• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMANFAATAN FESES SAPI TERHADAP P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PEMANFAATAN FESES SAPI TERHADAP P"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEMANFAATAN FESES SAPI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH

Jefri Herdi Triyanto

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jambi

*Alamat kontak : Jl. Lintas Timur Sumatra, Pd. Meja, Kab. Muaro Jambi, Jambi 36361

ABSTRAK

Usaha peternakan sapi yang belum terlokalisasi akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran ini disebabkan pengolahan limbah yang belum dilakukan dengan baik. Ternak sapi memiliki potensi yang cukup baik, seperti bisa menghasilkan kotoran yang berguna untuk pengganti energi biogas bagi rumah tangga dan material kontruksi. Limbah usaha peternakan dapat menimbulkan permasalahan lingkungan sekitar pemukiman dimana usaha peternakan berada jika tidak dikelola dengan baik.

Kajian ini bertujuan untuk pemanfaatan kotoran sapi sebagai energi alternatif biogas bagi rumah tangga dan dampaknya terhadap lingkungan seperti contoh Di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman memberikan gambaran sebuah masyarakat yang sudah merespon secara positif terhadap pemanfaatan kotoran ternak sebagai energi alternatif biogas, hal itu terbukti dari nilai penghematan yang diperoleh dari pemanfaatan energi biogas sebesar 2,50 m3.

Kajian lain juga menunjukkan bahwa pembuatan material bangunan pada sebuah kontruksi, yaitu batu bata dari kotoran sapi dapat berpengaruh dalam berbagai bidang seperti bidang sosial dan ekonomi yang selama ini banyak menjadi masalah dalam masyarakat. Konflik sosial dan ekonomi yang terjadi menarik untuk dikaji melalui disiplin ilmu teknik sipil. Dalam dunia konstruksi, kotoran sapi dapat didaur ulang menjadi suatu material bangunan, yakni sebagai pengganti batu bata. Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa pencemaran lingkungan kotoran sapi dapat ditanggulangi dengan cara mengolah kotoran itu sendiri.

(2)

STUDY ON THE USE OF CATTLE FECES RESOLUTION ENVIRONMENTAL ISSUES AROUND THE HOUSE

Jefri Herdi Triyanto

Civil Engineering Program Faculty of Engineering, University of Jambi *Address : Jl. Cross-eastern Sumatra, Pd. Meja, Kab. Muara Jambi, Jambi 36361

ABSTRACT

Cattle business that has not been localized will cause pollution to the environment. The pollution caused by waste water treatment that has not been done well. Cattle have a good potential, as could produce manure that is useful to substitute biogas energy for household and construction materials. Farm wastes can cause environmental problems around the settlement where the farm is located if it is not managed properly.

This study aims to use cow dung as an alternative energy biogas for household and its impact on the environment as an example in Kepuharjo Village, Cangkringan, Sleman provide a snapshot of a community that has responded positively to the use of manure as an alternative energy biogas, it proved of the value of the savings gained from the use of biogas energy of 2.50 m 3.

Other studies also show that the manufacture of building materials at a construction, namely bricks from cow manure can be influential in areas such as social and economic fields which have a lot to be a problem in society. Social and economic conflicts that occur interesting to study through the disciplines of civil engineering. In the world of construction, cow manure can be recycled into a building material, ie, as a substitute for bricks. From the results of this study can be concluded that environmental contamination cow manure can be overcome by processing the dirt itself.

Keyword : Faeces, Cattle, Fuels, Biogas, Construction Materials, Environment

PENDAHULUAN

Pencemaran lingkungan oleh sebuah usaha peternakan apapun tidak mungkin dihindari. Isu

(3)

(Rosenberg, et. al., 1998; Vigne, 2009). Namun, dampak pencemaran lingkungan mestinya bisa diminimalisir jika usaha peternakan dikelola dengan baik. Untuk itu, Pemerintah Daerah harus memainkan perannya secara maksimal untuk pembinaan, pengawasan, dan penertiban usaha peternakan. Lemahnya pengawasan oleh Dinas terkait bisa memicu konflik horizontal di tengah masyarakat.

Dewasa ini sektor pertanian dihadapkan pada kendala semakin terbatasnya keter- sediaan sumber daya alam, resiko keme- rosotan kualitas sumber daya alam dan dampak eksternalitas negatif dari per- tumbuhan ekonomi yang positif. Oleh karena itu, cara pendekatan, strategi dan teknologi tepat guna yang lingkungan secara bertahap merupakan suatu alternatif yang perlu diterapkan bila diinginkan adanya keseimbangan dan keterpaduan prinsip pencapaian produksi dan kelestarian lingkungan. Dengan demikian, dianggap sebagai suatu rangsangan baru, yang perlu disampaikan kepada masyarakat petani melalui kegiatan sosialisasi pertanian. Respon membutuhkan

suatu stimulus sebagai rangsangan kepada individu untuk memberikan suatu reaksi. Wujud dari rangsangan itu sendiri dapat bermacam-macam yang akan dimanifes- tasikan ke dalam sikap dan adopsinya ter-hadap inovasi tersebut. Pada kenyataannya menunjukan bahwa kemampuan petani di dalam menanggapi suatu teknologi berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor kondisi sosial ekonomi petani. Akan tetapi, sering pertumbuhan dan pengelolaan di bidang peternakan yang dilakukan secara intensif, efek yang dihasilkan juga semakin mengkuatirkan, salah satunya adalah limbah.

(4)

limbah di dalam lingkungan berarti ada kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan. Untuk mengantisipasi permasalahan ini, maka kesungguhan mengelola lingkungan hidup makin dirasa penting. Ini mulai jelas terlihat dari konsep “Pembangunan Berwawasan Lingkungan” yang di dalam implementasinya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Beberapa di antaranya yang terpenting adalah Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini berarti setiap rencana atau kegiatan yang sudah berjalan harus mempertimbagan aspek ekologi agar dampak yang negatif yang ditimbulkan tidak mengganggu fungsi dan peruntukan lingkungan.

Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat adalah sampah dan kotoran ternak yang tidak ditanggani. Akibatnya, lingkungan di sekitarnya akan tercemar. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang baik agar baunya tidak timbul, atau tidak meluas. Kotoran ternak jika

didiamkan begitu saja akan mengalami penyusutan unsur kimianya. Penyusutan biasa disebabkan oleh penguapan dan pencucian oleh air hujan, angin, panas matahari dan kelembaban lingkungan. Pada dasarnya gangguan yang ditimbulkan oleh limbah ternak dan tanaman dapat diatasi dengan pembuatan sumber energi alternatif seperti biogas, kompos, briket dan sebagainya. Dengan demikian, pengolahan limbah menjadi hal yang serius dan perlu ditanggani segera. Saat ini banyak usaha peternakan yang dilakuan secara intensif sehingga penemuan baru yang digunakan untuk pemanfaatan limbah biologi sedang digalakkan agar para warga pedesaan baik petani maupun peternak mampu mengolahnya sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan rumah tangga dari hasil usaha tersebut. Salah satu energi alternatif tersebut adalah biogas.

(5)

perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun. Munculnya material-material baru seperti gipsum, bambu yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara arsitektur lebih indah.

PEMBAHASAN

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.

Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan

untuk mengolah limbah

biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil Mengurai dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif

lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.

(6)

Gas ini semakin berkumpul untuk kemudian perlahan-lahan terlepas ke atmosfer. Hal ini menjadi berbahaya karena:

- Dapat menyebabkan ledakan - Pemanasan global melalui metana

yang merupakan gas rumah kaca - Material organik yang terlepas

(volatile organic compounds) dapat menyebabkan (photochemical smog)

Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4

Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan

sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.

Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan lain-lain tidak bisa digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah dicobakan pada tanaman jagung, bawang merah, dan padi.

(7)

mesin serta sangat sulit dihilangkan baik secara kimiawi maupun secara mekanik.

Pada internal combustion engines (mesin dengan pembakaran internal), deposit pada piston dan kepala silinder bersifat sangat abrasif, hingga jumlah yang sedikit saja sudah cukup untuk merusak mesin hingga perlu perawatan total pada operasi 5.000 jam atau kurang. Kerusakan yang terjadi serupa dengan yang diakibatkan karbon yang timbul selama mesin diesel bekerja ringan. Deposit pada turbin dari turbocharger akan menurukan efisiensi charger tersebut. Stirling engine lebih tahan terhadap siloksan, walaupun deposit pada tabungnya dapat mengurangi efisiensi.

Jika biogas dibersihkan dari pengotor secara baik, ia akan memiliki karakteristik yang sama dengan gas alam. JIka hal ini dapat dicapai, produsen biogas dapat menjualnya langsung ke jaringan distribusi gas. Akan tetapi gas tersebut harus sangat bersih untuk mencapai kualitas pipeline. Air (H2O), hidrogen sulfida (H2S) dan partikulat harus dihilangkan jika terkandung dalam jumlah besar di

gas tersebut. Karbon dioksida jarang harus ikut dihilangkan, tetapi ia juga harus dipisahkan untuk mencapai gas kualitas pipeline. JIka biogas harus digunakan tanpa pembersihan yang ektensif, biasanya gas ini dicampur dengan gas alam untuk meningkatkan pembakaran. Biogas yang telah dibersihkan untuk mencapai kualitas pipeline dinamakan gas alam terbaharui.

Dalam bentuk ini, gas tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Pemanfaatannya seperti distribusi melalui jaringan gas, pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Jika dikompresi, ia dapat menggantikan gas alam terkompresi (CNG) yang digunakan pada kendaraan.

(8)

sebagian besar penduduk wilayah Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, mempergunakan kayu bakar dan minyak sebagai energi untuk kebutuhan rumah tangga. Berbagai kondisi tersebut di atas, Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dirasa sangat perlu dilakukan berbagai usaha untuk dapat meningkatkan daya dukung lingkungannya. Pada bidang pertanian perlu dilengkapi dengan usaha konservasi tanah dan air, bidang usaha ternak perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi ternak, dan bidang kebutuhan energi untuk rumah tangga perlu dilakukan konversi energi dari kayu dan minyak. Kecukupan energi pada masyarakat, khususnya yang tinggal di pedesaan dapat diatasi dengan menggunakan energi alternatif yang murah, ramah lingkungan, mudah diperoleh, dan dapat diperbaharui.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas pemanfaatan kotoran sapi menjadi bahan bakar Biogas dan batu bata dalam upaya memecahkan masalah

sosial serta upaya peningkatan taraf ekonomi masyarakat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam tulisan ini yaitu: 1. bagaimana proses pembuatan biogas dan batu bata dari kotoran sapi,

2. bagaimana kualitas biogas dan batu bata kotoran sapi yang dihasilkan,

3. apa keuntungan biogas dan batu bata kotoran sapi dari aspek sosial dan ekonomi.

Analisis Faktor – Faktor

Berpengaruh terhadap Motivasi Peternak dalam Membangun Teknologi Biogas

(9)

terhadap pembangunan teknologi biogas.

Batu Bata dari Kotoran Sapi Jenis Batu Bata :

A. Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa dan bata muka. - Bata biasa, memiliki permukaan

dan warna yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan menggunakan morta (campuran semen) sebagai pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata merah.

- Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin dan mempunyai warna dan corak yang seragam. Disamping digunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup dinding dan sebagai dekorasi. B. Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai

dengan namanya batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1 : 8 serta air yang ditekankan kedalama campuran sehingga membentuk batu bata.

Bata merah merupakan salah satu jenis bahan dasar pembangunan

digunakan di Indonesia, dari zaman dulu hingga zaman modern seperti saat ini bata merah memang sudah menjadi salah satu bahan wajib di dalam membangun rumah. Cukup bisa dimaklumi, bata merah masih lebih banyak digunakan daripada bata ringan atau batako press, karena selain sudah teruji kekuatannya, mendapatkan jenis material ini pun tidak susah.

(10)

- Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian dibakar. Tidak semua tanah lihat bisa digunakan. Hanya yang terdiri dari kandungan pasir tertentu.

- Umumnya memiliki ukuran: panjang 17–23 cm, lebar 7–11 cm, tebal 3–5 cm.

- Berat rata-rata 3 kg/biji (tergantung merek dan daerah asal pembuatannya).

- Bahan baku yang dibutuhkan untuk pasangan dinding bata merah adalah semen dan pasir ayakan. Untuk dinding kedap air diperlukan campuran 1:2 atau 1:3 (artinya, 1 takaran semen dipadu dengan 3 takaran pasir yang sudah diayak). Untuk dinding yang tidak harus kedap

air, dapat digunakan

perbandingan 1:4 hingga 1:6. - Kuat,kukuh dan tahan terhadap

cuaca maupun benda keras

Di Kabupaten Kuningan terjadi konflik sosial antara dua kelompok masyarakat di sebuah desa karena limbah kotoran sapi. Cipari sebagai kawasan penghasil susu perah memi- liki limbah kotoran sapi yang kurang terkontrol. Akibatnya, limbah tersebut sering mengotori

daerah Winduherang yang ada di bawahnya melalui sungai yang menghubungkan kedua daerah. Konflik sosial yang terjadi menarik untuk dikaji melalui disiplin ilmu teknik sipil. Kotoran sapi dapat didaur ulang menjadi material bangunan, yakni sebagai pengganti batu bata. Selain upaya memecahkan masalah konflik sosial masyarakat, batu bata kotoran sapi juga dapat menjawab permasalahan ekonomi yang ada di masyarakat Cipari karena mampu menyediakan lapangan kerja dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi secara optimal.

Proses Pembuatan

(11)

Cara kerja pembuatan batu bata dari kotoran sapi adalah sebagai berikut.

- Penggalian tanah keras (tanah liat) serta pengambilan kotoran sapi yang memiliki tekstur cukup lembab dan bentuk secara fisik seperti tanah hitam.

- Proses pencampuran bahan antara tanah keras dengan kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 4 serta air yang ditambahkan secukupnya hingga campuran

- batu bata memiliki tekstur yang bersifat plastis.

- Penambahan bahan seperti sekam padi dan serbuk gergaji agar batu bata yang dihasil- kan memiliki kualitas penyerapan yang baik. - Proses pencetakan dengan menggunakan cetakan dari kayu yang telah mempunyai ukuran sesuai dengan standar yang ada dan ditambah 10% dari ukuran untuk proses penyusutan yang terjadi pada batu bata.

- Pada proses pencetakan, gunakan abu agar adonan batu bata tidak menempel pada cetakan dan bentuk batu bata memiliki dimensi yang sesuai.

- Lakukan proses pengeringan selama kurang lebih 2 minggu

agar batu bata mengeras (keadaan setengah matang). - Batu bata setengah matang hasil

pengeringan dibakar dengan suhu tinggi mencapai 800oC – 1050oC untuk mengalami proses keramik sampai matang.

- Lakukan proses pendinginan bata kurang lebih seminggu lamanya hingga suhu bata stabil dan sudah sesuai dengan standar mutu di pasaran untuk digunakan.

Kualitas Batu Bata

(12)

Manfaat Batu Bata dari Kotoran Sapi

Lingkup Sosial

Batu bata dari kotoran sapi memiliki manfaat dari lingkup sosial. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, limbah dari kotoran sapi menimbulkan konflik antara masyarakat Desa Winduherang dengan Desa Cipari. Konflik ter-sebut terjadi karena pemanfaatan dari kotoran sapi yang tidak optimal dan terorganisasi secara berkala sehingga limbah kotoran sapi banyak tertimbun di Desa Cipari dan akibatnya limbah kotoran sapi tersebut mencemari ling- kungan Desa Winduherang ketika terjadi hujan. Dengan adanya pembuatan batu bata dari kotoran sapi, konflik sosial dapat dipecahkan karena limbah dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkala.

Ekonomi masyarakat

Dalam lingkup ekonomi masyarakat, pembuatan batu bata dari

kotoran sapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pening- katan taraf ekonomi baik untuk masyarakat Desa Cipari maupun Desa Winduherang. Pemanfaatan limbah dari kotoran sapi menjadi batu bata dapat meningkatkan sumber daya ekonomi sehingga batu bata dari kotoran sapi dapat menjadi sektor usaha masyarakat Desa Cipari dan Winduherang. Sektor usaha ini pun memiliki beragam kelebihan karena batu bata yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik daripada batu bata pada umumnya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan.

Dari hasil analisis diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan landasan sebagai upaya pemanfaatan kotoran sapi dalam memecahkan masalah sosial serta peningkatan taraf ekonomi masyarakat, di antaranya:

(13)

tanah liat dan kotoran sapi yang memiliki tekstur seperti tanah hitam. Selain itu juga ditambahkan sekam padi dan serbuk gergaji agar batu bata dapat menyerap dengan baik. 2. Batu bata dari kotoran sapi

dapat diklasifikasikan ke dalam batu bata kelas B karena memiliki kuat tekan rata rata men- capai 50 N/mm2 dan nilai penyerapan men- capai 6%.

3. a. keuntungan dari aspek sosial Batu bata dari kotoran sapi dapat memecahkan masalah konflik sosial yang terjadi antara dua masyarakat dari dua desa yaitu Cipari dan Winduherang karena limbah kotoran sapi dapat dimanfaatkan secara optimal dan kontinyu sehingga hubungan sosial antara dua kelompok masyarakat tersebut membaik.

b. keuntungan dalam hal peningkatan taraf ekonomi masyarakat Pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi batu bata dapat meningkatkan sumber daya ekonomi di daerah sekitar tempat

penghasil limbah kotoran sapi karena batu bata dari kotoran sapi dapat menjadi usaha ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar. Pembuatan batu bata dari kotoran sapi memerlukan modal yang rendah ser- ta harga jual di bawah pasaran batu bata pada umumnya, namun batu bata ini memiliki kualitas lebih baik.

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan analisis lingkungan yang ada bahwa pencemaran bau feses terhadap lingkungan rumah bisa di tanggulangi dengan membuat sesuatu yang berharga dan bisa menjadi peluang bisnis yang bagus, seperti membuat biogas, bahan material bangunan, dan pupuk.

Saran.

Kajian ini dapat dilakukan lebih lanjut terhadap jenis dan tempat pemeliharaan yang berbeda.

(14)

Anggraini (2000) Konsumsi Ransum ternak Kambing, Bandung . 92 : 3364–3373

Devendra. 1978. Calf Husbandry, Jenis Pakan. Westview Press, Inc. United State of America. Hanum Damanik, Latifah (2014),.

PEMANFAATAN FESES

TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN DAMPAKNYA

TERHADAP LINGKUNGAN”,

Yogyakarta,.

Dwi Nugroho, Muhammad (2014),.

PEMANFAATAN

KOTORAN SAPI UNTUK MATERIAL KONSTRUKSI DALAM UPAYA

PEMECAHAN MASALAH SOSIAL SERTA

PENINGKATAN TARAF EKONOMI

MASYARAKAT”, Bandung,.

O. Linggotu, Lidyasanty (2016),.

PENGELOLAAN

LIMBAH KOTORAN TERNAK DALAM UPAYA PENCEGAHAN

PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI KOTA

KOTAMOBAGU”, Manado,.

https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata

Referensi

Dokumen terkait

Pada penggantian bangunan bagian atas jembatan kereta api rangka baja, perakitan dan pemasangan rangka bajanya tidak di tempat yang sebenarnya melainkan di tempat lain, yang

Pendekatan den- gan menggunakan model simulasi ini perlu dilakukan, sebab melalui model simulasi dan pendefinisian berbagai pola kebijaksanaan dan perubahan faktor eksternal

Hasil penelitian merekomendasikan bahwa variasi campuran yang paling baik untuk menghasilkan adukan campuran papercrete berkinerja terbaik jika dilihat dari

Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan signifikan antara nilai rata-rata pemahaman konsep stoikiometri mahasiswa yang

Pertama, jauh-jauh waktu sebelum diberlakukannya secara resmi sebagai agama kerajaan, masyarakat Bima sudah lebih dulu mengenal agama Islam melalui para penyiar agama dari tanah

Tanah di lokasi relokasi pengungi Sinabung tergolong ke dalam subgroup Andic Dystropept yang memiliki sifat andik ( smeary atau tiksotropik) dengan kadar bahan

rumah yang ada listrik, tetapi dia selalu pergi belajar di.

Hasil analisa penelitian menunjukkan bahwa budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin, efektifitas komunikasi