bisa cepet nyembuhke?hahahaha….”(Vinolia, 432-433)

“enggak..kalo niurutin ego, bisa aja mami beli motor, karena mami ingin melayani mereka ya kalo ada makan ya kita makan, yang penting anak-anak jangan sampai terlantar.”(Vinolia, 553-554)

“lebih kepada hikmah yaaaa…selama ini tu mami iklas ngelakuinnya dari dalam hati yang paling dalam..”(Vinolia, 194)

“ya gini kok..kalo mami semua tu nglakuin..jangan mengaharap keuntungan,iklas dulu aja, toh kalo ga dapet keuntungan ya ga masalah, iklas kok kalo mami, lebih ke situ kalo mami”(Vinolia, 340-341)

c.Bentuk dan Pemenuhan Nilai-nilai Penghayatan

i. Memiliki nilai atau prisnsip yang dianut dalam hidup : menjadi

waria yang bertanggungjawab (tidak membuat masalah), dapat

melayani dan bermanfaat bagi orang lain.

Tuduhan pelanggaran terhadap agama dan menyalahi kodrat sering hadir dalam hidup subjek. Ancaman masuk neraka oleh orang-orang sekitarnya sempat membuat subjek bimbang dalam menghadapi kewariaannya.

“tekanan-tekanan itu yang memojokkan kita bahwa ini menyalahi kodrat, kamu nanti ini anu apa itu..kamu dah melanggar agama, ini nanti kamu akan di neraka kalo mati ntar ke neraka..seperti itu…”(Vinolia, 23-26)

“dan pada akhirnya kita menjadi bimbang untuk memutuskan hidup sebagai waria itu tidaklah mudah butuh waktu cukup lama.”(Vinolia, 28-29)

(68)

agama, apa bener sih aku ini bukan laki-laki..”(Vinolia, 44-47)

Kebimbangan tersebut mulai hilang ketika subjek dapat menunjukkan nilai dan keyakinan yang dimilikinya sebagai waria.

“tapi pada akhirnya pada umur 25 tahun mami memmutuskan ini lho resikonya, allu ini lah keputusan kita, inilah hidup kita gitu loh..”(Vinolia, 48-49)

“..itu menjadi PR –PR kita itu tekanan-tekanan dari luar apa bener sih..itu masa keresahan, tapi ketika kita sudah memutuskan justru sudah gak ada lagi,kalo mau tidur ya tidur aja.”(Vinolia, 68-70)

Prinsip hidup yang dimiliki juga cukup kuat sebagai bekal dirinya dalam melangkahkan kaki kehidupan. Prinsip yang dimiliki yaitu menjadi waria yang tidak akan membuat masalah seperti kriminalitas dalam arti dapat bertanggung jawab akan status kewariaannya, dapat melayani orang lain seperti melayani anak jalanan dan waria lain ataupun masyarakat umum sehingga dapat menjadi bermanfaat untuk orang lain menjadikan subjek kuat dalam menghadapi masalah dan goncangan dari masyarakat yang tidak menyukai dirinya maupun rekan waria lainnya.

“ya karena memamng selama menjadi waria tidak membuat masalah..oke-oke aja..mami bisa melakukan aktivitas pada umumnya, kaya orang-orang lain, masyarakat pada umumnya.”(Vinolia, 74-75)

(69)

“lebih kepada hikmah yaaa..selama ini tu mami iklas nglekauinnya dari dalam hati yang paling dlaam. Melayani tu tidak ada batas, artinya dari kapan pun bisa, dari mana pun bisa dari tingkat bawah sampai ataspun bisa.”(Vinolia, 194-196)

Secara terus menerus subjek menunjukkan kepada masyarakat bahwa subjek merupakan waria yang bertanggung jawab dan tidak pernah membuat masalah. Kebenaran selalu subjek tunjukkan pada orang-orang yang berusaha memojokkkannya, mengikuti kegiatan di kampung dan melayani sesama subjek lakukan juga sebagai salah satu wadah untuk membuktikan bahwa waria juga dapat bermanfaat bagi orang lain. Pelayanan selalu subjek unggulkan dalam apapun kegiatan yang subjek lakukan, baik untuk golongan bawah maupun untuk golongan atas.

“artinya selama ini mami beraktivitas pada umumnya,misalnya mami kan asli Badran dan mami menjadi ketua seksi kesenian di kepemudaan, kan ga ada masalah dengan kewariaan. Mami selain keluar malam juga bekerja di rumah dan ga ada masalah.”(Vinolia, 75-78)

“ya yang penting mami tidak mengganggu orang lain itu.”(Vinolia, 53-54).

“artinya bisa melayani bisa bekerja seperti yang lain toh sekarang dah ga bermasalah dengan status keawriaanku, malah bermanfaat..seperti itu.”(Vinolia, 83-84)

ii. Penghayatan akan Tuhan : Memasrahkan diri dan hidupnya

kepada kebesaranNya.

(70)

Tuhan adalah Maha Tahu, dan Maha Bijaksana. Menunjukkan sikap pasrah bahwa kewariaannya merupakan jalan hidup yang harus dialami. Percaya bahwa Tuhan yang menunjukkan jalan hidupnya sebagai seorang waria.

“menjadi waria menjadi lebih pasrah kepada yang diatas, terutama kepada Tuhan. Kalo ini memang jalan hidup kita ,jalan hidupku ya tunjukkan hidupku yang seperti apa.”(Vinolia, 80-82)

“waktu itu satu-satunya jalan yang kita bisa tempuh adalah lewat Tuhan..”(Vinolia, 88)

“tapi Tuhan itu lebih tahu, lebih bijaksana, maha tahu”(Vinolia, 89-90)

“..makanya urusannya hanya dengan Tuhan, kalo orang ga bisa dipercaya ya dengan Tuhan aja deh..”(Vinolia, 299) “mungkin kalo Tuhan menghendaki mau gimana gitu lho..”(Vinolia, 304-305)

“..dan mami ga punya penyakit dan mami pikir lebih ke anugerah Tuhan. Ga pernah di kasih sakit yang s erius, ya mungkin Tuhan ya mikir nek aku loro anak-anaku mesakke..yang melayani ora ono..saya percaya itu aja..bener ikok saya percaya banget.”(Vinolia, 310-313)

iii. Memiliki cinta kasih :pengorbanan dan dedikasi terhadap

orang yang membutuhkan (untuk waria dan anak jalanan).

Cinta Kasih terhadap sesama yang membutuhkan juga subjek jalankan sebagai umat Tuhan. Cinta kasih subjek wujudkan dalam pengorbanan dan dedikasinya terhadap anak jalanan dan waria-waria lain yang membutuhkan uluran tangannya

(71)

“jadi walaupun gaji mami banyak tapi sama aja ga cukup, untuk hidup sendiri lho ga pernah mami pikirkan, yang penting mereka ga terlantar lebih kesitu..kalo ditanya punya apa , ga punya apa-apa Cuma punya hati..”(Vinolia, 207-209)

“mami ga pernah mikirin hidup..pengen punya motor?enggak…kalo nurutin ego, bisa aja mami beli motor, karena mami ingin melayani mereka ya kalo ada makan ya kita makan, yang penting anak-anak jangan sampai terlantar.”(Vinolia, 552-554)

iv. Mencintai dan dicintai seseorang : membebaskan pasangannya

dan saling mengerti.

Mencintai dan dicintai juga pernah dialami subjek dalam proses kehidupannya sebagai seorang waria. Kesadaran akan identitasnya sebagai seorang waria, membuat subjek tidak pernah 100% dalam mencintai seorang laki-laki. Banyaknya keegagalan dalam percintaan tidak membuat subjek trauma dalam mencintai seorang laki-laki.

(72)

karena pengertian dan sikap santai dalam mencintai seorang laki-laki.

Percintaannya sekarang juga sudah diisi oleh seorang laki-laki beristri, 3 tahun sudah dijalani subjek dengan laki-laki tersebut. Perhatian, pengertian, tanggung jawab dan rasa hormat saling diberikan. Saling mengerti dilakukan subjek ketika melakukan pertemuan dengan pasangannya, saling memahami akan status dan keberadaan masing-masing.

“kalo dia yang ngajak dia yang bayar hotel, kalo mami yang ngajak ya mami yang bayar..kalo dia tu jujur..aku kangen mama..misalkan aku yang bayar tapi pas ada event tertentu dia yang bikin surprise, mbeliin mami baju, kaos..justru orang seperti ini yang susah dicari..”(Vinolia, 443-445)

“iya..tapi patokannya dia saling percaya kok..”(Vinolia, 496)

d.Bentuk dan Pemenuhan Nilai-nilai Bersikap : iklas didapatkan

subjek dari kesadaran subjek akan kewariaannya.

(73)

yang dilakukan subjek, membuat subjek dapat berpikir lebih bijaksana dalam menghadapi penderitaan yang dialaminya.

Iklhas ketika ditinggalkan kekasih yang dicintainya untuk menikah, tabah ketika menghadapi orang-orang yang menghinanya sebagai seorang waria.Kesabaran dan ketelatenan serta sikap pantang menyerah membuat subjek dapat menghadapai masalah dan penderitaan secara bijaksana

“ya kita harus ngalah waktu itu..”(Vinolia, 106)

“oooo…ga,,mami ga melarikan diri mami malah menghadapai. Apalagi kalo orang itu bisa diajak bicara, jangan hanya mau didengarkan, tapi juga mau mendengarkan mereka itu…”(Vinolia, 289-291)

“semua ada jalan keluarnya, asal seperti yang mami yang sudah katakan, dilakukan dengan iklas”(Vinolia, 302)

“ya dari awal kan mami sudah katakan kalo ini memang garis hidup mami ya tunjukkan, sudah garis hidup sebagai waria ya melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak.”(Vinolia, 306-309)

“kalo mami tu sering patah hati, tapi kalo mami beda..mami cepet introspeksi diri..ya wajar aja lha waria gitu lo..”(Vinolia, 352-353)

(74)

e.Kesimpulan Subjek I

Skema 1. Proses Pemenuhan Makna Hidup

Subjek I

Pengalaman akan Hidup, lamanya waktu

Dilakukan dengan bekerja, mencintai dan dicintai, serta menghadapi pengalaman menyedihkan

Dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa waria dapat bertanggung jawab dan benar.

Memantapkan langkah sebagai waria

Semakin berkarya dan menunjukkan tanggung jawab atas kewariaannya.

Membuat mami berefleksi benar atau tidak akan kewariaannya Mendapat

konflik dan tekanan dari masyarakat

(75)

Memiliki alasan untuk apa sampai sekarang tetap hidup

1.percaya kan kodratnya sebagai waria

2.karya akan pekerjaannya 3.dibutuhkan oleh

orang lain

4.merasa bermanfaat 5.dapat menghadapi

masalah dengan sabar

6.memiliki cinta kasih 7.dapat menghayati

hidup 8.ingin terus

memperjuangkan hak waria

Membuat mami semakin bijaksana dalam bertindak

MAKNA HIDUP

Dipenuhi dengan dapat melayani orang lain dengan tengggung jawab dan cinta

(76)

Dari skema yang dijabarkan diatas dapat ditarik hasil bahwa untuk subjek I, mami Vin, mempertahankan hidup sebagai waria ditengah diskriminasi masyarakat dilakukannya dengan alasan pekerjaan yang dilakukan disertai dengan keinginan untuk memperjuangkan hak-hak kaum waria. Hal ini disertai dengan keyakinan akan nilai dan prinsip hidup yang dimilikinya serta ketabahan dan kesabarannya menghadapi masalah yang menimpanya.

Pemenuhan ketiga nilai atas Logoterapi, yaitu nilai-nilai kreatif, nilai-nilai bersikap dan nilai-nilai penghayatan dipenuhinya sebagai pegangan atas hidupnya. Ketiga nilai tersebut seimbang menonjol dalam diri mami. Karena alasan itu juga mami Vin tetap memperjuangkan hidupnya, tanpa harus mempedulikan diskriminasi masyarakat.Nilai akan hidup yang dianut membuat mami Vin semakin kuat dalam melangkah dan meyakini apa yang dilakukannya.

(77)

Nilai-nilai kreatif, menurut Bastaman (2007) meliputi kegiatan berkarya, mencipta, bekerja, melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab, memiliki keterlibatan pribadi dengan pekerjaannya, dan mencintai pekerjaannya serta menjalani pekerjaan dengan sebaik-baiknya sebagai alasan yang kuat dalam melakukan pekerjaan. Walaupun uang yang dihasilkan sedikit akan tetapi ketika seseorang tersebut menjalani dengan sungguh-sungguh dapat dikatakan seseorang tersebut sudah dapat memenuhi dan menemukan makna atas pekerjaan dan nilai kreatifnya.

Begitu juga dengan mami Vin, pekerjaan yang dijalaninya dari dulu hingga sekarang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab dan sepenuh hati. Kegilaannya pada suatu pekerjaan membuat mami tidak ingin berdiam diri apalagi saat ini, mami diberikan tanggung jawab yang besar untuk memimpin suatu organisasi waria. Mami melakukan dengan penuh tanggung jawab dan memenuhi kewajibannya. Uang bukan dijadikan sebagi patokan utama dari pekerjaannya sekarang, kerena cinta terhadap pekerjaan itu pula mami rela meluangkan waktu dan tenaga yang maksimal untuk membantu orang lain. Hal itu juga yang membuat mami selalu ingin sehat dan terus berkarya.

Gambar

Tabel 1. Data Primer Waria
Tabel 2. Guideline Wawancara
Tabel 3.Proses Rapport dan Wawancara
Tabel 4. Cross Check Data

Referensi

Dokumen terkait

The lower standard error in Table 5 is a direct result of the T index using data from all eight countries while each of the indices in Table 2 uses data from only two countries:

Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang juga telah sangat membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini..

Kegiatan Magang Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur dilaksanakan pada tanggal 16 Pebruari sampai 16 Maret 2009. Pemeliharaan ayam petelur berlokasi di peternakan PT Sari

Faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan nasabah kredit sektor peternakan pada PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk Cabang Malang adalah variabel reliability dengan

Pada model ROE ditemukan hasil bahwa ROE industri memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ROE perusahaan, sedangkan intensitas modal tertimbang memiliki

Pada dasarnya UU mengenai OJK hanya mengatur mengenai pengorganisasian dan tata pelaksanaan kegiatan keuangan dari lembaga yang memiliki otoritas pengaturan

Sebagai kelanjutan proses pengumuman ini, pemenang sebagaimana tersebut diatas akan ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan dengan surat penunjukan oleh Pengguna

Dalam penelitian tugas akhir ini, jadwal kegiatan dapat dilihat pada. tabel 1.1 untuk pengumpulan data dan penyusunan laporan tugas