• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Culture Shock Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Asing Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Culture Shock Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Asing Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN CULTURE SHOCK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

YOSI ANGGRELIA SEPTINA SIHITE 081301093

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN CULTURE SHOCK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dipersiapkan dan disusun oleh: YOSI ANGGRELIA SEPTINA SIHITE

081301093

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 12 Juli 2012

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji 1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog Penguji I/

NIP. 195301311980032001 Pembimbing

2. Meutia Nauly, M. Si., psikolog Penguji II NIP. 196711272000032001

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Culture Shock Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Asing Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2012

(4)

Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRAK

Mahasiswa asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat menimbulkan reaksi-reaksi berupa keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda. Keadaan tersebut disebut sebagai culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis dan fisik. Menurut Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi psikologis dan fisik dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini berjumlah 81 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

incidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala culture shock yang

disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi culture shock (affective,

behavior dan cognitive) yang dikemukakan oleh Ward (2001). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Namun dari analisis data tambahan berdasarkan lama menetap di Medan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap di Medan lebih dari satu tahun.

(5)

Relationship Culture Shock to the Learning Achievement of Foreign Malaysia Student in Faculty Medicine, University of Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRACT

Foreign students from Malaysia who study at University of Sumatera Utara must adjust to new environment is affectively, behaviorly and cognitively. This process can cause reactions of shock and stress of being in different environments. The condition referred to as culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

can cause psychological and physical discomfort. According Witherington & Bapemsi (in Mustaqim, 2004), psychological and physical condition can affect learning achievement. Therefore, this study will look at relationship between

culture shock to the learning achievement of foreign students in Faculty of

Medicine, University of North Sumatra. The research sample consists of 81 people using incidental sampling technique. Measuring instrument used is the scale developed by researchers based on the dimensions of culture shock

(affective, behavioral and cognitive) proposed by Ward (2001). The research results showed that there was no relationship between culture shock to the achievement of foreign students from Malaysia in Faculty of Medicine, University of North Sumatra. But from the analysis of additional data on long settled in the field, it is known that there is a significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived less than a year and there is no significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived more than one year.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur kupanjatkan kepada Tuhanku, Yesus Kristus, yang selalu menjadi sumber pengharapanku dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” ini, tanpa penyertaan dan berkat dariNya, penulis tidak akan

dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun penyusunan skripsi ini diajukan dalam rangka untuk memperoleh gelar sarjana penulis di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentu penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis sangat berterima kasih dan sangat menghargai bantuan yang telah diberikan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing penulis, Prof. Dr. Irmawati, psikolog yang telah menjadi sumber inspirasi penulis melalui kedisiplinan, imbauan dan arahan beliau sehingga membuat penulis belajar untuk menghargai suatu proses ketika menjalani segala sesuatu terutama dalam proses penelitian ini.

(7)

dan Thomas Erickson Hadinata Sihite, S.H., yang telah dengan setia mendukung secara materi dan moril dari awal hingga akhir masa studiku di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini. Skripsi ini kupersembahkan untuk kalian keluargaku yang terkasih.

3. Terima kasih kepada Ibu Meutia Nauly, M. Si., psikolog selaku dosen penguji II dan Bang Omar Khalifa Burhan, M. Sc., selaku dosen penguji III atas kesediaan Ibu dan Abang untuk menguji penelitian ini serta memberikan saran dan kritik guna menyempurnakan penelitian ini.

4. Terima kasih kepada Bu Etty, Pak Eka, Pak Zul dan Bang Alif yang telah membantu dan memberikan saya pencerahan dalam memecahkan masalah statistik yang saya hadapi dalam proses penelitian ini.

5. Terima kasih kepada seluruh dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa. Terima kasih juga kepada Kak Devi dan Pak Aswan yang telah membantu penulis dalam usaha perizinan penelitian ini serta Bang Abdul yang telah mendukung penulis dalam kelancaran pengumpulan literatur pendukung dalam penelitian ini. 6. Terima kasih kepada teman terbaikku, Alpine dan Friska, yang tanpa

pamrih membantuku selama proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Kak Frandawati atas bantuan dan saran yang telah diberikan padaku dalam kelancaran proses prapenelitian skripsi ini. 7. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa asing asal Malaysia di

(8)

bersedia menjadi partisipan penelitian ini meskipun penulis mungkin merepotkan kalian karena mendatangi kelas, tempat nongkrong, rumah dan kos kalian. Sesungguhnya tanpa partisipasi kalian penelitian ini tidak akan dapat selesai. Thank you so much and success for your study friends.. 8. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan studiku, stambuk 2008

Fakultas Psikologi USU, yang telah mewarnai perjalanan studiku di kampus. Segala sesuatunya tidak akan terlupakan teman, sukses untuk kita semua di masa depan.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan yang telah diberikan pada penulis. Penulis juga memohon maaf sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan baik isi maupun cara penulisannya yang masih banyak terdapat kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang dapat membantu penulis untuk dapat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang. Amin.

Medan, Juli 2012

(9)

DAFTAR ISI

B. Pertanyaan Penelitian... ... ..9

C. Tujuan Penelitian.. ... ..9

D. Manfaat Penelitian ... ..9

E. Sistematika Penulisan ... ..9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A.Prestasi Belajar ... 11

1. Definisi Prestasi Belajar...11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...11

3. Indeks Prestasi...14

B. Culture Shock..... ... 16

1. Definisi Culture Shock ... 16

2. Dimensi dari Culture Shock...17

3. Faktor yang mempengaruhi Culture Shock ... 18

C.Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 19

1. Mahasiswa Asing Asal Malaysia...19

2. Faktor-faktor dan Alasan-alasan yang Mendorong Mahasiswa Asal Malaysia Melanjutkan Pendidikan Tinggi di Medan...20

3. Masalah-masalah yang dialami Pelajar Malaysia Sepanjang Kuliah di Perguruan Tinggi Medan...21

D.Hubungan Antara Culture Shock dengan Prestasi Belajar...22

E. Hipotesis Penelitian...24

F. Kerangka Berpikir...24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Identifikasi Variabel ... 25

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26

1. Populasi dan Sampel ... 26

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Metode Pengumpulan Data...28

1. Skala Culture Shock...28

(10)

3. Uji Coba Alat Ukur...30

a) Uji Validitas...30

b) Uji Reliabilitas...30

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32

1. Tahap Penyusunan Alat ... 32

2. Tahap Uji Coba Alat...33

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 34

4. Tahap Pengolahan Data ... 34

F. Metode Analisa Data ... 34

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Analisa Data ... 36

1. Gambaran Subjek Penelitian ... 37

2. Hasil Penelitian ... 37

a. Hasil Uji Asumsi...37

b. Hasil Uji Analisa Data...39

c. Hasil Tambahan Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

1. Saran Metodologis ... 50

2. Saran Praktis ... 50

(11)

DAFTAR TABEL

Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 29

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 32

Tabel 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Studi ... 36

Tabel 7. Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 8. Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis ... 37

Tabel 9. Gambaran Uji Normalitas pada Prestasi Belajar dan Culture Shock ... 38

Tabel 10. Gambaran Koefisien Korelasi Variabel ... 39

Tabel 11. Gambaran Skor Empirik Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 40

Tabel 12. Skor Empirik dan Hipotetik Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 41

Tabel 13. Gambaran Prestasi Belajar Subyek ... 42

Tabel 14. Distribusi Prestasi Belajar Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... .. 43

Tabel 15. Gambaran Dimensi Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 43

(12)
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Lampiran B. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Culture Shock

Lampiran C. Analisis Data Hasil Penelitian Lampiran D. Skala Penelitian

(14)

Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRAK

Mahasiswa asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat menimbulkan reaksi-reaksi berupa keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda. Keadaan tersebut disebut sebagai culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis dan fisik. Menurut Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi psikologis dan fisik dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini berjumlah 81 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

incidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala culture shock yang

disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi culture shock (affective,

behavior dan cognitive) yang dikemukakan oleh Ward (2001). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Namun dari analisis data tambahan berdasarkan lama menetap di Medan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap di Medan lebih dari satu tahun.

(15)

Relationship Culture Shock to the Learning Achievement of Foreign Malaysia Student in Faculty Medicine, University of Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRACT

Foreign students from Malaysia who study at University of Sumatera Utara must adjust to new environment is affectively, behaviorly and cognitively. This process can cause reactions of shock and stress of being in different environments. The condition referred to as culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

can cause psychological and physical discomfort. According Witherington & Bapemsi (in Mustaqim, 2004), psychological and physical condition can affect learning achievement. Therefore, this study will look at relationship between

culture shock to the learning achievement of foreign students in Faculty of

Medicine, University of North Sumatra. The research sample consists of 81 people using incidental sampling technique. Measuring instrument used is the scale developed by researchers based on the dimensions of culture shock

(affective, behavioral and cognitive) proposed by Ward (2001). The research results showed that there was no relationship between culture shock to the achievement of foreign students from Malaysia in Faculty of Medicine, University of North Sumatra. But from the analysis of additional data on long settled in the field, it is known that there is a significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived less than a year and there is no significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived more than one year.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima mahasiswa asing untuk menempuh pendidikan tinggi di Indonesia. Mayoritas mahasiswa asing yang belajar di Indonesia adalah dari negara Malaysia (Aje, 2011). Salah satu kota di Indonesia yang menerima mahasiswa asing asal Malaysia untuk menempuh pendidikan tinggi yaitu kota Medan. Menurut Amir (1993), dalam thesisnya yang berjudul Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke

Pengajian Tinggi di Medan-Indonesia, ditemukan bahwa terdapat delapan faktor

yang mendorong pelajar Malaysia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota Medan yaitu karena kemauan sendiri, ada bidang pelajaran yang diminati, jarak Indonesia yang dekat dengan Malaysia, dorongan ibu bapa/penjaga, mudah memahami bahasa, membantu ibu bapa/penjaga selepas tamat, ijazah perguruan tinggi Indonesia diakui dan biaya kuliah di Indonesia lebih rendah. Sedangkan menurut Ward (2001), salah satu alasan mahasiswa belajar ke luar negeri adalah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

(17)

Tabel 1.

Jumlah Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran dari Tahun 2009-2011 No Mahasiswa Asing Asal Malaysia

Angkatan Jumlah

1 2009 114

2 2010 125

3 2011 156

Jumlah 395

Sumber: Bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Seperti yang terlihat di Tabel 1, jumlah mahasiswa asing asal Malaysia mengalami peningkatan dari 114 mahasiswa di tahun 2009 menjadi 125 mahasiswa di tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi 156 mahasiswa di tahun 2011. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sumatera Utara masuk dengan dua jalur yaitu Mandiri Internasional dan International-Allianze College of Medical Sciences (INT-ACMS). Jalur Mandiri Internasional merupakan jalur dimana seluruh proses perkuliahan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedangkan jalur INT-ACMS merupakan jalur masuk dimana proses perkuliahan semester I-VI dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan semester VII-VIII dan Kepaniteraan Klinik (Profesi Dokter) di Malaysia (Aje, 2011).

(18)

Indeks Prestasi Semester (IPS) merupakan penilaian yang dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil, sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yaitu penilaian indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester awal sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. Kriteria hasil penilaian IPK digolongkan dalam empat kriteria yaitu 0.00-1.99 (tidak memuaskan), 2.00-2.75 (memuaskan), 2.76-3.50 (sangat memuaskan) dan 3.51-4.00 (cumlaude/dengan pujian).

Berikut gambaran kondisi prestasi belajar mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.

Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2009 Kriteria IP Semester 1 Semester 2 Semester 3 Semester 4 Semester 5

0.00 – 1.99 10 26 11 16 6

2.00 – 2.75 88 80 82 65 65

2.76 – 3.50 19 11 24 33 42

3.51 – 4.00 1 0 0 2 1

Total Mahasiswa 118 117 117 116 114

(19)

mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 menurun menjadi 6 mahasiswa dan 2.00-2.75 menurun menjadi 65 mahasiswa.

Kondisi diatas juga terjadi pada mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2010 di Fakultas Kedokteran USU yang terlihat pada data di Tabel 3.

Tabel 3.

Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2010 Kriteria IP Semester 1 Semester 2 Semester 3

0.00 – 1.99 75 36 53

2.00 – 2.75 43 74 60

2.76 – 3.50 9 13 12

3.51 – 4.00 0 4 0

Total Mahasiswa 127 127 125

Sumber: Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 3 pada semester 1 tidak ada mahasiswa yang tepat memperoleh indeks prestasi 3.51-4.00 dan hanya 9 (7.08%) yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 pada semester awal cenderung sangat sedikit. Sedangkan mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 (75 mahasiswa) dan 2.00-2.75 (43 mahasiswa) cenderung banyak. Dari data diatas juga memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 dan 2.00-2.75 pada semester pertama dari mahasiswa asing angkatan 2009. Minimnya mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50 dan 3.51-4.00 di semester pertama, tentunya dapat terjadi karena adanya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu salah satunya adanya pengaruh psikologis dan fisik.

(20)

tetapi kondisi dengan intensitas sedemikian tinggi sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar.

Gangguan kondisi fisik dan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh pengalaman lintas budaya. Menurut Parillo (2008), perbedaan-perbedaan budaya di lingkungan baru diketahui dapat mempengaruhi psikologis dan fisik individu. Secara psikologis, individu akan merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, sedih, keliru dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru bahkan dapat mengalami perubahan persepsi, etnis, dan nilai-nilai pada individu akibat kontak budaya (Ward, 2001). Sedangkan pengaruh fisik yang terjadi menurut Samovar (2010) yaitu dapat berupa gangguan lambung dan sakit kepala.

Gangguan tersebut merupakan dampak dari proses penyesuaian diri individu dalam beradaptasi di lingkungan barunya (Pedersen, 1993). Menurut Martin (2008), perasaan disorientasi dan tidak nyaman yang relatif dalam jangka pendek karena disebabkan oleh lingkungan sekitar yang tidak familiar dan hilangnya isyarat yang familiar dalam lingkungan disebut dengan culture shock.

Reaksi culture shock bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan dapat muncul pada waktu yang berbeda pula (Samovar, 2010). Reaksi-reaksi tersebut meliputi individu merasa benci pada lingkungan barunya, mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, mengalami gangguan lambung dan sakit kepala, rindu negara asalnya (homesick), rindu pada teman dan keluarganya, merasa kehilangan status dan pengaruh, menarik diri dan menganggap orang-orang dalam budaya baru tidak peka.

Senada dengan Samovar, Ward (2001) mengatakan culture shock terdiri dari tiga dimensi yang disebut dengan ABCs of Culture Shock yaitu affectively,

behaviorally dan cognitively. Dimensi yang pertama yaitu affectively, merupakan

(21)

mengembangkan keterampilan sosialnya. Sehingga bila individu kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial yang relevan di budaya lokal maka ia akan mengalami kesulitan dalam memulai dan mempertahankan hubungan harmonis di lingkungan barunya. Sedangkan yang ketiga yaitu cognitively, merupakan hasil keadaan dari affectively dan behaviorly yang menghasilkan perubahan dalam persepsi individu, identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya. Hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka dan orang lain dan apakah mereka akan mengubah pandangan mereka atau salah satu pihak akan dipengaruhi untuk mengubah pandangan mereka sebagai akibat kontak budaya.

Dari hasil observasi dan wawancara prapenelitian dengan mahasiswa asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara, beberapa mahasiswa asal Malaysia mengaku mengalami kesulitan dalam beradaptasi secara budaya, beberapanya dalam hal bahasa dan sosialisasi yang mana menyebabkan individu mengalami rasa bingung, cemas, sedih, kurang mengerti dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru serta masalah perbedaan makanan yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kondisi ini mempengaruhi interaksi mahasiswa asing asal Malaysia ketika proses belajar di Universitas Sumatera Utara. Hal Ini diakui oleh F, mahasiswa asal Malaysia berlatarbelakang suku Melayu, yang telah menetap di Medan selama 4 bulan:

“Pertama dateng ke Indonesia rasanya nervous lah.. Bahase juge masih

belum lancer lagi berbicare.. Saya tidak bisa berbahasa indon, jadi orang

semua tak pahem ape yang saye tanye...jadi memang keseorangan... Klo ma

dosen, ga berani nanye..takut nanti dosen ga paham yang mau di tanye..

Makanan disini juga pedas-pedas, kue pun pakai sambal, seringnya sakit

perut jadinye saya makan indomie.. Lama disini juge terase sedihlah karena

jauh dari keluarga.. Sering homesick tiap malem... Di kampus kadang

sering kesal bile kawan dia janji mau duduk duet tibe dia gak datang suruh

titip absen, rasanye marah.

(22)

Hal serupa juga dialami oleh R, mahasiswa asing asal Malaysia yang memiliki latar belakang suku Tamil dan telah tinggal di Medan selama 1 tahun:

“....klo waktu kuliah, seringnya di pelajaran semua dalam bahasa

Indonesia, kite ingetkan bahwa semuanya dalam bahasa inggris tapi tetap

saja diskusinya dalam bahasa Indonesia jadi pertama kalinya kami merasa

kesulitan dalam pelajaran sehingga nilai kami jelek-jelek kali pula

semua..dapat C atau C+ karena kite kan kesulitan dalam bahasa, tapi saya

berusaha sehingga nilai-nilai saya pun membaik di semester berikutnya..

masalah makanan juga yang membuat saya tidak nyaman, kami kan

makanannya beda, jadi seringnye kami diare jadinye kami pilih-pilih

tempat.. proses imigrasi juga ada masalah, mengenai ERP dan MERP untuk

bolak-balik ke Malaysia.. seringnya proses pengurusannya lambat dan

dimahalin..”

(Komunikasi interpersonal, 14 November 2011)

Mahasiswa Malaysia diatas terlihat mengalami kesulitan dalam menghadapi perbedaan bahasa dalam proses belajar, serta kesulitan beradaptasi dengan perbedaan makanan dan pengurusan imigrasi yang dapat mengganggu waktu kuliah. Selain itu N, mahasiswa Malaysia, yang telah berada di Medan selama 3 tahun mengatakan:

“...mula-mula saya datang kan ada masalah juga terutama makanan, makanan disini agak pedas kan jadi ada juga masalah diare tapi sekarang

uda bisa imunlah dengan makanan.. Trus juge bahase, ga mengerti sebab

kuliah dalam bahasa Indonesia. Meski bahasa Inggris pun ditekankan juga

dan buku-buku referensinya dalam bahasa Inggris pun ada, tapi dalem

tutorial itukan umumnya harus dalam bahasa Indonesia, jadi masa pertama

kali itu ga begitu lancar agak tersendat-sendat gitu, nilaipun jadi

berpengaruh. Mulanye memang dapat IP 2.65 di semester awal tapi

selanjutnya bisa la membaik di semester berikutnya jadi 3.07, 2.89, 3.1,

(23)

fasih, saya dapatkan belajar dari teman-teman sekelas, dapatkan

pengetahuan dari mereka bagaimana bahasa..klo lepas belajar dari mereka

kan klo saya omong ma mereka kan udah bisa..”

(Komunikasi interpersonal, 01 Desember 2011)

Dari pernyataan yang dipaparkan, N terlihat awalnya mengalami kesulitan karena perbedaan makanan yang menyebabkan N mengalami gangguan lambung dan bahasa yang dianggapnya mempengaruhi kelancaran prestasi akademik serta sosialisasinya.

Dari data juga ditemukan bahwa dari tahun 2009 hingga 2011 terdapat 6 mahasiswa asing yang berhenti atau keluar dari Universitas karena minimnya kehadiran di ruang perkuliahan dan nilai akademik yang rendah. Menurut Jochems, dkk (1997), salah satu sumber signifikan masalah akademik pada mahasiswa asing karena keterbatasan dalam kemampuan berbahasa (dalam Ward, 2001). Sedangkan Kontjaraningrat (2011) menyatakan bahwa masalah budaya merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa asing. Sejalan dengan Kontjaraningrat, Ward (2001) juga menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat secara budaya dapat menimbulkan kehidupan personal dan profesional individu tersebut menjadi tidak efektif, seperti mahasiswa asing yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa perbedaan budaya dapat mempengaruhi fisik dan psikologis individu yang menyebabkan individu mengalami culture

shock. Hal ini dapat membuat individu mengalami kesulitan dalam proses

(24)

I.B. Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara?

I.C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.

I.D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya kajian empiris dalam ilmu Psikologi Sosial mengenai hubungan

culture shock dengan prestasi belajar yang dialami oleh mahasiswa asing di

Universitas Sumatera Utara.

b. Dapat dijadikan sebagai kajian oleh peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti lebih lanjut mengenai culture shock dalam bidang organisasi, pendidikan dan lain-lain.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan gambaran pada pihak Malaysia mengenai hubungan culture shock dengan prestasi belajar mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sehingga dapat memfasilitasi adaptasi akademik dan budaya para mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya lokal.

b. Pada pihak universitas, penelitian ini memberikan gambaran mengenai hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara yang telah menetap satu tahun sehingga dapat memfasilitasi proses adaptasi yang terjadi.

I.E. Sistematika Penulisan

(25)

Terdiri dari latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Memuat teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian, yaitu: teori tentang prestasi belajar, culture shock dan tentang mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan metode penelitian kuantitatif yang akan digunakan antara lain meliputi: identifikasi variabel, defenisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur dan metode analisa data. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan tentang analisa data dan pembahasannya yang dikaitkan dengan teori yang ada.

Bab V Kesimpulan dan Saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Prestasi Belajar

II.A.1. Definisi Prestasi Belajar

Dess (dalam Suryabrata, 2002) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang didapat dari aktivitas belajarnya. Selanjutnya Sudjana (1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya. Sementara Gage dan Berliner (1984) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dicapai dan merupakan hasil dari proses belajar. Sedangkan menurut Winkel (2000), prestasi belajar merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dan kemudian dinilai dari apa yang sudah dikerjakan atau apa yang sudah diusahakan dalam aktivitas belajar dalam bentuk nilai.

II.A.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri, menurut H.C. Witherington dan Lee J Cronbach Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi yang mempengaruhi prestasi belajar individu yaitu:

1. Keadaan fisik

(27)

pencernaan, dan lainnya. Badan yang kurang sehat sudah cukup menganggu aktivitas belajar, apabila sampai jatuh sakit maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti.

2. Keadaan psikis

Proses belajar banyak berhubungan dengan aktivitas jiwa dengan kata lain faktor-faktor psikis memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Perhatian

Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang dilakukan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, perhatian bisa dibedakan menjadi dua yaitu perhatian intensif dan tidak intensif. Makin intensif perhatian belajar maka makin berhasillah belajar, oleh karenanya materi dan penyampaian sebaiknya mampu menimbulkan perhatian yang intensif.

Dilihat dari cara timbulnya, perhatian bisa dibedakan menjadi perhatian spontan dan perhatian reflektif. Perhatian spontan timbul seakan-akan tanpa sengaja serta berlangsung lebih lama dan intensif, sedangkan perhatian reflektif timbul karena usaha. Bila dipandang dari luas obyeknya, perhatian bisa dibagi menjadi perhatian konsentratif dan perhatian distributif. Pengajar mempunyai tugas mengatur lingkungan atau kelas sedemikian rupa sehingga memungkinkan meningkatnya perhatian konsentratif dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Satu hal penting lainnya dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aktivitas belajar adalah hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteks dan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu, kegemaran, pekerjaan, keahlian dan sejarah hidup serta kelompoknya.

(28)

Faktor kognitif dipengaruhi oleh daya pengamatan, tanggapan dan fantasi, ingatan dan berpikir individu. Melalui pengamatan, individu dapat melihat, mendengar, membau, mencecap dan meraba untuk mengenal dunia seperti dalam teori aliran Gestalt yang menyatakan bahwa panca indera adalah gerbang ilmu pengetahuan yang penting dan mutlak mempunyai pengaruh terhadap belajar. Kedua yaitu daya tanggap dan fantasi individu. Daya tanggap merupakan bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Sedangkan fantasi merupakan daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan tanggapan-tanggapan-tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain, memungkinkan manusia melepaskan diri dari waktu dan tempat serta memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dituju. Dengan fantasi manusia bisa belajar kebudayaan orang dan bangsa lain, bisa belajar sejarah dan bisa belajar mengarang, mencipta, merancang dan sebagainya. Ketiga yaitu ingatan. Ingatan sangat membantu belajar, manusia hampir tidak pernah belajar tanpa bantuan ingatan bahan yang mendahuluinya. Perencanaan ingatan yang baik dapat sangat terbantu dengan pembagian waktu yang tepat, metode yang cocok, pemakaian titian, bagan, ikhtisar dan tabel-tabel. Keempat yaitu berpikir. Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi. Prosesnya adalah diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan pembentukan pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Cepat dan lambatnya berpikir bagi individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar terutama belajar jenis pemecahan masalah.

c. Faktor Afektif

(29)

sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar. Sedangkan keadaan afektif individu yang lebih bersifat tetap bisa disebut sebagai suasana hati yaitu perasaan riang dan perasaan murung. Perasaan riang dapat membantu belajar, sedangkan perasaan murung sangat mengganggu belajar.

d. Faktor Motivasi

Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan disebut sebagai motivasi. Motivasi dikatakan murni bila diri individu ada keinginan yang kuat untuk mencapai hasil belajar itu sendiri.

3.Pengalaman dasar individu

Pendidikan dasar yang mendahului pendidikan tahap tertentu saling terkait. SD menjadi dasar SLTP, SD + SLTP menjadi dasar SMA, SMA menjadi dasar di Perguruan Tinggi. Meskipun individu secara umum memiliki kesehatan fisik yang baik, panca indera mendukung keadaan psikis mulai dari perhatian, ingatan, pikiran dengan dilengkapi motivasi yang murni, namun pengalaman yang mendahuluinya kurang memadai atau tidak mempunyai hubungan yang sejalan maka aktivitas belajar akan membawa hasil yang kurang baik.

II.A.3. Indeks Prestasi

II.A.3.1 Indeks Prestasi Semester

Indeks Prestasi Semester adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008).

(30)

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah II.A.2.2. Indeks Prestasi Kumulatif

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester I sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008). Rumus perhitungannya:

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah

Penggolongan IPK berdasarkan Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara:

IPK 0.00-1.99 : tidak memuaskan IPK 2.00-2.75 : memuaskan

(31)

II.B. Culture Shock

II.B.1. Definisi Culture Shock

Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan oleh Antropologis bernama Kalvero Oberg (1960) (dalam Samovar, 2010). Menurutnya, culture

shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang muncul karena kehilangan semua

lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk di dalamnya cara-cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya bagaimana untuk memberi perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana kita tidak perlu merespon.

Pedersen (1993) mendefinisikan culture shock sebagai proses penyesuaian awal pada lingkungan yang tidak familiar. Sedangkan menurut Gudykunst dan Kim (2003), culture shock adalah reaksi-reaksi yang muncul terhadap situasi dimana individu mengalami keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda, yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas kultural dan menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan.

Samovar (2010) mengatakan bahwa reaksi culture shock bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan dapat muncul pada waktu yang berbeda pula. Reaksi-reaksi yang terjadi yaitu:

1. Benci terhadap lingkungan baru

2. Mengalami disorientasi diri

3. Rasa penolakan

4. Gangguan lambung dan sakit kepala

5. Homesick/rindu pada rumah/ lingkungan lama

6. Rindu pada teman dan keluarga

7. Merasa kehilangan status dan pengaruh

8. Menarik diri

(32)

Dari uraian di atas, culture shock dipandang sebagai reaksi negatif individu ketika menghadapi lingkungan yang tidak familiar. Namun Ward (2001) berpendapat bahwa culture shock merupakan suatu proses aktif dalam menghadapi perubahan saat berada di lingkungan yang tidak familiar. Proses aktif tersebut melibatkan affective, behavior, dan cognitive individu yaitu bagaimana individu tersebut merasa, berperilaku dan berpikir ketika menghadapi pengaruh dari budaya kedua.

Jadi, dari berbagai definisi culture shock yang dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa culture shock merupakan proses reaksi yang terjadi pada individu baik fisik dan psikis yang mempengaruhi bagaimana individu merasa, berperilaku dan berpikir ketika berada di lingkungan yang berbeda.

II.B.2. Dimensi dari Culture Shock

Ward (2001) menyatakan terdapat 3 dimensi dalam culture shock yang disebut dengan ABCs of culture shock, yaitu:

a. Affective

Dimensi ini mencakup perasaan dan emosi yang mana mungkin menjadi positif atau negatif. Individu digambarkan mengalami kebingungan dan merasa kewalahan karena datang ke lingkungan yang tidak familiar. Individu merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, bahkan sedih karena datang ke lingkungan yang tidak familiar.

b. Behavior

(33)

kesulitan dalam memulai dan mempertahankan hubungan harmonis di lingkungan tersebut. Perilaku mereka yang tidak tepat secara budaya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat menyebabkan pelanggaran. Hal itu juga mungkin dapat membuat kehidupan personal dan profesional mereka kurang efektif. Dengan kata lain, individu yang tidak terampil secara budaya akan kurang mungkin mencapai tujuan mereka. Misalnya, mahasiswa luar negeri yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

c. Cognitive

Dimensi ini merupakan hasil keadaan dari affectively dan behaviorly yang menghasilkan perubahan persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya. Ketika terjadi kontak budaya, hilangnya hal-hal yang dianggap benar oleh individu tidak dapat dihindarkan. Misalnya, ketika seseorang dari budaya yang mendominasikan pria menemukan diri mereka berada dalam masyarakat yang mengakui kesetaraan gender, maka dalam diri individu akan terjadi konflik antara dua posisi dalam kognisi baik pada pendatang asing maupun orang lokal yang mana akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka dan orang lain, dan apakah mereka akan mengubah pandangan mereka untuk menerima kesetaraan gender tersebut dan apakah salah satu pihak akan dipengaruhi untuk mengubah pandangan mereka sebagai akibat kontak budaya. Pandangan tersebut dapat berupa penafsiran secara fisik, hubungan interpersonal, institusional, peristiwa eksistensial dan spiritual sebagai manifestasi kebudayaan yang mana bervariasi di seluruh budaya. II.B.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Culture Shock

(34)

a. Perbedaan budaya, kualitas, kuantitas dan lamanya culture shock yang dialami individu dipengaruhi oleh tingkat perbedaan budaya antara lingkungan asal dan lingkungan baru individu. Culture shock lebih cepat jika budaya tersebut semakin berbeda, hal ini meliputi sosial, perilaku, adat istiadat, agama, pendidikan, norma dalam masyarakat, dan bahasa. Hal ini sejalan dengan Bochner (2003), yang menyatakan bahwa semakin berbeda kebudayaan antar dua individu yang berinteraksi, semakin sulit kedua induvidu tersebut membangun dan memelihara hubungan yang harmonis.

b. Perbedaan individu, aspek ini merujuk pada perbedaan dalam kepribadian dan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini juga mencakup variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial-ekonomi dan pendidikan.

c. Pengalaman lintas budaya individu sebelumnya, pengalaman individu di masa lampau ketika berada di lingkungan baru memiliki pengaruh kuat pada proses adaptasi yaitu seperti pengalaman bagaimana individu menerima perlakuan dari penduduk lokal.

II.C. Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

II.C.1. Mahasiswa Asing Asal Malaysia

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas di Indonesia yang menerima mahasiswa asing. Fakultas yang melakukan kerja sama menerima mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara, salah satunya adalah Fakultas Kedokteran. Berdasarkan data dari bagian akademik Fakultas Kedokteran USU jumlah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran dari tahun 2009 hingga 2011 berjumlah 395 mahasiswa asing dengan kecenderungan meningkat tiap tahunnya.

(35)

merupakan beberapa fakultas kedokteran di Indonesia yang diakui oleh Malaysian Medical Council (dalam USU, 2011). Mahasiswa asing asal Malaysia yang sedang menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara berasal dari suku Melayu, India, dan Cina dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang beragam.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan para mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran USU, mahasiswa asing suku Cina asal Malaysia terlihat menggunakan bahasa Mandarin dan Inggris. Menurut Verma (2000), bahasa Mandarin merupakan bahasa standar Cina yang digunakan dalam setting publik dan sebagai medium bahasa pengantar dalam sekolah khusus Cina sebagai bahasa pengantar utama baik lisan maupun tulisan (dalam Verma, 2000).

Suku Tamil berdasarkan wawancara peneliti, diketahui lebih menggunakan bahasa Tamil dan Inggris dalam pergaulan mereka kesehariannya. Sedangkan mahasiswa asing asal Malaysia suku Melayu, biasanya menggunakan bahasa Melayu dan Inggris ketika berinteraksi. Kaum wanita suku Melayu asal Malaysia dari observasi peneliti terlihat selalu berpenampilan menggunakan baju kurung dan kerudung yang berhubungan dengan muslim. Sedangkan kaum pria, berpenampilan seperti mahasiswa lainnya tanpa mengenakan kopiah, meski sesungguhnya kaum pria diharapkan mengenakan kopiah (Tsui, 2005).

II.C.2. Faktor-faktor dan Alasan-alasan yang Mendorong Mahasiswa Asal Malaysia Melanjutkan Pendidikan Tinggi di Medan

Berdasarkan hasil penelitian dari Amir (1993) dalam thesisnya yang berjudul Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke

Pengajian Tinggi di Medan-Indonesia, diketahui terdapat 8 faktor utama yang

mendorong pelajar Malaysia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Indonesia, yaitu:

1. Karena kemauan sendiri

(36)

5. Mudah memahami bahasa

6. Membantu ibu bapa/penjaga selepas tamat 7. Ijazah perguruan tinggi Indonesia diakui 8. Biaya kuliah di Indonesia lebih rendah

Sedangkan alasan-alasan utama pelajar Malaysia memilih perguruan tinggi di Indonesia dan tidak ke negara-negara lain yaitu:

1. Situasi di Indonesia hampir sama seperti di Malaysia, yaitu dari segi seperti agama, bahasa, kebudayaan, adat-istiadat, pergaulan masyarakat dan makanan yang didapati situasinya hampir sama dengan yang ada di Malaysia.

2. Masuk ke perguruan tinggi di Indonesia agak longgar. Hal ini karena tersedianya kuota untuk pelajar-pelajar Malaysia melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi negeri di Indonesia, dari segi sijil tidak begitu memerlukan nilai akademik yang tinggi, proses pengurusan surat-surat atau dokumen yang diperlukan lebih mudah dan tidak memerlukan syarat penguasaan bahasa Inggris yang tinggi seperti di luar negara.

3. Kelemahan menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kelemahan pelajar dalam menguasai bahasa Inggris dan Arab adalah merupakan satu alasan mengapa memilih melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di Indonesia.

II.C.3. Masalah-masalah yang di alami pelajar Malaysia sepanjang kuliah di perguruan tinggi Medan

Berdasarkan penelitian dari Amir (1993) dalam thesisnya yang berjudul

Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke Pengajian

Tinggi di Medan-Indonesia, diketahui terdapat 10 masalah utama pelajar Malaysia

melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di Medan Indonesia, yaitu: 1. Pengurusan Visa dan KIMS

2. Meninggalkan pelajaran karena mengurus visa/KIMS 3. Penilaian dosen kurang adil

(37)

6. Tidak sesuai dengan kawan-kawan (daripada Malaysia) 7. Tidak sesuai dengan kawan-kawan (daripada Indonesia) 8. Kurang mantap menguasai bahasa Indonesia

9. Dosen mengajar dalam bahasa Indonesia

10.Urusan administrasi kampus yang menyukarkan

II.D. Hubungan Antara Culture Shock dengan Prestasi Akademik

Mahasiswa asing asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara akan berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini sejalan dengan Pedersen (1993) yang menyatakan bila individu akan tinggal dalam waktu yang lama di lingkungan yang tidak familiar maka ia harus mengatasi dan beradaptasi penuh dengan budaya baru dimana ia tinggal. Proses ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan hingga disorientasi pada individu dikarenakan isyarat atau tanda yang sebelumnya familiar baginya menjadi hilang atau berganti menjadi makna yang berbeda di lingkungan baru. Menurut Martin (2008), perasaan disorientasi dan tidak nyaman yang relatif dalam jangka pendek yang disebabkan oleh lingkungan sekitar yang tidak familiar dan hilangnya isyarat yang familiar dalam lingkungan disebut dengan culture shock.

Ward (2001) menyatakan culture shock terdiri dari tiga dimensi yang disebut dengan ABCs of Culture Shock yaitu affectively, behaviorally dan

cognitively yang merupakan komponen yang menggambarkan bagaimana individu

(38)

Sebagai mahasiswa pengaruh psikologis dan fisik tersebut akan tampak dalam tampilan prestasi belajar. Hal ini ditegaskan oleh Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), yang menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar individu karena daya tahan tubuh yang menurun cukup menganggu aktivitas belajar. Apabila individu sampai jatuh sakit maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti. Sedangkan kondisi psikologis yang meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati bila dalam keadaan stabil dan normal, perasaan sangat menolong individu melakukan kegiatan belajar, tetapi perasaan dengan intensitas sedemikian tinggi sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar.

Pengaruh tersebut juga berlaku pada mahasiswa asing asal Malaysia, yang mana berdasarkan data prestasi belajar, observasi dan wawancara prapenelitian ditemukan bahwa mahasiswa asing asal Malaysia berkemungkinan mengalami

culture shock yang mungkin dapat mempengaruhi prestasi belajar para mahasiswa

asing asal Malaysia. Ward (2001) juga menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat dalam secara budaya dapat menimbulkan kehidupan personal dan profesional individu tersebut menjadi tidak efektif, seperti mahasiswa asing yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa ketika individu menetap sementara di suatu tempat yang tidak familiar baginya, maka individu tersebut mengalami ketidaknyamanan secara psikologis dan fisik karena budaya yang tidak familiar dari tempat asalnya yang berkemungkinan mengalami

culture shock. Hal ini dapat membuat individu mengalami kesulitan dalam proses

belajarnya di Universitas Sumatera Utara terutama dalam prestasi belajar. Sedangkan Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004) mengatakan prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis. Hal inilah yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk meneliti apakah ada hubungan antara culture shock yang terdiri dari dimensi affective, behavioral dan cognitive

(39)

II.E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara”

II.F. Kerangka Berpikir

Keterangan:

Mahasiswa asing asal Malaysia menempuh pendidikan tinggi di USU

mengalami keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda

Culture shock

Mengalami masalah fisik

& psikologis

Ada hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di FK USU

= akibatnya = maka

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena hal ini menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan kesimpulan hasil penelitian. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

III.1 Identifikasi Variabel

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel-variabel yang terlibat adalah:

 Independent variabel : Culture Shock

 Dependen variabel : Prestasi Belajar

III.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini, yaitu:

1. Culture shock

Culture shock merupakan reaksi yang terjadi pada individu baik fisik

dan psikis yang mempengaruhi bagaimana individu merasa, berperilaku dan berpikir ketika berada di lingkungan yang berbeda. Culture shock

(41)

a. Affective yaitu keadaan individu merasa kebingungan, cemas, disorientasi, curiga bahkan sedih karena kehilangan lingkungan dan hubungan sosial yang familiar baginya.

b. Behavior yaitu keadaan individu berupaya mempelajari budaya dan

mengembangkan keterampilan sosial di lingkungan barunya.

c. Cognitive yaitu keadaan individu mengalami perubahan persepsi,

identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya.

Semakin tinggi skor pada skala culture shock ini maka semakin tinggi

culture shock yang dialami individu.

2. Prestasi belajar adalah nilai yang dicapai mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Nilai ini diindikasikan pada Indeks Prestasi Kumulatif. Semakin besar nilai Indeks Prestasi Kumulatif berarti semakin tinggi tingkat prestasi belajar.

III.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel III.3.1 Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama sebagai karakteristik.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sebagian kecil individu dari populasi akan diambil untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang baik atau representatif adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Winarsunu, 2009).

(42)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu subjek yang diambil harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik subjek peneltian ini adalah:

1. Mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2. Mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2009, 2010 dan 2011 3. Tidak dalam masa non aktif

III.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini responden diperoleh melalui incidental sampling. Teknik yang mana tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel karena hanya individu-individu atau grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diteliti (Hadi, 2004).

III.4. Metode Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala dan dokumen.

III.4.1. Skala Culture Shock

Skala adalah alat untuk menghubungkan skor mentah pada aitem tes dengan beberapa definisi teoritis atau distribusi empiris (Kaplan, 2005). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Culture shock. Skala culture

(43)

oleh individu. Terdapat tiga dimensi dari variabel culture shock dalam skala ini, pernyataan favorabel dan tidak favorabel yang masing-masing pernyataan menyediakan empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak sesuai (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapat skor 4, pilihan S akan mendapat skor 3, pilihan TS akan mendapat skor 2, dan pilihan STS akan mendapat 1. Format respon dan aitem dari skala ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karena berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, para mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi sehari-hari. Dalam proses penterjemahan, peneliti menggunakan jasa terjemah dari Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara.

Skala culture shock ini dapat dilihat secara jelas pada tabel kisi-kisi dibawah ini: Tabel 4. Blue Print/Kisi-kisi Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

No Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah

(44)

Skala culture shock ini akan diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan. Uji coba dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala. III.4.2. Dokumen Indeks Prestasi Kumulatif

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester I sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008). Rumus perhitungannya:

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah

III.4.3. Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur ini adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur culture shock ini mengungkap dengan tepat culture shock mahasiswa asing asal Malaysia yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan untuk melihat seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 1999). Karena kedua hal ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur.

(45)

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Azwar, 2010). Skala Culture Shock dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan pada validitas isi (content

validity). Validitas isi biasanya dinilai menggunakan pertimbangan pakar atau

professional judgement (Sukadji, 2000). Melalui konsultasi dengan dosen

pembimbing, akan diperoleh aitem-aitem mana yang layak dan tidak layak untuk diuji coba sebagai alat ukur.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang artinya dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yanng relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2010). Uji reliabilitas ini dalam melihat daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment secara komputasi dengan program SPSS versi 14 for windows. Daya diskriminasi aitem ini merupakan kemampuan aitemdalam membedakan individu yang memiliki culture

shock tinggi, sedang dan rendah. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan

pendekatan konsistensi internal untuk melihat konsistensi jawaban subyek dalam merespon aitem. Reliabilitas akan diestimasi dengan membelah tes menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah aitemnya sehingga setiap bagian berisi satu aitem saja (Azwar, 2010). Menurut Kaplan (2005), koefisien reliabilitas 0.7 sampai 0.8 menunjukkan bahwa reliabilitas alat tes sudah baik. Berdasarkan hal di atas, peneliti memakai batas penentuan reliabilitas dengan nilai 0.7 untuk menyatakan apakah alat tes sudah cukup baik, maka selanjutnya standar reliabilitas yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah alpha > 0.7.

(46)

daya diskriminasi ≥ 0.20 karena daya diskriminasi ini masih dapat dikatakan baik. Menurut Azwar (2010), daya diskriminasi dapat diturunkan apabila jumlah aitem yang lolos dengan daya dikriminasi ≥ 0.30 tidak mencukupi jumlah yang diinginkan maka daya diskriminasi tersebut dapat diturunkan. Tetapi dengan mempertimbangkan bahwa batas penurunan daya diskriminasi tidak disarankan menurunkan batas kriteria di bawah 0.20 maka hal inilah yang menjadi dasar dalam menetapkan batas daya diskriminasi untuk analisis aitem skala ini.

Jumlah aitem yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah 48 butir dan diperoleh 15 aitem yang dianggap valid serta 33 aitem yang gugur. Hasil uji coba menunjukkan bahwa alat tes valid dan realibel. Koefisien alpha dari skala culture

shock pada mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

diperoleh angka 0.703. Distribusi aitem yang valid dapat dilihat dalam tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

No Dimensi Favorabel Unfavorabel Jumlah

1 Affective 2, 5, 7, 12 13 5

2 Behavior 1, 4, 8, 11 10 5

3 Cognitive 3, 6, 9, 15, 14 5

Total 11 4 15

Hasil uji reliabilitas skala untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. III.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

III.5.1 Tahap Penyusunan Alat

(47)

psikologis. Alat ukur tersebut dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu kepada teori ABC’s Culture Shock yang dikemukakan oleh Furnham & Bochner, dkk (2001). Alat ukur ini memiliki tiga dimensi yaitu affective, behavior dan

cognitive.

Tahap penyusunan alat ukur culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia d FK USU, yaitu:

1. Mencari teori dan dimensi-dimensi culture shock yang berkaitan dengan mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dengan fasilitas literatur di perpustakaan dan internet.

2. Mengembangkan teori yang didapat untuk dijadikan sebagai indikator dalam membuat aitem alat ukur, yang akhirnya diperoleh 48 aitem.

3. Mengadakan uji coba alat ukur culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU dengan menyebar 30 skala kepada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Melakukan perhitungan reliabilitas aitem skala culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU. Tujuannya adalah untuk mencari aitem-aitem mana yang valid.

5. Memilih aitem-aitem yang skornya memiliki korelasi yang sama dengan atau di atas r= 0.200.

III.5.2 Tahap Uji Coba Alat

(48)

Uji coba diadakan pada saat para mahasiswa asing telah selesai kuliah atau sedang makan siang. Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan agar dapat diketahui kekurangan-kekurangan alat ukur antara lain: mengetahui aitem-aitem yang ambigu, ataupun yang tidak dipahami oleh subyek penelitian. Selain itu dapat pula diketahui reliabilitas alat ukur sehingga aitem-aitem yang reliabilitasnya rendah tidak perlu dimasukkan sebagai aitem dalam alat ukur.

Setelah dilakukan perhitungan dan membuang aitem-aitem yang reliabilitasnya rendah maka pada skala culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU akhirnya didapat 15 aitem yang valid dengan reliabilitas 0,703.

III.5.3. Tahap Pelaksanaan

Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti akan melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur berupa skala culture shock.

III.5.4. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh hasil skor orientasi nilai pada masing-masing subyek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS for windows 14.0 version.

III.6. Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson

Product-Moment. Alasan peneliti menggunakan analisa ini adalah metode ini

cocok digunakan untuk menghubungkan dua variabel dengan skala ordinal (Azwar, 2010) yaitu hubungan culture shock dengan prestasi belajar. Keseluruhan analisa dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS 14 for

windows.

(49)

apabila koefisien korelasi bergerak dari nilai 0 sampai -1 maka dinyatakan berkorelasi negatif (Sukadji, 2000).

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji

(50)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan interpretasi sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subyek penelitian dan hasil penelitian.

A. GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN

Dari subyek penelitian dengan total 81 orang mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara didapatkan gambaran subyek penelitian menurut lamanya semester, usia, jenis kelamin dan etnis.

A.1. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Studi

Berdasarkan masa studi subyek penelitian maka dapat digambarkan penyebaran subyek seperti terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Studi Masa Studi Frekuensi (F) Persentase (%)

II 44 54,32

IV 29 35,80

VI 8 9,87

Total 81 100

Berdasarkan data di atas, jumlah subyek yang duduk di semester II sebanyak 44 orang (53,32%), di semester IV sebanyak 29 orang (35,80%) dan di semester VI sebanyak 8 orang (9,87%).

A.2. Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar

Tabel 1.  Jumlah Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran dari Tahun 2009-2011
Tabel 4. Blue Print/Kisi-kisi Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing di
Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing asal
Tabel 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Studi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh akan diuraikan dalam pembahasan yaitu untuk menjawab pertanyaan peneliti tentang hubungan pemanfaatan perpustakaan dengan prestasi belajar

culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung. 1.4

Menurut Dembo (2004), academic self-management adalah strategi- strategi yang digunakan pelajar-pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar,

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan negatif antara interaksi sosial dengan culture shock pada mahasiswa luar Jawa di Universitas Sebelas Maret

Proses Interaksi dan Dinamika Komunikasi Mahasiswa Asal Papua di Universitas Sumatera Utara dalam Menghadapi Culture Shock. Medan: Repositori Perpustakaan Departemen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa keperawatan program sarjana Universitas Sumatera Utara yang

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan negatif antara interaksi sosial dengan culture shock pada mahasiswa luar Jawa di Universitas Sebelas Maret

Pada subskala lingkungan pembelajaran lainnya, persepsi mahasiswa terhadap pencapaian akademik mendapatkan nilai mean 24,5 dengan interpretasi percaya diri, sesuai