• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN PERMEABILITAS ASPAL BERPORI Tu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUJIAN PERMEABILITAS ASPAL BERPORI Tu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN PERMEABILITAS ASPAL BERPORI

Stefany Alex1), Aditya Chandra2), Alfret Gunawan3), Sigrid Tamriesfatno4), Firdaus Chaeruddin5)

1)Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Makassar, stefany.alex@yahoo.co.id

2) Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Makassar, ac090197@gmail.com

3) Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Makassar, alfrer95@gmail.com

4) Peneliti Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Makassar, sigridaaris@gmail.com

5)Associate Professor Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Makassar, firdauschairuddin@gmail.com

ABSTRACT

Aspal berpori dikembangkan untuk mengalirkan permukaan permukaan perkerasan melalui pori-porinya, karena sifatnya yang khas. Untuk ukur kemampuannya untuk mengalirkan air (permeabilitas), alat pengukur khusus diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur koefisien permeabilitas menggunakan uji permeabilitas jangkung. Hasilnya dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Pengujian meliputi horisontal dan vertikal permeabilitas. Tiga jenis gradasi digabungkan yaitu: Gradasi Inggris (BS), Gradasi Non Inggris (Hitam Valey Route / BVR) dan Australian Gradation. Pengujian dilakukan pada kadar aspal optimum. Hasilnya menunjukkan bahwa permeabilitas vertikal aspal berpori menggunakan BS, BVR dan gradasi Australia adalah: 0,0924, 0,2942 dan Masing 0,2918 cm / detik. Sedangkan untuk permeabilitas horizontal adalah 0.1170, 0.3131, 0.2979 cm / det, untuk BS, BVR dan Australian Gradation masing-masing. Ketahanan Marshall berlawanan dengan permeabilitas, porositasnya sebanding dengan permeabilitasnya. Kesamaan grafik menunjukkan bahwa aparatus permeabilitas cukup peka terhadap pengukuran yang dilakukan.

Kata kunci: gradasi, kadar aspal optimum, permeabilitas, porositas

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pokok pelapisan permukaan jalan adalah peningkatan tingkat keselamatan pengguna jalan. Faktor pemicu kecelakaan lalu lintas diantaranya disebabkan oleh permukaan yang tidak

dapat dengan sempurna mengalirkan air di

(2)

meningkatkan gaya gesek terutama untuk mencegah aquaplaning di

runway lapangan terbang, (Ministry of Defence, 1998). Saat diterapkan untuk perkerasan jalan raya, dikenal dengan “previous macadam” dan kemudian hari dikenal dengan sebutan Porous Asphalt/PA (British Standards Institution 2001). Porous Asphalt adalah campuran aspal yang sedang dikembangkan untuk konstruksi wearing course.

Campuran didominasi oleh agregat kasar, untuk mendapatkan pori yang cukup tinggi agar didapat permeabilitas PA yang tinggi, dimana permeabitilas difungsikan untuk

subsurface drain. Lapisan PA harus terletak di atas basecourse yang

impermeable, susunan konstruksi menggunakan PA dan sistem subsurface drain seperti disajikan pada Gambar 1. Alat uji permeabilitas yang ada di laboratorium Jalan Raya FT-UNS adalah constant head permeability

lazim digunakan untuk pengujian permeabilitas campuran aspal dengan pori yang sangat kecil. Konstruksi

PA banyak terdapat pori (yang saling berhubungan), hal tersebut menjadi alasan mengapa alat uji permeabilitas yang tersedia kurang tepat

untuk dipergunakan sebagai sarana mengukur koefisien permeabilitas

PA, untuk itu perlu dibuat alat uji permeabilitas khusus untuk PA dan campurannya. Permeabilitas adalah kemampun media yang poros untuk mengalirkan fluida. Setiap material dengan ruang kosong diantaranya disebut poros, dan apabila ruang kosong itu saling berhubungan maka ia akan memiliki sifat permeabilitas. Maka batuan; beton; tanah; dan besar pula. (Bowles, JE 1986).

Koefisien permeabilitas aspal dihitung berdasarkan Hukum Darcy. (Kandall dan Mallick, 2001). Metode

untuk mengukur besarnya

permeabilitas yaitu falling head permeability (FHP) dimana air di dalam tabung (stand pipe) jatuh bebas dengan

ketinggian tertentu sampai melewati rongga pada campuran porous asphalt. Metode lain untuk mengukur permeabilitas yaitu constant head permeability (CHP), (Takahashi & Part, 1999). Porous Asphalt

didefinisikan sebagai jenis perkerasan yang didesain untuk memperoleh angka pori yang tinggi (28-32 %).

Gradasi dan ukuran butir, akan berpengaruh pada rongga dan jenis rongga yang terbentuk pada campuran, gradasi PA yang digunakan pada penelitian ini yaitu

(3)

Valley Route (BVR), dan gradasi Australia.

1.2. Tujuan Pengujian

1.Untuk mengetahui kadar aspal optimum dari pengujian PA

melalui beberapa tabel gradasi 2.Untuk mengetahui

Permeabilitas pengujian

Porous Asphalt (PA)

Nilai porositas dihitung menggunakan rumus densitas yang menunjukkan kepadatan campuran

PA, seperti ditunjukkan dalam persamaan [1].

dimana,

D = Densitas spesimen (gr/cm2),

d = Diameter spesimen (cm) Ma = Berat spesimen di udara (gr)

L = Rata-rata tebal spesimen (cm)

Spesific Grafity Campuran,

(4)

dimana, head water permeability test.

Permeabilitas vertikal dan permeabilitas horizontal dapat dihitung dengan rumus :

dimana,

k = Koefisien permeabilitas air (cm/s),

a = Luas potongan melintang tabung (cm2)

L = Tebal spesimen (cm), A = Luas potongan specimen (cm2)

t = Waktu yang dibutuhkan untuk

mengalirkan air dari h1 ke h2 (s)

h1 = Tinggi batas air paling atas pada tabung (cm)

h2 = Tinggi batas air paling bawah pada tabung (cm)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah dan Tanah Lempung (Soil and Clay Soil)

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah menurut Braja M. Das (2007) didefinisikan sebagai bahan yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak tersementasi antara satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel- partikel padat tersebut.

(5)

tertentu yang “menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengna air” (Grim, 1953). Partikel-partikel tanah berukuran yang lebih kecil dari 2 mikron (=2µ), atau <5 mikron menurut sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung daripada disebut lempung saja. Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1µ) dan ukuran 2µ merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung.

Untuk menentukan jenis lempung tidak cukup hanya dilihat dari ukuran butirannya saja tetapi perlu diketahui mineral yang terkandung didalamnya. ASTM D-653 memberikan batasan bahwa secara fisik ukuran lempung adalah partikel yang berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut: 1. Ukuran butir halus, kurang dari

0,002 mm

2. Permeabilitas rendah 3. Kenaikan air kapiler tinggi 4. Bersifat sangat kohesif

5. Kadar kembang susut yang tinggi 6. Proses konsolidasi lambat.

Berikut hasil penelitian unsur kimia yang terdapat di dalam tanah lempung yang pernah diteliti di Laboratorium Kimia FMIPA USU,2011:

2.2. Semen (Cement)

Semen adalah material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif sebagai perekat yang mengikat fragmen-fragmen mineral menjadi suatu kesatuan yang kompak. Semen dikelompokan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu semen hidrolis dan semen non- hidrolis. Semen hidrolis adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contohnya seperti semen portland (OPC, PCC), semen putih dan sebagainya, sedangkan semen non- hidrolis adalah semen yang tidak dapat stabil dalam air.

Ordinary Portland Cement (OPC) adalah Semen Portland yang dipakai untuk segala macam kontruksi apabila tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat,

panas hidrasi, dan

sebagainya. Semen PCC (Portlant Composite Cement)

(6)

yaitu : Lime stone, Fly Ash

dan Trass

3. METODE PENGUJIAN

Penelitian menggunakan metode eksperimental di laboratorium, dan dibagi dalam tiga pentahapan sebagai berikut. Tahap I menentukan kadar aspal dengan metode Marshall, benda uji (BU) untuk mencari kadar aspal optimum dibuat 5 variasi kadar aspal, dan tiap variasi dibuat 3 BU. Tahap II untuk pengujian permeabilitas, untuk setiap jenis gradasi dibuat 5 BU

pada kadar aspal optimum (total 15 BU), pada masing BU

dilakukan perhitungan

volumetric, uji permeabilitas horizontal dilanjutkan uji permeabilitas vertikal. Tahap III dilakukan perhitungan dan analisa serta penarikan kesimpulan.

3.1. Alat dan Bahan Pengujian Permeabilitas aspal berpori ( Permeability Porous Asphalt ) 3.1.1. Alat yang digunakan :

a. Wajan

b. Kompor Minyak c. Spatula/ alat pengaduk

d. Bekesting ( wadah campuran ).

e. Termometer

3.1.2. Bahan yang digunakan : a. Aspal cair/ teer

b. Kerikil - 2 kg c. Pasir

d. Semen Portlant Komposit-PCC diperlukan, yaitu kerikil, pasir, semen portlant komposit-PCC dan teer/ aspal cair.

3. Setelah semua bahan material di timbang masukkan bahan tadi kedalam wajan yang telah dipanaskan terlebih dahulu.

4. Setelah semua bahan di masukkan, kemudian memulai memasak bahan material seperti, kerikil, pasir, teer/ aspal cair dan semen kemudian di aduk sampai semua bahan tercampur dengan baik dan kering.

5. Sambil diaduk tetap memperhatikan suhunya yaitu 1200.

(7)

8. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil permeabilitas dari aspal berpori dengan sempurnanya hasil percobaan bisa dikatakan air dapat merembes masuk ke dalam aspal berpori yang dilakukan/dipratekkan.

4. Hasil dan Pembahasan

Kadar Aspal Optimum, hasil kadar aspal optimum untuk gradasi BS yaitu 4,5% , gradasi BVR 4,5% sedang gradasi

Australia 5,5%. Hasil

perhitungan volumetrik porositas/void in mix (VIM), perhitungan stabilitas dan pengujian permeabilitas seperti disajikan dalam Tabel 3.

(8)

dengan demikian semakin besar densitas akan mengurangi efektifitas fungsi porous aspal (lihat Gambar 3 dan 4). Oleh sebab untuk mendapatkan nilai kh; kv; dan stabilitas yang tingggi perlu dilakukan modifikasi binder misalnya dengan EVA atau SBS. Dari grafik teramati besarnya kv lebih kecil

dibanding kh, dimungkinkan karena proses

pemadatan benda uji menggunakan metode impact (lebih kearah vertikal) bukan vibrator, sehingga kemungkinan rongga yang saling terhubung/ interconnecting lebih banyak kearah horisontal.

(9)

KESIMPULAN

 Diperoleh hubungan : VIM berbanding lurus dengan koefisien permebilitas, densitas berbanding terbalik dengan koefisien permeabilitas dan stabilitas berbanding berbalik dengan koefisien

(10)

pengukuran koefisien permeabilitas untuk gradasi BS : VIM 27,58% dengan kv 0,0924 cm/dt; gradasi BVR : VIM 32,18% dengan kv 0,2942 cm/dt; gradasi Australia : VIM 29,63% dengan kh 0,2979 cm/dt.

REKOMENDASI

Perlu adanya penelitian peninjauan nilai koefisien permeabilitas porous asphalt

dengan variasi kadar aspal, penggunaan filler, modifikasi binder, dan variasi diameter butiran agregat.

Alat yang sudah ada perlu dimodifikasi lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti. Untuk

penelitian selanjutnya dapat dicari nilai koefisien permeabilitas dengan variasi kemiringan permukaan dan variasi umur campuran yang diperlakukan dalam kondisi lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, 1991, “Aggregate Grading Design for Porous Asphalt”, In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds).“Performance and Durability of

Bitumenious Materials”,

Proceding of,

Symposium, University of Leads., Mach 1994, London. Danies, ME, “Trials of Porous

Asphalt and Rolled Asphalt on the A38 at Burton”, 1992,

Material and Colnstruction Division Highways Group Transport and Road Reseach Laboratory Crowthorne, Berkshire, RG11 6AU, ISSN 0266-5247.

Khalid, H. & Perez Jimenez, F.K., “Performance Assessment of Spanish and British Porous Asphalt”, In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds), “Performance and Durability of Bitumenious Materials”, Proceding of Symposium, University of Leeds, Mach 1994, London.

S Kandhal, Prativi & B Mallick, Rajib, “Open Graded Asphalt Friction Course State Practice”,

Aubum University, Alabama, May 1998.

Hassan, HF Hassan & Taha, R, 2002, Use of Open Graded Friction Course (OGFC) Mixture in Oman. In Zoroob, SE Collop, AC & Brown, SE (eds), “Performance of Bituminous and Hydroulic Materials in Pavement”, Nottingham.

Richardson, J.T.G., 2002, Low-noise Surfacing, In Zoroob, S.E. Collop, A.C. & Brown, S.E. (eds),” Performance of Bituminous and Hydroulic Materials in Pavement”,

Nottingham

(11)

Setyawan, A., 2005, “Design and Properties of Hot Mixture Porous Asphalt for semi

flexible pavements

application”, Jurnal penelitian Media Teknik Sipil, Edisi Juli 2005, Surakarta.

Yuliati, N., 2004, “Penurunan Kapasitas

Referensi

Dokumen terkait

VSWR sebesar 2,633 dan pada frekuensi tinggi 2,494 GHz menghasilkan frekuensi sebesar 3,352. Nilai Optimasi VSWR Antena Single Patch CST Dan pada Gambar 5 menunjukkan

Pada penenelitian sebelumnya menyebutkan bahwa penggunaan teori enam persepsi risiko konsumen bertujuan untuk mengetahui minat kosumen dalam pembelian pakaian di

Span of control atau span of management adalah suatu prinsip dalam bentuk angka yang menunjukkan seberapa jauh seorang pimpinan atau kepala kantor (baik dalam arti partial

Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang telah diuraikan maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut : H0 : Tunjangan jabatan fungsional pustakawan dan batas usia

Gambar 6 menunjukkan tekanan P1 (tekanan sebelum masuk sarang adsorben) dan P2 (tekanan sesudah sarang adsorben) pada masing-masing variasi volume adsorben. Hasil penelitian

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Kesesuaian kompetensi kurikulum 2013 SMK KK TKR dengan kompetensi

Menimbang, bahwa setelah memeriksa dan mempelajari berkas perkara dan salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Rantau Prapat nomo ; 697/Pid.Sus/2016/PN.Rap,

Menurut Pasal 1 angka 24 Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan selanjutnya disebut UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan Lalu