• Tidak ada hasil yang ditemukan

Relasi Horizontal dan Vertikal Karang Ta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Relasi Horizontal dan Vertikal Karang Ta"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Relasi Horizontal dan Vertikal Karang Taruna dengan

Pemerintahan Desa dalam proses Perumusan dan

Implementasi Kebijakan

(Studi Kasus Karang Taruna Dipo Ratna Muda Guwosari, Bantul, DI Yogyakarta)

Disusun Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil 2017/2018 Mata Kuliah : Politik dan Pemerintahan Desa

Anggota kelompok:

A Naufal Azizi 15/384251/SP/26963 Fauziah Putri Septiana 14/365821/SP/26324

Hamzah 14/365231/SP/26268

M Ikhlasul Affa 15/384270/SP/26982 Mawaddatush Sholiha 15/384274/SP/26986 Oktafia Kusma Sari 15/384280/SP/26992

DEPARTEMEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat masing-masing

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia1. Dimana dari definisi tersebut, Pemerintahan Desa yang dipimpin oleh kepala

desa dan jajarannya mendapatkan fungsi mengatur desa berdasarkan potensi yang ada

pada desanya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan

Peraturan Pemerintah no 72 tahun 2005 tentang Desa, kepala desa dibantu oleh perangkat

desa dalam menyelenggarakan roda pemerintahan di dalamnya. Perangkat desa yang

dimaksud berdasarkan PP tersebut adalah sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan, dan

unsur kewilayahan. Selain itu, penyelenggaran Pemerintahan Desa juga dibantu oleh

organisasi yang ada pada tingkat desa, organisasi dan tata letak organisasi tersebut dalam

struktur pemerintahan desa diatur dalam peraturan desa.

Hubungan antara pemerintahan desa dengan berbagai organisasi ini juga

dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa Guwosari yang terletak di Kecamatan Pajangan,

Kabupaten Bantul, DIY. Dimana dalam menyelenggarakan roda pemerintahan, Desa

Guwosari dibantu berbagai organisasi seperti Karang Taruna, Lembaga Permusyawaratan

Desa (LPMD), PKK, dan lain sebagainya. Namun, dalam kebanyakan pemerintahan desa,

peran pemuda dalam pengambilan kebijakan seringkali tidak diperhatikan oleh

Pemerintahan Desa. Padahal, pemerintahan desa inilah yang merupakan institusi yang

paling dekat dan langsung bersentuhan dengaan kehidupan masyarakat setempat.

Organisasi pemuda memang seringkali menjadi pasif begitu juga kesempatan

yang diberikan oleh pemerintah desa kepada perangkat pembantunya dalam perumusan

kebijakan semakin menurun. Namun, hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Desa

Guwosari, dimana organisasi pemuda tingkat desa yang diberi nama Karang Taruna Dipo

(3)

Ratna Muda acapkali terlibat dengan pemerintahan desa Guwosari dalam hal perumusan,

penetapan, dan pelaksana kebijakan Desa.

Karang Taruna Dipo Ratna Muda pada akhir tahun 2016 lalu baru saja

memperoleh penghargaan tingkat Nasional sebagai karang taruna terbaik Nasional2.

Kerjasama antara Pemerintah Desa Guwosari dengan Karang Taruna Dipo Ratna Muda

memang cukup intensif. Dimana dalam setiap kebijakan yang ada di Desa Guwosari,

Dipo Ratna Muda dapat dipastikan hasir dalam proses penetapan kebijakan tersebut.

Hubungan harmonis antara Pemerintahan Desa dan Karang Taruna seperti ini cukup

jarang ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian sederhana

ini sejatinya bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola relasi horizontal yang terjalin

antara Pemerintahan Desa Guwosari dengan Karang Taruna Dipo Ratna Muda, dan

saluran apa saja yang digunakan mereka untuk menyampaikan kepentingan warga dalam

hal perumusan kebijakan dan juga pelayanan terhadap warga Guwosari.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana relasi Karang taruna Dipo Ratna Muda dengan Pemerintah Desa

beserta aktor internal desa lainnya?

2. Saluran apa yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dan bagaimana

bekerjaanya saluran tersebut untuk mempengaruhi kebijakan di Desa Guwosari?

Tujuan

1. Untuk mengetahui pola relasi Karang taruna Dipo Ratna Muda dengan

Pemerintah Desa dan aktor supradesa lainnya?

2. Untuk mengetahui saluran yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dan

bagaimana bekerjaanya saluran tersebut untuk mempengaruhi kebijakan di Desa

Guwosari?

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

Desa Guwosari, Kabupaten Bantul, DIY. 1. Struktur Pemerintahan Desa Guwosari

Layaknya pemerintah desa pada umumnya, Desa Guwosari juga memiliki struktur

pemerintahan yang terdiri dari Kepala Desa beserta perangkatnya seperti, sekretaris desa

dan kepala bidang yang berfokus mengelola pelayanan publik tertentu. Kepala desa disini

juga mengayomi kepala-kepala dusun atau padukuhan yang meliputi lingkup wilayah

lebih kecil dibandingkan wilayah desa. Di struktur bayangan terdapat BPD (Badan

Permusyawaratan Desa) yang bertugas mengawasi dan menjadi lembaga penyalur

aspirasi masyarakat desa. Penelitian ini akan fokus pada masa pemerintahan yang sedang

berlangsung, yaitu pada masa pemerintahan Bapak H. Muh. Suharto (2012-2018).

Dari wawancara dengan Pak Suharto, kami menemukan ada beberapa

aktor/lembaga yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan Desa Guwosari. Pak

Suharto mengakui bahwa yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan keputusan

bukan hanya struktur pemerintahan yang sudah dijelaskan di atas, namun di sini Desa

Guwosari melibatkan beberapa lembaga desa, seperti LPMD (Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa), PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), dan Karangtaruna.

Lembaga-lembaga tersebut yang selalu mendampingi dan memberi masukan yang sangat

mempengaruhi arah kebijakan yang akan ditetapkan oleh Desa Guwosari.

2. Karangtaruna Dipo Ratna Muda

Sejarahnya, keaktifan KDRM (Karangtaruna Dipo Ratna Muda) diprakasai

karena nilai sosial yaitu bermula pada bencana gempa 2006 yang mendorong pemuda

desa menanggapi dan mengangani dampak sosial dari bencana tersebut. Diakui sempat

‘mati suri’ pada 2015 dalam keorganisasiannya, perjalanan KDRM sudah memasuki generasi keempat dengan penyegaran kepengurusan selama 3 tahun sekali. Dikutip dari

website diporatnamuda.or.id, KDRM secara general memiliki penjelasan profil organisasi berikut.

(5)

terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Rumusan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Karang Taruna adalah suatu organisasi sosial, perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).

2. Sebagai wadah pengembangan generasi muda, Karang Taruna merupakan tempat diselenggarakannya berbagai upaya atau kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya generasi muda dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM).

3. Karang Taruna tumbuh dan berkembang atas dasar adanya kesadaran terhadap keadaan dan permasalahan di lingkungannya serta adanya tanggung jawab sosial untuk turut berusaha menanganinya. Kesadaran dan tanggung jawab sosial tersebut merupakan modal dasar tumbuh dan berkembangnya Karang Taruna.

4. Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari generasi muda, diurus atau dikelola oleh generasi muda dan untuk kepentingan generasi muda dan masyarakat di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat. Karenanya setiap desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dapat menumbuhkan dan mengembangkan Karang Tarunanya sendiri.

5. Gerakannya di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial berarti bahwa semua upaya program dan kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna ditujukan guna

mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama generasi mudanya.”

Profil KDRM tidak hanya sebatas dengan karakter sosial di atas, dalam aspek

politik dan pemerintahan KDRM memiliki pengaruh penting dalam setiap kebijakan baik

dalam proses penentuan maupun dalam pengimplementasiannya. Pada masa

kepengurusan 2016-2018, KDRM saat ini diketuai oleh Masduki Rahmad, SIP. Hasil

wawancara menjelaskan KDRM adalah salah satu lembaga paling berpengaruh dalam

pengambilan kebijakan di Desa Guwosari. Dapat dilihat dari porsi keterlibatan KDRM

dibandingkan lembaga lainnya, bahwa KDRM memiliki porsi 5-10 orang dari total 60

orang yang terlibat dalam proses penentuan kebijakan. Keterlibatan KDRM porsinya

lebih besar dibandingkan dengan LPMD dan PKK, hal ini dirumuskan dengan dominasi

(6)

3. Program Kerja Karangtaruna Dipo Ratna Muda

Produk-produk kegiatan yang dilakukan oleh KDRM diklasifikasikan dalam 2

kategori, yaitu kegiatan yang bersifat momentum dan kontinuitas. Dikatakan momentum

karena didasari atas isu atau permasalahan sosial yang sedang terjadi saat itu. Advokasi

sosial dilakukan oleh KDRM untuk mengubah dan mempengaruhi pemerintah baik desa

ataupun kabupaten. Ada beberapa advokasi sosial yang pernah dilakukan, seperti:

1. Demo ke Pemerintah Kabupaten Bantul terkait adanya warga pengidap penyakit

jantung bocor yang tidak bisa mengakses dan tidak ter-cover oleh jaminan kesehatan. Akhirnya muncul kebijakan yang mengatur tentang hal tersebut.

2. Tahun 2012, KDRM melakukan demo ke Polres untuk segera mengusut kasus

korupsi yang ada di Desa Guwosari. Atas desakan KDRM tersebut Polres

menindaklanjuti kasus tersebut.

3. Demo terkait kebijakan pembuangan limbah ke sungai oleh pabrik yang ada di

Guwosari. Proses melalui pemdes kemudian ke pemkab dan ke pabrik, hasilnya

pembuangan limbah ke sungai itu sudah dihentikan sejak tahun 2016.

4. Mempengaruhi kebijakan dari tingkat desa sampai ke kabupaten, mengusahakan

hak- hak kaum marjinal yaitu teman-teman difabel yang belum di cover oleh dana desa yang pada akhirnya bisa dianggarkan pada dana desatahun berikutnya.

Selain aktif dalam kegiatan momentum, KDRM juga memiliki peran aktif dalam

kegiatan berkelanjutan dan ini berjalan seiringan dengan program desa yang sudah

disepakati bersama. Musrembangdes adalah agenda politik yang seperti dijelaskan

sebelumnya, KDRM memiliki porsi besar dan secara berkelanjutan aktif berpartisipasi.

Keterlibatan KDRM bukan hanya sekedar berembug bersama menentukan kebijakan

desa, namun juga dilibatkan dalam pengalokasian anggaran desa (APBDes). Tahun 2017

KDRM mendapatkan alokasi dana sebesar 95 juta untuk kegiatan dan operasional rutin.

Kegiatan olahraga dan kepemudaan, perpustakaan dan pelatihan difabel adalah

operasional rutin yang dimaksud. Selain itu pemdes juga menambah anggaran untuk

mengadvokasi pembangunan 5 rumah dan 15 MCK untuk masyarakat tidak mampu yang

masih tinggal di rumah yang tidak layak huni. Kegiatan tersebut bukan hanya untuk

kepentingan internal organisasi KDRM, melainkan kegiatan yang mengadvokasi masalah

(7)

yang tidak berhasil diserap oleh pemerintah sehingga kehadiran KDRM bukanlah hanya

untuk menyerang kebijakan yang dilakukan pemerintah melainkan membantu sekaligus

mensejahterakan masyarakat desa.

Program kerja KDRM di atas dikerangkai atau diatur dalam AD/ART yang

dirumuskan tiap kepengurusannya. Hal-hal yang diatur dalam AD/ART lalu

dikembangkan atau diserahkan ke bidang-bidang kepengurusan, seperti bidang

pendidikan dan pelatihan, lingkungan hidup, olahraga dan seni budaya, ekonomi

produktif dan koperasi, serta bidang lainnya. Dimana bidang-bidang tersebut ditujukan

(8)

PEMBAHASAN

Relasi dan Saluran

Bagaimana sebenarnya hukum positif dan karya-karya ilmiah memandang Karang

Taruna? Tidak banyak yang bisa digali jika membahas secara spesifik tema ‘Karang

Taruna’ itu sendiri. Karena sifat tema tersebut sangat lokal, beberapa bahkan membahas

persoalan sosiologis, antropologis, bahkan psikologis dari Karang Taruna.

Pembahasannya dalam ilmu politik sering kali memetakan Karang Taruna sebagai aktor

minor dalam wacana ideologi politik yang lebih besar; atau dalam skripsi-skripsi

diletakkan sebagai aktor relasional dalam proses tumbuh kembang desa, sebagaimana

akan dibahas dalam bab berikut.

Ada baiknya menengok tinjauan hukum dari keberadaan Karang Taruna.

Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, Karang Taruna hadir dilindungi oleh Peraturan

Menteri Sosial (Permensos) no 77/HUK tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Karang

Taruna. Karang Taruna berposisi di tingkat kelurahan/desa dan termasuk ke dalam

lembaga kemasyarakatan. Mengenai status lembaga kemasyarakatan ini, Karang Taruna

dibantu oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) no 5 tahun 2007 tentang

Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. Secara spesifik, Karang Taruna

didefinisikan sebagai, “wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan

berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.”

Apa saja fungsi pokok dari Karang Taruna? Dalam Permensos 77/2010, diatur

mengenai tugas Karang Taruna untuk melakukan pembinaan terhadap generasi muda dan

kesejahteraan sosial, bersama-sama dengan Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten,

kecamatan, maupun kelurahan/desa. Artinya, menjalin relasi dengan eksekutif daerah

adalah prasyarat menjalankan tugas wajib tersebut. Dari tugas pokok tersebut, diturunkan

menjadi beberapa fungsi agar program Karang Taruna lebih terarah. Di antara

program-program tersebut: pencegahan masalah kesejahteraan sosial, pengembangan ekonomi

(9)

dan tanggung jawab sosial, menjaga kearifan lokal, dan menguatkan nasionalisme.

Ditambah dalam Permendagri 5/2007: pengembangan kreativitas, dan penanggulangan

serta pencegahan masalah-masalah sosial.

Sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, baik Permensos 77/2010 maupun

Pemendagri 5/2007 tidak mengatur sejauh mana wewenang Karang Taruna. Justru, yang

diatur adalah wewenang pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pogram Karang

Taruna. Sehingga, implikasi hukumnya adalah Karang Taruna cenderung cair dan

fleksibel dalam pelaksanaan; menjadikannya kontekstual dan dapat disesuaikan dengan

permasalahan aktual desa yang mengadakan Karang Taruna.

Dalam kasus di Desa Guwosari, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, KDRM

mempunyai historiografi yang cukup unik untuk didedah persoalan relasi dan salurannya.

KDRM turut berperan besar dalam pengembangan desa. Hal itu bahkan diakui oleh

kepala desanya sendiri. Menurut Ketua KDRM yang sedang menjabat, Mas Budi, bahkan

lembaga kemasyarakatan lain yang ada di bawah desa menaruh kepercayaan besar kepada

Karang Taruna untuk menjalankan program-program desa. KDRM juga hadir sebagai

inisiatif di antara birokrasi yang berbelit-belit dan sarat kepentingan. Agar lebih

gamoangnya, ada baiknya mendedah persoalan relasi dan saluran dengan melihat data

wawancara dan contoh kasus berikut ini.

A. Relasi Horizontal dengan Lembaga Kemasyarakatan Lain

Ada banyak sekali lembaga kemasyarakatan di bawah desa. Ada pun yang

disebutkan dalam wawancara, Guwosari sendiri mempunyai Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Desa (LPMD), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Relasi yang terjalin cukup baik, bahkan

anggaran-anggaran dari lembaga kemasyarakatan dialihkan secara sukarela ke KDRM. KDRM

dipercaya karena sumber daya yang besar dan penggeraknya yang cukup proaktif.

Menilik data, dapat disimpulkan tidak ada konflik horizontal yang dilahirkan dari

lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Tanggapan dari pengurus lembaga

kemasyarakatan yang lain bahkan cukup bagus, mengingat kepentingan bersama

masyarakat desa benar-benar diprioritaskan di atas kepentingan lembaga/institusi. Hal ini

dibuktikan dengan keterwakilan KDRM dalam Musyawarah Perencanaan Pengembangan

(10)

B. Relasi Horizontal dengan Masyarakat

KDRM disambut baik oleh masyarakat. Isu-isu yang mereka angkat dan

program-program yang diaksanakan mendapat sambutan antusias dari masyarakat luas. Seperti

penyediaan fasilitas kesehatan, bedah rumah, dan lain-lain. Terlepas dari keanggotaan

muda KDRM: sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, KDRM mendapat

penghormatan yang layak dari warga masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari posisi

KDRM yang menjauhi diri dari politik desa; sebagai sebuah institusi, KDRM diupayakan

selurus-lurusnya berorientasikan pada kemaslahatan bersama.

Masuk pada persoalan rekrutmen. Karang Taruna sendiri diatur keanggotaannya

berdasarkan usia, yaitu usia 13 hingga 45 tahun. Hal itu berdasarkan pada Permensos

77/2010. Adapaun proses rekrutmen sendiri tidak pusing dengan hal-hal seremonial.

Proses rekrutmen berjalan kultural dengan pendekatan per seorangan dan bersifat

kerelawanan. Namun, hal ini tidak menjadikan KDRM sepi peminat. Dari seluruh

wilayah desa, hanya beberapa dusun yang belum membentuk Karang Taruna tingkat

dusun. Akan tetapi, sebagian besar dusun Karang Taruna-nya sudah membawahi

sub-unit; tanda adanya keterlibatan yang besar pada penduduk dengan demografi Karang

Taruna.

C. Relasi Vertikal dengan Aparat Desa

Aparat desa banyak menggunakan KDRM sebagai fasilitator program-program

desa. KDRM sendiri juga mendapat jatah di APBDes sebesar 95 juta rupiah. Dana

tersebut digunakan untuk peningkatan kapasitas, penyelenggaraan Pekan Olahraga (POR)

Desa, pengadaan (koleksi) perpustakaan, program bedah rumah, dan lain-lain. Aparat

desa sendiri menyambut antusias keberadaan KDRM ini. Persoalan yang mungkin

dihadapi, berkaitan dengan poin sebelumnya adalah keterwakilan, yaitu KDRM belum

mampu mencakup seluruh dusun, sistem rekrutmen belum dibikin rigid, sehingga

kepentingan dusun kurang terwakilkan di tingkat desa.

D. Saluran Kepentingan

Saluran-saluran apa saja yang digunakan KDRM untuk melancarkan

program-programnya? Secara garis besar, KDRM mempunyai dan melaksanakan program yang

(11)

formal dan informal. Saluran fomal ialah saluran yang disediakan perangkat desa,

sementara saluran informal lebih kepada saluran yang berangkat dari inisiatif warga.

Saluran formal yang digunakan oleh KDRM adalah rapat musrenbang dan terlibat

dalam penyusunan APBDes. Isu yang baru saja digarap melalui saluran ini adalah isu

fasilitas untuk kaum-kaum difabel yang termarjinalkan. Selain itu, secara konsisten

KDRM mengadvokasikan pengembangan dan penampungan aspirasi generasi muda di

bidang olahraga dan kepemudaan.

Saluran informal yang digunakan KDRM adalah demonstrasi. Tercatat KDRM

telah melakukan demonstrasi di tiga kesempatan dengan isu yang berbeda-beda. Sekali

waktu, KDRM mengorganisir demonstrasi yang menuntut pengadaan fasilitas kesehatan

untuk warga lemah jantung. Isu ini berangkat dari kasus di sekitar mereka, ketika salah

satu warga mengalami kebocoran jantung dan dipersulit pengobatannya. Tuntutan dari

demonstrasi kali pertama ini dikabulkan, dengan ditutupnya pengeluaran menggunakan

jaminan kesehatan. Circa 2012, KDRM juga mengorganisi demostrasi untuk mengusut

kasus korupsi yang sempat terjadi di desa Guwosari. Di kesempatan selanjutnya, KDRM

juga mempermasalahkan kebijakan pembuangan limbah pabrik ke sungai. Berkat aksi

KDRM, limbah pabrik tidak langsung dibuang ke sungai, melainkan diolah dan dialihkan

(12)

PENUTUP

Kesimpulan

Dari paparan di atas, ada tiga hal yang dapat ditarik menjadi benang merah

kesimpulan. Pertama, Karang Taruna Dipo Ratna Muda telah mencapai kematangan organisasi sehingga menjadi institusi kepemudaan yang berperan aktif dalam hal

perumusan, pembuatan, dan pelaksanaan kebijakan di Desa Guwosari, Bantul. Tidak

dapat dipungkiri, hal tersebut tentunya bersumber dari kepercayaan besar yang diberikan

Kepala Desa Guwosari kepada Karang Taruna Dipo Ratna Muda.

Kedua, relasi yang dibangun Karang Taruna dengan lembaga kemasyarakatan lain seperti PKK, LPMD, dan LKMD berjalan baik, terbukti dengan tidak adanya catatan

konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan antar lembaga. Kemudian, relasi yang

dibangun dengan masyarakat setempat juga mencerminkan sikap yang positif, kegiatan

yang dilakukan Karang Taruna selalu melibatkan pemuda dalam setiap prosesnya,

contohnya saja Pekan Olahraga Desa dan Bedah Rumah. Terakhir, yaitu relasi yang

terjalin dengan aparatur desa. Sikap pemerintah desa yang memberikan dana paling

banyak kepada Karang Taruna dibandingkan lembaga kemasyarakatan lain adalah

buktinya. Tidak tanggung-tanggung, uang sebanyak 95 juta rupiah dari desa setiap

tahunnya digelontorkan untuk Karang Taruna guna mengelola dan mengembangkan

potensi anak-anak muda di Desa Guwosari ini.

Ketiga, ada dua saluran yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dalam menyalurkan kepentingan mereka ke dalam pemerintahan desa, yaitu dengan saluran

formal melalui musrenbang dan terlibat dalam penyusunan APBDes. Sedangkan, dalam

saluran non formal, Karang Taruna terlibat aktif dalam beberapa agenda demonstrasi,

salah satunya yaitu dengan terlibat dalam advokasi terkait fasilitas umum bagi

penyandang difabel dan pengusutan kasus korupsi yang sempat terjadi pada

(13)

REFERENSI

Buku

Andromeda, Satria (2014) Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang. Tesis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sawitri, Nurul (2014) Partisipasi Pemuda dalam Program Karang Taruna Desa (Studi pada Pemuda di Dusun Kupang Kidul Desa Kupang Kecamatan Ambarawa). Skripsi Universitas Negeri Semarang

Regulasi

Permensos No. 77 Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna

Permendagri No. 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa

Website

Author, Klaster 8: Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat dan Ketentuan Kekhususan Desa Adat, diakses melalui http://kedesa.id/id_ID/wiki/lembaga-kemasyarakatan-lembaga-desa-adat-dan-ketentuan-kekhususan-desa-adat/

Referensi

Dokumen terkait

Peserta wajib mengenakan pakaian Kemeja warna putih lengan panjang/pendek dengan memakai papan nama dan lencana KORPRI, bawahan celana panjang warna hitam (bukan

Berkaitan dengan inilah, al-Qur'an memberikan petunjuk bagaimana cara berprilaku dan berkomunikasi secara baik dan benar kepada kedua orang tua, terutama sekali,

Karena adanya arus listrik yang lewat dihambat dan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk energi (elektron-elektron terikat senantiasa bergerak dalam orbit

(1) Apabila Rancangan Perda berasal dari DPRD, maka Pimpinan Panitia Khusus memberikan penjelasan atau keterangan atas Rancangan Perda serta tanggapan atas

sesudah diberikan kompres air garam hangat pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Wening Wardoyo Ungaran. Ini juga menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara termasuk

Eksperimen peniruan diarahkan untuk mengetahui proses pemilihan bahan baku, durasi atau lamanya proses produksi, kendala di dalam melakukan produksi, penerapan teknik

Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan kreasi baru motif batik yang mempunyai ciri khas sebagai batik Nusa Tenggara Timur, khususnya di