Relasi Horizontal dan Vertikal Karang Taruna dengan
Pemerintahan Desa dalam proses Perumusan dan
Implementasi Kebijakan
(Studi Kasus Karang Taruna Dipo Ratna Muda Guwosari, Bantul, DI Yogyakarta)
Disusun Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil 2017/2018 Mata Kuliah : Politik dan Pemerintahan Desa
Anggota kelompok:
A Naufal Azizi 15/384251/SP/26963 Fauziah Putri Septiana 14/365821/SP/26324
Hamzah 14/365231/SP/26268
M Ikhlasul Affa 15/384270/SP/26982 Mawaddatush Sholiha 15/384274/SP/26986 Oktafia Kusma Sari 15/384280/SP/26992
DEPARTEMEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat masing-masing
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia1. Dimana dari definisi tersebut, Pemerintahan Desa yang dipimpin oleh kepala
desa dan jajarannya mendapatkan fungsi mengatur desa berdasarkan potensi yang ada
pada desanya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan
Peraturan Pemerintah no 72 tahun 2005 tentang Desa, kepala desa dibantu oleh perangkat
desa dalam menyelenggarakan roda pemerintahan di dalamnya. Perangkat desa yang
dimaksud berdasarkan PP tersebut adalah sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan, dan
unsur kewilayahan. Selain itu, penyelenggaran Pemerintahan Desa juga dibantu oleh
organisasi yang ada pada tingkat desa, organisasi dan tata letak organisasi tersebut dalam
struktur pemerintahan desa diatur dalam peraturan desa.
Hubungan antara pemerintahan desa dengan berbagai organisasi ini juga
dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa Guwosari yang terletak di Kecamatan Pajangan,
Kabupaten Bantul, DIY. Dimana dalam menyelenggarakan roda pemerintahan, Desa
Guwosari dibantu berbagai organisasi seperti Karang Taruna, Lembaga Permusyawaratan
Desa (LPMD), PKK, dan lain sebagainya. Namun, dalam kebanyakan pemerintahan desa,
peran pemuda dalam pengambilan kebijakan seringkali tidak diperhatikan oleh
Pemerintahan Desa. Padahal, pemerintahan desa inilah yang merupakan institusi yang
paling dekat dan langsung bersentuhan dengaan kehidupan masyarakat setempat.
Organisasi pemuda memang seringkali menjadi pasif begitu juga kesempatan
yang diberikan oleh pemerintah desa kepada perangkat pembantunya dalam perumusan
kebijakan semakin menurun. Namun, hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Desa
Guwosari, dimana organisasi pemuda tingkat desa yang diberi nama Karang Taruna Dipo
Ratna Muda acapkali terlibat dengan pemerintahan desa Guwosari dalam hal perumusan,
penetapan, dan pelaksana kebijakan Desa.
Karang Taruna Dipo Ratna Muda pada akhir tahun 2016 lalu baru saja
memperoleh penghargaan tingkat Nasional sebagai karang taruna terbaik Nasional2.
Kerjasama antara Pemerintah Desa Guwosari dengan Karang Taruna Dipo Ratna Muda
memang cukup intensif. Dimana dalam setiap kebijakan yang ada di Desa Guwosari,
Dipo Ratna Muda dapat dipastikan hasir dalam proses penetapan kebijakan tersebut.
Hubungan harmonis antara Pemerintahan Desa dan Karang Taruna seperti ini cukup
jarang ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian sederhana
ini sejatinya bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola relasi horizontal yang terjalin
antara Pemerintahan Desa Guwosari dengan Karang Taruna Dipo Ratna Muda, dan
saluran apa saja yang digunakan mereka untuk menyampaikan kepentingan warga dalam
hal perumusan kebijakan dan juga pelayanan terhadap warga Guwosari.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana relasi Karang taruna Dipo Ratna Muda dengan Pemerintah Desa
beserta aktor internal desa lainnya?
2. Saluran apa yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dan bagaimana
bekerjaanya saluran tersebut untuk mempengaruhi kebijakan di Desa Guwosari?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pola relasi Karang taruna Dipo Ratna Muda dengan
Pemerintah Desa dan aktor supradesa lainnya?
2. Untuk mengetahui saluran yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dan
bagaimana bekerjaanya saluran tersebut untuk mempengaruhi kebijakan di Desa
Guwosari?
TINJAUAN PUSTAKA
Desa Guwosari, Kabupaten Bantul, DIY. 1. Struktur Pemerintahan Desa Guwosari
Layaknya pemerintah desa pada umumnya, Desa Guwosari juga memiliki struktur
pemerintahan yang terdiri dari Kepala Desa beserta perangkatnya seperti, sekretaris desa
dan kepala bidang yang berfokus mengelola pelayanan publik tertentu. Kepala desa disini
juga mengayomi kepala-kepala dusun atau padukuhan yang meliputi lingkup wilayah
lebih kecil dibandingkan wilayah desa. Di struktur bayangan terdapat BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) yang bertugas mengawasi dan menjadi lembaga penyalur
aspirasi masyarakat desa. Penelitian ini akan fokus pada masa pemerintahan yang sedang
berlangsung, yaitu pada masa pemerintahan Bapak H. Muh. Suharto (2012-2018).
Dari wawancara dengan Pak Suharto, kami menemukan ada beberapa
aktor/lembaga yang terlibat aktif dalam pengambilan keputusan Desa Guwosari. Pak
Suharto mengakui bahwa yang mempunyai kewenangan dalam pengambilan keputusan
bukan hanya struktur pemerintahan yang sudah dijelaskan di atas, namun di sini Desa
Guwosari melibatkan beberapa lembaga desa, seperti LPMD (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa), PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), dan Karangtaruna.
Lembaga-lembaga tersebut yang selalu mendampingi dan memberi masukan yang sangat
mempengaruhi arah kebijakan yang akan ditetapkan oleh Desa Guwosari.
2. Karangtaruna Dipo Ratna Muda
Sejarahnya, keaktifan KDRM (Karangtaruna Dipo Ratna Muda) diprakasai
karena nilai sosial yaitu bermula pada bencana gempa 2006 yang mendorong pemuda
desa menanggapi dan mengangani dampak sosial dari bencana tersebut. Diakui sempat
‘mati suri’ pada 2015 dalam keorganisasiannya, perjalanan KDRM sudah memasuki generasi keempat dengan penyegaran kepengurusan selama 3 tahun sekali. Dikutip dari
website diporatnamuda.or.id, KDRM secara general memiliki penjelasan profil organisasi berikut.
terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial. Rumusan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Karang Taruna adalah suatu organisasi sosial, perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS).
2. Sebagai wadah pengembangan generasi muda, Karang Taruna merupakan tempat diselenggarakannya berbagai upaya atau kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya generasi muda dalam rangka pengembangan sumber daya manusia (SDM).
3. Karang Taruna tumbuh dan berkembang atas dasar adanya kesadaran terhadap keadaan dan permasalahan di lingkungannya serta adanya tanggung jawab sosial untuk turut berusaha menanganinya. Kesadaran dan tanggung jawab sosial tersebut merupakan modal dasar tumbuh dan berkembangnya Karang Taruna.
4. Karang Taruna tumbuh dan berkembang dari generasi muda, diurus atau dikelola oleh generasi muda dan untuk kepentingan generasi muda dan masyarakat di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat. Karenanya setiap desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dapat menumbuhkan dan mengembangkan Karang Tarunanya sendiri.
5. Gerakannya di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial berarti bahwa semua upaya program dan kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna ditujukan guna
mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat terutama generasi mudanya.”
Profil KDRM tidak hanya sebatas dengan karakter sosial di atas, dalam aspek
politik dan pemerintahan KDRM memiliki pengaruh penting dalam setiap kebijakan baik
dalam proses penentuan maupun dalam pengimplementasiannya. Pada masa
kepengurusan 2016-2018, KDRM saat ini diketuai oleh Masduki Rahmad, SIP. Hasil
wawancara menjelaskan KDRM adalah salah satu lembaga paling berpengaruh dalam
pengambilan kebijakan di Desa Guwosari. Dapat dilihat dari porsi keterlibatan KDRM
dibandingkan lembaga lainnya, bahwa KDRM memiliki porsi 5-10 orang dari total 60
orang yang terlibat dalam proses penentuan kebijakan. Keterlibatan KDRM porsinya
lebih besar dibandingkan dengan LPMD dan PKK, hal ini dirumuskan dengan dominasi
3. Program Kerja Karangtaruna Dipo Ratna Muda
Produk-produk kegiatan yang dilakukan oleh KDRM diklasifikasikan dalam 2
kategori, yaitu kegiatan yang bersifat momentum dan kontinuitas. Dikatakan momentum
karena didasari atas isu atau permasalahan sosial yang sedang terjadi saat itu. Advokasi
sosial dilakukan oleh KDRM untuk mengubah dan mempengaruhi pemerintah baik desa
ataupun kabupaten. Ada beberapa advokasi sosial yang pernah dilakukan, seperti:
1. Demo ke Pemerintah Kabupaten Bantul terkait adanya warga pengidap penyakit
jantung bocor yang tidak bisa mengakses dan tidak ter-cover oleh jaminan kesehatan. Akhirnya muncul kebijakan yang mengatur tentang hal tersebut.
2. Tahun 2012, KDRM melakukan demo ke Polres untuk segera mengusut kasus
korupsi yang ada di Desa Guwosari. Atas desakan KDRM tersebut Polres
menindaklanjuti kasus tersebut.
3. Demo terkait kebijakan pembuangan limbah ke sungai oleh pabrik yang ada di
Guwosari. Proses melalui pemdes kemudian ke pemkab dan ke pabrik, hasilnya
pembuangan limbah ke sungai itu sudah dihentikan sejak tahun 2016.
4. Mempengaruhi kebijakan dari tingkat desa sampai ke kabupaten, mengusahakan
hak- hak kaum marjinal yaitu teman-teman difabel yang belum di cover oleh dana desa yang pada akhirnya bisa dianggarkan pada dana desatahun berikutnya.
Selain aktif dalam kegiatan momentum, KDRM juga memiliki peran aktif dalam
kegiatan berkelanjutan dan ini berjalan seiringan dengan program desa yang sudah
disepakati bersama. Musrembangdes adalah agenda politik yang seperti dijelaskan
sebelumnya, KDRM memiliki porsi besar dan secara berkelanjutan aktif berpartisipasi.
Keterlibatan KDRM bukan hanya sekedar berembug bersama menentukan kebijakan
desa, namun juga dilibatkan dalam pengalokasian anggaran desa (APBDes). Tahun 2017
KDRM mendapatkan alokasi dana sebesar 95 juta untuk kegiatan dan operasional rutin.
Kegiatan olahraga dan kepemudaan, perpustakaan dan pelatihan difabel adalah
operasional rutin yang dimaksud. Selain itu pemdes juga menambah anggaran untuk
mengadvokasi pembangunan 5 rumah dan 15 MCK untuk masyarakat tidak mampu yang
masih tinggal di rumah yang tidak layak huni. Kegiatan tersebut bukan hanya untuk
kepentingan internal organisasi KDRM, melainkan kegiatan yang mengadvokasi masalah
yang tidak berhasil diserap oleh pemerintah sehingga kehadiran KDRM bukanlah hanya
untuk menyerang kebijakan yang dilakukan pemerintah melainkan membantu sekaligus
mensejahterakan masyarakat desa.
Program kerja KDRM di atas dikerangkai atau diatur dalam AD/ART yang
dirumuskan tiap kepengurusannya. Hal-hal yang diatur dalam AD/ART lalu
dikembangkan atau diserahkan ke bidang-bidang kepengurusan, seperti bidang
pendidikan dan pelatihan, lingkungan hidup, olahraga dan seni budaya, ekonomi
produktif dan koperasi, serta bidang lainnya. Dimana bidang-bidang tersebut ditujukan
PEMBAHASAN
Relasi dan Saluran
Bagaimana sebenarnya hukum positif dan karya-karya ilmiah memandang Karang
Taruna? Tidak banyak yang bisa digali jika membahas secara spesifik tema ‘Karang
Taruna’ itu sendiri. Karena sifat tema tersebut sangat lokal, beberapa bahkan membahas
persoalan sosiologis, antropologis, bahkan psikologis dari Karang Taruna.
Pembahasannya dalam ilmu politik sering kali memetakan Karang Taruna sebagai aktor
minor dalam wacana ideologi politik yang lebih besar; atau dalam skripsi-skripsi
diletakkan sebagai aktor relasional dalam proses tumbuh kembang desa, sebagaimana
akan dibahas dalam bab berikut.
Ada baiknya menengok tinjauan hukum dari keberadaan Karang Taruna.
Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya, Karang Taruna hadir dilindungi oleh Peraturan
Menteri Sosial (Permensos) no 77/HUK tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Karang
Taruna. Karang Taruna berposisi di tingkat kelurahan/desa dan termasuk ke dalam
lembaga kemasyarakatan. Mengenai status lembaga kemasyarakatan ini, Karang Taruna
dibantu oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) no 5 tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. Secara spesifik, Karang Taruna
didefinisikan sebagai, “wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan
berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial, yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial.”
Apa saja fungsi pokok dari Karang Taruna? Dalam Permensos 77/2010, diatur
mengenai tugas Karang Taruna untuk melakukan pembinaan terhadap generasi muda dan
kesejahteraan sosial, bersama-sama dengan Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten,
kecamatan, maupun kelurahan/desa. Artinya, menjalin relasi dengan eksekutif daerah
adalah prasyarat menjalankan tugas wajib tersebut. Dari tugas pokok tersebut, diturunkan
menjadi beberapa fungsi agar program Karang Taruna lebih terarah. Di antara
program-program tersebut: pencegahan masalah kesejahteraan sosial, pengembangan ekonomi
dan tanggung jawab sosial, menjaga kearifan lokal, dan menguatkan nasionalisme.
Ditambah dalam Permendagri 5/2007: pengembangan kreativitas, dan penanggulangan
serta pencegahan masalah-masalah sosial.
Sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, baik Permensos 77/2010 maupun
Pemendagri 5/2007 tidak mengatur sejauh mana wewenang Karang Taruna. Justru, yang
diatur adalah wewenang pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pogram Karang
Taruna. Sehingga, implikasi hukumnya adalah Karang Taruna cenderung cair dan
fleksibel dalam pelaksanaan; menjadikannya kontekstual dan dapat disesuaikan dengan
permasalahan aktual desa yang mengadakan Karang Taruna.
Dalam kasus di Desa Guwosari, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, KDRM
mempunyai historiografi yang cukup unik untuk didedah persoalan relasi dan salurannya.
KDRM turut berperan besar dalam pengembangan desa. Hal itu bahkan diakui oleh
kepala desanya sendiri. Menurut Ketua KDRM yang sedang menjabat, Mas Budi, bahkan
lembaga kemasyarakatan lain yang ada di bawah desa menaruh kepercayaan besar kepada
Karang Taruna untuk menjalankan program-program desa. KDRM juga hadir sebagai
inisiatif di antara birokrasi yang berbelit-belit dan sarat kepentingan. Agar lebih
gamoangnya, ada baiknya mendedah persoalan relasi dan saluran dengan melihat data
wawancara dan contoh kasus berikut ini.
A. Relasi Horizontal dengan Lembaga Kemasyarakatan Lain
Ada banyak sekali lembaga kemasyarakatan di bawah desa. Ada pun yang
disebutkan dalam wawancara, Guwosari sendiri mempunyai Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD), Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Relasi yang terjalin cukup baik, bahkan
anggaran-anggaran dari lembaga kemasyarakatan dialihkan secara sukarela ke KDRM. KDRM
dipercaya karena sumber daya yang besar dan penggeraknya yang cukup proaktif.
Menilik data, dapat disimpulkan tidak ada konflik horizontal yang dilahirkan dari
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Tanggapan dari pengurus lembaga
kemasyarakatan yang lain bahkan cukup bagus, mengingat kepentingan bersama
masyarakat desa benar-benar diprioritaskan di atas kepentingan lembaga/institusi. Hal ini
dibuktikan dengan keterwakilan KDRM dalam Musyawarah Perencanaan Pengembangan
B. Relasi Horizontal dengan Masyarakat
KDRM disambut baik oleh masyarakat. Isu-isu yang mereka angkat dan
program-program yang diaksanakan mendapat sambutan antusias dari masyarakat luas. Seperti
penyediaan fasilitas kesehatan, bedah rumah, dan lain-lain. Terlepas dari keanggotaan
muda KDRM: sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, KDRM mendapat
penghormatan yang layak dari warga masyarakat. Hal ini juga tidak terlepas dari posisi
KDRM yang menjauhi diri dari politik desa; sebagai sebuah institusi, KDRM diupayakan
selurus-lurusnya berorientasikan pada kemaslahatan bersama.
Masuk pada persoalan rekrutmen. Karang Taruna sendiri diatur keanggotaannya
berdasarkan usia, yaitu usia 13 hingga 45 tahun. Hal itu berdasarkan pada Permensos
77/2010. Adapaun proses rekrutmen sendiri tidak pusing dengan hal-hal seremonial.
Proses rekrutmen berjalan kultural dengan pendekatan per seorangan dan bersifat
kerelawanan. Namun, hal ini tidak menjadikan KDRM sepi peminat. Dari seluruh
wilayah desa, hanya beberapa dusun yang belum membentuk Karang Taruna tingkat
dusun. Akan tetapi, sebagian besar dusun Karang Taruna-nya sudah membawahi
sub-unit; tanda adanya keterlibatan yang besar pada penduduk dengan demografi Karang
Taruna.
C. Relasi Vertikal dengan Aparat Desa
Aparat desa banyak menggunakan KDRM sebagai fasilitator program-program
desa. KDRM sendiri juga mendapat jatah di APBDes sebesar 95 juta rupiah. Dana
tersebut digunakan untuk peningkatan kapasitas, penyelenggaraan Pekan Olahraga (POR)
Desa, pengadaan (koleksi) perpustakaan, program bedah rumah, dan lain-lain. Aparat
desa sendiri menyambut antusias keberadaan KDRM ini. Persoalan yang mungkin
dihadapi, berkaitan dengan poin sebelumnya adalah keterwakilan, yaitu KDRM belum
mampu mencakup seluruh dusun, sistem rekrutmen belum dibikin rigid, sehingga
kepentingan dusun kurang terwakilkan di tingkat desa.
D. Saluran Kepentingan
Saluran-saluran apa saja yang digunakan KDRM untuk melancarkan
program-programnya? Secara garis besar, KDRM mempunyai dan melaksanakan program yang
formal dan informal. Saluran fomal ialah saluran yang disediakan perangkat desa,
sementara saluran informal lebih kepada saluran yang berangkat dari inisiatif warga.
Saluran formal yang digunakan oleh KDRM adalah rapat musrenbang dan terlibat
dalam penyusunan APBDes. Isu yang baru saja digarap melalui saluran ini adalah isu
fasilitas untuk kaum-kaum difabel yang termarjinalkan. Selain itu, secara konsisten
KDRM mengadvokasikan pengembangan dan penampungan aspirasi generasi muda di
bidang olahraga dan kepemudaan.
Saluran informal yang digunakan KDRM adalah demonstrasi. Tercatat KDRM
telah melakukan demonstrasi di tiga kesempatan dengan isu yang berbeda-beda. Sekali
waktu, KDRM mengorganisir demonstrasi yang menuntut pengadaan fasilitas kesehatan
untuk warga lemah jantung. Isu ini berangkat dari kasus di sekitar mereka, ketika salah
satu warga mengalami kebocoran jantung dan dipersulit pengobatannya. Tuntutan dari
demonstrasi kali pertama ini dikabulkan, dengan ditutupnya pengeluaran menggunakan
jaminan kesehatan. Circa 2012, KDRM juga mengorganisi demostrasi untuk mengusut
kasus korupsi yang sempat terjadi di desa Guwosari. Di kesempatan selanjutnya, KDRM
juga mempermasalahkan kebijakan pembuangan limbah pabrik ke sungai. Berkat aksi
KDRM, limbah pabrik tidak langsung dibuang ke sungai, melainkan diolah dan dialihkan
PENUTUP
Kesimpulan
Dari paparan di atas, ada tiga hal yang dapat ditarik menjadi benang merah
kesimpulan. Pertama, Karang Taruna Dipo Ratna Muda telah mencapai kematangan organisasi sehingga menjadi institusi kepemudaan yang berperan aktif dalam hal
perumusan, pembuatan, dan pelaksanaan kebijakan di Desa Guwosari, Bantul. Tidak
dapat dipungkiri, hal tersebut tentunya bersumber dari kepercayaan besar yang diberikan
Kepala Desa Guwosari kepada Karang Taruna Dipo Ratna Muda.
Kedua, relasi yang dibangun Karang Taruna dengan lembaga kemasyarakatan lain seperti PKK, LPMD, dan LKMD berjalan baik, terbukti dengan tidak adanya catatan
konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan antar lembaga. Kemudian, relasi yang
dibangun dengan masyarakat setempat juga mencerminkan sikap yang positif, kegiatan
yang dilakukan Karang Taruna selalu melibatkan pemuda dalam setiap prosesnya,
contohnya saja Pekan Olahraga Desa dan Bedah Rumah. Terakhir, yaitu relasi yang
terjalin dengan aparatur desa. Sikap pemerintah desa yang memberikan dana paling
banyak kepada Karang Taruna dibandingkan lembaga kemasyarakatan lain adalah
buktinya. Tidak tanggung-tanggung, uang sebanyak 95 juta rupiah dari desa setiap
tahunnya digelontorkan untuk Karang Taruna guna mengelola dan mengembangkan
potensi anak-anak muda di Desa Guwosari ini.
Ketiga, ada dua saluran yang digunakan Karang Taruna Dipo Ratna Muda dalam menyalurkan kepentingan mereka ke dalam pemerintahan desa, yaitu dengan saluran
formal melalui musrenbang dan terlibat dalam penyusunan APBDes. Sedangkan, dalam
saluran non formal, Karang Taruna terlibat aktif dalam beberapa agenda demonstrasi,
salah satunya yaitu dengan terlibat dalam advokasi terkait fasilitas umum bagi
penyandang difabel dan pengusutan kasus korupsi yang sempat terjadi pada
REFERENSI
Buku
Andromeda, Satria (2014) Hubungan Antara Empati Dengan Perilaku Altruisme Pada Karang Taruna Desa Pakang. Tesis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sawitri, Nurul (2014) Partisipasi Pemuda dalam Program Karang Taruna Desa (Studi pada Pemuda di Dusun Kupang Kidul Desa Kupang Kecamatan Ambarawa). Skripsi Universitas Negeri Semarang
Regulasi
Permensos No. 77 Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna
Permendagri No. 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
Website
Author, Klaster 8: Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Desa Adat dan Ketentuan Kekhususan Desa Adat, diakses melalui http://kedesa.id/id_ID/wiki/lembaga-kemasyarakatan-lembaga-desa-adat-dan-ketentuan-kekhususan-desa-adat/