• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pemimpin Perempuan yang Sukses da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Profil Pemimpin Perempuan yang Sukses da"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Persoalan Kepemimpinan Perempuan

PEREMPUAN PEMIMPIN YANG SUKSES DI BERBAGAI PROFESI: TANTANGAN DAN HARAPAN 1

Trias Setiawati, Dosen FE UII Yogyakarta2 triassetiawati@gmail.com

Abstrak

Paper ini berjudul Perempuan Pemimpin yang Sukses: Tantangan dan Harapan. Paper ini bertujuan untuk (1) Menggambarkan berbagai tantangan yang dihadapi oleh perempuan pemimpin di berbagai profesi kepemimpinan, (2) Memberikan gambaran temuan bahwa ada banyak keberhasilan yang diraih oleh perempuan pemimpin di berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat, (3) Memberikan gambaran mengenai berbagai peluang harapan di masa depan bagi perempuan pemimpin yang ingin mengembangkan karir di berbagai profesi dalam masyarakat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset pustaka.

Paper ini menemukan beberapa hal sebagai berikut: (1) Perempuan pemimpin di berbagi profesi mengalami tantangan dalam pengembanagn karirnya jika perempuan pemimpin tersebut ingin meraih sukses dalam berbagai profesi di masyarakat, seperti tantangan internal yakni dalam diri perempuan sendiri, tantangan eksternal seperti tantangan dari keluarga, tantangan di organisasi dimana yang bersangkutan mengembangkan karirnya dan tantangan dalam masyarakat yang masih kuat budaya patriarkhat. (2) Perempuan pemimpin di berbagai profesi tidak sedikit yang meraih prestasi dalam berbagai profesinya (3) Perempuan pemimpin banyak yang meraih sukses di berbagai profesi meskipun mengalami berbagai tantangan dan kendala, namun ada harapan yang besar untuk berperan dan memberikan sumbangsih pada percaturan dunia yang makmur, sejahtera, aman dan damai.

Keywords: Perempuan Pemimpin, Sukses, Profesi, Tantangan, Hambatan

PENDAHULUAN

Perempuan pemimpin sering menjadi sorotan publik dalam berbagai peristiwa kehidupan masyarakat, baik sorotan positif maupun sorotan negatif. Di satu sisi sorotan positif dipublikasi karena kesukesan dan berbagai hasil positif yang dicapainya dan pengaruhnya pada kesuksesan institusi dimana ia bekerja, atau lembaga yang ia pimpin maupun kesejahteraan masyarakat umum dalam arti luas. Di sisi lain adalah sorotan negative bahwa perempuan pemimpin juga

1 Paper ini akan dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kepemimpinan Perempuan dan Tantangan Global yang

diselenggarakan oleh PSW UN Yogyakarta dan Konsorsium Kepemimpinan Perempuan dalam Pencapaian MDGs, di Yogyakarta pada 18 Desember 2012.

2 Dosen Tetap Yayasan pada Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta sejak

(2)

2

sering disalahkan sedemikian rupa ketika ia masih bertatus single atau belum keluarga, atau kemudian ketika ia tidak memiliki keturunan. Atau ketika anaknya mengalami masalah dalam kehidupannya ataupun ketika suaminya mempunyai ulah yang tidak wajar dalam masyarakat.

Jumlah perempuan di Indonesia dapat dikatakan melebihi separoh dari jumlah penduduknya. Jumlah yang besar sesungguhnya merupakan potensi SDM yang luar biasa, namun akan menjadi tidak bermakna ketika pemerintah dan semua lembaga terkait tidak dapat memberikan program dan peran yang optimal dalam masyarakat. Berbagai masalah yang dihadapi perempuan sejak masalah kemiskinan, kesehatan, kesempatan pendidikan, ketidakadilan gender sehingga masalah-masalah hukum yang dialami perempuan di Indonesia masih mencerminkan lemahnya kerjasama dan koordinasi dari berbagai lembaga yang ada.

Secara individual perempuan memiliki fungsi kesehatan reproduksi yang berbeda dengan laki-laki, hal ini sudah menjadikan suatu keadaan dimana perempuan mesti lebih memahami akan fungsi dan perkembangan tubuhnya sendiri. Dalam keluarga demikian halnya, harapan keluarga pada anak perempuan akan tidak selalu sama dengan harapan keluarga pada anak laki-laki. Masyarakat pun memiliki budaya sendiri mengenai apa yang ideal bagi seorang perempuan dan seorang lelaki di masyarakat. Namun disisi lain peraturan dan hukum serta pranata etika dalam keluarga, di berbagai lembaga, termasuk di berbagai profesi menuntut perempuan untuktampil prima sama dengan primanya seorang laki-laki.

Perempuan pemimpin yang banyak disandang oleh perempuan di Indonesia aalah suatu harapan akan perannya yang optimal sehingga bangsa yang dikenal korup dan cenderung mengalami degradasi moral untuk menjadi bangsa yang maju dan mulia di tengah peracturan Negara-negara terkemuka di masa depan. Berbagai profesi di masyarakat yang disandang oleh perempuan pemimpin memang dapat memberikan nafas lega dan harapan yang optimis akan masa depan Indonesia, meskipun di sana-sini banyak sekali hambatan dan tantangan yang dihadapi perempuan pemimpin.

(3)

3

PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

Setiawati (2008) menemukan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan mengalami kondisi sebagai berikut: (1) Kondisi PNS perempuan masih lebih rendah dibanding PNS laki-laki dalam masalah kepegawaian pada aspek kesejahteraan, kesadaran, akses, dan partisipasi. Meskipun kontrol PNS perempuan lebih besar namun merupakan kontrol yang negatif. Manfaat yang diperoleh PNS perempuan dalam pengembangan karir mereka belum optimal. (2) Masih terdapat pandangan yang diskriminatif, bias dan sterotip pada PNS perempuan sehingga ada perbedaan pandangan antara PNS laki-laki pada hal berikut: perbedaan persyaratan fisik untuk laki-laki dan perempuan untuk menjadi PNS, Perbedaan persyaratan kemampuan akademik untuk laki-laki dan perempuan untuk menjadi PNS, Penempatan PNS di suatu institusi berdasarkan jenis kelamin, Jabatan yang khas untuk laki-laki dan perempuan dalam PNS dan Perbedaan dalam pola pikir kerja antara PNS Laki-laki dan Perempuan. (3) Kondisi PNS perempuan masih mengalami beban ganda yang tinggi dibanding PNS laki-laki dalam masalah tugas domestik kerumahtanggaan pada aspek kesejahteraan, kesadaran, akses, partisipasi dan kontrol. (4) Kondisi PNS perempuan masih mengalami beban ganda yang tinggi dibanding PNS laki-laki dalam masalah tugas domestik mengurus anak pada aspek partisipasi yakni pelaksanaan. Sementara ketika anak sudah SMP keatsa maka aspek kesejahteraan, kesadaran, akses, dan kontrol PNS laki-laki lebih tinggi dibanding PNS perempuan. (5) Kondisi PNS perempuan dalam masalah kesehatan reproduksinya, yakni haid, kehamilan, pemeliharaan kesehatan dan keluarga berencana dapat dikatakan kesejahteraannya tinggi. Namun semakin rendah pada kesadaran, akses dan partisipasinya, dan paling rendah pada kontrol artinya untuk masalah reproduksi diri mereka sendiri PNS perempuan tidak punya kuasa atas dirinya sendiri. (6) Paradigma pembagunan untuk pemberdayaan perempuan masih beragam belum sampai pada kesepahaman dan kesatuan tindak untuk menjadi PUG (pengarusutamaan jender dalam Pembangununan) dimana ada perlakuan khusus untuk memberdayakan perempuan (affirmative

action). (7) Pejabat struktural perempuan memiliki beberapa unsur yang positif yakni : prestasi

(4)

4

karirnya. (8) PNS perempuan memiliki tahap perkembangan karir yang berbeda dengan PNS laki-laki maka perlu pemberdayaan yang proporsional dan adil jender sesuai dengan tahapannya.

Setiawati (2009a) dalam penelitiannya mengenai pejabat structural dalam perspektif gender menemukan bahwa Kebijakan pemerintah daerah yang tercermin dalam berbagai aturan tentang pengangkatan pejabat Struktural sudah berperspektif gender. Namun dalam pelaksanaannya masih terapat bias gender dan ketidakadilan gender. Kinerja pejabat struktural perempuan dan pejabat struktural laki-laki sesungguhnya memiliki hampir semua unsur yang diperlukan untuk menjadi seorang pejabat Struktural, namun sering dipertanyakan keharmonisan rumah tangga dan minat karirnya, suatu hal yang tidak dipertanyakan bagi pejabat struktural laki-laki.

(5)

5

Setiawati (2010a) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa pemimpin perempuan di bidang agama (PPBA) untuk meningkatkan derajad kesehatan reproduksi perempuan (DKRP) memiliki beberapa masalah yakni: (1) Kemampuan yang perlu dimiliki oleh PPBA agar dapat meningkatkannya dalam program adalah adalah pelatihan untuk pelatih, kemampuan kerja sama dengan tim manajemen, pendampingan dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam sosialisasi kespro untuk peningkatan DKRP, Monev untuk perbaikan proses sosialisasi, penyegaran dengan materi komunikasi dan kerjasama. (2) Permasalahan yang diidentifikasi oleh PPBA dalam upaya peningkatan DKRP di masyarakat perempuan adalah pengetahuan yang rendah tentang kespro, adat istiadat dan budaya masyarakat yang mendiskriminasi dan mengakibatkan beratnya perempuan, kerentanan yang dialami perempuan sepanjang masa reproduksinya fungsional, bahkan hingga masa lansianya. (3) Adapun hambatan secara teknis administratif yang dialami PPBA adalah soal pengetahuan kespro dari PPBA yang terbatas, peralatan media sosialisasi, jejaring kerjasama, advokasi anggaran kepada pemerintah, (4) Gaya PPA-MA yang mendukung keberhasilan program DKRP adalah gaya the mother, the pet dan the

sexual object.Sementara gaya the iron maden tak banyak digunakan.

(6)

6

Secara khusus Setiawati (2010b) memberikan rekomendasi untuk pengembangan studi kepemimpinan perempuan adalah perlunya affirmative action pada perempuan pemimpin karena ada ketidakadilan gender yang dialami sehingga ada banyak hal yang harus diberikan kesempatan kepada perempuan pemimpin untuk diberdayakan. Seperti misalnya dalam aspek pejabat sruktural di pemerintahan perlu peningkatan pengetahuan/wawasan melalui berbagai pelatihan seperti pelatihan kepemimpinan (leadership), Pelatihan manajemen Resiko, Pelatihan pengambilan keputusan, Pelatihan komunikasi massa, Studi lanjut. Juga perlu pelatihan untuk pengembangan sikap mental/kepribadian dengan pelatihan Achievement Motivation Training,

Goal setting training, Pelatihan pengembangan kepribadian, Pelatihan pengembangan karir dan

pelatihan sikap lainnya yang mendukung pengembangan karir. Disamping memerlukan penambahan ketrampilan (diklat fungsional) seperti Pelatihan teknologi komunikasi, Pelatihan

software untuk kelancaran kerja, Pelatihan teknis lainnya yang mendukung pengembangan karir.

Pasangan para perempuan pemimpin juga perlu diberi kesempatan untuk di ruang publik pasangannya agar dapat saling memahami dunia kerjanya masing-masing. Secara Institusional di berbagai instiusi sejak dari tingkat pusat sampai daerah perlu mengutamakan peran pemimpin perempuan. Seperti misalnya Pemerintah Daerah perlu membentuk hingga mengefektifkan Badan khusus pemberdayaan perempuan dan berbagai perangkat pendukungnya untuk memberikan peluang yang sama pada perempuan dan laki-laki pemimpin untuk mengeluarkan semua potensinya dalam dunia kerja.

(7)

7

memperbaiki usahanya. (3) Dalam hal masalah ketidakadilan, diketahui bahwa masalah ketidakadilan gender masih dialami oleh pengusaha perempuan, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Semua komponen dalam ketidakadilan gender baik marginalisasi, subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban ganda pernah dialami oleh pengusaha perempuan yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Nugroho dan Setiawati (2012) dalam penelitiannya tentang “Kepemimpinan Perempuan di Organisasi Pemerintah: Studi Kasus Kualitatif Tiga Lurah di Kota Yogyakarta” menemukan bahwa (1) Sifat kepemimpinan perempuan hadir dalam tiap lurah dalam penelitian ini baik the

mother, the pet, the sex object, maupun the iron maiden, namun memang hanya ada satu sifat

yang dominan. Sifat tersebut hadir bukan hanya karena berasal dari diri tiap lurah itu sendiri, melainkan karena adaptasi mereka dengan keadaan dalam lingkungan kerja dan situasi rumah tangga yang mereka jalani. Sifat kepemimpinan ini pun memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap karyawan di masing-masing instansi. (2) Peranan motivasi baik karir maupun motivasi prestasi juga memberikan pengaruh dalam diri perempuan pemimpin. Menjadi pemimpin memang bukan tujuan awal pada tiap diri narasumber. Namun seiring dengan waktu dan fase karir dalam organisasi kepemerintahan membuat mereka memiliki motivasi untuk memperbaiki posisi serta meraih prestasi baik untuk diri sendiri maupun untuk organisasi yang mereka pimpin. (3)Dalam hal ketidak adilan gender, diketahui bahwa ketidak adilan gender masih dialami oleh perempuan pemimpin. Namun tidak semua komponen ketidak adilan gender yang dialami perempuan pemimpin yang menjadi objek dalam penelitian ini. Dari lima bentuk ketidak adilan gender, ketiga narasumber mengalami bentuk perlakuan stereotipe, kekerasan psikis, dan beban ganda selama masa kerja mereka sebagai pemimpin.

(8)

8

leader, those are Ibu Rambe and Ibu Ririn, they had not been marginalized in their life experience in either in family life or in the course of their careers. (6) Both subjects did not have any violence experience in their lives, either physically, psychologically, and sexually. (7) Both Ibu Rambe and Ibu Ririn equally had experience a double burden of home life.

Saputra dan Setiawati (2012 c) dalam papernya yang berjudul “Bu Lies, Competent Female Entrepreneur: A Biographic Study of Female Leadership in Developing Family Business,” menemukan bahwa: (1) The nature of women's leadership the mother, the pet, the sex object, as well as the iron maiden there in the object of this research, but indeed there is only one dominant nature, i.e. the mother. The mother style is clearly visible on Bu Lies leadership and gives it charm. These properties exist in self resource not just because it comes from herself, but it was rather because of the leader drive those closest to and adaptation to the circumstances in the work environment and the situation of households she was living. The nature of leadership Bu Lies exert influence are different for each employee in the Bu Lies stalls. (2)Business development that be more focus done by Bu Lies was innovations that have been carried out as part of the Gudeg cans that will be released a couple of months in the future and Gudeg instant types that become her dream to realized. Many ways that have Bu Lies practiced either promotional, product introduction, creates innovation, and aiming for its business market. From the beginning all forms of Bu Lies product have been conceptualized before being sold in the market. With the great intention and determination, Bu Lies was able to bestow power and as a dream in her Gudeg‟s family business. Bu Lies business had supported the wealth of herself, her family and her employees. (3) Gender inequalities that become Bu Lies experience. There are several components that Bu Lies never get, but not all of the components of gender inequalities experienced by women leaders who became key person in this research. Bu Lies had experience in all forms of gender inequality, but the form of gender inequalities are not overly burden. She has never been in her career. Bu Lies always has its own solution for addressing gender inequalities. Bu Lies more has experience that relate to a form of treatment, and the double burden of stereotype for her leadership.

Kajian Pustaka

Teori Kepemimpinan. Menurut Tim FISIP tentang teori kepemimpinan (Tim FISIP, 2008)

(9)

9

teori kontingensi. Berikut penjabaran dari masing-masing teori tersebut.

(1) Kepemimpinan Menurut Teori Sifat (Trait Theory). Studi mengenai sifat-sifat mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat/ciri telah dilakukan, namun sifat-sifat/ciri-ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat/ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat/ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat/ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin.

(2) Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral Theory). Hasil studi kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert‟s Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.

(10)

10

tingkat keberhasilan dari jenis perilaku kepemimpinan untuk memperbaiki kepuasan dan usaha para pengikut.

Kepemimpinan Perempuan. Secara umum kaum laki-laki dan perempuan mempunyai hak

yang sama dalam setiap aspek kehidupan. Saat ini belum ada pendapat ahli yang secara khusus mengkaji tentang kepemimpinan perempuan. Akan tetapi berdasarkan wacana yang timbul di masyarakat, yang dirangkum oleh Trias Setiawati bahwasannya pemimpin apapun jenis kelaminnya, yang penting membawa kemajuan bagi perempuan khususnya dan kemanusiaan pada umumnya. (Setiawati, 2006, hlm. 5). Wanita pemimpin umumnya lebih berorientasi pada pendukung. Penelitan mengungkapkan bahwa wanita pemimpin memberdayakan para pendukung dengan memberi kesempatan kepada orang-orang yang mereka pimpin untuk menyatakan pendapat dan memberi masukan. Para wanita pemimpin ini juga melakukan berbagai upaya untuk pengembangan diri. Selain memberdayakan pengikut mereka, para wanita pemimpin lebih banyak yang bertindak sebagai mentor daripada sebagai ”bos”.

Wanita pemimpin memberi petunjuk dan bimbingan yang diperlukan kepada para pendukung untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Selain bertindak sebagai mentor, para wanita pemimpin juga cenderung untuk memimpin dengan memberi teladan kepemimpinan pada para pendukung melalui sikap dan tindakan mereka. Jika mereka menginginkan disiplin untuk diterapkan oleh anak buah, maka mereka pun akan menunjukkan sikap disiplin, jika mereka ingin agar anak buah bersikap jujur dan terbuka, mereka pun akan memberikan teladan yang sama. (Prijosaksono, 2003, hlm. 1). Dari berbagai wacana yang ada tersebut dapat diambil suatu kesimpulan umum bahwa pemimpin perempuan mempunyai kelebihan utama yaitu lebih teliti dan perhatian pada bawahannya, sebagaimana halnya naluri perempuan.

(11)

11

karyawannya. Dalam hal ini, pemimpin perempuan dianggap sebagai sebuah faktor yang memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat, akan tetapi kemauan yang timbul dari karyawan untuk bekerja lebih giat bukan karena perintah yang diberikan, tetapi karena ada dorongan dari dalam. (4) The iron maiden (wanita besi): Pemimpin perempuan cenderung bersikap tegas dalam memimpin bawahannya, sehingga timbul kesan tegas. Dengan adanya sikap ini, maka pemimpin digambarkan sebagai sosok pemimpin yang keras.

Ketidakadilan Gender yang Dialami Perempuan. Menurut Setiawati (2006, hlm. 6-9) dari istilah seks atau jenis kelamin inilah akhirnya dikenal ada “jenis kelamin” secara kodrati, tetapi ada pula “jenis kelamin” secara kultural atau piskologis yang disebut gender. Gender merupakan sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial budaya atau sering disebut kodrat budaya. Peran gender menurut Mansour Faqih dalam Setiawati (2006, hlm. 7) adalah peran yang berkaitan dengan sifat maskulinitas-feminitas yang melekat pada pria wanita yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Sejarah perbedaan jender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan itu dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksikan secara sosial, kultural melalui ajaran agama bahkan oleh negara. Dengan demikian konsep tentang jender ini terkadang telah mejadi satu stereotipe yang sangat mempengaruhi seorang individu dalam bersikap serta bertingkah laku dalam lingkungannya.

Menurut Bem dalam Setiawati (2006, hlm. 7) mengemukakan sebuah fenomena yang disebut androgini. Androgini merupakan percampuran antara karakteristik maskulin dan feminim yang seimbang dalam taraf yang tergolong cukup tinggi pada diri seseorang. Menurut Spencer dan Helmreich dalam Setiawati (2006, hlm. 7), individu androgin memiliki harga diri yang lebih tinggi, lebih fleksibel dan lebih efektif dalam hubungan interpersonal. Peran gender menjadi sangat bervariasi dalam pola kehidupan tiap orang, tiap keluarga juga tiap budaya maupun negara. Namun budaya yang cenderung sangat patriarkhis sering menimbulkan ketidakadilan gender, yang cenderung merugikan kaum perempuan. Ketidakadilan gender menurut Mansour Fakih dalam Setiawati (2006, hlm. 8-9) terwujud dalam hal-hal berikut:

(12)

12

(2) Stereotipe, masyarakat mempunyai norma tertentu tentang perempuan yang ideal yaitu

feminin, sementara laki-laki adalah maskulin, padahal terjadi pada kenyataannya setiap orang

memiliki dua karakteristik sekaligus (androgin), yaitu feminim sekaligus maskulin. Dalam kehidupannya sebagai suatu stereotipe, perempuan diharapkan menjadi figur yang feminin: lembut, halus, teliti, rajin, patuh, taat, cantik, cermat dsb, sementara laki-laki diharapkan menjadi figur yang maskulin: gagah, perkasa, gentleman, kuat, cerdas, kasar, memimpin, macho, dsb. Padahal secara psikologis orang yang androgen secara seimbang memiliki banyak kelebihan-seperti harga diri yang lebih tinggi, kemampuan berkomunikasi yang lebih efektif, dan lebih fleksibel. Dalam setiap individu besarnya kadar feminitas maupun maskulinitas sangat variatif antara satu orang dengan orang lain. Meskipun kemudian ada yang lebih memperdalam lagi menjadi feminitas positif dan feminitas negatif, serta maskulinitas positif dan maskulinitas negatif.

(3) Beban ganda, pembagian kerja di dunia domestik untuk perempuan, sementara laki-laki di sektor publik, sehingga ketika perempuan pergi ke sektor publik ada beban ganda yang disandangnya. Beban ganda ini sebagian besar dijalani oleh kaum perempuan sementara semestinya ada juga beban ganda juga untuk kaum laki-laki, karena memang pekerjaan domestik bukanlah kodrat perempuan.

(4) Kekerasan, perempuan dengan fungsi reproduksinya sering mengalami kekerasan di tempat kerja atau bahkan di dalam rumah tangga sendiri. Mulai dari kekerasan fisik, psikis dan seksual. Juga kekerasan yang dilakukan oleh individu, institusi maupun negara. Dalam rumah tangga perempuan dianggap tidak produktif, sehingga harus menuruti kemauan laki-laki si pencari nafkah utama, padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam dunia publik, di tempat kerja perempuan yang haid, mengandung, melahirkan, menyusui, sering tidak memperoleh haknya secara wajar. Bahkan sering mengalami intimidasi untuk dikeluarkan. Sementara dalam tingkat negara, kadang kekerasan yang diderita perempuan sering tidak tampak di mata publik, karena terjadi di sektor domestik. Kadang perempuan yang mengalami tindak kekerasan dipersalahkan publik, karena perempuan tersebut berdandan menor ataupun sebab lainnya yang lebih disebabkan, karena ia berjenis kelamin perempuan.

Menurut Archer & Lloyd, dan Doyle dalam Muljani (2000, hlm. 45) terdapat peran

gender berdasarkan stereotip dan umumnya dapat diterima secara luas oleh masyarakat.

(13)

13

(paling tidak asertif), logic, unemotional, indepedendent, dominan, kompetitif, objektif, aktif dan diatas semuanya adalah kompeten. Sebaliknya wanita seringkali dianggap tampak pasif, non-asertif, ilogical, emotional, dependent, subordinat, hangat dan nurturing. Tidak semua orang berpatokan pada gender stereotip ini, tetapi terdapat fakta-fakta yang kuat bahwa hal ini sudah begitu berurat akar dalam masyarakat.

Berdasarkan stereotip tersebut ada beberapa fenomena psikologis yang mempengaruhi cara wanita berpikir, bertindak dan berbicara. Fenomena-fenomena psikologis tersebut, diantaranya: (1) Cinderella complex, menurut Dowling dalam Muljani (2000, hlm. 42), yaitu suatu jaringan sikap dan rasa takut yang sangat menekan sehingga wanita tidak bisa dan tidak berani memanfaatkan sepenuhnya kemampuan otak dan kreativitasnya. Sebagaimana halnya Cinderella yang menanti Sang Pangeran untuk menyelamatkannya, demikianlah menurut Dowling (1981) wanita masa kini masih menanti sesuatu hal yang berasal dari luar untuk mengubah hidup mereka. (2) Fear of success, menurut Horner dalam (Stefani, Pudjibudojo, dan Prihanto, 2000, hlm. 52) yaitu ketakutan wanita akan keberhasilan, karena akan diterimanya konsekuensi negatif dari masyarakat. Para wanita khawatir bahwa keberhasilannya dalam dunia kerja justru akan menimbulkan konflik dalam rumah tangga, karena mungkin dengan posisinya yang semakin menonjol, suami tidak bisa menerima dan merasa tersaingi. Untuk menghindari kondisi ini, banyak wanita yang akhirnya sudah merasa puas hanya dengan bekerja sekedar memperoleh penghasilan tanpa terlalu mempersoalkan peningkatan prestasi ataupun keberhasilan dalam karier. Mereka tidak ingin gagal, namun juga tidak mau mencapai prestasi yang optimal. Faktor dukungan keluarga akan memberikan pengaruh bagi akum wanita dalam usahanya mewujudkan karier, terutama suami. Wanita akan mampu berkarier dengan optimal dan tidak mengalami kecemasan ketika meraih keberhasilan dalam karier karena dukungan tersebut. Dan juga karena adanya anggapan bahwa kesuksesan identik dengan sifat maskulin, dehingga lebih pantas diraih oleh kaum pria. Wanita menghindari sukses karena takut akan kehilangan feminitasnya, seperti tidak menarik di hadapan kaum pria.

PEMBAHASAN

Perempuan Pemimpin secara Individual.

(14)

masing-14

masing. Fungsi kesehatan reproduksinya yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda jika kita mengharapkan kualitas SDM bangsa di masa depan akan makin meningkat dan hebat sejajar dengan kualitas SDM di Negara-negara yang maju. Berbagai contoh menunjukkan bahwa ketika perempuan memasuki kehidupan keluarga dengan hamil, melahirkan, menyusui dan mengasuhnya maka perempuan sendiri sudah menjalankan tugas yang berat luar biasa secara fisik. Apalagi sekarang penyakit fisik seperti kanker payudara, kanker leher rahim adalah penyakit yang sangat bersahabat dengan perempuan Indonesia. Apalagi ketika perempuan yang sedang menjalankan tugas fisik ini adalah perempuan pemimpin yang di profesinya ia juga dituntut untuk sama dengan para laki-laki lainnya. Di sisi lain perempuan sesungguhnya juga banyak yang tidak mengenali saat-saat pre-menstruation syndrome (PMS) sehingga kadang bertindak pada situasi yang tidak tepat karena fungsi reproduksinya yang sedang berbeda dari hari-hari biasa, ia bisa marah tak terkendali tanpa mengetahui ujung pangkal penyebabnya.

Secara psikologis perempuan juga mengalami berbagai persoalan dalam dirinya. Perempuan kadang sangat cemas dan takut untuk menjadi perempuan yang sukses karena kesuksesan perempuan yang masih gadis sering mengkhawatirkan mereka akan tidak mendapatkan pasangan hidupnya. Alih-alih tidak sedikit perempuan yang mengerem laju kecepatan kecerdasan dan kesuksesannya. Sindrom takut sukses atau fear of success adalah sindroma yang sangat disayangkan dan membuang potensi dan energy perempuan untuk berkarya. Perempuan pun di masyarakat seolah dituntut untuk memiliki standar penampilan yang prima seperti dongeng Putri Cinderella yang cantik dan dipersunting Pangeran yang Gagah Perkasa. Sindrom Cinderella complex memberikan tambahan aktifitas yang luar biasa bagi para perempuan seperti pemahaman akan dunia kosmetika, dunia mode dengan baju, sepatu haka tinggi, rambut, tas dan lainnya yang trendy dan mengikuti jamannya.

Perempuan Pemimpin dalam Keluarga.

Perempuan yang berkarir di profesi berarti akan memiliki dua pekerjaan yakni pekerjaan

domestic dan pekerjaan domestic. Tidak semua perempuan dapat menjadi “super woman yang

kuat dan hebat menjalani dua dunia tersebut secara bersama. tidak sedikit yang memilih “kerja yes, karir no” ketika ia mengembangkan karirnya karena ia memang hanya mampu atau memberi

(15)

15

Tugas perempuan dalam keluarga memang bervariasi antara satu keluarga dengan keluarga yang lain, termasuk kemampuan ekonominya dan situasi untuk memiliki orang yang membantu tugas domestic tersebut seperti pekerja rumah tangga, perawat anak, guru les, atau kakek nenek dari anak-anaknya. Situasi tersebut memberikan masalah dan tantangan yang kompleks dimana tidak setiap perempuan apalagi perempuan pemimpin sanggup menjalankannya apalagi dengan kategori sukses seperti yang dituntut masyarakat. Semuanya memang seperti sangat subyektif situasinya namun tuntutan masyarakat dan public memiliki standar yang sama. Perempuan pemimpin dituntut untuk lebih sabar dan bijaksana untuk mensikapi berbagai situasi domestic tanpa kehilangan akal sehat untuk membabi buta dalam mengambil tindakan-tindakan dalam keluarga maupun karir dalam profesinya.

Perempuan pemimpin yang sukses biasanya memang didampingi lelaki yang arif bijaksana, dimana ketika situasi ini tidak ada bukan tak mungkin yang terjadi kemudian adalah konflik dalam rumah tangga. Konflik rumah tangga dan berbagai permasalahan keluarga tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian. Ada proses perceraian yang cepat dan tidak menjadi bulan-bulanan media massa namun ada juga yang sebaliknya. Pada akhirnya masyarakat dan bangsa inilah yang akan mengalami penurunan kualitas SDM pada umumnya karena berbagai persoalan keluarga yang tidak jelas ujung pangkal dan tidak tuntas pembicaraannya

Perempuan pemimpin di berbagai profesi.

Perempuan di berbagai profesi sangat banyak yang mengalami sukses, seperti di birokrasi pemerintah dengan menjadi pejabat structural, meski ada diantaranya yang mengalami stagnasi karir terlebih dahulu karena ia menjalani fungsi reproduksinya dengan berkeluarga, hamil, melahirkan, menyusui kemudian mengasuhnya hingga mereka bersekolah dan dewasa. Ada 3 lurah perempuan di Kota Yogyakarta yang dapat berkarir dengan baik dan dapat dikatakan sukses. Bahkan ada satu dari mereka yang masih berstatus single atau belum berkeluarga. Mereka dengan perna-pernik persoalannya dalam keluarga dapat tetap dapat meniti karir sebagaimana halnya para birokrat pria, meskipun mungkin lajunya kadang terhambat oleh masalah pribadi, masalah keluarga, masalah organisasi ataupun budaya masyarakat yang tidak selalu berpihak padanya.

(16)

16

karir bukan dengan jalan yang landai dan sederhana, ia melewatinya dengan berbagai romantika dengan terus belajar dan membangun visi diri yang kuat, bersinergi dengan suami, memiliki gaya tegas yang khas hingga mencapai apa yang sering dikategorikan sukses oleh masyarakat. Demikian halnya dengan Ibu Ririn yang memulai karirnya menjadi karyawan biasa, hidup berkeluarga, membangun karir dan memajukan BMTnya dan mencapai perkembangan yang member manfaat bagi karyawan maupun masyarakatnya.

Ada Ibu Lies pengusaha Gudeg yang sukses mengembangkan usahanya dari berjualan di pinggir toko sampai memiliki 5 outlet dan ada yang di Ibu kota, juga dengan gudeg kalengnya. Ketekunan, kesabaran dan kesunggugannya mengembangkan bisnis yang harus bermanfaat untuk dirinya dan masyarakat sekitarnya, khususnya para perempuan telah sungguh dapat menjadi tauladan bagi perempuan lainnya. Bu Lies juga tidak bekerja sendirian, ia bersinergi dengan suaminya juga anak-anaknya dan yang lebih penting adalah bagaimana ia membangun kemitraan dengan para karyawannya agar bisnisnya kuat dan mengakar di hati para karyawannya.

Ada 3 pengrajin dari Bantul dan dari Yogyakarta dengan berbagai romantikanya dalam berkeluarga ya mereka tetap jalan terus dan berusaha untuk maju dan berkembang, apalagi ketika perekomian keluarga menjadi taruhan kebahagiaan keluarganya. Ada satu diantaranya yang mengalami menikah lebih dari satu kali karena tidak mudah bagi perempuan aktif yang dapat bertindak aktif, kreatif, sigap dan cepat dalam berbisnis untuk mendapatkan pasangan yang saling memahami untuk selalu saling bekerja sama membangun perekonomian keluarga dan juga kesejahteraan para karyawannya.

(17)

17

Sesungguhnya para perempuan pemimpin yang sudah disebutkan di atas sudah melakukan peran dalam berbagai profesinya dengan berbagai romantikanya, namun mereka tetap berkarya. Ada langkah luhur yang telah diperankan oleh para perempuan pemimpin tersebut yang kadang kurang mampu kita pahami karena kita cenderung menggunakan kacamata kehidupan kita sendiri. Mereka tentu telah berhasil memenangkan suatu pergolakan batin dalam kehidupan fisik dan psikologisnya, disamping komunikasi dan relasi dalam kehidupan keluarnya, ditambah dengan pergolakan kehidupan profesinya. Tentu pergolakan suka duka kepemimpinan mereka belum selesai, namun yang menjadi perhatian adalah soal bagaimana bangsa ini bisa belajar dari kesuksesan mereka sekarang ini dan memberikan berbagai fasilitas dan dukungan agar banyak lagi perempuan pemimpin yang lahir dan hadir nyata di tengah kehidupan bangsa kita.

Masalah dan tantangan yang dihadapai para perempuan di berbagai profesi tersebut belumlah usai, catatan perjalanan mereka hanyalah titik-titik kecil dari rangkaian sejarah panjang jutaan perempuan Indonesia lainnya. Jika pemerintah dan berbagai pihak yang peduli pada kemajuan bangsa ini maka tak ada kata untuk berkelit bahwa memang perempuan pemimpin adalah satu di antara jawaban untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

KESIMPULAN

(1) Perempuan pemimpin di berbagi profesi mengalami tantangan dalam pengembanagn karirnya jika perempuan pemimpin tersebut ingin meraih sukses dalam berbagai profesi di masyarakat, seperti tantangan internal yakni dalam diri perempuan sendiri, tantangan eksternal seperti tantangan dari keluarga, tantangan di organisasi dimana yang bersangkutan mengembangkan karirnya dan tantangan dalam masyarakat yang masih kuat budaya patriarkhat.

(2) Perempuan pemimpin di berbagai profesi tidak sedikit yang dapat meraih prestasi dalam berbagai profesinya

(18)

18 REKOMENDASI

(1) Perlu adanya pemberian tambahan pengetahuan pada perempuan pemimpin tentang berbagai permasalahan yang umum dihadapi setiap pemimpin, khususnya perempuan sekaligus pengetahuan tentang bagaimana mengatasi berbagai permasalahan tersebut. (2) Lembaga-lembaga yang terkait dengan pengembangan potensi perempuan pemimpin

hendaklah saling berkordinasi dan saling berbagi peran tentang berbagai program yang perlu diberikan kepada perempuan pemimpin untuk meraih sukses yang lebih tinggi tanpa merasa perlu mengalami kesulitan yang tidak berujung pangkal

(3) Perlu sosialisasi yang lebih luas bahwa peran perempuan pemimpin adalah memberikan dampak positif di berbagai profesi yang mempengaruhi dunia ini akan lebih makmur, sejahtera, aman dan damai.

DAFTAR PUSTAKA

Kanter, M. S. (1976). Men and Women of the Corporation. Collin Publisher. New York.

Muljani, Sri W.M. (2000). Cinderella Complex. Jurnal Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 16, No. 1. Surabaya.

Nugroho, Tri Anggoro Aditya dan Trias Setiawati (2012a), Kepemimpinan Perempuan Di Organisasi Pemerintah: Studi Kasus Kualitatif Tiga Lurah di Kota Yogyakarta,

Proceeding, Seminar Nasional “Indonesian family Business and Sustainability” dan Call

Paper, Forum Manajemen Indonesia 4, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Paramitha, Anggia dan Trias Setiawati (2011), Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Berwirausaha: Studi Kasus Tiga Wirausaha Handicraft di Yogyakarta, Prosiding, International Join Seminar antara Universitas Kebangsaan Malaysia dan Prodi Manahemen FE UII, Yogyakarta.

Prijosaksono, Ariwibowo dan Roy Sembel. (2003). Belajar dari Pemimpin Wanita. www.sinarharapan .com. diambil tanggal 22 Maret 2006.

(19)

19 Research in Progress, Bangkok, Thailand.

Setiawati, Trias (2006). Kepemimpinan Perempuan. Makalah Tidak Dipublikasikan. Yogyakarta. Setiawati, Trias (2008), Pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Perempuan untuk

Pengembangan Karir, Prosiding, Seminar internasional: Women in Public Sector, PSW UGM,Yogyakarta.

Setiawati, Trias (2009a), Pejabat Struktural dalam Perspektif Gender, Prosiding, Seminar Nasional: Kepemimpinan yang Berperspektif Gender, PSW UGM, Yogyakarta.

Setiawati, Trias (2010a), Empowering Program for Women Religious Leader in Grass root in order to Increase the Degree of Reproduction Health, Case Study in Bantul Regency, Yogyakarta Special Province, Prosiding, Seminar Internasional: Kontribusi Kajian Multi Disiplin Ilmu untuk Pencapaian Millenium Development Goals / MDGs (Tujuan Pembangunan Milenium), PSW UGM, Yogyakarta.

Setiawati, Trias (2010b), Studi Kepemimpinan Perempuan: Suatu Keharusan Pengarusutamaan Studi Kepemimpinan, Lokakarya Nasional Pengakuan Bidang Keilmuan Studi Wanita Sebagai Bidang Ilmu, Prosiding, PSG Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Setiawati, Trias, M Syamsuddin, MB Hendrianto, Aden Wijdan, dan Ully Gusniarti (2009b), “Dilema antara Pengembangan Karir dan Keluarga: Peran dan Kedudukan Dosen dalam Perspektif Gender,” Prosiding, Seminar Internasional: Pendidikan, Perempuan dan Olah Raga, PSW UN Jakarta, Jakarta.

Stefani, Jatie K. P, Sutyas P. Hubungan Antara Peran Gender dan Persepsi Terhadap Dukungan

Suami dengan Fear of Success Pada Wanita Karier. Jurnal Anima, Indonesian Psychological

Journal. Vol. 16, No. 1. Surabaya.

Tim FISP, 2008, Kepemimpinan, Diakses pada tanggal 27 Juli 2010 pukul 08.00 WIB ___(*_*)____

BIOGRAFI SINGKAT PENULIS:

BIO DATA PENULIS :

Nama : Dra. Trias Setiawati, M.Si Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen , 1 Agustus 1964 Pekerjaan : Dosen FE UII Yogyakarta

Alamat : Perum UII Blok I/7 Prumpung, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman E-Mail : triassetiawati@yahoo.com/triassetiawati@fe.uii.ac.id

(20)

20

Pekerjaan : Dosen Tetap Fak Ekonomi UII Yogyakarta, sejak th 1988 Pendidikan Formal : :

1. SD Negeri IV Karanganyar – Kebumen (1970-1975) 2. MTs Negeri II Yogyakarta (1976-1979)

1. Ketua OSIS MAN II Yogyakarta ( 1980-1981)

2. Pengurus (Dep Humas, Dep Tunas + Dep Kemuslimahan KORKOM) PII Komisariat Uswatun Hasanah Kodia Yogyakarta (1979-1983)

3. Ketua I Kordinator Daerah (KORDA) Corps PII Wati PD PII Kodia Yogyakarta (1983-1984)

4. Ketua Umum Kordinator Daerah (KORDA) Corps PII Wati PD PII Kodia Yogyakarta (1984-1985)

5. Ketua Umum Kordinator Wilayah (KORWIL) Corps PII Wati PW PII Yogyakarta Besar (1986-1988)

6. Ketua III Kordinator Pusat (KORPUS) Corps PII Wati (1988-1990)

7. Anggota Departemen Penerangan Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (1988-1990) 8. Ketua IV Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Bidang Dokumentasi & Informasi & Ketua

Lembaga Kajian + Hubungan Luar Negeri ( 1990-1995)

9. Ketua I Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Bidang Dokumentasi & Informasi & Bidang Kesejahteraan Keluarga (1995-2000)

10.Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (2000-2004) 11.Sekretaris Pimpinan Pusat Nasyiatul Sejak 2005

Pengalaman Lain :

1. Ketua Pusat Studi Wanita Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (1994-2002)

2. Pelatih Manajemen Sumber Daya Manusia ( Spiritual Quotient, Penilaian Kinerja,

supervisory Management, Performance Management, Kepemimpinan Efektif, Manajemen pengendalian, Pengembangan Karir, Need-assesment, Ethos Kerja) di PT GSM Yogyakarta, CV Husada Prima, untuk BUMN dan Perusahaan MNC

3. Konsultan proyek di LSM : Penguatan Hak Anak

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dana yang digunakan untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dibebankan kepada desa induk untuk Desa

pada tema Hujan Asam yaitu: (a) penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi tentang program Moodle dan materi Hujan Asam; (b) perencanaan awal yang meliputi

Diana Wisnu Wardani dkk... Diana Wisnu

Berkaitan dengan upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III di SDN JAMBU, maka penelitian ini akan dilakukan

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SP-DIPA) Petikan Unit Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Badan

Pasif akustik dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air ( seismic ), gempa bumi, letusan gunung berapi, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya,

kasus : Adanya kerusakan pada roda gigi-pinyon pompa tarum timur unit 6, Informasi dilapangan yang telah dikumpulkan diantaranya : Bahan, Gambar, Posisi Kerusakan, Buku

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil wawancara dari 10 responden di RT 01 RW 25 Jalan Kalimantan II Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember sebanyak 6 responden