• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Bauran Pemasarah terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Mahasiswa Politeknik Mandiri Bina Prestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Bauran Pemasarah terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Mahasiswa Politeknik Mandiri Bina Prestasi"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Penelitian Terdahulu

Nasution (2011) meneliti Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa

Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah Tabungan Simpedes Pada PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Deli Tua Medan. Metode analisis yang

dilakukan adalah deskritif kuantitatif dengan menggunakan regresi linier berganda

dan analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan variabel koefisien

determinasi sebesar 0,651. Hal ini menunjukkan bahwa 65,1% variabel

jasa/produk (X1), harga (X2), promosi (X3), lokasi (X4), orang (X5), proses (X6),

customer service (X7) menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel kepuasan

nasabah (Y) Tabungan Simpedes pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Deli Tua Medan, sedangkan 34,9% merupakan variabel lain yang tidak

diteliti. Penelitian menunjukkan bahwa 69,1% variabel kepuasan nasabah (X)

menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel loyalitas nasabah (Y) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Deli Tua Medan, sedangkan 30,9%

merupakan variabel lain yang tidak diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2009) dengan judul Analisis

pengaruh bauran pemasaran terhadap kepuasan nasabah sebagai variabel

intervening terhadap loyalitas nasabah Unit Mikro Mandiri cabang Teluk Betung,

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran dan kepuasan

nasabah sebagai variabel perantara terhadap loyalitas nasabah kredit pada Unit

Mikro Mandiri Cabang Teluk Betung. Analisis yang dipergunakan adalah analisis

(2)

variabel Bauran Pemasaran dan Kepuasan Nasabah sebagai variabel intervening

mempengaruhi variabel Loyalitas Nasabah Kredit Mandiri, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Hasil koefisien determinasi regresi kesatu adalah sebesar

85,7%, artinya variabel kepuasan nasabah dapat dijelaskan oleh variasi dari ke

tujuh variabel independen (7P). Hasil koefisien determinasi regresi ke dua adalah

sebesar 72,3%, artinya variabel loyalitas nasabah dapat dijelaskan oleh variasi dari

ke delapan variabel independen ( bauran pemasaran/7P dan kepuasan nasabah).

Pengaruh produk, suku bunga, promosi, lokasi, SDM dan proses terhadap

kepuasan nasabah masing-masing adalah sebesar 21%, 30,4%, 13,6%, 15%,

33,9%, dan 39,7%. Kepuasan nasabah berpengaruh sebesar 0,282 atau 28,2%

terhadap loyalitas nasabah.

Meguire (2009) dalam penelitian yang berjudul Promotion, persuasion and class-taste: Marketing (in) the UK post-compulsory sector hasil penelitian di Northwark Park Univesity, mengemukakan bahwa dalam persaingan merebut

perhatian calon mahsiswa maka dibutuhkan pendekatan-pendekatan melalui

bauran pemasaran yakni membuat brosur yang menarik dengan warna yang

beragam dan menyertakan foto-foto aktifitas dan fasilitas perguruan tinggi seperti

foto perpustakaan, pendekatan kepada orang tua dengan memperlihatkan bukti

fisik yang menarik, kecepatan layanan, kebersihan gedung, membuat desain logo

dan warna sebagai identitas perguruan tinggi yang menarik dan pelayanan yang

ramah dari staff yang mengakibatkan mahasiswa merasa benar-benar diinginkan.

Menurut penelitian ini, iklan yang menarik, logo dan warna yang khusus, gedung

yang bersih, kurikulum yang menarik dan pelayanan yang ramah adalah faktor

(3)

mahasiswa puas telah memilih satu perguruan tinggi dan keadaan yang puas akan

memudahkan para staf untuk memberikan ilmu kepada mahasiswa tersebut.

Sujatmoko (2012) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh

Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan pada

Hotel Garuda Plaza Medan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh

strategi bauran pemasaran yang terdiri dari: produk, harga, tempat, promosi,

orang, proses, dan layanan pelanggan terhadap kepuasan pelanggan Hotel Garuda

Plaza Medan. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada

responden sebanyak 100 responden. Metode analisis yang digunakan adalah

metode regresi berganda, uji t, uji F. Hasil penelitian secara serempak variabel

produk, harga, lokasi, promosi, orang, proses, dan layanan pelanggan sangat

signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan Hotel Garuda Plaza Medan.

Secara parsial produk, promosi, orang, proses dan layanan pelanggan signifikan

mempengaruhi kepuasan pelanggan Hotel Garuda Plaza Medan, dari kelima

variabel tersebut variabel layanan pelanggan merupakan variabel yang paling

dominan dibandingkan dengan empat variabel lainnya, sedangkan harga dan

lokasi tidak signifikan mempengaruhi kepuasan pelanggan, dan kepuasan

pelanggan di Hotel Garuda Plaza Medan sangat nyata dalam mendukung naiknya

(4)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Unit Deli Tua Medan

deskritif nasabah (X) menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel loyalitas nasabah (Y) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Deli Tua Medan, sedangkan 30,9% merupakan variabel lain yang tidak diteliti.

atau 28,2% terhadap loyalitas nasabah.

Meguire (2009)

Promotion, persuasion and class-taste: Marketing (in) the UK post-compulsory sector

Menurut penelitian ini, iklan yang menarik, logo dan warna yang khusus, gedung yang bersih, kurikulum yang menarik dan pelayanan yang ramah adalah faktor yang

menentukan seorang mahasiswa puas telah memilih

satu perguruan tinggi. Keadaan yang puas akan memudahkan para staf untuk memberikan ilmu kepada mahasiswa promosi, orang, proses dan layanan pelanggan signifikan mempengaruhi kepuasan pelanggan Hotel Garuda Plaza Medan, dan variabel layanan pelanggan merupakan variabel yang paling dominan dibandingkan dengan empat variabel lainnya.

(5)

Dalam bisnis jasa, fokus pelanggan menjadi pilihan tepat untuk

menjalankan aktifitas pemasaran. Pelayanan purnajual kepada pelanggan adalah

perwujudan terciptanya layanan pelanggan. Hal ini juga menjadi salah satu cara

untuk mempertahankan pelanggan. Pelayanan relasional sangat relevan untuk

dibahas dalam pemasaran jasa. Jasa sering dipandang sebagai fenomena yang

rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi

(personal service) sampai jasa sebagai satu produk.

Menurut Lopiyoadai (2013) Jasa pada dasarnya merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang umumnya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen

Lovelock (2011) menetapkan bahwa “Jasa (services) adalah suatu bentuk sewa menyewa yang dapat memberikan suatu manfaat bagi konsumen. Hal yang

dihargai oleh konsumen dan mereka berkenan membayar untuk mendapatkan

berbagai pengalaman yang diinginkan (desired exprience) dan solusi”. Kata sewa digunakan sebagai istilah umum untuk menunjukkan suatu pembayaran yang

dilakukan untuk menggunakan atau mengakses sesuatu biasanya untuk jangka

waktu tertentu dan bukan dilakukan untuk membeli hal tersebut. Artinya

seseorang tidak bisa dibeli dan dimiliki, tetapi tenaga dan keahlian seseorang

tersebut dapat disewa dan digunakan .

Berdasarkan kerangka non kepemilikan, Lovelock (2011) membagi jasa

(6)

1. Jasa penyewaan barang (rented goods services). Jenis jasa seperti ini memungkinkan konsumen memiliki hak sementara untuk menggunakan

barang yang tidak mau dibelinya.

2. Penyewaan ruang dan tempat (defind space and place rentals). Konsumen akan dapat menggunakan bagian tertentu dari sebuah bangunan,

kendaraan, atau area tertentu lainnya.

3. Menyawa tenaga kerja dan keahlian manusia (labour and expertise rentals). Konsumen dapat menyewa orang lain untuk melakukan pekerjaan yang tidak ingin mereka lakukan sendiri atau tidak dapat mereka lakukan

sendiri karena tidak memiliki keahlian, peralatan, atau keterampilan yang

dibutuhkan .

4. Akses untuk masuk ke kawasan bersama (access to shared physical environtman). Kawasan ini bisa terletak diluar maupun di dalam ruangan, atau kombinasi dari keduanya.

5. Akses masuk dan menggunakan sistem dan jaringan (access to and usage of systems and networks). Disini konsumen menyewa hak untuk berpartisipasi dalam suatu jaringan tertentu seperti dalam jasa

telekomunikasi, utilitas perbankan, asuransi, maupun jasa informasi tertentu lainnya. Penyedia jasa biasanya akan membuat berbagai pilihan

untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang bervariasi yang disesuaikan

juga dengan perbedaan kemampuan konsumen untuk membayar jasa

(7)

2. 3. Teori Bauran Pemasaran

Setiap orang belum tentu dapat menerima semua rangsangan yang ada di

sekitarnya, secara langsung dan cepat. Menurut Setiadi (2008) “Stimuli

pemasaran (Marketing Stimuli), adalah setiap komunikasi atau stimuli secara fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen seperti produk dan komponen

lainnya (seperti kemasan, isi, ciri-ciri fisik) adalah stimuli utama

(primary/intrinsic stimulus)”.

Bagi masyarakat umum, pemasaran hanya merupakan penjualan dan

periklanan seperti melalui surat kabar, televisi, selebaran dan lain sebagainya.

Secara definitif menurut Kotler dan Keller (2012) “Konsep pemasaran adalah

kunci untuk mencapai tujuan organisasi yang terletak pada penentuan kebutuhan

dan keinginan dari pada pasar sasaran dan pada pemberian kepuasan yang

diinginkan dengan lebih efektif dan efisien dari pada para pesaing”.

Kotler dan Keller (2012) menyatakan “Stimuli atau rangsangan pemasaran

terdiri dari empat P: produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi

(promotion). Selanjutnya Stimuli pemasaran dikaitkan dengan bauran pemasaran”. Salah satu konsep utama dalam dunia usaha adalah kebijakan bauran

pemasaran dimana merupakan kombinasi dari empat variabel yang inti dari sistem

pemasaran perusahaan dan dapat digunakan perusahaan untuk menjangkau

konsumen sebagai sasaran pasarnya. Perusahaan harus dapat menetapkan bauran

pemasaran dengan tepat pada segmen pasar yang diinginkan agar tingkat

penjualan dapat tercapai. Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa “Bauran

pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk

(8)

Para pemasar pada umumnya menggunakan bauran pemasaran ini sebagai

alat untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan oleh perusahaan dari pasaran

mereka atas produk yang ditawarkan oleh perusahaan atau untuk menciptakan

pembelian atas produk perusahaan. Menurut Lopiyoadi (2013) “Bauran

pemasaran merupakan perangkat/alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai

unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi

strategi pemasaran dan penentuan posisi yang ditetapkan dapat berjalan sukses”.

Lupiyoadi (2013) menyatakan “Bauran pemasaran pada produk barang yang kita

kenal selama ini berbeda dengan bauran pemasaran untuk produk jasa”.

Menurut Lopiyoadi (2013) “Bauran pemasaran untuk barang mencakup 4P

Product, Price, Place, Promotion, sedangkan untuk jasa para ahli menambah tiga unsur lagi yaitu People, Process and Customer Service”. Ketiga hal ini terkait dengan sifat jasa dimana produksi/operasi hingga konsumsi merupakan

suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dan mengikutsertakan konsumen dan

pemberian jasa secara langsung, atau terjadi interaksi langsung antara keduanya.

Lopiyoadi (2013) membagi elemen bauran pemasaran jasa terdiri dari tujuh hal yaitu Produk (Product): jasa seperti apa yang ingin ditawarkan. Harga (Price): bagaimana strategi penentuan harga. Promosi (Promotion)

: bagaimana promosi yang harus dilakukan. Tempat (Place): bagaimana sistem penghantaran yang akan diterapkan. Personil (People): tipe kualitas dan kuantitas personil yang akan terlibat dalam pemberian jasa. Proses (Process): bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut, dan Layanan Pelanggan (Customer Service): tingkat pelayanan yang bagaimana yang akan diberikan kepada konsumen. Selain ketujuh hal tersebut ada satu faktor lain yang tidak kalah penting yaitu faktor bukti fisik (physical evidence/environment) yakni berhubungan dengan bagaimana mengelola lingkungan jasa.

Zeithaml dan Bitner (2012) menyataan “Untuk pemasaran jasa perlu

bauran pemasaran yang diperluas dengan penambahan unsur non-traditional

(9)

proses (process), sehingga menjadi 7P”. Masing-masing dari tujuh unsur bauran pemasaran tersebut saling berhubungan dan tergantung satu sama lainnya dan

mempunyai suatu bauran yang optimal sesuai dengan karakteristik segmennya.

Untuk menunjukkan hubungan dari ketujuh unsur bauran pemasaran tersebut

Zaithaml and Bitner (2012) menggambarkannya sebagai berikut :

Sumber : Zeithaml dan Bitner (2012)

Gambar 2.1 Hubungan Elemen Bauran pemasaran

Untuk menjangkau pasar sasaran yang telah ditetapkan, maka setiap

perusahaan perlu mengelola kegiatan pemasarannya dengan baik. Oleh karena itu

perusahaan harus dapat mengkombinasikan unsur-unsur bauran pemasaran dalam

proporsi yang tepat sehingga pemasarannya sesuai dengan lingkungan

perusahaan, dapat memuaskan pasar sasaran, dan tetap sejalan dengan sasaran

perusahaan dalam bidang pemasaran secara keseluruhan. Bauran pemasaran yang

telah ditetapkan perusahaan sebaiknya selalu disesuaikan dengan kondisi dan

situasi yang dihadapi.

(10)

2. 3. 1. Teori Mengenai Produk Jasa

Produk merupakan elemen yang penting sebab dengan produk,

perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pengertian

produk tidak hanya sekedar bentuk fisik seperti dapat diraba dan nyata tetapi juga

mencakup sifatnya yang nonfisik seperti merek, kemasan, ukuran, jaminan serta

pelayanan yang diberikan sebagai unsur tersebut tidak ikut menentukan nilai dari

suatu produk sebagai pemenuh kebutuhan konsumen.

Menururt Beverland (2011) “Memasarkan produk adalah deals bauran rancangan produk pricing , place, promotion, packanging dan positioning yang akan ditawarkan kepada prospek dan pelangan”. Oleh karena itu setiap keputusan

yang berkaitan dengan produk (barang atau jasa) harus merupakan keputusan

strategik, karena akan memepengaruhi eksistensi jangka panjang perusahan,

mempengarhi setiap fungsi dan tingkatan organisasi bisnis.

Konsep produk merupakan bentuk tawaran produsen baik tangible

(barang) maupun intangible (jasa) untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunkan, dikonsumsi, untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen.

Menurut Hasan (2013) konsep perencanaan produk terdiri dari:

1. Produk inti (core benefit) adalah manfaat yang sesungguhnya yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh customer dari setiap produk 2. Produk generik, adalah produk dasar yang mampu memenuhi fungsi

produk yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat

(11)

3. Produk harapan (expected product) adalah produk harapan/produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara

normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk dibeli. Sebagai contoh,

tamu hotel mengharapkan tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk,

air ledeng, telepon, lemari pakaian dan ketenangan.

4. Produk pelengkap (augmented product) produk pelengkap yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahi berbagai

manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan kepuasan dan bisa

dibedakan dengan produk pesaing.

5. Produk potensial, adalah segala macam tambahan dan perubahan yang

mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.

Menurut Lovelock (2011) “Produk inti sering kali memiliki kesamaan

pada elemen layanan tambahan. Terdapat dua macam layanan tambahan : (1)

layanan tambahan yang mempermudah, yang dibutuhkan untuk penghantaran

layanan atau memberikan bantuan dalam penggunaan produk inti dan, (2) layanan

tambahan yang memperkuat, yang menambah nilai bagi pelanggan”.

1. Layanan tambahan yang mempermudah

Layanan tambahan yang mempermudah terdiri dari :

a. Informasi

Jenis informasi mulai dari jadwal, bantuan untuk menemukan lokasi outlet

ritel tertentu sampai ke informasi mengenai layanan dari perusahaan

professional. Pelanggan baru dan calon pelanggan biasanya sangat haus

akan informasi. Kebutuhan pelanggan meliputi petunjuk arah menuju

(12)

dan petunjuk penggunaan). Informasi lebih jauh, yang kadang-kadang

diharuskan oleh peraturan, mungkin termasuk kondisi penjualan dan

penggunaan, peringatan, pengingat, dan notifikasi perubahan.

b. Penerimaan Pesanan

Setelah pelanggan membeli, sebuah elemen tambahan utama langsung

berperan menerima pendaftaran, pemesanan. Penerimaan pesanan meliputi

aplikasi, pengisian pesanan. bank, perusahaan asuransi dan perusahaan

fasilitas umum mengharuskan pelanggan untuk melalui proses aplikasi

yang didesain untuk mendapatkan informasi yang relevan dan untuk

menjaring pelanggan yang tidak memenuhi kriteria pendaftaran dasar.

c. Penagihan

Penagihan adalah hal yang umum bagi semua jasa (kecuali jika jasa itu

memberikan pelayanan gratis) tagihan yang tidak akurat tidak terbaca, atau

tidak lengkap memiliki resiko mengecewakan pelanggan, yang sampai

titik ini telah cukup puas dengan pengalaman, atau lebih buruk lagi,

ketidak sempurnaan seperti itu menambah arah situasi jika memang

pelanggan sebelumnya sudah merasa sudah tidak puas. Penagihan haruslah

tepat waktu, karena hal itu akan menstimulasi pembayaran yang lebih

cepat.

d. Pembayaran

Dalam kebanyakan kasus, tagihan mengharuskan pelanggan untuk

melakukan pembayaran. Terdapat beragam pilihan cara pembayaran,

tetapi seluruh pelanggan mengharapkan kemudahan dan kenyamanan.

(13)

a. Konsultasi

Upaya yang lebih formal untuk memberikan konsultasi manajemen dan

teknis untuk pelanggan korporat (solution selling) yang diasosiasikan dengan layanan dan peralatan industrial yang mahal. Tenaga penjual

meneliti situasi pelanggan dan menawarkan saran tentang paket, peralatan

dan sistem tertentu yang akan memberikan hasil terbaik. Beberapa

layanan konsultasi gratis dengan harapan akan menghasikan penjualan

b. Keramahan (Hospitality)

Jasa yang terkait dengan keramahan idealnya harus dapat menunjukkan

kegembiraan saat bertemu pelanggan baru dan menyambut kembali

pelanggan lama. Bisnis yang dikelola dengan baik akan mencoba untuk

memastikan bahwa pegawainya memperlakukan pelanggan sebagai tamu,

setidaknya dalam hal-hal kecil. Keramahan dan perhatian kepada

kebutuhan pelanggan harus diterapkan pada interaksi tatap muka (face to face) dan interaksi telepon

c. Penyimpanan

Tambahan layanan penyimpanan berkaitan dengan produk fisik yang

dibeli atau disewa oleh pelanggan. Termasuk layanan itu adalah

pengemasan, penjemputan dan pengiriman, pemasangan, instalasi,

pembersihan, pemeriksaaan.

d. Pengecualian

Pengecualian meliputi layanan tambahan yang berada di luar kebiasaan,

proses penghantaran layanan. Bisnis yang cerdik akan mengantisipasi

(14)

yang tidak terduga dengan cara itu, pegawai tidak akan terlihat tak berdaya

dan terkejut jika pelanggan meminta bantuan khusus.

Kotler dan Keller (2012) mengemukakan bahwa “Produk merupakan

segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki,

digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan

pasarnya”. Pengertian produk dalam kaitan ini adalah seperangkat sifat-sifat yang

nyata dan tidak nyata yang meliputi bahan-bahan yang dipergunakan, mutu,

harga, kemasan, warna, merek, jasa dan reputasi jual.

Menurut Lopiyoadi (2013) “Produk merupakan keseluruhan konsep objek

atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen”. Hasan (2013)

menyatakan bahwa “Konsep produk merupakan bentuk tawaran produsen baik

tangible (barang) maupun intagibel (jasa) untuk diperhatikan, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen”. Dengan

demikian konsep dasar produk adalah segala sesuatu yang bernilai dapat

ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan.

Menurut Hasan (2013) “Sifat produk dapat dibagi atas 1) barang produk

yang bersifat fisik, sehingga bisa dilihat, diraba, disentuh, dirasa, disimpan,

dipindahkan dan perlakuan fisik lainnya. 2) Jasa merupakan aktivitas, manfaat

atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual”.

Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan

cepat hilang lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat

berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. “Sesungguhnya

pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari

(15)

dikenal munculnya peralihan kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen

(Lopiyoadi, 2013). Konsep perencanaan penawaran produk jasa atau yang dikenal

dengan konsep total produk menurut Lopiyoadi (2013) terdiri atas :

1. Produk inti/generic (core product)

2. Produk yang diharapkan (expected product)

3. Produk tambahan (augmented product)

4. Produk potensial (potential product)

Menurut Kotler dan Keller (2012) “Jasa adalah setiap tindakan yang dapat

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengikat kepemilikan apapun”. Jadi jasa adalah semua kegiatan ekonomi

yang menghasilkan output tidak berupa produk fisik atau konstruksi yang secara

umum dikonsumsi pada saat diproduksi, dan memberikan nilai tambah dalam

bentuk seperti kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan. Di dalam jasa

selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun

pihak-pihak yang terlibat di dalamnya tidak selalu menyadarinya. Menurut

Lovelock (2011) “Secara signifikan kegiatan jasa dirancang untuk dapat

memberikan suatu nilai yang tahan lama (durable value) bagi konsumennya (jasa pendidikan merupakan contoh yang paling tepat)”.

Karakteristik dari produk jasa menurut Graffin dalam Lopiyoadi (2013)

adalah sebagai berikut :

a. Intangibility (tidak berwujud). Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, dicium sebelum jasa itu dibeli

(16)

disebut juga inseparability (tidak dapat dipisahkan) mengingat jasa pada umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.

c. Costumization (costumisasi). Jasa sering sekali di desain khusus untuk kebutuhan pelanggan

Dalam pelaksanaan pemasaran jasa oleh pemasar, ada sifat khusus yang

membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran barang. Sifat khusus tersebut

menurut Alma (2005) adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan dengan selera konsumen. Gejala ini ditandai dengan

pasar pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa.

Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang

menyediakan jasa. Dalam industri dengan tingkat hubungan yang

tinggi, pengusaha harus memperhatikan hal-hal yang bersifat internal

dengan cara memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga

sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing, yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam perusahaan.

b. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan

penduduk. Dalam kenyataan, makin maju suatu negara akan semakin

banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan hirarki

kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang

belum banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan

(17)

c. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan.

Tidak ada jasa yang dapat disimpan. Jasa diproduksi bersamaan

waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.

d. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai pelengkapnya.

Karena jasa adalah suatu produk yang tidak berwujud maka konsumen

akan memperhatikan benda berwujud yang memberikan pelayanan

sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.

e. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu penting. Ini

disebabkan dalam pemasaran jasa perantara tidak digunakan. Akan

tetapi ada tipe pemasaran tertentu yang menggunakan agen sebagai

perantara.

2. 3. 2. Teori Mengenai Harga

Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang

menghasilkan pendapatan, dan elemen yang paling fleksibel. Harga dapat diubah

dengan cepat. Perusahaan harus menetapkan harga untuk pertama kali ketika

perusahaan tersebut mengembangkan produk baru, ketika perusahaan

memperkenalkan produk regulernya ke saluran distribusi atau daerah baru dan

ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas kontrak kerja baru. Menurut Hasan

(2013) “Penetapan harga merupakan masalah yang sangat rumit dan sulit, karena

dalam penetapan harga akan melibatan tujuan dan pengembangan stuktur

penetapan harga yang tepat”. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

penetapan harga dan perubahan harga menurut Ishaq (2011) “Harus

(18)

reaksi persaingan, 3) pangsa pasar yang dapat diharapkan, dan 4) kebijakan

pemasaran”

Keputusan tentang harga yang baik adalah apabila mampu mencerminkan

kepentingan keseluruhan perusahaan. Akbar dan Hasan (2011) mengambarkan

faktor-faktor yang secara langsung akan mempengaruhi tingkat harga yang akan

dibentuk yang terdiri dari : kondisis perekonomian, tujuan persahaan, faktor legal

dan etis, bauran pemasaran, biaya, biaya bisnis, persaingan, sifat pasar, dan

permintaan dan penawaran. Berikut ditampilkan gambar dari hubungan

faktor-faktor tersebut.

Sumber : Akbar dan Hasan (2011)

Gambar 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga

Menurut Hasan (2013) Sekalipun produk sudah lama di pasar, perusahaan

selalu meninjau kembali strategi penetapan harga karena :

a. Adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran.

b. Adanya pergeseran permintaan karena perubahan selera konsumen.

Tujuan Perusahaan

Kondisi Ekonomi

Bauran Pemasaran

Sifat Pasar

Ukuran Bisns

Persaingan

Legal dan Etis

Permintaan dan Penawaran Keputusan Harga

Biaya

(19)

c. Adanya produk atau substitusi yang menawarkan manfaat lebih lebih

dengan harga yang sama.

Penilaian ulang dalam strategi penetapan harga perusahaan memiliki tiga

alternatif strategi yaitu :

a. Mempertahankan harga,

Situasi yang sesuai untuk menerapkan strategi ini :

1. Pasar dilayani tidak terpengaruh oleh perubahan lingkungan,

2. Ketidakpastian berkaitan dengan reaksi pelanggan pesaing terhadap

perubahan harga,

3. Image masyarakat terhadap perusahaan dapat ditingkatkan dengan merespon permintaan atau pendapat publik untuk mempertahankan harga

pada tingkat tertentu.

b. Menurunkan harga,

Alasan melakukannya adalah :

1. Respon terhadap kebutuhan pelangan yang disebabkan oleh perubahan

lingkungan,

2. Strategi defensive dimana perusahaan memotong harga guna menghargai persaingan semakin ketat,

3. Strategi ofensi dimana perusahan berusaha memenangkan persaingan penjualan akan meningkat untuk menghasilkan laba besar, sepanjang

persentasi biaya atas harga penjualan jauh lebih rendah.

c. Menaikan harga.

Biasanya dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan profitabilitas

(20)

untuk melakukan segementasi pasar yang dilayani. Jika merek memiliki

keunggulan diferensiasi dibandingkan merek lainnya maka perusahaan bisa

menaikan harganya sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dari

keunikan produk tersebut.

Menurut Kotler dan Keller (2012) “Cara untuk menetapkan harga di

berbagai negara adalah dengan memilih 3 pilihan seperti : Menetapkan harga yang

seragam di semua tempat, menetapkan harga berbasis pasar di tiap negara,

menetapkan harga berbasis biaya di tiap negara”. Hasan (2013) menyatakan

bahwa “Secara umum penetapan harga bertujuan untuk mencari laba agar

perusahaan dapat berjalan lancar”. Kondisi persaingan perusahaan yang semakin

ketat, mengakibatkan tujuan mencari laba secara maksimal dalam prakteknya

semakin sulit dicapai.

Menurut Hasan (2013) selain dari mencari laba maksimal tujuan manajemen dalam penetapan harga adalah tujuan berorientasi pada volume sebagai strategi untuk mengalahkan atau mengatasi persaingan, tujuan stabilisasi harga disasarkan pada strategi menghadapi atau memenuhi tuntutan persaingan, demikian juga tujuan berorientasi pada citra melalui program difersifikasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus .

1. Tujuan Berorientasi pada Laba

Tujuan ini dengan maksimisasi laba. Dalam era persaingan global yang

kondisinya sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap

daya saing setiap perusahan, maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena

sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang

(21)

2. Tujuan berorientasi pada volume

Istilah ini dikenal dengan nama volume princing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan. Menurut

Hasan (2013) “Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahan penerbangan,

lembaga pendidikan, perusahaan tour dan travel, pengusaha bioskop dan bisnis pertunjukan lain, serta peneyelengara seminar”. Banyak perusahaan

yang berupaya memberikan insentif berupa harga pormosi, diskon, agar dapat

meminimisasi jumlah kursi yang tak terpakai.

3. Tujuan berorientasi pada citra

Citra perusahaan dapat dibentuk melalui startegi penetapan harga. Menurut

Awan (2011) “Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk

atau mempertahankan citra prestisius”. Harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai tertentu, misalnya sebagi jaminan bahwa harganya

merupakan terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya baik

penetapan harga tinggi maupun terendah memilki tujuan untuk meningkatkan

presepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan

perusahan.

4. Tujuan stabilisasi

Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk

mempertahankan hubungan yang stabil anatara satu perusahan dan harga

peminpin industri ( industry leader).

(22)

Harga dapat ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau

menghindari campur tangan pemerintah (Hasan 2013).

Agar harga dapat ditetapkan secara tepat, maka dibutuhkan metode untuk

menetapkan harga. Dalam menetapkan tingkat harga marketer dapat mengunakan salah satu atau kombinasi dari berbagai perhitungan harga. “Beberapa metode

perhitungan harga adalah metode berorientasi biaya, metode target return on investement pricing, metode break even, metode biaya variable, metode paek load pricing, metode berorientasi persaingan, metode berorientasi permintaan, metode berorientasi pelangan dan metode rekayasa industrial”, Hasan

(2013).

2. 3. 3. Teori Mengenai Tempat

Lokasi adalah suatu tempat dimana perusahaan itu melakukan kegiatan

fisik. “Lokasi (berhubungan dengan sistem penyampaian) dalam jasa merupakan

gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi” (Lopiyoadi, 2013).

Lokasi ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa kepada

konsumen dan dimana lokasi yang startegis. Lokasi berhubungan dengan

keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana operasi dan stafnya

akan ditempatkan, yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat

interaksi yang terlibat.

(23)

melakukan interaksi melalui perantara. Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa, letak lokasi menjadi sangat penting.

Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat

terhadap beberapa faktor, antara lain :

1. Akses, berhubungan dengan kemudahan untuk dijangkau

2. Visibilitas, lokasi sebaiknya mudah dilihat

3. Traffic, perlu dipertimbangkan lalu lalang orang dan lalu lintas kendaraan 4. Ekspansi, cukup tersedia tempat apabila dimasa depan ingin melakukan

ekstensifikasi

5. Lingkungan

6. Persaingan

7. Peraturan pemerintah

Memutuskan dimana lokasi fasilitas layanan untuk pelanggan melibatkan

pertimbangan yang berbeda dari pertimbangan lokasi dimana biaya,

produktivitas, dan akses tenaga kerja sering kali menjadi penentu utama. Menurut

Lovelock (2011) “Dalam memutuskan lokasi fasilitas layanan pelanggan,

kenyamanan dan preferensi pelanggan menjadi kuncinya. Perusahaan sebaiknya

memudahkan orang-orang untuk mengakses layanan yang sering dibeli, terutama

layanan yang sedang menghadapi kompetisi aktif.”

Perusahaan jasa harus bisa membuat kenyamanan pelanggan menjadi

tujuan utamanya, dengan memilih lokasi yang tepat dengan kebutuhan pelanggan,

meskipun beberapa produk akan tetap didatangi oleh pelanggan meski lokasinya

(24)

berciri khas. Lovelock (2011) mengatakan bahwa “ lokasi yang paling jelas bagi

layanan pelanggan adalah yang dekat dengan tempat tinggal atau tempat kerja

konsumen”. Menempatkan lokasi toko ritel dan jasa lainnya pada rute transportasi

umum dan di dalam terminal bus marak terjadi belakangan ini, tujuannya adalah

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. 3. 4. Teori Mengenai Orang

Manusia bisa menjadi kunci ketika kualitas suatu produk dipengaruhi baik

langsung manupun tidak langsung oleh manusia. Sehingga jaminan kualitas

produk memperhatikan manusia yang ikut andil dalam pembuatan produk tersebut

atau bahkan dalam pendistribusian dan pemasaran secara langsung. Etos kerja

serta pelayanan terhadap pelanggan baik secara langsung atau tidak langsung

berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Yazid (2005) menyatakan ”Orang

(people) adalah semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli”. Yang termasuk dalam elemen ini

adalah personel perusahaan, konsumen lain dalam lingkungan jasa.

Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa “orang” yang berfungsi

sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan.

Keputusan dalam faktor-faktor “orang“ ini berhubungan dengan seleksi, pelatihan,

motivasi dan manajemen sumberdaya manusia.

Lupiyoadi (2013) menyatakan ada empat kriteria peranan atau pengaruh

(25)

1. Contractor, people disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen

untuk membeli.

2. Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, misalnya resepsionis.

3. Influencer, mereka ini mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.

4. Isolated, people ini tidak secara langsung ikut serta dalam bauran pemasaran dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen.

Untuk mencapai kualitas yang terbaik, pegawai harus dilatih untuk

menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yakni memberikan konsumen kepuasan

dan memenuhi kebutuhan mereka. Pentingnya SDM dalam pemasaran jasa

berkaitan dengan pemasaran internal. Lopiyoadi (2013) mengatakan bahwa

“Pemasaran internal adalah interaksi atau hubungan antara setiap karyawan dan

departemen dalam suatu perusahaan, yang dalam hal ini dapat diposisikan sebagai

pelanggan internal dan pemasok internal”.

Mengembangkan keterampilan karyawan dapat dilakukan dengan cara

mengikuti pendidikan dan pelatihan yaitu berupa :

a. Keterampilan teknis: pelatihan untuk menambah keterampilan dalam

mengerjakan tugas sehari-hari

b. Keterampilan pengambilan keputusan

c. Keterampilan pelayanan pelanggan

d. Keterampilan keamanan

(26)

Pelatihan mempersiapkan pegawai dengan pengetahuan dan keterampilan

yang diperlukan pekerjaan mereka saat ini. Pengembangan mencakup kegiatan

belajar diluar pekerjaan saat ini dan memiliki fokus jangka panjang. Pelatihan

merupakan suatu program yang diharapkan dapat memberikan rangsangan kepada

seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan

memperoleh pengetahuan umum dan pemahaman terhadap keseluruhan

lingkungan kerja dan organisasi. Tujuan diadakannya pelatihan dan

pengembangan yang diselenggarakan perusahaan terhadap pegawai dikarenakan

perusahaan menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja pegawai

sehingga dapat sesuai dengan tujuan perusahaan. Jadi sebelum melakukan

pelatihan dan pengembangan akan dijelaskan terlebih dahulu tujuan perusahaan

tersebut.

Selain pelatihan dan pengembangan, bagian yang tidak kalah penting

dalam faktor “orang” adalah motivasi dan evaluasi kerja. Motivasi dapat dibagi

dua yaitu motivasi positif dan negatif. Motivasi positif yaitu berupa pemberian

kompensasi yang sesuai, sedangkan motivasi negatif adalah memberikan

hukuman dan sanksi.

Kinerja karyawan dapat dievaluasi dengan cara membagi evaluasi dalam

beberapa kriteria yang berbeda, yang menilai suatu peringkat evaluasi untuk

setiap ukuran. Peringkat kinerja keseluruhan adalah jumlah bobot semua kriteria

(27)

2. 3. 5. Teori Mengenai Proses

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami

atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya

lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh

perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah

pengaruhnya. Proses, mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses

penyampaian jasa kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan

jasa adalah karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi,

berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

Lupiyoadi (2013) menyatakan ”Proses merupakan gabungan semua

aktifitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, aktifitas dan hal-hal

rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.

Lovelock, dkk (2011) mengatakan bahwa untuk menciptakan elemen produk membutuhkan rancangan dan implimentasi proses yang efektif. Rancangan proses yang buruk akan mengakibatkan penghantar jasa yang lambat, birokratis, dan tidak efektif, membuang waktu dan pengalaman yang mengecewakan yang mengakibatkan kesulitan pelayanan pada pegawai lini depan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Manajemen proses pada produk jasa harus memperhatikan kelancaran alur

proses yang lancar dengan penyimpanan bahan baku. Penyimpanan berarti

mengakibatkan pelanggan menunggu. Lovelock, dkk (2011) mengatakan bahwa

“Untuk mengatasi masalah penyimpanan ini maka manajemen proses jasa harus

mampu menyeimbangkan antara permintaan dan kapasitas, desain sistem tunggu

(28)

2.3.6. Teori Mengenai Layanan Pelanggan (Costumer Service)

Layanan pelanggan pada perusahaan jasa lebih dilihat sebagai hasil dari

kegiatan distribusi dan logistik, dimana pelayanan diberikan kepada konsumen

untuk mencapai kepuasan. Menurut Lovelock, dkk (2011) “Dari perspektif

organisasi, jasa adalah proses yang harus dirancang dan dikelola untuk

menciptakan pengalaman yang diinginkan”. Lopiyoadi (2013) mengatakan bahwa

“Layanan pelanggan meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan

tempat, termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi, dan pascatransaksi”.

Lovelock, dkk (2011) mengatakan bahwa “Proses yang tidak dibangun

dengan baik akan mengganggu pelanggan karena sering kali menghasilan

penghantar jasa yang lambat, membuat jengkel, dan berkualitas rendah”. Oleh

karena itu, menurut Lopiyoadi (2013) “Kegiatan pendahuluannya harus dilakukan

sebaik mungkin sehingga konsumen memberikan respon yang positif dan

menunjukkan loyalitas yang tinggi”. Startegi layanan pelanggan, menurut

Lovelock, dkk (2011) mencakup hal-hal berikut :

a. Indentifikasi misi jasa

b. Penentuan sasaran dari layanan pelanggan

c. Perumusan strategi layanan pelanggan

d. Implementasi

Dalam produk jasa perlu dilakukan penetapan standard dan target jasa

yang akan dikelola. Standard jasa didasarkan pada ekspektasi pelanggan,

diseimbangkan dengan keputusan kebijakan mengenai bagaimana memenuhi

(29)

“Target kinerja menggambarkan proses spesifik atau target kinerja tim dimana

staf bertanggung jawab.” Hubungan antara indikator, standard dan target jasa

dapat digambarkan sebagai berikut :

• Responsivitas Waktu pemrosesan 24 jam 80% dari seluruh

Sumber : Lovelock, dkk (2011)

Gambar 2.4 Menetapkan Standard dan Target Untuk Proses Layanan Konsumen

Idealnya perusahaan jasa sebaiknya berupaya untuk memberikan kinerja

yang tinggi secara konsisten dalam masing-masing langkah proses jasa. Namun

pada kenyataannya banyak tidak sekonsisten yang diharapkan. Jika beberapa hal

sudah salah diawal maka pelanggan akan mengabaikan jasa tersebut.

“Perubahan teknologi, kebutuhan pelanggan, fitur jasa tambahan, dan

tawaran jasa baru mengakibatkan proses jasa yang lama mulai tidak efisien”,

(Jochen dalam Lovelock, dkk 2011). Untuk mengatasi ini perlu dilakukan

perancangan jasa baru. Menurut Lovelock, dkk (2011) perancangan ulang produk

jasa meliputi pemulihan, penyusunan ulang, atau substitusi dari proses jasa yang

dapat dikategorian dalam lima tipe yaitu :

a. Menghilangkan langkah-langkah yang tidak menambah nilai

Atribut Jasa Indikator

(30)

b. Beralih pada swalayan (layanan mandiri)

c. Menghantar jasa langsung

d. Menggabungkan jasa

e. Merancang ulang aspek fisik dan proses jasa.

2.3.7. Teori Mengenai Physical Evidence

Building merupakan bagian dari bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen dalam perusahaan jasa yang

memiliki karakter. Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk

lightning system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat mempengaruhi suasana hati pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan

suasana dengan memperhatikan pelanggan sehingga memberikan pengalaman

kepada pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung,

khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market khusus. Lovelock, dkk (2011) mengemukakan bahwa perusahaan melalui tenaga

pemasarnya menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis

yaitu:

1. An attention-creating medium. Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk menjaring

pelanggan dari target pasarnya

2. As a massage-creating medium. Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara instensif kepada audiens mengenai kekhususan

kualitas dan produk jasa.

(31)

Perhatian utama dari perusahaan dalam hal lingkungan fisik ini adalah

membuat suatu lingkungan yang dapat mempengaruhi perasaan konsumen

sehingga konsumen merasa nyaman saat berada di perusahaan. Menurut

Lopiyoadi (2013) “Ada berberapa macam unsur yang membentuk suatu kondisi

lingkungan yang mendukung untuk menarik konsumen yaitu suara, warna, aroma,

tataletak tempat dan fungsionalitas”.

Tata letak mengacu pada bagaimana sebuah perusahaan mengatur segala

benda yang ada pada gerai jasa, mulai dari lantai, pintu, bentuk furniture, dan mesin-mesin atau peralatan lain yang perlu ada di gerai tersebut. Fungsionalitas

mengacu pada kemampuan mesin dan peralatan yang sama untuk melakuan

proses jasa. Tata letak dan tata fungsionalitas menentukan kemudahan dan

kemampuan fasilitas jasa dalam melayani konsumen.

2.4. Kepuasan Pelanggan

Pembeli terpuaskan atau tidak setelah membeli, tergantung pada kinerja

penawaran dalam hubungannnya dengan ekspektasi pembeli, dan apakah pembeli

menginterprestasikan penyimpangan antara keduanya. Memberi tingkat kepuasan

yang tinggi pasca pembelian merupakan tujuan utama dari sebahagian besar

perusahaan karena mereka mengakui bahwa perilaku pembelian ulang tergantung

pada kepuasan pasca pembelian. Sunyoto (2013) “Pengalama konsumsi dapat

didefinisiskan sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama

pemakaian produk dan jasa, yang dapat dibagi dalam tiga unsur yaitu pemakaian

produk, konsumsi kinerja dan dampak suasana hati serta perasaan terhadap

(32)

Pengalaman konsumsi akan membuat konsumen menilai kinerja produk

yang telah dibeli dan membandingkannya dengan harapan yang telah dimilikinya.

Dalam masa perbandingan ini maka konsumen akan menilai hasil aktual yang

diteriman, perbandingan perolehan/keuntungan, perbandingan antara hasil aktual

dan harapan standard. Kepuasan dan ketidakpuasan terjadi karena adanya

diskomunikasi antara harapan konsumen dan hasil yang diterima oleh konsumen.

Menurut Benhaz (2011) kepuasan pelanggan berdasarkan lima perspektif

yang ditunjukkan seperti gambar berikut ini :

PRESPEKTIF DEFINISI KEPUASAN PELANGGAN

Normative Defisit Perbandingan antara hasil aktual dengan hasil secara kultural dapat diterima

Equity Perbandingan perolehan/keuntungan yang didapatkan dari pertukaran sosial, bila perolehan tersebut tidak sama maka pihak yang dirugikan akan tidak puas

Normative Standard Perbandingan antara hasil aktual dengan harapan standar pelanggan (yang dibentuk dari pengalaman dan keyakinan mengenai tingkat kinerja yangs seharusnya ia terima dari merek tertentu

Procedural Fairness Kepuasan merupakan fungsi dari keyakinan/persepsi konsumen bahwa ia telah diperlakukan secara adil

Attributional Kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya diskonfirmasi harapan,namun juga oleh sumber penyebab diskonfirmasi.

Sumber : Benhaz (2011)

Gambar 2.5 Perspektif Kepuasan Pelanggan

“Harapan dan ketidakcocokan dipengaruhi oleh berbagai variabel

misalnya persepsi nilai, kualitas, marketing mix, merek dan citra”, (Hasan 2013). Kepuasan pelanggan merupakan fungsi dasar dari sejumlah value produk yang dipersepsikan oleh pelanggan disbanding dengan harapan pelanggan sebelum

menggunakan.

Hasan (2013) mengemukakan rumusan kepuasan yang diformulasikan

(33)

Berdasarkan persamaan diatas, pelanggan akan menyatakan kepuasannya dalam

berbagai bentuk perilaku yaitu :

Apabila Pelanggan Dampak

a. Kinerja>harapan Sangat puas Kunjungan ulang, rekomendasi positif

b. Kinerja=harapan Puas Silience

c. Kinerja<harapan Kecewa Rekomendasi negative

Sumber : Hasan (2013)

Gambar 2.6 Perilaku Kepuasan dan Ketidak Puasan Berdasarkan gambar diatas maka dapat dibuat suatu kesimpulan yaitu :

1. Apabila pelanggan mempresepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih

besar atau lebih tinggi dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan

akan menyatakan bahwa mereka sangat puas.

2. Apabila pelanggan mempresepsikan kinerja produk yang dinikmatinya sama

dengan yang diharapkan pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan bahwa

mereka puas.

3. Apabila pelanggan mempresepsikan kinerja produk yang dinikmatinya lebih

kecil dari yang diharapkan oleh pelanggan, maka pelanggan akan menyatakan

bahwa mereka akan kecewa.

Menurut Kotler dan Keller (2012) “Kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan

kinerja yang dipersepsikan produk (hasil) terhadap ekspektasi mereka”.

Pemakaian produk meliputi tindakan dan pengalaman yang terjadi pada

periode waktu dimana seorang konsumen secara langsung menggunakan barang

dan jasa. Pada tahap selanjutnya konsumen membandingkan harapan kinerja

mereka dengan kinerja aktual produk. “Bila kualitas jauh dibawah harapan, maka

(34)

mereka akan mengalami kepuasan emosional, serta ketika kinerja dianggap sama

dengan harapan konsumen mengalami konfirmasi ekspektasi” Sunyoto (2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan

konsumen menurut Kotler dan Keller (2012) adalah:

a. Pengharapan yan dipengaruhi oleh karakteristik produk, faktor-faktor

promosi, faktor-faktor lainnya, karakteristik konsumen, dan faktor

yang mempengaruhi persepsi kinerja aktual

b. Persepsi kelayakan

c. Atribusi sebab-akibat

d. Kinerja produk aktual

e. Keadaan afeksi konsumen : mengacu pada konsep bahwa tingkat

kepuasan konsumen dipengaruhi oleh perasaan positif dan negatif

konsumen yang dihubungkan dengan produk atau jasa setelah

pembelian dan selama pemakaian.

Menurut Tjiptono (2012) kepuasan pelanggan memiliki manfaat yang berdampak positif terhadap perusahaan mencakup loyalitas pelanggan, berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan, menekan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan, meningkatkan toleransi harga premium dan pelanggan tidak mudah tergoda untuk beralih pemasok, rekomendasi gethok tular positif, pelanggan cenderung lebih reseptif terhadap product line-extenstions, brand extensions dan new add-on services yang ditawarkan perusahaan.

Kepuasan Pelanggan

Loyalitas Pelanggan Pembelian Ulang

Penjualan Silang

(35)

Sumber :Tjiptono (2012)

Gambar 2.7 Manfaat Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler dan Keller (2012) ada sejumlah metode untuk mengukur

kepuasan pelanggan yaitu :

a. Survei berkala : dapat melacak kepuasan pelanggan secara langsung dan juga

mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur niat pembelian kembali

dan kemungkinan dan kesediaan responden untuk merekomendasikan suatu

perusahaan dan merek kepada orang lain

b. Sistem keluhan dan saran, untuk mempermudan pelanggannya untuk

memberikan saran dan keluhan. Banyak perusahaan yang memberikan

layanan keluhan konsumen baik secara angket maupun melalui web page yang dimiliki oleh perusahan agar dapat berkomunikasi langsung dengan pelanggan

c. Mengamati tingkat kehilangan pelanggan dan menghubungi pelanggan yang

berhenti membeli atau beralih ke pemasok lain untuk mengetahui alasannya

d. Mempekerjakan pelanggan misterius untuk berperan sebagai pembeli

potensial dan melaporkan titik kuat dan lemah yang dialaminya dalam

membeli produk perusahaan maupun produk pesaing.

Menurut Umar (2008), ada beberapa konsep yang dipakai dalam

mengukur kepuasan pelanggan yaitu :

a. Kepuasan pelanggan keseluruhan. Caranya yaitu dengan menanyakan

pelanggan mengenai tingkat kepuasan atas jasa yang bersangkutan serta

menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan

(36)

b. Dimensi kepuasan pelanggan. Prosesnya melalui empat langkah. Pertama,

mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan, kedua meminta

pelanggan menilai jasa perusahaan bedasarkan item-item spesifik seperti

kecepatan layaan atau keramahan staf pelayanan terhadap pelanggan. Ketiga

meminta pelanggan menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang

sama. Keempat, meminta pelanggan menentukan dimensi-dimensi yang

menurut mereka ada di kelompok penting dalam menilai kepuasan pelanggan

keseluruhan.

c. Konfirmasi harapan, pada cara ini kepuasan tidak diukur secara langsung,

namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan

pelanggan dengan kinerja aktual jasa yang dijual perusahaan.

d. Minat pembelian ulang, kepuasan pelanggan diukur berdasarkan apakah

mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama yang

dikonsumsi

e. Kesediaan untuk merekomendasi, cara ini merupakan ukuran yang penting,

apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama seperti jasa pendidikan

tinggi.

f. Ketidakpuasan pelanggan, dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya

garansi, word of mouth yang negative, serta defections.

Bagi perusahaann yang berpusat pada pelanggan, kepuasan pelanggan

merupakan tujuan dan sasaran pemasaran. Dewasa ini perusahaan harus lebih baik

lagi mengamati kepuasan pelanggannya, karena layanan internet memberikan dan

menyediakan sarana bagi konsumen untuk menyebarkan berita buruk dan berita

(37)

dan kepuasannya ke situs media sosial ataupun web secepat mungkin setelah dia menerima kekesalan ataupun kepuasan tersebut.

Kepuasan pelanggan tergantung pada kualitas dari produk dan jasa yang

ditawarkan. “Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang

bergantung pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau

tersirat (Kotler dan Keller 2012)”.

2.5. Loyalitas Pelanggan

Situasi persaingan pada saat ini sangat keras, dan perusahaan yang dapat

bertahan adalah perusahaan yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan

loyalitas pelanggan secara berkesinambungan menjadi keunggulan bersaing

perusahaan. Menurut Lopiyoadi (2013) “Kajian-kajian loyalitas pelanggan sejauh

ini dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu pendekatan perilaku,

pendekatan sikap dan pendeatan terintegrasi”.

Hasan (2013) mengatakan bahwa loyalitas menunjukkan kepada:

a. Konsep generic, loyalitas merek menunjukkan kecendrungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi

b. Konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan dengan loyalitas

merek (brand loyality). Loyalitas merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, perilaku ulang menyangkut pembelian merek yang

sama berulang-ulang

c. Konsep pembelian ulang, merupakan hasil dominasi perusahaan yang berhasil

(38)

menerus melakukan promosi untuk memikat dan membujuk pelanggan

membeli kembali merek yang sama.

Menurut Tjiptono (2012) secara garis besar, literatur loyalitas pelanggan

didominasi dua aliran utama yaitu aliran stokastik (behavioral) dan aliran deterministik (sikap). Loyalitas dapat dikategorikan sebagai pembelian ulang dan

rekomendasi dari mulut ke mulut. Rekomendasi pelanggan ke orang lain (word of moth-WoM) diyakini lebih dapat dipercaya oleh pelanggan dan memiliki dampak positif. Menurut Hasan (2013) “WoM marketing merupakan upaya mengantarkan-menyampaikan pesan bisnis kepada orang lain, teman dan mitra bisnis khususnya

target pasar agar pelanggan dapat mengetahui keunggulan produk”.

Menurut Hasan (2013) indikator perilaku konsumsi ulang produk yang sama (repeat intention to buy) di masa mendatang berkaitan dengan: 1) minat transaksional, yaitu kecendrungan seseorang untuk membeli produk, 2) minat referensial, yaitu kecendrungan seseorang untuk merekomendasikan produk kepada orang lain, 3) minat preferensial, yaitu minat yang menggambaran perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk, 4) minat eksploratif , minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang sama.

Basu (2011) mengemukakan bahwa kualitas produk dan periklanan

menjadi faktor kunci untuk menciptakan dan mempertahankan loyalitas merek

dalam jangka panjang, demikian juga keseimbangan dan kewajaran harga akan

membuat kualitas dan komitmen konsumen semakin meningkat.

Strategi yang dapat dipakai dalam meningkatkan loyalitas pelanggan

menurut Hasan (2013) dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

(39)

hubungan interpersonal dengan pelanggan dengan memberikan kartu

membership, proaktif, problem solving atau mempertemukan para pelanggan dalam satu acara kegembiraan yang diselenggarakan oleh perusahaan, adding costumization benefits (kostumisasi massal dan keintiman pelanggan).

b. Mengelola in-elastis demand

c. Meningkatkan kualitas kualitas produk

d. Promosi penjualan

e. Menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan

f. Mengidentifikasi cuatomer requirements

g. Perbaikan berkesinambungan

h. Meningkatkan nilai tambah pada pelanggan

i. Membahagiakan pelanggan

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan loyalitas pelanggan bertujuan

untuk membuat pelanggan merasa bahagia dengan pelayanan yang diberikan.

Francis dalam Hasan (2013) menyatakan bahwa “Perusahaan harus mampu

mencapai tingkat zero defection (tingkat kesalahan nol) bagi pelanggan, untuk membahagiakan dan meraih loyalitas pelanggan”.

Selanjutnya Tjiptono (2012) telah mengkombinasikan komponen sikap dan

perilaku pembelian ulang, “sehingga diperoleh 4 (empat) situasi kemungkinan

loyalitas konsumen, yaitu: (1) no loyalty, (2) spurious loyalty, (3) latent loyalty, (4) pure loyalty”.

1. No Loyalty

Bila sikap dan perilaku pembelian ulang konsumen sama-sama lemah, maka

(40)

diperkenalkan dan/atau pemasarnya tidak dapat mengkomunikasikan

keunggulan produknya. Selain itu dinamika pasar, dimana merek-merek yang

berkompetensi dipersepsikan sama. Konsekuensinya pemasar susah untuk

membentuk sikap yang positif/kuat terhadap produk dan perusahaan, namun

pemasar dapat menciptakan spuriously loyalty dari lokasi yang strategis, promosi yang agresif dan meningakatkan shelf space untuk mereknya

2. Spuriosly Loyalty

Bila sikap yang relatif lemah disertai dengan pembelian ulang maka akan

terjadi sporiosly loyalty atau captive loyalty. Situasi ini ditandai dengan faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subjektif dan faktor situasional.

Situasi ini bisa dikatakan pula inertia, di mana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah,

sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional,

seperti familiarity (karena penempatan produk yang strategis pada rak pajangan, lokasi outlet jasa di pusat perbelanjaan atau persimpangan jalan

yang ramai) atau faktor diskon. Dalam konteks produk industrial, pengaruh

sosial juga bisa menimbulkan spurious loyalty.

3. Latent Loyalty

Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai dengan pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar pemasar

(41)

cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian

ulang.

4. Loyalty

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan oleh pemasar, di

mana konsumen bersikap positif terhadap produk/jasa atau penyedia

produk/jasa bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

Loyalitas pelanggan terhadap merek merupakan salah satu dari aset merek

yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas. Menurut Hasan (2013)

manfaat membangun loyalitas adalah :

a. Mengurangi biaya pemasaran

b. Membangun trade level bagi perusahaan c. Menarik pelanggan baru

d. Merespon ancaman pesaing

e. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan

2.6. Hubungan antara Bauran Pemasaran dengan Kepuasan

Produk memegang peranan penting dalam menentukan kepuasan

pelanggan. Kepuasan pelanggan akan tercipta setelah pelanggan mengonsumsi

produk. Menurut Tjiptono (2012) “Layanan yang bagus dilengkapi dengan produk

yang superior akan membuat pelanggan puas”. Artinya dalam rangka menciptakan

kepuasan pelangga, produk yang ditawarkan harus berkualitas.

Menurut Lopiyoadi (2013) “Produk yang memiliki kualitas yang sama tetapi

dengan harga yang relative lebih murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi

kepada pelanggan”. Konsumen akan membandingkan harga satu produk dengan

(42)

Hasan (2013) mengataan bahwa “Jika kinerja produk baik dan melebihi

harapan pelanggan, sehingga pelanggan merasa sangat puas, pelanggan dengan

senang hati akan menceritakan kepuasannya kepada orang lain mengenai produk

yang dirasakannya. Kondisi ini akan mendorong orang untuk melakukan

pembelian ulang dan penambahan pelanggan baru”. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Omar (2009) yang menemukan bahwa “Pengalaman pribadi positif

sebagai respons-reaksi afektif sangat terkait dengan niat pembelian ulang dan

rekomendasi mulut ke mulut”.

Bagi perusahaan jasa pelayanan dan kepuasan tidak dapat dipisahkan.

Lopiyoadi (2013) mengatakan bahwa “Pelanggan akan merasa puas jika mereka

mendapatkan pelayanan yang baik sesuai dengan harapan mereka”.

Hasan (2013) mengatakan bahwa determinasi kepuasan pelanggan pada

produk jasa terdiri dari :

1. Serviciability (tingkat kemudahan dan kecepatan pelayanan) 2. Accessibility (letak yang mudah digapai)

3. Communication (kemampuan berkomunikasi dengan bahasa konsumen) 4. Competence (tingkat keterampilan menyelesaikan masalah)

5. Courtesy (sikap sopan dan bersahabat dengan konsumen)

6. Reliability (kemampuan mewujudkan pelayanan sesuai dengan promosi) 7. Security (keamanan, keterjaminan dan legalitas)

8. Tangibel ( wujud fisik, gedung, peralatan-peralatan

9. Understanding Custumer (pemahaman kebutuhan dan keinginan konsumen)

(43)

Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses sebuah perusahaan, tidak

hanya dalam jangka pendek tetapi keunggulan bersaing secara berkelanjutan. Hal

ini karena loyalitas pelanggan memiliki nilai strategik bagi perusahaan. Pelanggan

yang loyal karena puas dan akan meneruskan hubungan pembelian, loyalitas

pelanggan merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek, pelanggan

menyukai merek, merek menjadi top of mind (merek pertama yang muncul) jika mengingat sebuah kategori produk, komitmen merek yang mendalam, memaksa

preferensi pilihan untuk melakukan pembelian. Menurut Hasan (2013) terjadinya

loyalitas merek pada konsumen itu disebabkan oleh adanya pengaruh

kepuasan-ketidakpuasan dengan merek tersebut, yang terakumulasi secara terus menerus .

Hasan (2013) menyatakan bahwa “1) kunci sukses memenangkan

persaingan terletak pada kemampuan memberikan total costumer value yang dapat memuaskan pelanggan melalui penyampaian produk yang berkualitas

dengan harga bersaing, 2) kepuasan akan mengarahkan orang untuk mengulangi

pembelian dan melakukan rekomendasi word of mouth positive”. Hal ini sesuai dengan pendapat Burns (2006) yang menyatakan bahwa “Semakin besar derajat

pengalaman kepuasan semakin besar probabilitas konsumen akan meninjau

kembali penyedia produk yang sama yang melibatkan komponen kognitif dan

(44)

Hubungan antara kepuasan dan loyalitas menurut Steven (dalam Hasan

2013) dapat digambarkan sebagai berikut

Loyalitas Pelanggan

Rendah Tinggi

Kepuasan Pelanggan

Rendah Failures

Tidak puas dan tidak loyal

Forced

Tidak puas, namun tidak terikat pada program promosi loyalitas Tinggi Defectors

Puas tetapi tidak loyal

Sucesses

Puas, loyal, dan paling mungkin melakukan rekomendasi dari mulut ke mulut (positif)

Sumber :Hasan (2013)

Gambar 2.8 Hubungan antara Kepuasan dan Loyalitas

2.8. Kerangka Konseptual

Persaingan yang ketat mengakibatkan perusahaan sulit untuk

meningkatkan jumlah pelanggan dipasar yang sudah ada. Pasar menawarkan

produk dengan berbagai keunggulan serta nilai lebih.

Lovelock, dkk (2011) mengatakan bahwa penampilan bangunan, taman, kendaraan, perabotan interior, peralatan, seragam pegawai, tanda, materai cek, dan berbagai isyarat lain yang memberikan bukti berwujud terhadap kualitas jasa perusahaan, memfasilitasi pelayanan, dan membimbing pelanggan melalui pelayanan. Perusahaan jasa harus memelihara

servicecape dengan seksama, karena dapat memberi pengaruh mendalam terhadap kepuasan pelanggan dan produktivitas jasa.

Muala (2012) mengatakan bahwa product, price, personal, place memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasan (2013)

mengatakan “Bahwa pelanggan yang loyal karena puas dan ingin meneruskan

hubungan pembelian, loyalitas pelanggan merupakan ukuran kedekatan pelanggan

dengan sebuah merek, menyukai merek, membantu pelanggan untuk

(45)

Menurut Hasan (2013) “Tejadinya loyalitas merek pada konsumen

disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan dan ketidakpuasan dengan merek

tersebut yang terakumulasi secara terus menerus”. Burn dan Neisner (2006)

menyatakan bahwa “agregasi bauran kepuasan transaksi spesifik sebelumnya

melibatkan komponen kognitif dan afektif menjadi predictor dominan pada niat pembelian ulang”.

Dari uraian diatas maka dapat dirancang satu kerangka pemikiran dalam

penelitian ini yakni sebagai berikut :

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual Penelitian

Produk (X1 )

Harga (X2 )

Lokasi (X3 )

Orang (X4 )

Proses (X5 )

Layanan Pelanggan (X6 )

Physical evidence

(X7 )

Kepuasan Pelanggan

(Z)

Loyalitas Pelanggan

(46)

2.9. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Bauran Pemasaran (Produk/Program Studi, Harga, Lokasi, Orang, Proses,

Physical Evidence dan Layanan Pelayanan) secara tak langsung berpengaruh terhadap Loyalitas melalui Kepuasan Mahasiswa kuliah pada Politeknik

MBP

2. Bauran Pemasaran (Produk/Program Studi, Harga, Lokasi, Orang, Proses,

Physical Evidence dan Layanan Pelayanan) secara langsung berpengaruh terhadap Loyalitas Mahasiswa kuliah pada Politeknik MBP

3. Kepuasan Mahasiswa kuliah pada Politeknik MBP berpengaruh positif dan

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Hubungan Elemen Bauran pemasaran
Gambar 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga
Gambar 2.4  Menetapkan Standard dan Target Untuk Proses Layanan Konsumen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal 11 (sebelas) bulan Juli tahun 2011, Kami Panitia Pengadaan. Barang/Jasa Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar

• Awetan dalam cairan plastik (bioplastik), maksudnya makhluk yang sudah mati disimpan dalam cairan plastik yang semula cair

Dua belas hasil penelitian case control tentang “Polimorfisme gen Glutamate cysteine ligase (GCL) terhadap penyakit jantung dan diabetes” yang telah dilakukan oleh

Wasir atau ambeien adalah jenis penyakit yang bisa di alami karena terdapat pembengkakan pada bagian anus atau bokong yang merupakan bagian tubuh untuk menjadi jalan

Dalam proses pelayanan yang diberikan Teller sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang , ada beberapa

Hal tersebut memberikan makna bahwa dengan adanya pengeluaran oleh pemerintah dalam bentuk belanja bantuan sosial dapat menurunkan angka kemiskinan yaitu jumlah penduduk

Upaya yang dilakukan grup band Friend Over You dalam mempertahankan eksistensi atau keberadaannya di masyarakat telah berhasil, hal tersebut dapat dibuktikan

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia harus mematuhi peraturan yang telah diatur dalam UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mengenai