• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKLAMASI PANTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REKLAMASI PANTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

REKLAMASI PANTAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP WILAYAH PESISIR

Pendahuluan

Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah

perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatarbelakangi oleh semakin

tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan

lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan penduduk dengan segala

aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan

yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada

perluasan wilayah yang tak terbantahkan.

Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama

daerah strategis dimana terjadi aktifitas perekonomian yang padat seperti pelabuhan,

bandar udara atau kawasan komersial lainnya, dimana lahan eksisting yang terbatas

luasan dan kondisinya harus dijadikan dan diubah menjadi lahan yang produktif untuk

jasa dan kegiatan perkotaan.

Pembangunan kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak

keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Asumsi yang digunakan disini adalah

semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya juga akan

menambah pendapatan asli daerah (PAD). Reklamasi memberikan keuntungan dan

dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan

(pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain.

Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga reklamasi adalah bentuk campur

tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang

selalu dalam keadaan seimbang dinamis sehingga akan melahirkan perubahan

ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi

gangguan lingkungan.

Undang-undang no. 27 tahun 2007 pada pasal 34 menjelaskan bahwa hanya

dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari

biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga

wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti a) keberlanjutan kehidupan

dan penghidupan masyarakat; b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan

pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan

dan penimbunan material.

Prinsip Perencanaan Reklamasi Pantai

Pada dasarnya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan namun dapat

dilakukan dengan memperhatikan ketentuan berikut:

- Merupakan kebutuhan pengembangan kawasan budi daya yang telah ada di sisi

daratan;

- Merupakan bagian wilayah dari kawasan perkotaan yang cukup padat dan

membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan

yang ada;

- Berada di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung

atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa;

- Bukan merupakan kawasan yang berbatasan atau dijadikan acuan batas wilayah

dengan daerah/negara lain.

(2)

terutama yang memiliki skala besar atau yang mengalami perubahan bentang alam

secara signifikan perlu disusun rencana detil tata ruang (RDTR) kawasan. Penyusunan

RDTR kawasan reklamasi pantai ini dapat dilakukan bila sudah memenuhi persyaratan

administratif seperti a) Memiliki RTRW yang sudah ditetapkan dengan Perda yang

mendeliniasi kawasan reklamasi pantai; b) Lokasi reklamasi sudah ditetapkan dengan

SK Bupati/Walikota, baik yang akan direklamasi maupun yang sudah direklamasi; c)

Sudah ada studi kelayakan tentang pengembangan kawasan reklamasi pantai atau

kajian/kelayakan properti (studi investasi); dan d) Sudah ada studi AMDAL kawasan

maupun regional.

Rencana detil tata ruang kawasan reklamasi pantai meliputi rencana struktur

ruang dan pola ruang. Struktur ruang di kawasan reklamasi pantai antara lain meliputi

jaringan jalan, jaringan air bersih, jaringan drainase, jaringan listrik, jaringan telepon.

Pola ruang di kawasan reklamasi pantai secara umum meliputi kawasan lindung dan

kawasan budi daya. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pedoman ini adalah ruang

terbuka hijau. Kawasan budi daya meliputi kawasan peruntukan permukiman, kawasan

perdagangan dan jasa, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,

kawasan pendidikan, kawasan pelabuhan laut/penyeberangan, kawasan bandar udara,

dan kawasan campuran.

Tata ruang kawasan reklamasi pantai harus memperhatikan aspek sosial,

ekonomi dan budaya di kawasan reklamasi. Reklamasi pantai memberi dampak

peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang

perairan masyarakat sebelum direklamasi.Perubahan terjadi harus menyesuaikan 1)

Peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan; 2) Selanjutnya, perubahan di atas

berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk

keragaman/diversifikasi usaha baru yang ditawarkan. Aspek sosial, budaya, wisata dan

ekonomi yang diakumulasi dalam jaringan sosial, budaya, pariwisata, dan ekonomi

kawasan reklamasi pantai memanfaatkan ruang perairan/pantai.

Permasalahan dan Dampak Reklamasi Pantai

Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat

proyek reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman

hayati. Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi

itu antara lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan,

kerang, kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.

Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan

potensi banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam

(geomorfologi) dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu

antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut,

pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat

proyek reklamasi itu akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan

muka air laut yang disebabkan oleh pemanasan global.

Sementara itu, secara sosial rencana reklamasi pantai dipastikan juga dapat

menyebabkan nelayan tradisional tergusur dari sumber-sumber kehidupannya.

Penggusuran itu dilakukan karena kawasan komersial yang akan dibangun

(3)

Latar Belakang Rencana Reklamasi

Pembangunan selalu berkembang yang ditandai dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan migrasi, serta

pergeseran peruntukan lahan yang menyebabkan alih fungsi lahan meningkat setiap tahun. Terjadinya alih fungsi

lahan tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain: pelaksanaan tata ruang yang tidak konsisten, pengendalian

yang lemah, serta kesadaran masyarakat dalam menaati rencana tata ruang yang masih rendah. Kemajuan menuntut perubahan. Perubahan inilah yang wajib menjadi pemikiran kita bersama.

Bali yang secara geografis sangat sempit, terus mengalami pengurangan lahan pertanian karena alih fungsi akibat

kemajuan pembangunan. Untuk itu, kita harus memikirkan berbagai upaya terobosan dalam menjaga perkembangan

pembangunan pariwisata kita sejalan dengan kelestarian pertanian sebagai nafas kebudayaan Bali. Konsep pariwisata budaya yang merupakan ikon pariwisata Bali, tidak bisa kita kembangkan hanya dengan mengandalkan

apa yang ada dan apa yang kita miliki saat ini. Diperlukan berbagai program terobosan dalam pembangunan

pariwisata, yang tetap mendukung kelestarian alam dan budaya Bali, sesuai slogan “Pariwisata untuk Bali”.

Di sisi lain, beberapa pantai di Pulau Bali merupakan daerah yang rawan bencana, khususnya bencana tsunami. Menjadi kewajiban kita untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi bencana tersebut. Sejalan dengan

kemajuan pembangunan di wilayah Bali selatan, eksploitasi yang berlebihan terhadap alam dan lingkungannya,

harus diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungannya.

Dipilihnya rencana reklamasi di kawasan Teluk Benua, mengingat kondisi di wilayah perairan tersebut yang salah satunya adalah keberadaan Pulau Pudut, sudah sangat terancam yang salah satunya akibat perubahan iklim global.

Tujuan pemanfaatan kawasan Teluk Benoa antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan dampak iklim

global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana pengembangan Teluk Benoa adalah untuk

meningkatkan daya saing dalam bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dengan menerapkan konsep green development, sebagai upaya mitigasi bencana, khususnya bahaya tsunami. Reklamasi ini

akan menambah luas lahan dan luas hutan bagi Pulau Bali, yang tentu sangat prospektif bagi kemajuan dan

kesejahteraan masyarakat Bali, apabila dikelola dengan tepat, arif dan bijak.

Saya menyadari pula bahwa akan muncul berbagai dampak apabila rencana tersebut dapat diwujudkan, antara lain masalah lingkungan, ketidak-nyamanan selama proses pembangunan, kemacetan, dan beberapa masalah lainnya,

yang tentu dalam kajian final-nya nanti akan kita lihat, seberapa besar kerugiannya.

Reklamasi untuk Masa Depan

Pengelolaan wilayah perairan Teluk Benoa seluas 838 Ha, menurut rencana yang masih harus menunggu kajian

final, sebagian besar diantaranya atau sekitar 438 Ha akan dibangun hutan mangrove. Sementara sekitar 300 Ha

dibangun fasilitas umum seperti art centre, gedung pameran kerajinan, gelanggang olahraga, tempat ibadah,

sekolah, dsb, dan hanya sebagian kecil atau sekitar 100 Ha dibangun akomodasi pariwisata. Kawasan tersebut sekaligus menjadi penyangga wilayah Bali selatan, yang dikembangkan tetap berdasarkan filosofi tri hita karana.

Dalam perkembangan pembangunan ke depan, reklamasi dan kehadiran pulau baru ini memiliki keuntungan bagi

(4)

1. Secara geografis, luas pulau Bali akan bertambah. Pulau baru yang dibangun investor di kawasan ini akan menjadi milik Bali, milik masyarakat Bali. Demikian pula luas hutan kita, khususnya hutan mangrove, akan

bertambah. Keberadaan hutan bakau yang sangat luas di kawasan tersebut, akan sangat melindungi

kawasan pesisir dari ancaman abrasi akibat iklim global, termasuk melindungi Bali dari bencana tsunami

2. Dalam hal lapangan kerja, dibangunnya akomodasi pariwisata dan fasilitas umum akan memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat Bali dalam 5 sampai 10 tahun mendatang. Diperkirakan sekitar

200.000 lapangan kerja baru akan tersedia di kawasan ini. Saat ini jumlah angkatan kerja, khususnya

lulusan perguruan tinggi, terus bertambah. Sementara lapangan kerja mengalami stagnasi, karena sangat

bergantung pada kondisi dan perkembangan pariwisata yang sangat rentan terhadap kondisi keamanan, dan kondisi sosial lainnya. Sebagai contoh, pada saat diskusi digelar, berlangsung upacara wisuda lulusan

Universitas Udayana. Saat itu lebih dari 900 mahasiswa diwisuda, dari jenjang diploma hingga pasca

sarjana. Mungkin sebagian dari jumlah itu sudah bekerja, sementara sebagian lainnya menjadi

pengangguran. Belum lagi lulusan perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya di Bali yang berjumlah sekitar 40 buah, yang meluluskan mahasiswanya ratusan orang setiap tahun, bahkan ada perguruan tinggi yang

melaksanakan wisuda dua sampai tiga kali dalam setahun. Dapat dihitung berapa lulusan perguruan tinggi

yang berpotensi menganggur bertambah setiap tahun. Demikian pula lulusan SMA/SMK yang tidak

melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka adalah angkatan kerja potensial yang belum tentu semuanya mendapatkan pekerjaan. Angka pengangguran kita di Bali saat ini memang terbaik di tanah air, tetapi itu

tidak menjamin dalam tahun-tahun mendatang dapat bertahan, apabila kita tidak berupaya menyiapkan

lapangan kerja baru seluas-luasnya. Terlebih lagi tahun 2015 kita akan menjadi bagian dari Komunitas

Tunggal ASEAN, sejalan dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA). Dalam masa tersebut, para pekerja dari luar negeri akan datang ke Bali untuk bersaing mendapatkan pekerjaan dalam seluruh

bidang, mulai dari manager, sopir, sampai tukang sapu. Keberadaan lapangan kerja baru akan sangat

membantu persaingan kerja bagi para tenaga kerja lokal Bali. Demikian pula para penari dan seniman

lulusan SMK Kesenian, dan juga perguruan tinggi seni, akan mendapat kesempatan luas untuk tampil dengan dibangunnya art centre dan akomodasi pariwisata baru.

3. Dalam mendukung pembangunan pariwisata, keberadaan pulau reklamasi akan menjadi destinasi wisata

baru. Konsep pariwisata budaya mutlak diimplementasikan dalam membangun dan mengembangkan

kawasan dan atraksi wisata di kawasan tersebut. Kejenuhan wisatawan asing atas atraksi dan obyek wisata yang ada saat ini, wajib diantisipasi untuk 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita berharap pariwisata budaya kita

menuju quality tourism, dalam arti wisatawan yang datang adalah yang memang berwisata dan berbelanja

di Bali. Di sisi lain, kita tidak boleh menutup mata terhadap kemajuan yang dialami pariwisata

negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kita tidak boleh malu belajar dari kemajuan yang mereka capai. Belum lagi daerah-daerah lainnya di tanah air yang sedang gencar-gencarnya

membangun pariwisatanya, mulai dari yang terdekat yaitu Banyuwangi dan NTB, sampai pada

pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang sangat berobsesi mengalahkan kemajuan pariwisata Bali.

(5)

kawasan pulau baru akan mudah dikembangkan termasuk melalui diversifikasi program dan atraksi wisata budaya. Para perajin kita telah disediakan arena pameran dan promosi. Para seniman, budayawan dan

sekaa-sekaa kesenian yang ada, akan disiapkan art centre dan panggung-panggung seni lainnya, sehingga

akan mendorong kelestarian seni budaya kita.

Lahirnya Keputusan Gubernur Bali

Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan rekomendasi izin pemanfaatan, sudah melalui proses dan

mekanisme pembahasan, mulai dari permohonan yang diajukan investor, rekomendasi DPRD Provinsi Bali, sampai

turunnya Keputusan Gubernur. Rekomendasi tersebut masih memerlukan beberapa kajian pendukung, sinkronisasi dan harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan, serta beberapa tahapan perizinan yang wajib dimiliki oleh

investor, di mana izin-izin tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Rekomendasi tersebut belum cukup dipakai acuan melaksanakan kegiatan reklamasi, tetapi baru sebatas sebagai

dasar bagi investor melakukan kegiatan pengkajian, survey, serta pengurusan perizinan yang dibutuhkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sekarang tugas kita bersama adalah mengawasi pelaksanaan kajian

tersebut kalau memang benar-benar memenuhi semua aspek, untuk kemudian dilanjutkan pada tahapan berikutnya.

Dalam membuat kajian feasibility tersebut berbagai peraturan perundang-undangan masih perlu diacu,

disinkronisasikan, dan diharmonisasikan, antara lain Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2011 tentang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita), Rancangan Perda Arahan Peraturan Zonasi Sistem

Provinsi, dan Draft Arahan Peraturan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang sedang disusun dokumen

akademisnya di Pemerintah Provinsi Bali. Sementara Pemerintah Kabupaten Badung juga sedang menyiapkan

Raperda Arahan Peraturan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Badung sebagai tindaklanjut amanat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Dalam Keputusan ini, Saya dengan tegas mencantumkan hal-hal yang wajib dipenuhi dalam pengembangan

rencana reklamasi ini oleh calon investor, yaitu: 1) menaati ketentuan perundang-undangan yang berlaku, 2)

memperhatikan kelestarian lingkungan, 3) mengikutsertakan dan mempekerjakan masyarakat di sekitar tempat usaha serta membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, dan 4) menghormati nilai-nilai agama, budaya,

kesusilaan dan/atau ketertiban umum dalam penyelenggaraan kegiatan.

Proses reklamasi ini masih sangat panjang, yang memerlukan pemikiran kita bersama untuk mewujudkannya,

sehingga nantinya benar-benar memberikan manfaat bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Bali di masa mendatang. Bali yang maju adalah Bali yang tidak tercerabut dari akar budayanya yang adiluhung, dengan kemajuan

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Saya mengajak seluruh rakyat Bali, untuk

membangun Bali dengan dasar cinta, dan menyumbangkan pemikiran dan hasil karya sesuai kompetensi dan

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara adiksi game online dengan keterampilan penyesuaian sosial, artinya semakin tinggi adiksi remaja terhadap game online,

Cakupan kegiatan Updating Perusahaan Konstruksi adalah perusahaan konstruksi berbadan hukum di seluruh Indonesia untuk 35.750 target perusahaan dengan mengutamakan perusahaan

molekul lignin menjadi bagian – bagian yang lebih kecil yang mana garam natriumnya akan larut dalam larutan pemasak. Sehingga akan menambah jumlah NaOH

Strategi yang paling sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha.. 1.4

[r]

[r]

kualitas air yang masuk ke dalam sumur resapan apabila terdapat unsur-unsur tercemar. Parameter analisa air tanah dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun

[r]