• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERBUDAKAN DI AMERIKA Guna Memen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERBUDAKAN DI AMERIKA Guna Memen"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERBUDAKAN DI AMERIKA

( Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika)

Oleh :

Imam Sholihin (090210302042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang perbudakan di Amerika. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai aspek.. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang perbudakan di Amerika dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia hubungan internasional.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perbudakan di Amerika Serikat berlangsung secara legal hingga diambilnya Amandemen Konstitusi Amerika Serikat ke-13 tahun 1865. Perbudakan sudah dimulai sejak kolonisasi Britania di Virginia tahun 1607, meskipun budak Afrika sudah dibawa ke Florida Spanyol pada tahun 1560-an.

Kebanyakan orang yang menjadi budak berkulit hitam dan dimiliki orang yang berkulit putih, meskipun beberapa penduduk asli dan orang berkulit hitam juga memiliki budak. Terdapat pula budak berkulit putih, namun jumlahnya sedikit. Mayoritas pemilik budak berada diAmerika Serikat Selatan, dimana kebanyakan dijadikan "mesin" untuk pertanian.

1.2 Pembatasan Masalah

- Diplomasi dan interaksi antar negara. - Politik luar negeri bebas aktif.

1.3 Perumusan Masalah

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Diplomasi dan Interaksi Antar Negara

Definsi diplomasi sangat beragam mulai dari definsi yang terdapat dalam berbagai kamus hingga para ahli hubungan internasional.

1.Menurut kamus

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia:

- urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain.

- urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain.

- pengetahuan dan kecakapan dalam hal perhubungan antara negara dan negara.

2.Menurut para ahli

a. Sir Ernest Satow dalam Guide to Diplomatic Practice: the aplication of intellegence and tact to conduct of official relations between the government of independent states (penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antara pemerintah negara-negara berdaulat).

b. K. Panikar dalam The Principle and Practice of Diplomacy: seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.

c. Ivo D. Duchacek: praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara melalui cara negosiasi dengan negara lain.

(5)

luar negeri dan keahlian (dalam arti baik) serta taktik licik (dalam arti buruk) dalam pelaksanaan negosiasi.

e. Clausewitz: perang merupakan kelanjutan diplomasi dengan cara lain. f. Dean A. Minix dan Sandra M. Hawley dalam Global Politics: management

of relations between states and between states and other actors (non state actors).

g. WW. Kulski: perumusan dan pelasksanaan politik luar negeri

Dengan merujuk ke berbagai definisi tersebut, maka diplomasi setidaknya mengandung lima aspek, yaitu:

1. Hubungan antara negara dengan negara dan hubungan antara negara dan aktor bukan negara.

2. Proses perumusan dan pelaksanaan politik luar negeri.

3. Mempunyai tujuan memajukan dan melindungi kepentingan nasional. 4. Suatu seni dalam berunding.

5. Perang sebagai bentuk lain diplomasi.

Penggunaan kata diplomasi sudah sering kita dengar, mulai dari percakapan sehari-hari hingga pada tataran hubungan antar negara atau percakapan dalam suatu forum internasional.

(6)

membicarakan suatu hal yang berkaitan dengan berbagai kepentingannya. Makna ini yang menjadi ulasan dan rujukan di berbagai literatur diplomasi.

Kata diplomasi sendiri berasal dari kata Yunani. SL Roy menyebut kata “diploun” sebagai asal mula kata diplomasi yang berarti “melipat”. Sedangkan Yusuf Badri menyebutkan kata “ziplwma” atau “duplicata” yang berarti “digandakan” atau “dilipat dua”. Menurut Nicholson, “pada masa Kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surat-surat jalan dicetak pada piringan logam dobel, dilipat dan dijahit jadi satu dalam cara yang khas. Surat jalan ini disebut “diplomas”. Selanjutnya kata ini berkembang dan mencakup pula dokumen-dokumen resmi yang bukan logam, khususnya yang memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjian dengan suku bangsa asing di luar bangsa Romawi. Karena perjanjian ini semakin menumpuk, arsip kekaisaran menjadi beban dengan dokumen-dokumen kecil yang tak terhitung jumlahnya yang dilipat dan diberikan dalam cara khusus”. Oleh karena itu dirasa perlu untuk memperkerjakan seseorang yang terlatih untuk mengindeks, menguraikan dan memeliharanya. Isi surat resmi negara yang dikumpulkan dan disimpan di arsip, yang dimaknai sebagai pelaksanaan politik luar negeri dalam hubungan internasional dikenal pada zaman pertengahan abad XVIII. Menurut Ernest Satow, Burke memaknai kata diplomasi untuk menunjukan keahlian atau keberhasilan dalam melakukan hubungan internasional dan perundingan di tahun 1796. Orang yang melakukan tugas tersebut dikenal sebagai diplomaticus atau diplomatique atau disebut juga seorang “archivaris”.

(7)

Pemikiran ini akan sesuai dengan prinsip seorang diplomat yaitu “right or wrong is my country” (benar ataupun salah adalah negara saya). Prinsip ini juga mencerminkan nilai-nilai kebohongan. Namun demikian dengan perkembangan praktek-praktek diplomasi prinsip ini kurang relevan dipertahanan. Oleh karena itu tidak tepat untuk mengatakan bahwa diplomasi identik dengan kebohongan. Francois de Calliares semasa pemerintahan Louis XIV dari Perancis mengemukakan “the use of deceit in diplomacy is by its very nature limited, since there is no curse that come quicker to roost than a lie that has been found out” (penggunaan kebohongan dalam diplomasi pada dasarnya adalah sangat terbatas sekali secara alamiah, karena tidak ada suatu kutukan yang begitu cepat tersebarkan dari suatu kebohongan yang terungkap). Masuknya nilai-nilai kebohongan dalam kamus diplomasi merupakan akibat gurauan Sir Henry Wotton (duta besar raja Inggris, James I untuk Venesia) yang mengemukakan bahwa “An Ambassador is an honest man, sent to lie abroad for the good of his country” (seorang duta besar adalah s eorang yang jujur, dikirim ke luar negeri untuk diperlancar dengan hubungan pribadi yang naik dan saling pengertian.

N.A. Maryan Green (International Law of Peace): 1. Representing

(8)

2. Melindungi kepentingan negara pengirim dengan negara penerima. 3. Melakukan perundingan dengan negara penerima.

4. Mencari informasi di negara penerima untuk negara pengirim atau menyampaikan informasi negara untuk negera penerima.

5. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara pengirim dan penerima serta memajukan hubungan ekonomi, budaya dan ilmu pengetahuan.

Conway W. Henderson :

1. Representing State Interest 2. Symbolic Representation 3. Obtaining Information

4. Promoting & Protecting the Interest of Nationals 5. Policymaking by Diplomats

Tugas Diplomasi

1. Menetapkan tujuan berdasarkan kekuatan sesungguhnya dan kekuatan potensial yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Menilai Tujuan negara lain dan kekuatan sesungguhnya dan potensial yang tersedia untuk mencapi tujuan tesebut.

3. Menetapkan seberapa jauh tujuan-tujuan yang berbeda ini cocok satu sama lain.

4. Menggunakan sarana-sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

Interaksi Antar Negara

(9)

yang mengalami transformasi akan isu-isu di luar isu politik, seperti isu ekonomi, lingkungan hidup, kejahatan transnasional, hak asasi manusia, terorisme, sosial dan kebudayaan.

Istilah Hubungan Internasional memiliki keterkaitan dengan semua bentuk interaksi diantara masyarakat dari setiap negara, baik oleh pemerintah atau rakyat dari negara yang bersangkutan. Dalam mengkaji ilmu Hubungan Internasional, yang meliputi kajian politik luar negeri, serta semua segi hubungan di antara negara-negara di dunia, yang juga meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, pariwisata, perdagangan internasional, transportasi, komunikasi, dan perkembangan nilai-nilai dan etika internasional.

Menurut Holsti dalam bukunya “Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis”, Hubungan Internasional dapat mengacu pada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori pemerintah maupun tidak. Hubungan Internasional akan meliputi analisa kebijakan luar negeri atau proses politik antar bangsa, tetapi dengan memperhatikan seluruh segi hubungan itu.

Hubungan Internasional dapat dilihat dari berkurangnya peran negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-aktor nonnegara. Batas-batas yang memisahkan bangsa-bangsa semakin kabur dan tidak relevan. Bagi beberapa aktor non-negara bahkan batas-batas wilayah secara geografis tidak dihiraukan.

Hubungan Internasional didefenisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintahan, kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintahan domestik serta individu-individu. Tujuan dasar studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku para aktor negara maupun aktor non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku ini bisa berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik serta interaksi dalam organisasi internasional.

(10)

Rumusan yang ada pada alinea I dan alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan dasar hukum yang sangat kuat bagi politik luar negeri RI. Namun dari rumusan tersebut, kita belum mendapatkan gambaran mengenai makna politik luar negeri yang bebas aktif.

Berikut ini kutipan beberapa pendapat mengenai pengertian bebas dan aktif.

B.A Urbani menguraikan pengertian bebas sebagai berikut : perkataan bebas dalam politik bebas aktif tersebut mengalir dari kalimat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut : supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi menurut pengertian ini, dapat diberi definisi sebagai “berkebebasan politik untuk menentukan dan menyatakan pendapat sendiri, terhadap tiap-tiap persoalan internasional sesuai dengan nilainya masing-masing tanpa apriori memihak kepada suatu blok”.

Mochtar Kusumaatmaja merumuskan bebas aktif sebagai berikut : Bebas, dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-kekuatan yang pada dasarnya tidak sesuai dengan kepribadian bangsa sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila. Aktif, berarti bahwa di dalam menjalankan kebijaksanaan luar negerinya, Indonesia tidak bersifat pasif-reaktif atas kejadiankejadian internasionalnya, melainkan bersifat aktif.

A.W Wijaya merumuskan: Bebas, berarti tidak terikat oleh suatu ideologi atau oleh suatu politik negara asing atau oleh blok negara-negara tertentu, atau negara-negara adikuasa (super power). Aktif artinya dengan sumbangan realistis giat mengembangkan kebebasan persahabatan dan kerjasama internasional dengan menghormati kedaulatan negara lain.

(11)

negeri. Dimana pada saat itu Indonesia belum mendapat pengakuan sebagai negara yang merdeka dan independen dari kalangan internasional, di samping itu Indonesia juga harus menghadapi kekuatan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia setelah lepas dari penjajahan Jepang.

Secara teoritis dasar pembentukan politik luar negeri berdasarkan yang diajukan oleh Graham Alison maka proses pembentukan politik luar negeri Indonesia bebas aktif merupakan hasil dari model Rasional Aktor, yang mana tokohnya adalah Ir. Muhamad Hatta. Seperti diketahui dalam keterangan sebagai pemerintah tentang politiknya dimuka sidang badan pekerja KNIP di Yogyakarta, yang diajukannya pada tanggal 2 september 1948. pidatonya yang kemudian diberi judul “Mendayung Antara Dua Karang”.

Dalam keterangan pemerintah tanggal 2 september 1948 itu Bung Hatta bertanya, “mestikah kita bangsa Indonesia, yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara kita, hanya harus memilih antara pro Rusia dan pro Amerika? Apakah kita tak ada pendirian yang lain harus kita ambil dalam mengejar cita-cita kita?”.

Kemudian Bung Hatta melanjutkan “ pemerintah berpendapat bahwa pendirian yang harus kita ambil ialah supaya kita jangan menjadi obyek dalam pertarungan internasional, melainkan kita harus tetap menjadi subyek yang menentukan sikap kita sendiri, berhak memperjuangkan tujuan kita sendiri, yaitu Indonesia merdeka seluruhnya”.

(12)

sendiri, tidak terpengaruh oleh pihak manapun juga;Aktif, artinya menuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan seluruh bangsa.

Tampak jelas bahwa ide dasar politik luar negeri bebas aktif yang dikemukakan oleh Hatta sama sekali bukan retorika kosong mengenai kemandirian dan kemerdekaan, akan tetapi dilandasi pemikiran rasional dan bahkan kesadaran penuh akan prinsip-prinsip realisme dalam menghadapi dinamika politik internasional dalam konteks dan ruang waktu yang spesifik. Bahkan dalam pidato tahun 1948 tersebut, Hatta dengan tegas menyatakan, percaya akan diri sendiri dan berjuang atas kesanggupan kita sendiri tidak berarti bahwa kita tidak akan mengambil keuntungan daripada pergolakan politik internasional.

Dari sekian penjabaran diatas dapat kita elaborasikan pengertian politik luar Indonesia sebagai berikut.Politik Luar Negeri yang bebas aktif mengandung dua unsur pokok. Pertama, "bebas" biasanya diartikan tidak terlibat dalam aliansi militer atau pakta pertahanan dengan kekuatan-kekuatan luar yang merupakan ciri Perang Dingin. Dalam arti lebih luas Politik Luar Negeri yang bebas menunjukkan tingkat nasionalisme yang tinggi, yang menolak keterlibatan atau ketergantungan terhadap pihak luar yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia. Kedua, kata "aktif" menunjukkan bahwa Politik Luar Negeri Indonesia tidaklah pasif dan hanya mengambil sikap netral dalam menghadapi permasalahan-permasalahan international. Muqadimah UUD 45 secara jelas menuntut Indonesia untuk menentang segala bentuk penjajahan dan ikut memajukan perdamaian dunia.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

(13)

publik. Diplomasi publik muncul dengan mengutamakan pendekatan-pendekatan soft power dalam implementasinya. Diplomasi publik semakin mengemuka karena memiliki beberapa kelebihan, salah satunya berbiaya rendah. Diplomasi publik muncul sebagai alternatif instrumen politik luar negeri yang dapat dilakukan dan dikembangkan oleh negara-negara yang memiliki kapasitas power terbatas seperti halnya Indonesia.

Agar dapat berfungsi optimal dalam artian dapat mencapai tujuan-tujuan poltik luar negeri, pelaksanaan diplomasi publik harus memperhatikan strategi komunikasi. Tahapan menginformasikan, melibatkan, dan mempengaruhi dibangun pada level domestik dan internasional.

DAFTAR PUSTAKA

- http://www.ideelok.com/politik/politik-luar-negeri-bebas-aktif-republik-indonesia

(14)

- http://mkp.fisip.unair.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=101:diplomasi-publik-dalam-politik-luar-negeri&catid=34:mkp&Itemid=61

- http://younkhendra.wordpress.com/2009/11/13/politik-luar-negeri-dan-diplomasi-indonesia/

-

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/01/politik_luar_negeri_indonesia.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Etnomedisin secara etimologi berasal dari kata ethno (etnis) dan medicine (obat). Hal ini menunjukan bahwa etnomedisin sedikitnya berhubungan dengan dua hal yaitu etnis dan

Agresi militer oleh Belanda menjadi salah satu gangguan politik yang pernah dialami oleh Bangsa Indonesia yang berasal dari luar negeri.. Motif utama agresi militer oleh Belanda