• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Dengan Pendekatan Pembinaan Kolaborativ Di Gugus Permata Biru Kecamatan Wedung Kabupaten Demak T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Dengan Pendekatan Pembinaan Kolaborativ Di Gugus Permata Biru Kecamatan Wedung Kabupaten Demak T2 BAB IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gugus

Permata Biru UPT Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak provinsi Jawa Tengah.

Gambaran umum Gugus Permata Biru

terdiri SD Negeri Mutih Kulon sebagai inti,

dengan imbasnya antara lain SD Negeri Mutih Wetan, SD Negeri Jung Pasir, SD Negeri

Jungsemi dan SD Negeri Jetak. Jarak sekolah

pada Gugus Permata Biru dari Kantor UPTD Dikpora Kecamatan Wedung lebih kurang

10 km. Jumlah tenaga pendidik yang ada di

Gugus Permata Biru terdiri dari : 5 orang Kepala Sekolah, 30 orang Guru Kelas, 5 orang

Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam,

dan 5 orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan

(2)

63 4.1.2 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini

adalah Pembinaan pembuatan rencana

pembelajaran khususnya dalam penyusunan

pengembangan silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh

Pengawas Sekolah terhadap guru-guru. Dalam

Pembinaan ini Pengawas Sekolah menerapkan

pandangan pembinaan Kolaborativ artinya ada

kedaulatan yang seimbang antara Pengawas dan guru,tanggung jawab masing-masing

sedang. Pengawas Sekolah mempunyai

kewajiban membina guru-guru, sedangkan

guru mempunyai kewajiban untuk

melaksanaan hasil Pembinaan dari Pengawas

Sekolah. Dalam hal ini guru sebelum mengajar diwajibkan membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran yang merupakan penjabaran dari

kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesional sebagai seorang pendidik.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dengan baik dan kondusif, guru-guru melaksanakannya

(3)

64

tentang pentingnya perencanaan pembelajaran yang

dibuat sendiri dapat memberikan gambaran yang

jelas tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan sudah disesuaikan dengan keadaannya nyata yang

dihadapi. Apalagi dengan dianjurkannya oleh

pemerintah dengan menggunakan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih memberikan

motivasi bahwa kurikulumnya disesuaikan dengan

keadaan masing-masing sekolah.

Kolaborator juga melaksanakan dengan

sebaik-baiknya berdiskusi dan memberikan

masukan-masukan yang sangat berarti.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran,

terlebih dahulu guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yaitu silabus dan perencanaan

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk mengetahui

sejauh mana guru telah memahami dalam

penyusunan silabus dan RPP, peneliti melakukan

penelitian eksplorasi tentang administrasi/perangkat

pembelajaran secara umum melalui angket yang

diberikan pada semua guru dan hasil supervisi akademik. Hasil supervisi akademik yaitu hasil

(4)

65 diberi tugas untuk mensupervisi guru penjas dalam

melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, yang

merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan

sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya, peneliti sajikan hasil dari penelitian pada tabel 4.1-4.5, yaitu sebagai

berikut: Tabel. 4.1

Distribusi Prosentase Hasil Penelitian Lembar Observasi Guru (LOG) Tentang Perangkat

Pembelajaran

Di Gugus Permata Biru Kec. Wedung Kab. Demak

No Kegiatan Ketercapaian

1 Membuat program tahunan 100 %

2 Membuat program smester 100 %

3 Membuat program harian 20 %

4 Menyusun pengembangan silabus sendiri 20 % 5 Memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah

ada

80 %

6 Menyusun pengembangan RPP beberapa Kompetensi Dasar saja

60 %

7 Menyusun pengembangan semua RPP 40 % 8 Memfotokopi pengembangan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran dari sekolah lain

80 %

9 Membuat daftar nilai harian 100 % 10 Membuat daftar nilai tugas 80 %

11 Membuat daftar hadir 100 %

12 Membuat agenda pelaksanaan harian 20 % 13 Membuat analisis butir soal 20 % 14 Membuat analisis hasil ulangan dan daya

serap

80 %

15 Membuat program remedial 100 % 16 Membuat program pengayaan 60 %

17 Membuat kisi-kisi soal 20 %

18 Membuat lembar kerja siswa (LKS) 60 %

19 Membuat kumpulan tugas 20 %

(5)

66

Dari tabel di atas diketahui bahwa sebagian

besar guru belum memiliki administrasi

pembelajaran yang lengkap, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi dalam hal penyusunan

pengembangan silabus dan RPP saja, yang sangat

penting dikuasai oleh semua guru. Dari hasil tabel

diatas menunjukkan bahwa guru belum

mengembangkan silabus sendiri,tetapi baru sebatas

memfotocopi/mengeprint silabus yang sudah ada

dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu sebanyak 100%, yang sudah membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hanya untuk

beberapa kompetensi dasar sebanyak 60%,

sedangkan yang sudah memiliki semua RPP dalam

arti membuat sendiri sebanyak 20% dan yang hanya

memfotocopi dari sekolah lain sebanyak 80%.

Berdasarkan data di atas, secara umum

administrasi pembelajaran guru-guru di Gugus

Permata Biru masih kurang, tetapi pada penelitian ini dibatasi hanya pembinaan tentang penyusunan

pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), pembinaan penyusunan

pengembangan silabus dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alasan silabus merupakan dasar

(6)

67 penyusunan pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Untuk pelaksanaannya

direncanakan melalui tindakan yang dilakukan oleh Pengawas sebagai peneliti dan Kepala Sekolah

sebagai kolaborator yang mengobservasi peneliti

selama pembinaan berlangsung yaitu Pengawas Sekolah.

Berdasarkan perencanaan, bahwa penelitian

yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru yaitu

melalui pembinaan, pelatihan, sosialisasi, diskusi dan pemodelan untuk memahami silabus. Tindakan

yang dilakukan oleh guru adalah

mengimplementasikan hasil kegiatan di atas dengan menyusun pengembangan silabus dengan melihat

standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan

(SKL). Dalam Pembinaan dan pelatihan ini lebih menitikberatkan pada mencermati dan menganalisis

Standar Isi untuk dijabarkan dalam komponen

silabus. Hasil diskusi menunjukkan bahwa silabus yang telah dibuat sebelumnya masih memerlukan

pembenahan atau revisi. Setelah melakukan

pelatihan tersebut, peneliti memberikan kesempatan

kepada guru-guru untuk menyusun pengembangan silabus sendiri berdasarkan situasi dan kondisi serta

(7)

68

dengan membagikan format komponen silabus

untuk diisi dan dikerjakan sesuai dengan mata

pelajaran yang diampunya, setelah selesai disusun silabus tersebut , dikumpulkan dan dianalisa oleh

peneliti yang dimaksud kesesuaian dalam hal ini

adalah sesuai dengan tuntutan silabus yang sudah ditetapkan.

Tabel.4.2

Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Silabus

Gugus Permata Biru UPTD Dikpora Kec. Wedung

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan Belum

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa aspek

materi ajar masih ada kesulitan dalam penyesuaian dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan,

yaitu diperoleh 60%, penentuan indikator hanya

60% dalam hal ini guru masih menemui kesulitan dalam mengembangkan kata-kata kerja operasional

(8)

69 langsung terukur, sedangkan penentuan sumber

belajar diperoleh baru diperoleh 80%, yang ditemui

dalam penentuan sumber belajar ini untuk referensi hanya menyebutkan sumber yang relevan, padahal

diharapkan guru menuliskannya dengan lengkap

sehingga orang lain yang membaca silabus tersebut, sudah bisa melihat sumber belajar yang tercantum

dalam silabus dengan mudah. Sebagai contoh kalau

sumber belajarnya adalah buku, maka jelas tertulis

judul buku, karangan, penerbit, tahun terbit kalau perlu dengan halamannya. Tidak hanya dari buku

atau media massa sumber belajarpun bisa

melibatkan orang-orang yang ada dalam sistem sekolah, pemanfaatan sumber belajar dari

lingkungan sekitarpun diperlukan dalam upaya

menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat setempat.

Dalam pelaksanaan Pembinaan ini para guru

sebagian besar begitu antusias terbukti dengan adanya beberapa guru yang mengajukan pertanyaan

dan berdiskusi dengan sesama guru serta menyadari

betapa perlunya mengembangkan sendiri silabus,

dan menyadari kekeliruannya selama ini yang tidak hanya sebagai syarat administrasi saja,tetapi lebih

(9)

70

pembelajaran sehingga apa yang akan dilaksanakan

sudah terencana dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi sekolah sendiri yaitu dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sehingga

sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan

sendiri kurikulum tanpa mengurangi substansi standar isi.

Berdasarkan tabel distribusi prosentase hasil

observasi kesesuaian penyusunan silabus, diketahui

bahwa beberapa guru masih kesulitan menentukan materi ajar, penentuan indikator keberhasilan dan

menentukan sumber belajar, maka disepakati

diadakan pembinaan 3 hari berikutnya, dengan kesepakatan memilih kompetensi dasar yang lain,

berbeda dari yang sudah dibuat pada pertemuan 1.

Menurut pengamatan dari kolaborator, peneliti sudah melaksanakan langkah-langkah Pembinaan

Kolaborativ dengan sebaik-baiknya yang meliputi :

mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan masalah dan negoisasi, pelaksanaan kondusif antara

guru-guru dengan Pengawas sebagai peneliti.

Tindakan dan pengamatan

Berdasarkan perencanaan bahwa tindakan yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru yaitu melalui

(10)

71

pemodelan untuk memahami silabus. Pada

pertemuan kedua ini terasa lebih santai karena lebih

terbuka, bebas untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga merasa senang, karena guru-guru

tersebut tidak merasa sedang mendapatkan

pembinaan, karena peneliti sendiripun sama-sama mengerjakan tugas membuat silabus walaupun

dengan mata pelajaran yang berbeda. Tindakan yang

dilakukan oleh guru adalah mengimplementasikan

hasil kegiatan di atas dengan menyusun

pengembangan silabus dengan melihat standar isi

dan standar kompetensi lulusan. Setelah Pengawas

mendengarkan kesulitan yang dihadapi, pengawas kembali mempresentasikan jalan keluar mengatasi

kesulitan yang dihadapi serta melakukan pelatihan,

peneliti memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk menyusun pengembangan silabus,setelah

selesai disusun silabus tersebut, dikumpulkan dan

(11)

72

Tabel.4.3

Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Silabus

Gugus Permata Biru UPTD Dikpora Kec. Wedung

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Ket Belum

Dengan melihat tabel distribusi prosentase hasil observasi tentang silabus

di atas, yaitu materi ajar sebanyak 80%, penentuan

indikator keberhasilan sebanyak 80%, dan sumber belajar sebanyak 80%.

Menurut pengamatan dari kollaborator, peneliti

sudah melaksanakan langkah-langkah Pembinaan

Kolaborativ yang meliputi : mendengarkan,

mempresentasikan, memecahkan masalah dan

negoisasi. Pelaksanaan sangat kondusif karena

antara Pengawas dan guru mapel tidak kelihatan

seperti sedang diadakan pembinaan, tetapi seperti sedang bekerja bersama tanpa ada yang merasa

(12)

73 Tabel.4.4

Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi

Tentang Kesesuaian Silabus Pertemuan 1 dan 2

Dengan melihat tabel di atas, dari pengamatan

1 dan 2 sudah terlihat ada peningkatan yaitu tentang materi ajar dari 60 % menjadi 80 %, Indikator dari

60 % menjadi 80 % dan sumber belajar 80 % menjadi

80 %, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti mentargetkan kriteria keberhasilan adalah 80 %,

berarti pada pertemuan 2 ini kriteria keberhasilan

yang sudah ditetapkan sudah tercapai, maka pada

pertemuan kedua ini untuk penyusunan

pengembangan silabus dianggap sudah selesai dari

yang direncanakan 2 kali pertemuan. Untuk

(13)

74

pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

Hasil dari perbaikan penyusunan

pengembangan silabus merupakan dasar untuk

menyusun pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sebagai bekal untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan lebih terperinci,

terutama dalam hal penentuan indikator

keberhasilan pencapaian kompetensi.

Sebelum masuk ke materi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu

peneliti menanyakan dan berdiskusi dengan

guru-guru,apakah di antara guru-guru ada yang masih mengalami kesulitan untuk memperbaiki hasil

refleksi I, melalui strategi tersebut guru merasakan

bahwa penyusunan silabus tidak sulit, dan tidak merasa terbebani asal ada motivasi diri yang kuat

untuk menjadi guru yang profesional dan

memberikan pengetahuan dan pengalaman terbaik pada siswa-siswanya.

Untuk mengetahui hasil pekerjaan guru dalam

penyusunan pengembangan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yaitu kesesuaian antara pekerjaan guru dengan aturan yang sudah

(14)

75 di bawah ini peneliti sajikan pada tabel 4.5 yaitu

sebagai berikut:

Tabel.4.5

Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

Gugus Permata Biru UPTD Dikpora Kec. Wedung

No Aspek Pengamatan

Hasil Pengamatan Ket Belum

penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahwa dalam kegiatan inti guru ada yang

belum memperhatikan beberapa hal, antara lain :

(15)

76

membangun peta konsep, bagaimana

mengumpulkan informasi dengan stimulus

pertanyaan efektif, bagaimana menggali informasi dari media massa, bagaimana membandingkan dan

mensintesiskan informasi, bagaimana melakukan

kerja praktek dan sebagainya.

Dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam

kegiatan inti baru diperoleh hasil sebanyak 80% hal

ini, menunjukkan bahwa guru belum banyak

mengenal berbagai bentuk model pembelajaran. Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran

masih nampak belum bervariasi yang melalui proses

ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Hal ini terjadi karena belum dipahami secara mendalam mengenai

kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru

untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa serta menentukan model pembelajaran. Penentuan

pengalaman belajar akan memberikan banyak

pengaruh terhadap sumber belajar maupun di mana siswa akan belajar. Untuk mengatasi hal tersebut

peneliti mengajak guru-guru untuk mendiskusikan

suatu model pembelajaran dengan kompetensi dasar

dan indikator yang sesuai dengan Standar Isi.

Dalam penentuan penilaianpun guru baru

(16)

77 antara indikator pencapaian kompetensi dengan

bentuk soal yang dibuat, termasuk pedoman

penilaianpun skore yang dibuat belum disesuaikan dengan bobot soal hanya disamakan masing-masing

soal skorenya 4, padahal bobot soal berbeda-beda,

demikian juga dalam membuat kunci jawabanpun masih ada yang terkesan asal-asalan, demikian juga

dalam penggunaan metode diskusi dan unjuk kerja

masih ada yang belum membuat pedoman

penilaiannya. Hal lain yang ditemui adalah belum ditemukan langkah tindak lanjut dari hasil

pembelajaran yaitu bagi yang nilainya masih kurang

belum ada soal ataupun tugas remidi demikian juga bagi yang sudah mendapatkan nilai yang bagus

belum ada soal ataupun tugas pengayaan.

Dalam pelaksanaan Pembinaan ini para guru begitu antusias terbukti dengan adanya beberapa

guru yang mengajukan pertanyaan dan berdiskusi

dengan sesama guru serta menyadari betapa perlunya membuat sendiri rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sehingga tahu persis apa yang

akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung,

serta menyadari kekeliruannya selama ini yang tidak hanya sebagai syarat administrasi saja,tetapi lebih

(17)

78

pembelajaran sehingga apa yang akan dilaksanakan

sudah terencana dan disesuaikan dengan situasi dan

kondisi sekolah sendiri yaitu dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

sehingga sekolah diberi keleluasaan untuk

mengembangkan sendiri kurikulum tanpa

mengurangi substansi standar isi.

Menurut pengamatan dari kollaborator peneliti

sudah melaksanakan langkah-langkah Pembinaan

Kolaborativ yang meliputi: mendengarkan,

mempresentasikan, memecahkan masalah dan

negoisasi. Masalah yang ditemui adalah masih

adanya kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam

menentukan model pembelajaran dan aspek

penilaian.

Untuk menentukan model pembelajaran yang tepat untuk setiap kompetensi yang akan dicapai

memang tidak mudah, harus betul-betul disesuaikan

dengan kondisi yang hadapi seperti karakter siswa, yang memiliki minat belajar rendah.

Agar lebih jelas hasil Pembinaan pada

pertemuan 2 ini, peneliti sajikan pada tabel 4.6 di

(18)

79 Tabel.4.6

Distribusi Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan Ket Belum Sesuai Sesuai

1 Mata Pelajaran 0 % 100 % kesulitan masing-masing diantaranya, penentuan

metode pembelajaran sudah mencapai hasil

sebanyak 90%, Kegiatan inti dalam hal ini menentukan model pembelajaran sudah mencapai

hasil sebanyak 90%, dan aspek penilaian sudah

mencapai hasil sebanyak 90%.

Menurut pengamatan dari kolaborator, peneliti

(19)

80

Kolaborativ yang meliputi : mendengarkan,

mempresentasikan, memecahkan masalah dan

negoisasi, suasana begitu kondusif Pengawas dan guru merasa senang karena sudah tidak banyak

mengalami kesulitan yang berarti.

Untuk lebih jelasnya peningkatan kemampuan guru dalam penyusunan pengembangan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan hasil

pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah

ini:

Tabel.4.7

Distribusi Perbandingan Prosentase Hasil Observasi Tentang Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

No Aspek Pengamatan

Hasil 12 Alat/Bahan/ Sumber

Belajar

20 % 80 % 10 % 90 %

(20)

81 Berdasarkan tabel 4.7 di atas, pengembangan

kegiatan inti dalam hal ini menentukan model

pembelajaran sudah ada peningkatan yaitu : dari 60 % meningkat menjadi 90 % dan aspek penilaian dari

60 % meningkat menjadi 90 %. Target pencapaian

hasil yang ditetapkan oleh peneliti sebanyak 85 % guru-guru mampu membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sendiri sudah tercapai. Dengan

demikian pada pertemuan kedua ini dianggap telah

selesai.

4.4 Pembahasan

Dalam penelitian ini,peneliti memilih model Pembinaan Kolaborativ dengan harapan adalah

terdapatnya kontrak antara Pengawas dan guru,

karena dalam pola Pembinaan Kolaborativ ada kedaulatan yang seimbang antara Pengawas dan

guru, yang memiliki tanggung jawab masing-masing

sama-sama sedang. Dalam pandangan Kolaborativ ini, perilaku pokok Pengawas mencakup :

mendengarkan, mempresentasikan, memecahkan

masalah dan negosiasi. Dalam pembahasan ini

(21)

82

penyusunan pengembangan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

Dengan mendengarkan semua kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru, yaitu tentang

penyusunan pengembangan silabus dan penyusunan

dan pengembangan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) guru-guru merasa mendapatkan

perhatian,dan kesulitannya didengar sehingga

menjadi lebih terbuka untuk mengemukakan

kesulitannya masing-masing. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru diinventarisir dan diolah, setelah

itu Pengawas mempresentasikan tentang pentingnya

membuat perencanaan pembelajaran sendiri yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai agar

tahu persis apa yang akan dilakukan sesuai dengan

situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang tersedia. Dengan demikian guru menyadari

kekeliruannya selama ini, yang hanya memfotokopi

silabus dan RPP dan itupun hanya dikumpulkan

pada wakil Pengawas Sekolah urusan

kurikulum,belum dijadikan sebagai pedoman dalam

mengajar.

Setelah guru menyadari kekeliruannya selama ini,mereka ingin mencoba menyusun pengembangan

(22)

83

diadakan Pembinaan secara klasikal dan

berdasarkan kesepakatan diadakan dua kali yang

pertama tentang penyusunan pengembangan silabus dan yang kedua penyusunan pengembangan rencana

pelaksanaan pembelajaran, karena sudah ada

kesepakatan untuk diadakan Pembinaan, peneliti menghubungi teman sejawat (pengawas yang

berkompeten) untuk memberikan pengarahan awal

cara menyusun pengembangan silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mudah dan cepat.

Dalam penelitian ini penggunaan Pembinaan

Kolaborativ lebih tepat, karena antara Pengawas dan guru sama-sama memiliki tanggung jawab

masing-masing dan ingin melaksanakannya dengan

sebaik-baiknya, tanpa ada rasa keterpaksanaan karena memang menyadari kekeliruannya selama ini dan

termotivasi untuk menjadi guru yang profesional.

Dengan demikian dalam penelitian ini, upaya yang digunakan oleh Pengawas Sekolah agar

guru-guru sebelum mengajar membuat perencanaan

pembelajaran adalah dengan cara memberikan

Pembinaan dan cara yang digunakan oleh pengawas adalah cara pembinaan dengan Kolaborativ, karena

(23)

84

tanggung jawab. Pengawas memberikan motivasi

agar sebelum mengajar sudah menyusun

pengembangan pembelajaran yang dibuat sendiri sehingga pada pelaksanaan pembelajaran lebih

percaya diri, terprogram dan sesuai dengan situasi

dan kondisi sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia serta untuk memenuhi tuntutan kompetensi

profesionalisme dan kompetensi pedagogik seorang

pendidik,dengan demikian tujuan akhir adalah

prestasi siswa baik.

Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya

peningkatan kemampuan guru-guru dalam membuat

perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) setelah diberikan pembinaan

Referensi

Dokumen terkait

Maka rumusan permasalahan yang diangkat peneliti adalah “Apakah teknik sosiodrama efektif untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal sehingga dapat mengurangi

"Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah." - Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik

Guru pamong sangat berperan besar dalam membantu praktikan melaksanakan PPL 2 di SMA Negeri 1 Batang. Praktikan sering berkonsultasi dengan guru pamong tentang berbagai masalah

[r]

Meningkatkan mutu dan kualitas lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan suatu prioritas utama dalam rangka melaksanakan pembangunan di

Perencanaan individual yang dibuat A11 berkaitan dengan peningkatan/kepemilikan keterampilan komunikasi interpersonal terkait keterampilan komunikasi memulai komunikasi

SIAHAAN PUSKESMAS SIMARMATA UMUM PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT AHLI PERTAMA S-1 KESEHATAN MASYARAKAT 60 45 114 219 TL... DERMAGAWATY PASARIBU PUSKESMAS LONTUNG UMUM BIDAN TERAMPIL

1) Untuk mengetahui hubungan volume penjualan ( produksi), harga jual, biaya produksi dan biaya-biaya lain serta mengetahui laba rugi perusahaan. 2) Sebagai