• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN HINDU DI BE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN HINDU DI BE"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH SINGKAT EVOLUSI HINDU

1. Sejarah singkat evolusi Hindu dari India ke Indonesia

Agama Hindu berkembang awalnya di lembah sungai Sindhu/Indus. Dimana masyarakat di lembah Sungai Sindhu terdiri dari bangsa Arya dan Dravida. Bangsa arya merupakan masyarakat pendatang yang termasuk ras Indo Jerman yang masuk dan menduduki kota Mahenjodaro dan Harappa. Sedangkan bangsa Dravida merupakan penduduk asli yang sebelumnya mendiami wilayah lembah sungai Sindhu/Indus yang kemudian tergeser oleh kedatangan Bangsa Arya. Dalam beberapa dekade kemudian terjadi pembauran antara kebudayaan dan system kepercayaan antara Bangsa Arya dan Dravida. Dari pembauran itu kemudian munculah nama Hindu/Hinduisme. Di lembah sungai inilah para rsi penerima wahyu menyusun dan mengabadikanya dalam bentuk kitab suci yang di sebut Weda. Dari lembah sungai Sindhu ajaran Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yang dibawa oleh para pedagang dan musafir atau para rohaniawan India sehingga sampai ke Indonesia (Nusantara).

2. Sejarah singkat evolusi Hindu di indonesia yang ada di Kalimantan dan peninggalanya

(2)

3. Sejarah singkat evolusi Hindu di Indonesia yang ada di Jawa Barat dan peninggalannya

Perkembangan agama Hindu di Jawa Barat diperkirakan terjadi sekitar abad ke lima masehi, ditandai dengan kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Selain itu ditandai juga dengan penemuan tujuh buah prasasti batu atau Saila Prasasti, diantaranya: Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Pasirawi, Prasasti Tugu, srta Prasati Lebak yang ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta, berbentuk syair yang memberikan keterangan tentang kerajaan Tarumanegara.

Prasasti Ciaruteun menyebutkan bahwa “Purnawarman adalah raja yang gagah berani bagaikan Dewa Wisnu”. Dalam Prasasti Tugu menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman dalam pemerintahannya yang ke 22 menggali sungai Gomati yang panjangnya 12 km dalam waktu 21 hari dan memberikan hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana”.

4. Sejarah singkat evolusi Hindu yang ada di Jawa Timur pada abad ke-8 dan peninggalanya

Keberadaan kerajaan Kanjuruan dapat dipergunakan sebagai salah satu landasan untuk mengetahui perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo merupakan bukti peninggalan sejarah kerajaan kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan tentang perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo ditulis mempergunakan huruf Kawi (Jawa Kuno) dengan bahasa Sansekerta menuliskan angka tahun 760 Masehi. Dikisahkan bahwa dalam abad ke 8 kerajaan yang berpusat di kanjuruan bernama dewa Simha. Beliau memiliki putra bernama Limwa setelah menggantikan ayahnya sebagai raja bernama Gajayana. Raja Gajayana mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk memuliakan Maha Rsi Agastya. Arca Maha Rsi Agastya pada mulanya terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan arca batu hitam.

(3)

tamu. Dinyatakan bahwa salah satu bentuk bangunan itu yang berasal dari zaman kerajaan Kanjuruan adalah “Candi Badut”. Di dalam candi inilah diketemukan sebuah lingga sebagai perwujudan dari dewa Siwa. Di dalam prasasti Dinoyo juga dituliskan tentang perjalanan Maha Rsi Agastya dari India menuju Indonesia untuk menyebarkan dan mengajarkan agama Hindu.

Selanjutnya perkembangan agama Hindu di Jawa Timur dapat diketahui dari berdirinya Dinasti Isyanawangsa yang berkuasa tahun 929-947 Masehi. Dinasti ini diperintah oleh Mpu Sindok, yang mempergunakan gelar “Isyana Tunggawijaya”. Isyana Tunggawijaya berarti raja yang memuliakan pemujaan kehadapan Dewa Siwa. Setelah kekuasaan Isyana Tunggawijaya berakhir berkuasalah raja Airlangga yang memerintah sampai tahun 1049 Masehi. Beliau bergelar “Cri Maharaja Rake Halu Cri Lokecwara

Dharmawangca Airlangga Anantawikramottungga Dewa” yang dinobatkan oleh pendeta

Siwa dan Budha. Raja Airlangga setelah mengundurkan diri dari tahtanya beliau wafat tahun 1049 Masehi dan dimakamkan di candi Belahan. Airlangga diwujudkan sebagai Dewa Wisnu dengan arca Wisnu duduk di atas garuda.

Banyak karya sastra bernafaskan ajaran agama Hindu diterbitkan pada zaman Dharmawangsa, diantaranya kitab Purwadigama yang bersumber pada kitab Menawa Dharmasastra. Sedangkan kitab Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, Sutasoma, dan yang lainnya muncul pada zaman Majapahit. Pada zaman ini juga dibangun berbagai macam candi seperti candi penataran di Blitar. Berdasarkan petunjuk peninggalan sejarah seperti tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur sangat subur dan harmonis.

5. Sejarah singkat evolusi Hindu yang ada di Bali dan peninggalanya

Keberadaan agama Hindu di Bali merupakan kelanjutan dari Agama Hindu yang berkembang di Jawa. Agama Hindu yang datang ke Bali disertai oleh agama Budha. Setelah di Bali kedua agama tersebut berakulturasi dengan harmonis dan damai. Kejadian ini sering disebut dengan sinkritisme Ciwa-Budha. Disekitar zaman prasejarah sebelum pengaruh Hindu berkembang di Bali masyarakatnya telah mengenal system kepercayaan dan pemujaan.

(4)

b. Sistem penguburan yang mempergunakan sarkopagus (peti mayat). c. Kepercayaan adanya alam sekala dan niskala.

d. Kepercayaan adanya penjelmaan (Punarbhawa).

e. Kepercayaan bahwa roh nenek moyang orang bersangkutan dapat setiap saat memberi perlindungan petunjuk, sinar dan tuntunan rohani kepada generasinya.

Setelah datangnya Maha Rsi Markhandeya di Bali pola kepercayaan yang sederhana ini kembali disempurnakan. Keterangan tentang Maha Rsi Markhandeya menyebarkan pengaruh Hindu di Bali dapat diketahui melalui kitab Markhandeya Purana. Kitab tersebut menyatakan bahwa untuk pertama kalinya pengaruh Hindu di Bali disebarkan oleh maha Rsi Markhandeya. Beliau datang ke Bali diperkirakan sekitar abad ke 4-5 Masehi melalui gunung Semeru (Jawa Timur) menuju daerah Gunung Agung (Tolangkir) dengan tujuan hendak membangun asrama atau penataran. Kedatangan beliau untuk pertama kalinya diikuti oleh 400 orang pengiring, namun dikisahkan kurang berhasil. Setelah pulang ke Jawa beliau kembali datang ke Bali dengan pengiring sebanyak 2000 orang. Kedatangan beliau yang ke dua ini berhasil menanam panca datu di kaki gunung agung (Besakih) sekarang. Selama menetap di Bali Maha Rsi Markhandeya secara berangsur-angsur mulai meningkatkan kepercayaan masyarakat Bali.

a. Masyarakat Bali mulai diajarkan melakukan pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

b. Pada saat itu pula mulai dikenal tentang daerah Bali.

c. Pura Besakih mulai dibangun dan difungsikan sebagai tempat memuja Sang Hyang Widhi Wasa guna memohon keselamatan umatnya.

d. Warna merah dan putih mulai dipergunakan sebagai ider-ider atau umbul-umbul di tempat suci.

e. Upacara bebali untuk keselamatan binatang dan peternakan ditetapkan pada tumpek kandang yaitu hari Sabtu, Kliwon Uye.

(5)

a. Mengajarkan tentang bebali dalam bentuk seni yang mengandung makna simbolis dan suci.

b. Mengajarkan orang-orang Bali Aga menjadi orang-orang suci untuk Pura Kahyangan, seperti Pemangku, Jro Gede, Jro Prawayah, dan Jro Kebayan. Untuk menjadikan diri orang bersangkutan suci diajarkan pula tentang tata cara melakukan tapa, brata, yoga dan semadhi.

c. Mpu Sang Kulputih juga mengajarkan masyarakat untuk melaksanakan hari-hari suci seperti Galungan, Kuningan, Sugian, Pagerwesi, Tumpek dan yang lainnya. Disamping itu juga mengajarkan tentang cara membuat arca lingga dari kayu, logam, atau uang kepeng sebagai perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya.

Pada masa pemerintahan raja Marakatta Pangkaja Sthanottunggadewa tahun 944-948 caka (1022-1026 Masehi) datanglah Mpu Kuturan ke Bali. Setibanya di Bali Mpu Kuturan membangun asrama di Padangbai (Pura Silayukti) sekarang. Oleh beliau masyarakat Bali diajarkan tentang Silakrama, filsafat tentang makrokosmos dan mikrokosmos, Sang Hyang Widhi, Jiwatman, Kharmaphala, Wali dan Wewalen. Beliau juga mengajarkan tentang Kusuma Dewa, Widhi Sastra, Sangkara Yoga, dan tata cara membangun kahyangan atau bangunan suci lainnya. Bangunan suci yang ada sampai sekarang dibangun menurut ajaran beliau adalah :

a. Sanggah Kemulan, Taksu dan Tugu untuk setiap rumah tangga dalam satu pekarangan.

b. Sanggah pamrajan yang terdiri dari Surya, Meru, Gedong, Kemulan, Taksu, Pelinggih Pengayatan Sad Kahyangan, dan Paibon serta lainnya untuk penyungsungan lebih dari satu kepala keluarga atau pekarangan.

c. Pura Dadiya, Pemaksan, Panti dan yang lainnya, yang penyungsungnya lebih dari satu satu paibon atau pemerajan.

d. Kahyangan tiga (Pura Puseh, Bale Agung, dan Dalem) sebagai tempat memuja Tri Murti dibangun pada setiap Desa Pekraman atau adat.

(6)

Pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong yang berkedudukan di Gelgel tahun 1470-1550 Masehi datanglah Dang Hyang Dwijendra di Bali. Beliau juga disebut Dang Hyang Niratha. Kedatangan beliau di Bali melalui Blambangan-Banyuwangi, mengarungi segara rupek (selat Bali) dan sampailah di desa Pulaki. Pengetahuan yang diajarkan Dang hyang Niratha kepada raja dan masyarakat Bali seperti :

a. Ilmu tentang pemerintahan

b. Ilmu tentang peperangan (Dharmayuddha)

c. Pengetahuan tentang smaragama (cumbwana karma) ajaran tentang pertemuan smara laki dan perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Jejak hindu-Budha dalam kepercayaan suku Pakpak…….... Hambatan dan tantangan Dalam Perkembangan Islam

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kurnia Maha (cucu Raja Koser Maha), 33 pemerintahan Raja Koser Maha tetap mendapat pengawasan yang ketat dari pemerintah

Peran Raja Koser maha yang paling penting dalam masuk dan berkembangnya Islam di Dairi adalah dengan cara pengIslaman keluarga kerajaan walaupun belum berkhitan yang

Awal mula masuknya agama Hindu ke Pulau Lombok pertama kali dibawa oleh Kerajaan Hindu- Majapahit dari Jawa Timur, masuk ke Pulau Lombok pada abad ke-7 dan

Permasalahan yang terjadi mulai dari anggapan dari etnis Muslim Melayu yang dulunya merupakan warga Kerajaan Pattani bahwa pemerintahan Siam yang sekarang Thailand

Perkembangan agama Hindu di Jawa Timur masa pemerintahan Raja Airlangga diperoleh dari berita prasasti Pucangan Sansekerta 959 S, yang memuat informasi bahwa

Raja-raja Mesir Kuno pada periode Kerajaan Lama, Dinasti Kelima antara lain sebagai berikut: Pertama, Userkap yang berkuasa dari tahun 2498 SM sampai dengan 2491 SM.. Keenam adalah

Sejak terjadinya kudeta pada bulan Juli 1968, Partai Baath menjadi partai tunggal yang berkuasa di Irak dipimpin oleh Hassan al-Bakr dan Saddam Hussein sebagai wakilnya.