• Tidak ada hasil yang ditemukan

Muhammad Taufik Efektivitas Agens Antago

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Muhammad Taufik Efektivitas Agens Antago"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITA S A G ENS A NTA G O NIS TRIC HO DERMA SP PA DA BERBA G A I MEDIA TUMBUH TERHA DA P PENYA KIT LA YU TA NA MA N TO MA T

Muha m m a d Ta ufik

Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Jur. Budidaya Pertanian, Faperta Unhalu

A BSTRA K

Penyakit layu yang disebabkan oleh patogen tular tanah Fusarium sp pada tomat selalu menjadi masalah yang serius karena dapat mengurangi hasil tanaman sampai 100%. Pengendalian yang paling sering digunakan oleh petani adalah menggunakan fungisida dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengevaluasi kemampuan Tric ho de rma sp. untuk mempertahankan produksi tanaman tomat dan mempelajari kemampuan agens antagonis yang ditumbuhkan pada berbagai media. Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga total unit perlakuan adalah 16. Perlakuan yang dicobakan adalah T0 (kontrol/tanpa

Tric ho de rma sp.), T1 (Tric ho de rma sp. + Media jagung), T2 (Tric ho de rma sp. + Media beras)

dan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak). Parameter yang diamati dalam penelitian ini

adalah kejadian penyakit, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah dan bobot buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tric ho de rma sp. terbukti dapat mempertahankan kehilangan hasil tanaman tomat dan media yang cukup baik digunakan adalah media dedak (T3) yang memberikan bobot buah 980,36 g.

Ka ta Kunc i : Fusarium sp, Agen antagonis, Trichoderma sp, media

PENDA HULUA N

Di Sulawesi Tenggara, total luas tanam tanaman tomat sebesar 911 ha dengan produksi 15,12 ku/ha (BPS, 2005). Namun budidaya tanaman tomat dikalangan petani pada umumnya mengalami kendala-kendala yang dapat menyebabkan tingkat produksi tanaman tomat rendah secara kuantitas dan kualitas. Kendala-kendala tersebut antara lain infeksi patogen penyebab penyakit. Penyakit yang sering ditemui pada tanaman tomat diantaranya adalah penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan

Fusa rium sp. dan bakteri Ra lsto nia so la na c e a rum (layu bakteri). Kedua jenis

patogen ini adalah so il-b o rne dise a se (patogen tular tanah) yang dapat

mematikan tanaman tomat sehingga produksi menjadi fuso. Kehilangan

hasil oleh R. so la na c e a rum dapat mencapai lebih dari 60%-100%

(2)

Fusa rium sp. banyak ditemukan di dalam tanah dan jika ditumbuhkan pada media biakan akan membentuk tiga macam spora yaitu mikrokonidium, makrokonidium dan klamidospora. Mikrokonidium banyak dihasilkan dalam berbagai kondisi, bentuknya lonjong atau bulat bersel satu dan tidak berwarna, berukuran 6-15 µm x 2,5-4 µm. Makrokonidium lebih jarang ditemukan, bentuknya lurus atau bengkok seperti sabit, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, dan berukuran 25- 33 µm x 3,5-5,5 µm. Klamidospora dibentuk sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai yang bertujuan mempertahankan kelangsungan hidup patogen. Klamidospora berukuran 7-11 µm, bersel satu atau dua, berdinding tebal dan dihasilkan di dalam makrokonidium atau miselium yang telah tua (Sastrahidayat, 1990; Semangun, 1991).

Gejala awal dari penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun yang lebih tua. Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun. Pada tahap selanjutnya tanaman menjadi kerdil dan merana, jika tanaman yang sakit tersebut dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan pisau akan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluh. Pada serangan berat, gejala tersebut juga terdapat pada tanaman bagian atas (Sastrahidayat, 1990; Semangun, 1991).

Metode pengendalian yang sering dilakukan oleh para petani yaitu penggunaan bahan pestisida sintetik yang melebihi dosis anjuran dan digunakan secara terus-menerus sehingga mengakibatkan akumulasi pestisida di tanah. Akumulasi pestisida yang tinggi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan ke tingkat konsumen. Untuk itu, alternatif pengendalian yang ditawarkan adalah penggunaan agens hayati seperti Tric ho de rma sp.

Pemanfaatan cendawan antagonis merupakan salah satu alternatif

untuk mengendalikan penyakit layu. Menurut Sinaga (1986) da la m Djaya e t

a l. (2003) bahwa jamur Tric ho de rma sp. dan G lio c la dium sp. dapat

menghambat pertumbuhan cendawan Fusa rium o xysp o rum, Phytium

a p ha nide rma tum, Rhizo c to nia so la ni dan Sc le ro tium ro lfsii. Tric ho de rma sp. adalah salah satu cendawan antagonis yang dapat menekan atau menghambat perkembangan patogen tanaman. Mekanisme agens

antagonis cendawan termasuk Tric ho de rma sp. terhadap patogen adalah

kompetisi, induksi ketahanan tanaman, mikoparasit, antibiosis, disebabkan karena memiliki beberapa kelebihan seperti kompetisi, antibiosis atau parasitik langsung dan mikoparasitik ( Driesche dan Bellows 1996).

(3)

keefektifan Tric ho d e rma sp. pada berbagai media tumbuh dalam menekan patogen yang menginfeksi tanaman tomat. Selain itu, aplikasi

Tric ho de rma sp. dapat mengoptimalkan produksi tanaman tomat

(Lyc o p e rsic um e sc ule ntum Mill.)

METO DE PENELITIA N Te m p a t d a n Wa ktu Pe ne litia n

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April tahun 2006. Bertempat di Laboratorium dan Kebun Percobaan BPTPH Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

A la t d a n Ba ha n

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, autoklaf, jarum ose, erlenmeyer, lampu bunsen, timbangan analitik, kertas label, pacul, kantong plastik, aluminium foil, pipa, dan alat tulis menulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih tomat, pupuk kandang,

tanah, pasir, media PDA, biakan murni cendawan Tric ho d e rma sp., beras,

jagung, dedak, alkohol 70%, dan aquades.

Ra nc a ng a n Pe ne litia n

Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga total unit perlakuan adalah 16. Setiap unit terdapat 15 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 240 tanaman. Adapun perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Inokulum cendawan Tric ho d e rma sp. diperoleh dari Laboratorium

BPTPH, kemudian diperbanyak pada cawan petri yang berisi media PDA.

Pe m b ua ta n Me d ia Ja g ung , Be ra s d a n De d a k

Pembuatan media jagung, beras dan dedak dilakukan dengan cara masing-masing media direndam selama 24 jam lalu dicuci kemudian dikukus sampai lunak. Setelah itu, masing-masing media ditimbang 100g dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas yang sebelumnya telah dimasukan pipa untuk membentuk mulut kantong sehingga dapat ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Pada tahap akhir media tersebut

(4)

Pe rb a nya ka n C e nd a wa n Tric ho de rma sp .

Pada masing-masing media (jagung, beras dan dedak) dimasukkan

cendawan Tric ho de rma sp. dengan diameter kurang lebih 5 mm yang

telah diperbanyak dalam media PDA. Media diinkubasikan selama 7-14 hari dan tiap hari media tersebut digoyangkan agar pertumbuhan

cendawan Tric ho de rma sp. tumbuh merata.

Pe rsia p a n La ha n d a n Pe rse m a ia n

Lahan yang akan digunakan sebagai tempat penanaman terlebih dahulu disemprot dengan herbisida untuk membunuh gulma-gulma yang tumbuh. Setelah itu, tanah dibalik menggunakan pacul dan selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan panjang 10 m sesuai dengan denah penelitian.

Benih tomat yang akan dijadikan sebagai tanaman uji terlebih dahulu disemaikan selama 21 hari pada wadah yang berisi tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.

Pe na na m a n d a n Pe m e liha ra a n

Bibit tomat yang telah berumur 21 hari dipindahkan ke lahan penanaman yang telah dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang tanam adalah 40 x 70 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma-gulma yang tumbuh dan pengendalian hama yang terdapat pada tanaman tomat.

A p lika si Tric ho de rma sp .

Aplikasi cendawan Tric ho de rma sp. dilakukan seminggu sebelum

tanam dengan cara 10 g Tric ho de rma sp. ditambahkan ke dalam 25 kg

pupuk kandang, selanjutnya dicampur secara merata kemudian disimpan selama 1 hari. Setelah itu dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 50 g per lubang tanam.

Pe ng a m a ta n

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman meliputi :

Ting g i Ta na m a n d a n Jum la h C a b a ng

Untuk pengamatan pertumbuhan tanaman ditentukan sebanyak 7 tanaman pada setiap petak yang terdiri atas 15 tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai tajuk tanaman tertinggi yang dilakukan setiap minggu setelah penanaman.

Jum la h Bung a d a n b ua h

(5)

penanaman. Pengamatan jumlah buah dilakukan 3 minggu setelah adanya bakal buah yang terbentuk.

Bo b o t Bua h

Pengamatan bobot buah dilakukan dengan cara menimbang buah tomat pada setiap tanaman sampel dengan menggunakan alat penimbang.

A na lisis Da ta

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F). Apabila diantara perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.

HA SIL DA N PEMBA HA SA N Ha sil

Ting g i Ta na m a n To m a t

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

Tric ho de rma sp. berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan tinggi

tanaman tomat pada umur 1, 2, dan 4 minggu setelah aplikasi (MSA) dan berpengaruh tidak nyata pada umur 3 MSA. Rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur satu MSA, rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T1 dan T0 dengan rata tinggi tanaman terendah. Pada umur dua MSA, rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 dan T1tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T0 yang memberikan rata-rata tinggi tanaman terendah.

Rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada umur tiga MSA terdapat pada perlakuan T3 (51,00 cm) meskipun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan T2, T1 dan perlakuan kontrol (T0 = tanpa Tric ho de rma sp.),

sedangkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada umur empat MSA masih terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 dan T1 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T0 yang memberikan rata-rata tinggi tanaman terendah.

Jum la h C a b a ng , Bung a , Bua h d a n Bo b o t Bua h Ta na m a n To m a t

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian

Tric ho de rma sp. berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang,

bunga, buah dan bobot buah (Tabel 2).

(6)

kecenderungan bahwa perlakuan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak) sedikit lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal yang sama ditunjukkan pada pengamatan bobot buah, semua perlakuan berbeda

nyata dengan kontrol dan perlakuan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak)

sedikit lebih baik dibanding dengan perlakuan Tric ho de rma lainnya.

Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Tomat Umur 1, 2, 3, dan 4 Minggu

Setelah Aplikasi (MSA) yang Diberi Perlakuan Tric ho de rma sp.

Tinggi Tanaman (cm) Perlakuan

Tric ho de rma Minggu I Minggu II Minggu III Minggu

IV

T0 (tanpa Tric ho de rma sp.) 18,54 c 22,29 b 39,53 tn 50,40 b

T1 (Tric ho de rma sp. + Media

jagung) 22,04 b 26,50 ab 47,61 55,36 ab

T2 (Tric ho de rma sp. + Media

beras) 24,19 ab 27,24 ab 48,50 57,93 ab

T3 (Tric ho de rma sp. + Media

dedak) 25,00 a 29,47 a 50,00 62,18 a

BNJ 0,05 2,89 5,08 - 9,12

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom

yang sama tidak berbeda nyata pada BNJ0,05

Pengamatan jumlah bunga dan buah tertinggi masih terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 dan T1 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T0 yang memberikan rata-rata jumlah bunga dan buah terendah.

Pe m b a ha sa n

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Tric ho de rma yang

ditumbuhkan pada berbagai jenis media dapat mempertahankan produksi tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol yang hanya diberi

pupuk kandang tanpa Tric ho de rma sp. Diduga cendawan Tric ho de rma sp.

mampu menghambat pertumbuhan patogen. Patogen terbawah tanah

seperti Fusa rium, Phytium dan penyebab penyakit layu lainnya telah

dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya bahwa penambahan

Tric ho de rma sp. mampu menekan penyakit layu yang disebabkan oleh

(7)

Tabel 2.Rata-Rata Jumlah Cabang, Bunga, Buah dan Bobot Buah Tanaman Tomat

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada BNJ0,05

Menurut Baker e t a l. (1986) Tric ho de rma sp. menghasilkan enzim ß –

(1-3) glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada patogen

sehingga menyebabkan hancurnya dinding sel cendawan Fusa rium.

Pengamatan in vitro Djaya e t a l. (2003) setelah patogen mati nampak

bahwa cendawan antagonis tumbuh terus menutupi permukaan koloni cendawan patogen. Hal ini membuktikan bahwa cendawan antagonis

Tric ho de rma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan cendawan

patogen.

Berdasarkan hasil uji lanjut tinggi tanaman, jumlah buah, bunga dan bobot buah menunjukkan bahwa pemberian cendawan antagonis berbeda sangat nyata bila dibandingkan dengan kontrol T0. Tinggi tanaman, jumlah buah, bunga dan bobot buah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kontrol, dapat berarti bahwa dengan adanya

Tric ho de rma sp. maka perkembangan patogen dapat dihambat dan

ditekan sehingga tanaman terhindar dari serangan patogen tersebut maka dengan demikian tanaman dapat tumbuh lebih baik.

Lebih lanjut diuraikan oleh Djaya e t a l. (2003), bahwa Tric ho de rma sp. mampu menekan atau menghambat pertumbuhan cendawan Fusarium sampai 56,07% pada 3 hari setelah inokulasi. Ditambahkan oleh Sastrahidayat (1992), bahwa jamur antagonis mempunyai kemampuan

mikoparasit yaitu hifa Tric ho de rma sp. tumbuh melilit hifa patogen dan

menghasilkan enzim lysis yang dapat menembus dinding sel dan menghasilkan zat antibiotic yaitu gliotoksin dan viridin. Laporan dari

(8)

seminggu sebelum pemberian jamur patogen Fusa rium sp. dapat menekan intensitas serangan penyakit busuk batang jagung masing-masing sebesar 4,20% pada umur 80 hari setelah tanam dan 19,99% pada umur 87 hari setelah tanam dibanding dengan kontrol (tanpa pemberian jamur antagonis).

Sesuai dengan data pada Tabel 1 dan 2 bahwa perlakuan kontrol (T0) mengalami perkembangan pertumbuhan seperti jumlah cabang dan bobot buah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan T1, T2, dan T3. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T0 tidak ada faktor yang membantu menghambat atau menekan perkembangan patogen yang ada di sekitar perakaran tanaman menjadi terganggu meskipun tanaman tidak mengalami kematian atau kelayuan.

Diduga tingginya bobot buah pada tanaman tomat yang diberi

perlakuan Tric ho de rma sp. sebagai pengurai bahan organik sehingga

mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan tanaman tomat. Sementara pada kontrol tidak ada penambahan atau perlakuan

Tric ho de rma sp. hanya dengan penambahan pupuk kandang sehingga

ketersediaan nutrisi yang dapat langsung diserap oleh tanaman tomat

lebih rendah dibandingkan pada tomat yang diberi Tric ho de rma sp.

Dugaan ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya seperti oleh

Cook dan Baker (1983) melaporkan bahwa Tric ho de rma sp. dapat

menguraikan bahan organik dalam tanah menjadi bahan makanan yang mudah diserap oleh tanaman, ditambahkan lagi bahwa bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah dapat sebagai sumber nutrisi mikroorganisme antagonis sehingga mampu meningkatkan aktivitas agens antagonis, menstimulasi dormansi propagul patogen serta menghasilkan efek fungistasis bagi patogen tular tanah.

Hal yang sama telah dilaporkan oleh Affandi e t a l. (2001) bahwa

beberapa cendawan yang berasosiasi dengan proses degradasi serasah

di lingkungan mangrove. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Tric ho de rma sp.

ditemukan berasosiasi dengan lingkungan tersebut sehingga keberadaanya memainkan peranan kunci dalam proses dekomposisi, terutama karena kemampuannya dalam mendegradasi senyawa-senyawa yang sulit terdegradasi seperti lignosellulosa.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Tric ho de rma sp.

(9)

KESIMPULA N DA N SA RA N

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Tric ho de rma sp.

terbukti dapat mempertahankan kehilangan hasil tanaman tomat dan media yang cukup baik digunakan adalah media dedak (T3) yang memberikan bobot buah 980,36 g.

DA FTA R PUSTA KA

Affandi, M., Nimatuzahroh, Supriyanto A., 2001. Diversitas dan visualisasi karakter jamur yang berasosiasi dengan proses degradasi erasah di lingkungan mangrove. Jurnal Penelitian Medika Ekstra. Vol. 2 No. 1: 39-52.

Asrul, 2003. Pengaruh perlakuan benih tomat dengan pseudomonas putida terhadap penyakit layu bakteri (Ra lsto nia so la na c e a rum). Prosiding Kongres Nasional dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bandung, 6-8 Agustus 2003.

Badan Pusat Statistik, 2005. Statistik 2005. Kendari

Baker KF, Cook RJ, dan Garret SO, 1986. Biological Control of Plant Pathogens. American Phytopath. SOC. St. Paul. Minnesota.

Cook, R.J. dan Baker K.F., 1983. The nature and practice of biological control of plant pathogens. APS Press The American Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota.

Djaya A.A., Mulya R.B., Giyanto, dan Marsiah, 2003. Uji keefektifan mikroorganisme antagonis dan bahan organik terhadap layu

fusarium (Fusa rium o xysp o rum) pada tanaman tomat. Prosiding

Kongres Nasional dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Bandung, 6-8 Agustus 2003.

Driesche RG and Bellows JR TS. 1996. Biological Control. Chapman & Hall, ITP an International Thomson Publishing Company. 538p

Sastrahidayat, I.R., 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

(10)

Talanca, A.H., Wakman W. dan Mas’ud S., 2003. Pengendalian penyakit

busuk batang jagung secara hayati dengan jamur Tric ho de rma.

Gambar

Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Tomat Umur 1, 2, 3, dan 4 Minggu Setelah Aplikasi (MSA) yang Diberi Perlakuan Tric ho de rma sp
Tabel 2.Rata-Rata Jumlah Cabang, Bunga, Buah dan Bobot Buah Tanaman Tomat

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan PT Raksasa Laju Lintang dapat menyediakan fasilitas yang lebih baik lagi untuk pelaksanaan praktik kerja lapangan bagi mahasiswa yang sedang melakukan PKL,

Hal ini karena pengeringan kulit buah naga terlalu singkat dan suhu yang digunakan juga rendah sehingga mengakibatkan kulit buah naga tidak kering dengan baik dan warna

Dengan potensi manfaat IoT di sektor kesehatan yang cukup besar, maka implementasi telehealth dapat menjadi inisiasi program peningkatan sektor kesehatan untuk

(A jobb tanulók esetén vigyázni kell az ún. plafoneffektusra, azaz arra, hogy ha eleve nagyon magas a csoport teljesítménye, akkor lehet, hogy az

Jurusan Sistem Informasi Semester 7 Tahun Akademik Ganjil 2015/2016 Universitas Putra Indonesia "YPTK" Padang..

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa penerapan model scramble berbasis power point dapat meningkatkan keterampilan guru dalam