• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER

RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARI’AH

(RDS FM) SOLO

Oleh: Muhammad Nasir

D0206015

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI

RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

Oleh:

Muhammad Nasir

D 0206015

telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tugas Akhir

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, 10 Oktober 2011

Pembimbing

(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat berjudul:

PROSES PRODUKSI PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW

DI RADIO DAKWAH SYARI’AH (RDS FM) SOLO

adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum

pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia

menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari

terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut bukan karya saya yang asli

atau sebenarnya.

Surakarta, 30 September 2011

(5)

MOTTO

Jika aku hidup, tak mungkin aku tak bertemu makan.

Jika aku mati, tak mungkin aku tak bertemu kubur.

Keinginanku adalah keinginan para raja.

Jiwaku adalah jiwa yang merdeka yang menganggap kehinaan sama dengan

kekafiran.

(6)

PERSEMBAHAN

Teruntuk Abi dan Mama yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

adik-adikku, keluarga besarku dan semua sahabatku,

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah ta’ala atas segala nikmat yang tiada terkira,

khususnya nikmat iman dan Islam. Sholawat dan salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada rosul akhir zaman, Muhammad

shollolohu ‘alaihi wa sallam

,

para keluarga, sahabat serta ummat manusia yang istiqomah di atas jalan hidayah ini.

Setelah sekian lama melalui proses, akhirnya atas berkat rahmat Allah Yang Maha

Kuasa, selesailah pengerjaan tugas akhir dengan judul

PROSES PRODUKSI

PROGRAM DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH

SYARI’AH (RDS FM) SOLO.

Pembuatan dokumenter radio yang penulis ajukan sebagai tugas akhir ini

berawal dari keinginan dan ketertarikan untuk melakukan pengembangan program

berita radio yang ada di RDS FM Solo, tempat penulis beraktivitas dan berkarya

selama ini. Keinginan ini semakin kuat ketika penulis mendapati adanya

kemungkinan untuk melakukan pembuatan tugas akhir spesialisasi radio di Program

Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS.

(8)

1.

Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan FISIP UNS. Bagi penulis, beliau bukan

hanya sekedar dekan FISIP maupun dosen ilmu Komunikasi, tapi juga sahabat

yang baik bagi mahasiswa.

2.

Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UNS, atas masukan yang diberikan kepada penulis ketika hendak

mengambil tugas akhir dokumenter radio ini.

3.

Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku pembimbing tugas akhir ini, yang

dengan sabar memberikan masukan-masukan yang positif untuk kebaikan

program dokumenter radio ini.

4.

Segenap dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS atas ilmu yang

telah diberikan.

5.

Abiku Ali Nasar Abdat dan Mamaku Latifah Umar Gisymar atas segala kasih

sayang dan pengorbanan yang tulus diberikan kepada penulis. Tiada yang

dapat membalas kebaikan kalian kecuali Allah ta’ala. Semoga anakmu ini

dapat menjadi salah satu tabungan amal di hadapan Allah kelak.

6.

Adikku Muhammad Fikri Abdat dan Muhammad Riza Abdat yang telah

memberikan dukungan kepadaku.

7.

Keluarga besar penulis baik Al-Gisymar maupun Abdat atas dukungan, do’a

serta perhatiannya.

(9)

9.

Kawan-kawan penulis, mahasiswa Komunikasi angkatan 2006 atas

kebersamaan dan persahabatannya selama ini.

10.

Semua pihak yang telah berpengaruh dan menjadi bagian dari perjalanan

hidup penulis selama ini yang tak dapat dituliskan satu persatu. Barangkali

penulis lupa kebaikan kalian, namun yakinlah Allah tidak akan lupa atas

semua kebaikan kalian.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa karya sederhana ini tidaklah luput dari

berbagai kekurangan. Oleh karenanya masukan yang membangun sangat penulis

harapkan demi perbaikan karya - karya ke depan. Penulis juga berharap bahwa karya

ini dapat berguna khususnya bagi para mahasiswa dan peminat Ilmu Komunikasi,

terkhusus bidang penyiaran radio dan pada umumnya bagi pengembangan Ilmu

Komunikasi di bidang radio.

Surakarta, 30 September 2011

(10)

ABSTRAK

Muhammad

Nasir,

D0206015,

PROSES

PRODUKSI

PROGRAM

DOKUMENTER RADIO RDS REVIEW DI RADIO DAKWAH SYARIAH

(RDS FM) SOLO, Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan lmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Oktober

2011.

Saat ini begitu banyak bermunculan media Islam, khususnya radio dakwah.

Pada umumnya, radio bergenre dakwah Islam itu memfokuskan pada ceramah

keagamaan, baik bersifat rekaman maupun on air. Sangat jarang yang memiliki

ketertarikan dan mendalami program-program berita. Padahal, program berita

sangatlah penting di tengah kondisi Ummat Islam saat ini. Dari sinilah, penulis

berpikir untuk berupaya membuat terobosan program berita pada sebuah radio

dakwah Islam. Program berita yang penulis produksi berjenis dokumenter radio yang

kemudian diberi nama RDS Review. Tugas Akhir yang penulis produksi ini bertujuan

untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam. Selain itu juga

sebagai upaya memberikan alternatif informasi dari sudut pandang berbeda yang

jarang didapatkan di media pada umumnya

.

Program ini diproduksi dan disiarkan di Radio Dakwah Syariah atau RDS FM

Solo yang beralamat di Jalan Adi Sumarmo nomor 181, Banyuanyar, Solo. RDS

Review disiarkan dua kali dalam sepekan, yaitu Senin dan Kamis pukul 20:00 hingga

21:00. Dalam proses produksi program ini, penulis menggabungkan beragam metode

untuk mendapatkan data dan informasi seperti wawancara, penulusaran dokumen

tertulis, penelusuran data melalui internet dan sebagainya. Semua data dan informasi

itu kemudian diolah menjadi sebuah naskah. Setelah itu dilakukan perekaman dan

penggabungan dengan file audio yang lainnya, baik

insert

wawancara dengan

narasumber, file audio lain yang mendukung, serta tak lupa

backsound

untuk

menghidupkan suasana.

(11)

ABSTRACT

Muhammad Nasir, D0206015, PRODUCTION PROCESS OF RADIO

DOCUMENTARY RDS REVIEW IN RADIO DAKWAH SYARIAH (RDS FM)

SOLO, Final Task, Communication Sciences Studies Program, Faculty of Social

and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta, October 2011.

Nowadays, there are many emerging Islamic media, especially da'wah radio.

In general, the radio focuses on preaching the Islamic religious discourse, both

recording or live broadcasting. There is no radio station that have a deep interest in

news programs. Whereas, news program is very important thing in the midst of the

current conditions of Muslim Ummah. Here, the writer thinks to attempt to make

inroads of a radio news program in an Islamic da'wah radio. News program that the

writer produce is a kind of radio documentary production named as RDS review. This

Final Task aims to provide enlightening information to the Muslims and also to

provide alternative information from a different perspective that is rarely found in

mainstream media.

The program is produced and broadcasted in Radio Dakwah Syariah or RDS

FM which is located at Jalan Solo Adisumarmo 181, Banyuanyar, Solo. RDS Review

broadcasts two times a week, in Monday and Thursday at 20:00 until 21:00. In

production process of this program, the writer combines a variety of methods to

obtain data and information such as interviewing, investigating on written documents,

tracking data through the internet and so on. All data and information then are

processed into a script. Then, the writer do recording and mixing with other audio

files, either insert interviews with informants, other audio file support, and adding a

backsound.

(12)

DAFTAR ISI

Judul………...i

Lembar Persetujuan………..ii

Lembar Pengesahan………...iii

Lembar Pernyataan………...iv

Motto………....v

Persembahan………...vi

Kata Pengantar………...vii

Abstrak………...x

Abstract………...xi

Daftar Isi………....xii

Daftar Tabel...xv

Daftar Grafik...xvi

Daftar Lampiran...xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG……….1

B.

MAKSUD DAN TUJUAN .………9

C.

LANDASAN TEORITIS………10

1.

Definisi Informasi, Berita dan Jurnalistik...12

2.

Radio Sebagai Salah Satu Media Massa

Elektronik………..16

(13)

4.

Kelebihan dan Kelemahan Radio………...22

5.

Dokumenter dan Feature radio...23

BAB II

PRA PRODUKSI

A.

PROFIL RADIO...27

B.

PENDEKATAN PADA INSTITUSI...31

C.

PROFIL PROGRAM...34

D.

DESKRIPSI PROGRAM...35

E.

KERANGKA PROGRAM...35

F.

KERANGKA KERJA...38

G.

RUNNING ORDER...40

H.

ESTIMASI BIAYA PROGRAM...41

BAB III

MARKETING

A.

PROFIL PROGRAM...42

B.

DESKRIPSI PROGRAM...42

C.

SPONSORSHIP...43

(14)

2.

Sponsor Bersama (

air time sharing

)………...45

3.

Sponsor Pengganti (

alternating sponsorship

)……….46

BAB IV

EVALUASI PROGRAM

A.

PENDAHULUAN...48

B.

PROSES PRODUKSI RDS REVIEW...48

C.

EVALUASI PRODUKSI PROGRAM...59

D.

RESPON PENDENGAR...65

E.

MARKETING...68

Realisasi Anggaran keuangan...72

BAB V

PENUTUP

A.

KESIMPULAN...74

B.

SARAN...75

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Pendengar Streaming Radio RDS Review episode 1 hingga 12

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Naskah RDS Review

2.

Status Streaming Radio Program RDS Review

3.

Proposal Sponsorship

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan media di Indonesia, terlebih pasca tumbangnya rezim orde baru dengan beragam aturan dan tindakan yang dianggap menekan kebebasan berekspresi dan bermedia dapat dikatakan sangat menggembirakan. Data Depkominfo tahun 2007 menunjukkan, terdapat 2.205 permohonan izin penyelenggaraan penyiaran. 185 diantaranya adalah lembaga penyiaran televisi. Sisanya, 2.020 adalah lembaga penyiaran radio, termasuk didalamnya 847 anggota PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).

Sebelum tahun 1990, Indonesia hanya memiliki 1 stasiun televisi swasta berskala nasional. Saat ini, TV Nasional telah menjadi 10 stasiun, sementara TV Lokal jumlahnya sudah lebih dari 70 stasiun.1

Data PRSSNI dalam program umum tahun 2008-2011 menyebutkan, pada tahun 2003 terdapat anggota radio penyiaran sejumlah 816, meningkat pada tahun 2004 menjadi 825, dan naik lagi menjadi 831 pada tahun 2005. Pada tahun 2006, jumlahnya bertambah lagi menjadi 847, namun tetap pada tahun berikutnya. Dari jumlah akhir sebanyak 847, terdiri dari radio AM sebanyak 203, dan radio FM sebanyak 644. Dari jumlah itu juga diketahui baru 354 stasiun radio yang sudah

1

Program Umum PRSSNI Periode 2008-2011

(19)

memiliki izin penyelenggaraan penyiaran (IPP), sedangkan 493 stasiun radio lainnya baru dalam proses.

Sementara untuk surat kabar, menurut Ketua Dewan Pimpinan SPS (Serikat Penerbit Suratkabar), Amir Effendi Siregar, jumlah media cetak yang terbit sebelum reformasi berjumlah sekitar 283, dengan jumlah oplah sekitar 15 juta eksemplar. Sepuluh tahun kemudian, jumlah media cetak bertambah mencapai 900-an, meskipun oplahnya tumbuh sangat kecil, sekitar 19 juta eksemplar.2

Pasca reformasi, masyarakat diberikan beragam tawaran dan pilihan untuk mendapatkan informasi dan keperluan lainnya dari media. Dari sisi media, tentunya harus memiliki ciri dan kekhasan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Tanpa itu, maka media tersebut akan ditingalkan oleh masyarakat. Maka, munculah media yang berciri khas liputan investigatif, media yang menekankan pada hiburan atau entertainment, media yang fokus pada masalah sosial, termasuk juga media yang berciri khas keagamaan.

Penulis tertarik untuk membicarakan media yang berbasiskan atau bercirikan pada agama, dalam hal ini adalah media Islam. Bagaimanapun, di Indonesia agama mendapatkan tempat dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan, ada jaminan kebebasan beragama yang dianut di negeri ini. Meskipun harus diakui bahwa tidak sepenuhnya kebebasan itu dapat terwujud. Tapi tetap saja, Indonesia bukan negara sekular, meskipun juga bukan negara agama.

2

Media Cetak Masih Diminati Pasar

(20)

Media Islam di Indonesia sebenarnya memiliki peran yang sangat strategis. Apalagi, di tengah gempuran informasi dan hiburan yang disajikan oleh media kebanyakan yang seringkali mengabaikan nilai-nilai agama. Direktur Lembaga Konsumen Media (LKM) Media Watch Surabaya, Hernani Sirikit, M.A meyakini bahwa media-media Islam sebenarnya dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang mencerahkan dan tidak abai terhadap nilai-nilai agama. Namun, ia menganjurkan, supaya media Islam yang ada saat ini untuk memformat ulang tampilan dan cara penyampaian informasi dan hiburan kepada masyarakat sehingga media itu dapat diterima oleh kalangan luas.3

Wanita yang akrab disapa Sirikit Syah itu memang selama ini dikenal sebagai pengamat media yang kritis terhadap informasi yang disampaikan oleh media, terlebih berkaitan dengan isu-isu keislaman. Dalam sebuah tulisannya berjudul “Ketidakadilan Media dalam Isu-Isu Keislaman”, Sirikit yang pernah menjadi Ketua KPID Jawa Timur periode 2004-2007 itu memaparkan analisa terkait isu keislaman yang diberitakan oleh media. Dari judulnya saja jelas, dia menangkap ada ketidakadilan yang ditunjukkan oleh media ketika memberitakan masalah yang menyangkut keislaman atau kelompok Islam, entah disengaja ataupun tidak.

Salah satu isu yang Sirikit kritisi adalah terorisme. Isu yang satu ini kian marak menjadi objek pemberitaan pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I pada 2002 lalu, yang menewaskan sejumlah wisatawan asing. Pemberitaan tentang

3

(21)

terorisme, menurut Sirikit, cenderung tendensius, menghakimi orang yang belum tentu bersalah, mengarahkan atau mengidentikkan pelaku dengan ciri keagamaan tertentu -dalam hal ini Islam-, dan juga hanya mengambil sumber dari pihak kepolisian. Akibatnya, muncul sikap saling curiga antar sesama warga masyarakat.

“Salah satu dampak liputan terorisme yang hanya bersumber dari aparat kepolisian atau pejabat pemerintah adalah perubahan sikap masyarakat terhadap sesamanya. Rasa saling curiga tumbuh bersamaan dengan meningkatnya kewaspadaan. Bila waspada adalah sikap positif, curiga sebaliknya. Polisi kemudian seperti memiliki legitimasi untuk melakukan apa saja atas nama anti-terorisme: menembaki tersangka hingga tewas, menangkapi lelaki berjubah dan berjenggot serta perempuan bercadar, menahan para penyiar Islam yang alim. Seseorang dengan nada sinis menambahkan: kita bisa dicurigai dan ditangkap hanya karena rajin mengaji dan membawa Quran kemana-mana. Inilah tragedi bangsa Indonesia saat ini. Perempuan bercadar diwaspadai, perempuan dengan busana setengah telanjang yang berpotensi mengganggu ketertiban umum melenggang bebas. Lelaki berjenggot, bercelana cingkrang atau berjubah digeledah; lelaki berdandan seperti perempuan dengan muka habis di’facial’, lebih dihormati. Membawa Quran disangka penjahat, membawa VCD porno adalah hak asasi.”4

4

(22)

Analisa yang disampaikan Sirikit ini memang menarik untuk dicermati. Pasalnya, dari pemberitaan media itu, akan dapat memunculkan kesan di benak masyarakat. Pemberitaan yang tidak cermat dan tendensius hanya akan melahirkan sikap saling curiga kepada sesama anak bangsa yang belum tentu bersalah. Hal ini juga yang pernah penulis alami ketika melakukan peliputan penguburan salah seorang yang ditembak mati karena terlanjur dicap sebagai perampok Bank CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu, yakni Yuki Wantoro. Banyak orang yang terlanjur memberikan stigma negatif terhadap Yuki dan keluarganya. Padahal, beberapa fakta menunjukkan bahwa pemuda asal Solo itu tidak berada di lokasi perampokan ketika kejadian berlangsung.5

Kekecewaan beberapa kelompok Islam terhadap pemberitaan sebagian media yang cenderung tendensius itu mengakibatkan penolakan atas peliputan media pada beberapa kejadian. Misalnya saja pada kasus Yuki (Solo), Air dan Eko (Solo), Urwah (Kudus), dan beberapa lainnya.

Dalam kasus lainnya seperti bentrokan antara warga dengan jemaat Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kampung Pendeuy, Cikeusik, Pandeglang, Banten, yang terjadi Ahad (6/2/2011) lalu. Banyak informasi yang diberikan oleh media nasional langsung mengarahkan pandangan terhadap organisasi massa Islam seperti Front Pembela Islam atau FPI. Ormas pimpinan Habieb Muhammad Rizieq Syihab yang terkenal dengan aktivitasnya ber-amar ma’ruf nahyi munkar itu sering menjadi sorotan ketika ada aksi bentrokan dan kerusuhan. Wacana itupun kemudian beralih menjadi isu pembubaran FPI yang sebenarnya sudah

5

Muhammad Nasir, “Setelah Yuki, Siapa Lagi?”

(23)

lama diwacanakan, namun belum juga dapat terealisasi. Isu itu kian memanas ketika media memberitakan dengan besar-besaran adanya rencana makar yang akan dilakukan oleh FPI. Anggapan FPI akan melakukan makar itu didasarkan pada ancaman Ketua DPP FPI Bidang Advokasi, Munarman, yang akan mem-Ben Ali-kan pemerintahan SBY jika membubarkan ormas Islam. Diikuti pernyataan Ketua Umum FPI, Habieb Rizieq Syihab pada ceramah Maulid Akbar Nabi Muhammad SAW, Senin malam, 14 Februari 2011, yang akan mengajak rakyat untuk menggulingkan SBY jika ada upaya keji pembubaran ormas Islam.

Wacana itu terus menjadi pembicaraan di media yang diarahkan pada anggapan bahwa memang FPI ingin melakukan makar. Itulah yang kemudian menjadikan Munarman menuding banyak media yang menjadi provokator dalam isu ini.6 Padahal, beberapa ahli hukum menyatakan bahwa apa yang dilontarkan oleh kedua petinggi FPI itu tidak dapat dikatakan makar. Pakar hukum UI, Rudi Satriyo menjelaskan bahwa sebuah tindakan dapat dikatakan makar jika ada upaya konsentrasi atau pengumpulan dan pengerahan massa dan ada upaya untuk mempersenjatai.7

Mengomentari masalah Ahmadiyah dengan beberapa ormas Islam yang diangkat di media, Sirikit yang pernah menjadi editor di The Brunei Times dan koordinator liputan SCTV dan RCTI itu menulis,

6

Wawancara dengan Munarman, Ketua DPP FPI Bidang Advokasi (Studio RDS Fm Solo: 18 Februari 2011, jam 08.30)

7

“Rudi Satriyo: Ancaman Rizieq Belum Makar”

(24)

“Dalam kasus dugaan penodaan agama, umat yang mengemukakan dugaan penyimpangan praktik Islam oleh kaum Ahmadiyah itulah yang justru menjadi bulan-bulanan media. Mereka dituduh: tak punya toleransi, anti-pluralisme, fundamentalis, radikal, anti-HAM, dan sebagainya. Sementara itu, kaum yang diduga menyimpangkan praktik agama Islam itu mendapatkan perlindungan, bahkan dipotret sebagai korban dan/atau pahlawan. Tak ada daya kritis media yang menelusuri, atau mengajak para cerdik cendekia dan alim ulama untuk menelusuri, kebenaran atau kesalahan dugaan penyimpangan agama. Umat Islam hanya dibenturkan di tataran fisik, tanpa ada dorongan atau ajakan menelaah akar persoalan dan melakukan remidi atau koreksi.”8

Ditengah pemberitaan banyak media yang terkesan memojokkan sebagian umat Islam dan juga Ormas Islam dalam kasus Ahmadiyah di Cikeusik, Republika sebagai sebuah surat kabar nasional yang berbasis keislaman memberikan alternatif informasi. Pengamatan yang penulis lakukan dari berita yang dipublikasikan oleh Republika cenderung tidak mengikut arus. Misalnya, ketika mayoritas media mewartakan korban tewas dari pihak Ahmadiyah dengan porsi yang besar, Republika justru menurunkan laporan tentang korban dari pihak warga Cikeusik, yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan penyerangan itu namun harus menderita luka karena sabetan senjata dari seorang jemaat Ahmadiyah.9

Informasi yang disampaikan oleh media seperti Republika dan beberapa media Islam lainnya tentu dapat menjadi referensi pembanding dari informasi

8

Sirikit. Op.Cit. hlm.4

9

“Tangan Kiri Sarta Dibacok Jemaat Ahmadiyah”

(25)

yang disampaikan oleh media massa pada umumnya. Dengan adanya informasi dari sudut pandang yang lain itu setidaknya realitas yang ditampilkan oleh media dapat semakin mendekati kebenaran.

Disinilah sebenarnya salah satu tugas utama dari media massa Islam, memberikan alternatif informasi bagi masyarakat, terlebih pada hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan kaum Muslimin. Selain itu, media Islam juga harus memiliki ciri khas yang membedakan dengan media pada umumnya yang ada. Sangat aneh dan percuma jika kemudian sebuah media yang mengaku media Islam, namun dalam penampilan dan isi media atau program acaranya tidak menunjukkan nilai-nilai keislaman.

Media Islam juga memiliki tugas penting dan amat mendasar untuk menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘aalamin dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media Islam juga harus memberikan informasi serta hiburan yang mencerahkan dan mencerdaskan bagi kehidupan manusia.

Radio Islam

(26)

Radio Islam sebagai sebuah media penyebaran nilai-nilai dan informasi yang berorientasi pada kepentingan dakwah memiliki fungsi yang sangat strategis. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, bahwa radio memiliki kedekatan dengan para audience atau pendengarnya. Ini akan lebih efektif untuk menyampaikan nilai Islam yang menjadi fokus atau tujuan utama dari dakwah.

Untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat atau umat, radio Islam harus tahu bagaimana menempatkan diri. Artinya, radio Islam harus memiliki ciri keislaman yang kental, tidak boleh sama dengan media yang ada pada umumnya. Radio Islam juga harus memberikan informasi dan hiburan yang tidak diberikan oleh radio pada umumnya. Hal ini karena orang yang mendengarkan radio Islam, tentunya ingin mendapatkan pencerahan dan nilai-nilai spiritual yang tidak didapatkan pada media kebanyakan.

B. Maksud dan Tujuan

(27)

Adapun tujuan dari program dokumenter radio tersebut adalah:

1. Untuk memberikan informasi yang mencerahkan pada umat Islam berdasarkan nilai-nilai Islam.

2. Memberikan altrernatif informasi dari sudut pandang berbeda yang jarang didapatkan di media kebanyakan.

3. Mewujudkan budaya penyiaran yang sehat dan mencerdaskan masyarakat.

4. Untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNS Solo.

C. Landasan Teoritis

Proses dan aktivitas komunikasi adalah suatu hal yang tak terlepaskan dalam kehidupan manusia. Maknanya, semua manusia selalu memerlukan komunikasi. Bentuknya beragam, dapat secara verbal maupun non verbal. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris “communication” yang menurut Wilbur Schram bersumber dari istilah latin “communis” yang dalam bahasa Indonesia berarti “sama” dan menurut Sir Gerald Barry, “communicare” yang berarti “bercakap-cakap”.10 Maknanya, dalam komunikasi antara penyampai pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) harus terjalin kesamaan pemahaman sehingga apa yang disampaikan oleh penyampai pesan (komunikator)

10

Pernyataan Wilbur Schram dan Sir Gerald Barry seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam

(28)

dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan (komunikan). Tanpa itu, komunikasi tidak akan efektif.

Seorang pakar komunikasi, Carl I. Hovland, memberikan definisi komunikasi sebagai berikut:

The process by which an individual (the communicator) transmit stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals

(communicates)”. (Proses di mana seseorang [komunikator] menyampaikan perangsang-perangsang [biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata] untuk mengubah tingkah laku orang lain [komunikan/komunikati]).11

Sementara, pakar komunikasi lain, Harold Laswell, menyatakan bahwa cara yang baik untuk mendefinisikan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Who

2. Says what

3. In which channel

4. To whom

5. With what effect

Singkatnya, kita dapat melihat proses komunikasi yang terjadi antar manusia dan efek yang ditimbulkan dengan menjawab pertanyaan: siapa,

11

Carl I. Hovland seperti dikutip Onong Uchjana Effendy dalam Radio Siaran teori & praktek

(29)

berbicara apa, dengan channel atau media apa, kepada siapa, dengan menimbulkan efek seperti apa?

Dari pertanyaan di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa unsur komunikasi berikut12:

1. Komunikasi (communicator, source, sender)

2. Pesan (message, content, signal)

3. Media (channel, media)

4. Komunikan (communican, communicate, audience, receiver, recipient)

5. Efek (effect, impact, influence)

1. Definisi informasi, berita dan jurnalistik

Istilah informasi berasal dari bahasa Inggris “information”. Namun, kita sudah begitu akrab dengan istilah ini, karena sudah masuk dalam kosakata bahasa Indonesia. Secara sederhana, informasi dapat diartikan fakta-fakta yang dikemukakan atau pengetahuan yang diperoleh atau diberikan. Menurut Onong Uchyana Effendy, pengertian informasi atau keterangan atau penerangan adalah13:

a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang yang baginya merupakan hal yang baru diketahui.

12

Onong Uchjana Effendy, Radio Siaran teori & praktek (Bandung, Penerbit Mandar Maju, 1991) hlm.3

13

(30)

b. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.

c. Kegiatan menyebarluaskan pesan yang disertai penjelasan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, harus ada fakta yang dijadikan sandaran untuk dapat disampaikan kepada pihak lain. Menurut Sam Abede Pareno, syarat dari informasi ialah harus ada fakta yang diperoleh wartawan, kemudian fakta itu disampaikan kepada khalayak.14

Sementara itu, mengenai definisi berita, para pakar jurnalistik belum mencapai kesepakatan tentang apa sebenarnya definisi dari berita atau yang dalam bahasa inggris disebut news itu. Ada suatu pengertian berita yang amat terkenal diungkapkan oleh Charles A. Dana pada 1882 sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno: “when a dog bites a man that is not news, but when a man bites a dog that is news” (bila seekor anjing menggigit orang, itu bukan berita, tetapi bila seseorang menggigit anjing, itu berita).15

Paul De Maeseneer sebagaimana dikutip Helena Olii mendefinisikan berita sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru,

14

Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita (Surabaya: Penerbit Papyrus, 2003) hlm.8

15

(31)

penting dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka.16

Sementara itu, praktisi penyiaran asal Belanda, Theo Stokkink mendefinisikan berita sebagai berikut: “Berita adalah sesuatu yang tidak terduga, suatu perubahan, suatu negativisme atau kecenderungan untuk mengatakan atau berbuat berlawanan dengan apa yang disarankan. Seringkali berita bersifat negatif.”17

Eric C. Hepwood sebagaimana dikutip Sam Abede Pareno memberikan batasan: “Berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum.”18

Pada intinya, menurut LP3Y yang dikutip Mursito, sebuah kejadian dapat dikatakan memiliki nilai berita jika memenuhi satu atau lebih dari

Theo Stokkink, Penyiar Radio Profesional (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997) hlm.36

18

Pareno. Op.Cit. hlm.6

19

(32)

Adapun mengenai definisi jurnalistik, para pakar juga telah memberikan penjelasan menurut sudut pandangnya masing-masing. Istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Belanda journalistiek, bahasa Inggris journalism, atau bahasa Perancis journal. Pada radio siaran, menurut Helena Olii, definisi jurnalistik adalah pengetahuan tentang penyiaran catatan harian dengan segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah sampai ke penyebarluasan catatan harian tersebut yang dikenal sebagai berita.20

Pengertian jurnalistik lebih detail dan mudah dipahami, disampaikan oleh Mursito:

(33)

2. Radio sebagai salah satu media massa elektronik

Sebagaimana definisi yang telah disampaikan oleh para pakar komunikasi bahwa setiap proses komunikasi selalu memerlukan channel atau media. Hal ini dapat dimaknai media yang sifatnya pribadi, dan bisa juga menggunakan media massa. Komunikasi melalui media massa inilah yang kemudian disebut sebagai komunikasi massa (mass communication).

Peradaban manusia telah melahirkan banyak inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi. Dengan media itu memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dalam cakupan yang luas dengan waktu yang singkat dan bersamaan. Secara umum, media massa dibedakan menjadi dua yakni media massa cetak dan elektronik. Kita mengenal koran, majalah, dan yang sejenisnya sebagai media massa cetak. Sedangkan radio dan televisi sebagai media massa elektronik. Ada satu lagi yang kini mengalami perkembangan sangat pesat yakni media internet atau online. Media yang satu ini ada yang menggolongkan sebagai media elektronik, namun ada juga yang menggolongkannya sebagai new media (media baru).

(34)

memerlukan perhatian dan waktu khusus untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan.

Namun, disamping kelebihan, radio juga memiliki kelemahan. Diantara kelemahan itu adalah sifatnya yang sekilas dengar. Pesan yang sampai kepada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar, begitu hilang. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai pesan yang disampaikan oleh radio, tak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulangi lagi.22

Semua kelemahan dan kelebihan media itulah yang menjadi karakteristik media tersebut. Artinya, para penyampai pesan (komunikator) harus benar-benar mengetahui karakteristik media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada audience, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif.

3. Karakteristik radio

Radio adalah media yang tak pernah mati. Meskipun perkembangan teknologi telah melahirkan televisi atau bahkan media online, radio ternyata masih tetap digemari. Bahkan, perkembangan teknologi justru digunakan untuk lebih memudahkan dan meluaskan jangkauan siaran radio melalui layanan radio streaming. Kemajuan teknologi berupa radio streaming ini, menurut Enrico Menduni, dapat

22

(35)

menerabas batas-batas wilayah jangkauan siaran dan menghindari sensor siaran yang dilakukan oleh pihak penguasa. Selain itu, dengan teknologi ini, memungkinkan pendengar untuk merekam siaran yang diinginkan dan mendengarkannya di waktu kemudian23.

“After some years of Internet radio, it is possible to affirm, without

beingconsidered an enemy of radio and of innovation, that it was

not the revolution that had been announced. A paradox can explain

this point: an Internet radio dramatically breaks the spatial and

temporal boundaries typical of radio (i.e., with my PC, I can also

record a radio programme that I want to keep, and then listen to it

later), fighting effectively against market and political

censorship.” (Setelah beberapa tahun kemunculan radio internet, adalah mungkin untuk menegaskan, tanpa dianggap sebagai musuh radio dan inovasi, bahwa itu bukan revolusi yang telah diumumkan. Sebuah paradoks dapat menjelaskan hal ini: radio internet secara dramatis dapat menembus batas-batas ruang dan ciri khas radio (misalnya, dengan PC, saya dapat merekam program radio yang saya inginkan, dan kemudian mendengarkan nanti), berperang secara efektif melawan pasar dan sensor politik.)

23

(36)

Adanya media baru berupa internet, termasuk fasilitas radio streaming tidak menjadikan media yang telah ada sebelumnya mati. Keberadaan media online justru akan menjadi pelengkap dari keberadaan media tradisional atau konvensional yang telah ada. Dalam hal ini, Mohan J. Dutta-Bergman menulis24:

”... Individuals interested in one particular area of news expose

themselves to different types of news outlets that carry information in that

particular subject area. Complementary between new and traditional

media was demonstrated in the areas of sports, politics, business and

finance, science and health, entertainment, international, and local news.”

(…Individu yang tertarik pada satu berita tertentu akan membuka diri mereka untuk berbagai jenis berita yang membawa informasi lain. Saling melengkapi antara media baru dan tradisional telah ditunjukkan pada bidang olahraga, politik, bisnis dan berita keuangan, ilmu pengetahuan dan kesehatan, hiburan, internasional, dan berita lokal)

Tak hanya itu, radio ternyata masih tetap dapat menjadi sahabat bagi para pendengarnya. Orang masih banyak memanfaatkan radio untuk memperoleh informasi, hiburan, mencari atau menjual barang dan sebagainya. Semua itu karena radio memiliki kedekatan dengan para pendengarnya lebih besar dibandingkan kedekatan surat kabar dan televisi dengan para penikmatnya. Pada tataran ini sebenarnya menjadi tugas

24

(37)

manajemen radio untuk berkreasi memberikan informasi sekaligus menghibur pendengarnya, tentunya sesuai dengan target audiencenya.

Untuk memproduksi program atau sajian radio, para reporter, redaktur, penyiar dan bagian produksi perlu memperhatikan beberapa hal yang merupakan sifat atau karakteristik radio, yakni:

a. Auditori

Radio adalah media dengar. Karena itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa tutur, bukan bahasa tulis. Perlu juga memperhatikan tingkat kejenuhan pendengar untuk menyimak informasi atau hiburan yang disajikan oleh radio.

b. Akrab/ bersahabat

Diantara kekhasan radio sebagaimana telah disebutkan sebelumnya adalah akrab dengan pendengar. Ada kedekatan jarak, bahkan para penyiar atau reporter seolah berbicara langsung dengan pendengar.

c. Sarana imajinasi

(38)

yang didengarnya dan menciptakan bayangan mereka sendiri tentang pemilik suara tersebut.25

d. Sepintas lalu dan tidak dapat diulang

Informasi yang disampaikan melalui radio harus dikemas seringan mungkin sehingga pendengar dapat mudah memahami pesan yang disampaikan. Hal ini karena sifat isi siaran radio hanya sekilas sampai di telinga pendengar dan tidak ada pengulangan. Maknanya, radio tidak akan mengulang pesan yang disampaikan. Pendengar bisa saja meminta supaya informasi itu diulang, namun tak selamanya dapat terpenuhi. Berbeda dengan surat kabar, ketika pembaca masih belum dapat memahami informasi yang disampaikan, dapat mengulangi membaca.

e. Mengandung gangguan

Ada dua hal yang dapat menjadi gangguan dalam komunikasi melalui radio, yaitu:

1) Semantic noise factor, maksudnya telinga salah menangkap atau menerima pengucapan kata-kata yang terdengar asing

2) Channel noise factor, maksudnya telinga salah menangkap bahkan tidak dapat mendengar isi siaran akibat gangguan saluran siaran atau gangguan teknik.26

25

Stokkink. Op.Cit. hlm.21

26

(39)

4. Kelebihan dan Kelemahan Radio

Sebagaimana bentuk media lainnya seperti televisi, koran, dan majalah, radio memiliki kekuatan dan kelemahan. Diantara kekuatan radio, seperti disampaikan Theo Stokkink adalah27:

a. Radio adalah teater pikiran (siapa yang menciptakan dan untuk siapa)

b. Radio adalah media frekuensi (pengulangan untuk mendapatkan pengaruh yang kuat)

c. Radio adalah media yang terbagi-bagi (segmentasi, target audience didefinisikan)

d. Radio membentuk satu ilusi hubungan orang per orang, pribadi (bahkan akrab) antara penyiar dan pendengar.

Sementara, Helena Olii mendaftar beberapa kelebihan ataupun kekuatan radio sebagai berikut28:

a. Radio memengaruhi imajinasi pendengar.

b. Radio merupakan alat penerima program yang murah.

c. Radio mudah dibawa.

d. Produksi program radio tergolong murah.

e. Program radio disebarluaskan secara massal dan populer.

f. Pesan komunikasi radio akan cepat sampai.

27

Stokkink. Op.Cit. hlm.154

28

(40)

g. Radio diterima sebagai hiburan.

h. Radio dipercaya sebagai sumber berita.

i. Radio dapat digunakan oleh semua orang.

j. Radio tidak memerlukan sajian visual.

Adapun kelemahan radio, masih menurut Helena adalah:

a. Radio bersifat non-visual.

b. Radio tidak dapat menunjukkan gerakan pada demonstrasi.

c. Pesan radio tak dapat diulang.

5. Dokumenter dan feature radio

(41)

Sedangkan program feature, menurut Stokkink, tidak harus selalu berdasarkan fakta. Feature mempunyai bentuk sangat bebas dengan penekanan lebih pada menampilkan kualitas, suasana dan keadaan hati manusia. Tujuan utama dari feature adalah mempengaruh imajinasi audience.29

Mantan Kepala Departemen Feature BBC, Laurence Gilliam, menggambarkan program feature sebagai kombinasi dari keaslian pembicaraan dengan memainkan kekuatan dramatis. Tujuan dari feature ini adalah untuk meyakinkan pendengar terhadap apa yang ia katakan, meskipun mengatakan itu dalam bentuk dramatis.30

Meskipun memiliki kemiripan bentuk antara program dokumenter maupun feature, Robert McLeish lebih menekankan pada sisi faktualitas. Menurutnya, program dokumenter radio lebih menekankan sisi faktual. Namun, program feature tak selamanya terikat pada sisi faktualitas. Terkadang untuk lebih menghidupkan suasana dan menggambarkan tema yang dibahas, dibuatlah tambahan berupa drama yang sifatnya fiksi dan sebagainya.

A documentary programme is wholly fact, based on documentary

evidence – written records, attributable sources, contemporary interviews

and the like. Its purpose is essentially to inform, to present a story or

(42)

programme, on the other hand, need not be wholly true in the factual

sense, it may include folk song, poetry or fictional drama to help illustrate

its theme. The feature is a very free form where the emphasis is often on

portraying rather more indefinable human qualities, atmosphere or mood.

(Sebuah program dokumenter seluruhnya berdasarkan bukti dokumenter - catatan tertulis, narasumber, wawancara kontemporer dan sejenisnya. Tujuannya adalah untuk menginformasikan, menyajikan sebuah cerita atau situasi dengan penuh kejujuran dan pelaporan yang seimbang. Program feature, di sisi lain, tidak perlu seluruhnya benar dalam arti faktual, mungkin termasuk lagu rakyat, puisi atau drama fiksi untuk membantu menggambarkan tema. feature ini adalah bentuk yang sangat bebas di mana penekanan sering pada menggambarkan kualitas manusia, serta atmosfer atau suasana hati).31

Lebih lanjut, McLeish menegaskan bahwa pembedaan antara dokumenter dan feature, lebih pada tujuan dari pembuatan program itu. Ia menulis sebagai berikut:

If the producer sets out to provide a balanced, rounded, truthful

account of something or someone – that is a documentary. If the intention

is not to feel so bound to the whole truth but to give greater reign to the

imagination, even though the source material is real – that is a feature.

(Jika produser menetapkan untuk memberikan informasi seimbang, utuh, dan cerita yang benar dari sesuatu atau seseorang, maka itu adalah

31

(43)

program dokumenter. Jika maksudnya adalah untuk tidak begitu terikat pada fakta atau kebenaran, tetapi untuk memberikan imajinasi, meskipun bahan sumber adalah nyata, maka itu adalah program feature)32

32

(44)

BAB II

PRA PRODUKSI

A. Profil Radio

Program ini akan disiarkan oleh PT. Radio Dakwah Islamiyah atau lebih dikenal dengan Radio Dakwah Syari’ah (RDS) FM beralamat di Jalan Adisumarmo nomor 181 Solo dengan frekuensi 107.7 MHz. Namun, RDS FM juga melakukan kerjasama penyiaran dengan radio Hiz Fm (P.T. Citra Mandiri Perkasa Lestari) yang berada di gelombang 101.4 MHz. Untuk lebih jelasnya, profil RDS FM adalah sebagai berikut:

RDS FM hadir di kota Solo sebagai media dakwah Islamiyah. Menghadirkan program acara siaran yang syarat dengan nilai–nilai syariah, diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan umat untuk senantiasa mendekatkan diri pada Allah ta’ala. Program yang dikemas berupa kajian, informasi, murottal maupun sedikit hiburan yang disajikan secara berimbang.

(45)

1. Lokasi dan Jam Siar

Lokasi studio RDS FM dibangun di atas lahan wakaf dari Dr. (HC) Soeparno Z.A di Jalan Adisumarmo nomor 181, Solo. Jam penyiaran RDS FM adalah 17 jam dimulai dari pukul 05.00 – 22.00 WIB.

2. Visi

Menjadi Radio Dakwah Syari’ah yang bermanfaat dunia dan akherat.

3. Misi

a. Terdepan dalam mensosialisasikan (keteladanan syari'ah)

b. Menyajikan program yang berorientasi pada dakwah

c. Membangun komitmen dan kesetiaan terhadap Islam

d. Memberikan informasi aktual, benar, akurat, lengkap, dan bermaslahat

e. Memberikan solusi bagi permasalahan umat

f. Menjadi pioner perekat media Islam

g. Membangun tradisi keilmuan

4. Station Profile

Nama Perusahaan : PT. Radio Media Dakwah Islamiyah

Nama Station Radio : Radio Dakwah Syari’ah

Call Station : RDS Fm

(46)

Call Audience : Pendengar RDS

Format Radio : Religi

Legalisasi Badan Hukum

• Nomor/ Tanggal : 16/ 12 Februari 2009

• NPWP : 21.051.784.3-526.000

• Notaris : Dewi Cahyani Eddy Sud, S.H.

Komisaris Utama : Dr (HC). H. Soeparno Z.A.

Station Manager : Nanang Mujahidin, S.E.

Dewan Syari’ah :

• Dr. Mu’inudinillah Basri, MA.

• Muzayyin, Lc., MA.

• Eman Badru Tamam, Lc.

• Rosyid Ridho, Lc.

Program Director : Abdul Rochim

PH Coordinator : Syaiful Arif

News Coordinator : Muhammad Abdat

Marketing Director : Burhan

Admin Director : Faqih Al-Fawwaz

(47)

Technical : Team Solo Broadcast

Alamat Kantor : Jl. Adisumarmo nomor 181, Banyuanyar, Banjarsari, Solo

Telephon / Fax : (0271) 732 321 (Office)

(0271) 765 1818 (On-Air)

SMS Online 081226170777

Website : www.rdsfmsolo.com

Kerjasama siar dengan : 101.4 Hiz Fm Solo (PT. Citra Perkasa Mandiri Lestari)

Jangkauan Siar : 60 Km efektif; meliputi:

Solo, Karanganyar, Tawangmangu, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, Kartasura, Klaten, Boyolali, Salatiga, Ungaran, dan sekitarnya.

Live Streaming : RDS FM juga memiliki jangkauan melalui streaming radio yang bisa diakses dari berbagai negara melalui www.rdsfmsolo.com.

(48)

menggunakan kartu Flexy, dengan mengetik *55*451077 ok/call

5. Format Program Siaran

Format Siaran : Murottal, Kajian, Informasi (news), perbincangan (talk), hikmah, renungan, musik

Jenis Musik : Nasyid

6. Profil Pendengar

Berdasarkan Usia :

a. 16 – 30 tahun : 40 %

b. 31-40 tahun : 40 %

c. 40 tahun ke atas : 20 %

Berdasarkan jenis kelamin:

a. Pria : 50 %

b. Wanita : 50 %

B. Pendekatan Pada Institusi

(49)

lisan maupun tulisan konsep awal, beberapa kali dibahas di tingkat manajemen. Tak berselang lama, pihak manajemen menyampaikan dalam rapat rutin bulanan, bahwa usulan program yang penulis ajukan diterima dan dapat segera direalisasikan. Ketika itu, penulis diberi kesempatan tiga bulan sebagai masa percobaan.

Saat itu memang sedang dilakukan upaya penyegaran program, termasuk program pemberitaan yang selama ini masih terkesan monoton. Pihak manajemen mempersilakan seluruh crew tanpa terkecuali untuk memberikan masukan pengembangan atau penambahan program baru. Ada formulir konsep program yang harus diisi oleh mereka yang ingin menyampaikan masukan. Respon dari crew cukup baik. Diantara mereka bahkan ada yang mengusulkan hingga tiga program sekaligus beserta konsep dasarnya.

Ide awal dari usulan yang penulis sampaikan berupa program dokumenter radio adalah kenyataan bahwa ada beberapa isu maupun peristiwa yang tidak cukup hanya diberitakan secara straight news, selintas lalu. Untuk hal semacam ini diperlukan sebuah sajian informasi yang cukup mendalam dari berbagai macam sudut pandang. Alhamdulillah, ternyata usulan yang penulis sampaikan kepada pihak manajemen disambut dengan sangat positif.

(50)

tersendiri bagi penulis untuk menyajikan suatu program berita dengan cita rasa baru, yang tetap ringan namun lebih mendalam.

Setelah melalui beberapa kali pembahasan, akhirnya disepakati bahwa program dokumenter radio ini akan segera diudarakan mulai bulan Maret 2011. Ada beberapa hal menarik yang sempat menjadi bahan diskusi mendalam ketika rapat pembahasan program. Salah satunya adalah masalah nama. Ada yang mengusulkan supaya nama program menggunakan bahasa Arab, mengingat bahwa RDS FM adalah radio dakwah. Usulan itupun penulis tanggapi dengan mengatakan bahwa nama program tak harus menggunakan bahasa Arab. Bagi penulis, Islam tak identik dengan Arab dan Islam bukan Arabisme.

Penjelasan penulis dapat diterima oleh forum ketika itu. Selanjutnya, muncullah beberapa usulan nama program, diantaranya: Islamic Review, RDS Views dan RDS Review. Dari ketiga usulan nama program itu, diputuskan untuk mengambil nama RDS Review karena dipandang lebih menggambarkan program acara baru ini. Selain itu, penggunaan nama RDS sebagai bagian dari nama program dimaksudkan untuk lebih memfamiliarkan nama radio yang baru mengudara pertama kali pada 1 Januari 2009 ini.

(51)

Dari sini, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sebuah ide program akan dapat diterima manakala memiliki perbedaan dari program yang sudah ada sebelumnya. Ide itu harus logis, prospektif baik dari sisi respon pendengar maupun pembiayaan, serta dapat menjadi kekhasan dari radio penyiaran itu. Meskipun tentu, pendekatan terhadap masing-masing institusi radio penyiaran berbeda-beda.

C. Profil Program

1. Nama Program : RDS Review

2. Format Program : Dokumenter Radio

3. Sifat Program : Recording

4. Tujuan : Memberikan alternatif informasi yang mencerahkan kepada umat

5. Sasaran : Remaja dan dewasa (20-40 tahun) SES A, B & C

6. Waktu : Senin & kamis (ulang) pukul 20.00 s/d 21.00 wib

(52)

D. Deskripsi Program

RDS Review adalah sebuah program dokumenter radio yang membahas seputar dunia Islam. Sebagaimana layaknya sebuah dokumenter radio, di setiap episode akan mengangkat suatu tema. Adapun tema yang akan diangkat mulai dari hal – hal yang ringan namun sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari kaum Muslimin sampai kepada tema-tema lokal, nasional bahkan internasional yang terkait dengan dunia Islam. Tema tersebut nantinya akan diperdalam melalui berbagai sumber, baik dengan menggunakan teknik wawancara (interview) maupun penelusuran sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Tidak hanya memaparkan masalah atau kondisi yang ada, di setiap episode program diupayakan bahwa audience akan mendapatkan bagaimana pandangan Islam terkait permasalahan tersebut. Hal ini dapat disampaikan oleh pemuka atau tokoh agama dan masyarakat. Selain untuk mendekatkan audience pada nilai-nilai Islam, diharapkan dapat semakin mendekatkan para tokoh dengan umat. Program RDS Review diharapkan juga dapat memberikan informasi yang mencerahkan dalam kehidupan keberagamaan kaum Muslimin yang selama ini jarang didapatkan melalui media massa kebanyakan.

E. Kerangka Program

(53)

wawancara dengan narasumber yang berkompeten serta diperdalam juga dengan penelusuran berbagai referensi atau sumber yang terpercaya. Sumber yang dimaksud seperti data atau dokumen resmi yang dipublikasikan, dokumen yang tidak diterbitkan, kliping koran dan majalah, serta sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dengan tema yang dibahas.

Tema yang diangkat dalam program ini tidak selamanya merupakan tema yang berat. Tema ringan namun bermanfaat juga dapat menjadi topik untuk diulas sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang mencerahkan kepada masyarakat. Tema atau topik yang telah direncanakan sebelumnya, bisa jadi akan berubah atau mengalami pergeseran dikarenakan temuan di lapangan setelah menelusuri berbagai sumber dan melakukan interview dengan para narasumber.

Sebagai sebuah dokumenter radio, maka format penyajian program tidak dapat ditentukan secara pasti. Artinya, keputusan tentang bagaimana dokumenter itu akan disajikan, dilihat dari data yang didapat. Dari hal itulah, seorang produser akan dapat menentukan bagaimana sebaiknya data yang ada diolah dan akan disajikan dengan format seperti apa.

Namun yang jelas, dalam program ini ada beberapa hal yang akan dimunculkan yakni:

(54)

Proses wawancara biasanya dilakukan pada waktu tertentu dan pada satu lokasi saja. Pendapat ini tentu hanya sebatas pandangan umum dan tidak dapat dikatakan mewakili masyarakat secara keseluruhan.

b. Wawancara dengan narasumber, merupakan sebuah teknik untuk memperdalam pemahaman terkait satu tema atau persoalan yang diangkat. Narasumber yang dimaksud tentu diupayakan melibatkan beberapa pihak terkait tema yang dibicarakan, terlebih jika tema itu kontroversial atau terdapat pro dan kontra, tentu melakukan interview terhadap kedua belah pihak adalah suatu pilihan yang bijaksana.

(55)

F. Kerangka Kerja

Program RDS Review merupakan program dokumenter radio yang bersifat recording atau taping, sehingga otomatis kerja yang dilakukan adalah sebelum program tersebut di on air-kan. Adapun tahapan kerja yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

Pada tahap ini, produser beserta tim merencanakan tema yang akan dijadikan pembahasan dalam produk dokumenter. Selain menentukan tema, akan ditentukan juga siapa narasumber yang akan dihubungi, data apa saja dan darimana yang akan digunakan, dan persiapan lain yang terkait. Dalam tahap perencanaan ini akan diketahui arah dari dokumenter, namun tidak menutup kemungkinan akan adanya beberapa perubahan setelah mendapati fakta dalam proses pengumpulan data dan meminta keterangan narasumber.

2. Tahap pengumpulan data, mengumpulkan kutipan dari berbagai

sumber yang mendukung, konsultasi kepada ahli

(56)

3. Merencanakan dan menjalin kontak, merekam informasi yang

mendukung, melakukan wawancara dan perekaman

Setelah bahan terkumpul, langkah selanjutnya adalah merencanakan dan mendaftar siapa saja yang akan dihubungi untuk mendapatkan keterangan lebih dalam. Selanjutnya, melakukan wawancara dengan yang bersangkutan dan tidak lupa mempersiapkan perekaman dengan sebaik-baiknya.

4. Mendengarkan semua bahan, membuat struktur program dan garis

besar naskah

Apabila semua bahan yang dirasa perlu telah terkumpul dan wawancara telah dilakukan, produser harus mendengarkan semua bahan itu dan membuat garis besar arah cerita dokumenter.

5. Memilah dan memilih semua bahan yang ada, baik beruapa data

yang telah diolah, wawancara dengan narasumber dan lain

sebagainya serta menyiapkan susunan naskah final

Bahan yang telah terkumpul itu harus dipilah dan dipilih, mana yang akan dimasukkan alur cerita dokumenter dan mana yang tidak. Selanjutnya, menyusun naskah berdasarkan data atau bahan yang telah diolah tadi.

6. Merekam hasil naskah yang telah disusun sebelumnya

(57)

7. Menggabungkan (mixing) hasil rekaman naskah dengan berbagai

rekaman wawancara yang ada

Rekaman naskah kemudian digabungkan dengan berbagai rekaman wawancara narasumber, vox pop, suara latar dan backsound yang telah dipersiapkan sebelumnya.

8. Mendengarkan hasil akhir dari mixing yang telah dilakukan. Jika

masih belum sesuai keinginan, dapat dilakukan editing kembali

sebelum di on air-kan

G. Running Order

! " # !

" " " "

Tabel 1

(58)

H. Estimasi Biaya Program

1. Biaya Produksi Promo (Radio Ekspose)

a. Kreatif : Rp 70.000,00 b. Produksi : Rp 50.000,00 c. Mixing + Copy : Rp 50.000,00 +

Jumlah biaya produksi promo : Rp 170.000,00 2. Biaya Produksi Program (tiap episode)

a. Biaya Peliputan

1) Fee Reporter : Rp 80.000,00 2) Pencarian data & script writer: Rp 200.000,00 +

Jumlah Biaya Peliputan : Rp 280.000,00

b. Biaya Peralatan

1) Kaset Tape (2 buah @ 10.000): Rp 20.000,00

2) Telpon : Rp 50.000,00 +

Jumlah Biaya Peralatan : Rp 70.000,00

c. Biaya Produksi

1) Fee Announcer : Rp 50.000,00

2) Editing dan Mixing : Rp 50.000,00 +

Jumlah Biaya Produksi: Rp 100.000,00+

Total Biaya (satu episode) : Rp 450.000,00 Biaya produksi 3 bulan

(12×450.000) : Rp 5.400.000,00 + Total Biaya Produksi Promo &

(59)

BAB III

MARKETING

A. Profil Program

1. Nama Program : RDS Review

2. Format Program : Dokumenter Radio

3. Sifat Program : Recording

4. Tujuan : Memberikan alternatif informasi yang mencerahkan kepada umat

5. Sasaran : Remaja dan dewasa (20 - 40 tahun) SES A, B & C

6. Waktu : Senin & Kamis (ulang) pukul 20.00 s/d 21.00 wib

7. Durasi : 1 Jam (60 menit)

B. Deskripsi Program

(60)

kaum Muslimin sampai kepada tema-tema lokal, nasional bahkan internasional yang terkait dengan dunia Islam. Tema tersebut nantinya akan diperdalam melalui berbagai sumber, baik dengan menggunakan teknik wawancara/ interview maupun penelusuran sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Tidak hanya memaparkan masalah atau kondisi yang ada, di setiap episode program diupayakan bahwa audience akan mendapatkan bagaimana pandangan Islam terkait permasalahan tersebut. Hal ini dapat disampaikan oleh pemuka atau tokoh agama dan masyarakat. Selain untuk mendekatkan audience pada nilai-nilai Islam, diharapkan dapat semakin mendekatkan para tokoh dengan umat. Program RDS Review diharapkan juga dapat memberikan informasi yang mencerahkan dalam kehidupan keberagamaan kaum Muslimin yang selama ini jarang didapatkan melalui media massa kebanyakan.

C. Sponsorship

(61)

Terkait program RDS Review, Radio Dakwah Syari’ah (RDS) Fm memberikan tiga tawaran bentuk kerjasama sponsorship dengan berbagai ketentuan dan kompensasi yang akan diberikan. Ketiga bentuk kerjasama itu adalah sebagai berikut:

1. Sponsor Tunggal (blocking time)

Dalam kesepakatan sponsor tunggal atau sponsor penuh ini, satu pemasang iklan membayar untuk keseluruhan program siaran (a single advertiser paid for an entire program)1. Artinya, tidak ada sponsor lain yang ikut bergabung di program acara RDS Review ini.

Periode kerjasama sponsor ini selama tiga bulan. Jika periode berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk tiga bulan berikutnya, demikian seterusnya. Untuk bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp 5.570.000,00

Sebagai kompensasinya, pihak RDS FM akan memberikan space iklan sepenuhnya dalam program RDS Review kepada pihak sponsor, yaitu selama 12 menit untuk total durasi program selama 60 menit tiap episodenya. Adapun untuk iklan selama 12 menit itu akan dibagi menjadi 4 segmen dengan masing-masing durasi 3 menit.

Selain itu, RDS FM juga akan menyebutkan nama sponsor sebagai pihak pendukung acara, dalam radio expose (re) program RDS Review

1

(62)

yang akan diputar setiap hari minimal 4 kali. Sebagai bonus, RDS FM akan membebaskan biaya produksi iklan dan radio expose. Pihak sponsor cukup menyerahkan bahan iklan, pihak RDS FM yang akan mengolah dan memproduksinya.

2. Sponsor Bersama (air time sharing)

Dalam kesepakatan sponsor bersama ini, beberapa pemasang iklan secara patungan atau bersama-sama menjadi sponsor suatu program siaran dengan membagi waktu iklan menjadi beberapa bagian. Mekanisme ini disebut juga dengan air time sharing2. Dengan kata lain, dalam bentuk kerjasama sponsorship ini, pihak pemberi sponsor mendanai sebagian dari total keseluruhan program RDS Review.

Periode kerjasama sponsor ini selama tiga bulan. Jika periode berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk tiga bulan berikutnya, demikian seterusnya. Untuk bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp 2.785.000,00.

Sebagai kompensasinya, pihak RDS FM akan memberikan space iklan dengan durasi yang sama, untuk masing-masing sponsor. Iklan akan dimunculkan sebanyak empat kali dalam tiap episode.

Selain itu, RDS FM juga akan menyebutkan nama sponsor sebagai pihak pendukung acara, dalam radio expose (re) program RDS Review yang akan diputar setiap hari minimal 4 kali. Sebagai bonus, RDS FM

2

(63)

akan membebaskan biaya produksi iklan dan radio expose. Pihak sponsor cukup menyerahkan bahan iklan, pihak RDS FM yang akan mengolah dan memproduksinya.

3. Sponsor Pengganti (alternating sponsorship)

Beberapa pemasang iklan yang tidak saling bersaing (noncompetitive company) bekerja sama untuk bergantian menjadi sponsor suatu program siaran untuk mengurangi biaya iklan3.

Bentuk kerjasama alternating sponshorsip, sama dengan bentuk air time sharing. Hanya saja, pada bentuk kerjasama ini, pihak sponsor satu dengan lainnya akan diberi kesepakatan untuk bergantian memunculkan iklan produknya pada setiap episode program RDS Review. Misalnya, untuk iklan sponsor A akan ditayangkan pada episode pekan ini. Untuk pekan berikutnya, iklan sponsor B yang akan dimunculkan. Begitu seterusnya.

Untuk bentuk kerjasama ini, pihak sponsor mengeluarkan biaya sebesar: Rp 2.785.000,00. Periode kerjasama sponsor ini selama tiga bulan. Jika periode berakhir, maka dapat dilakukan perpanjangan untuk tiga bulan berikutnya, demikian seterusnya.

Selain memunculkan iklan dalam program RDS Review, RDS FM juga akan menyebutkan nama sponsor sebagai pihak pendukung acara, dalam radio expose (re) program RDS Review yang akan diputar setiap

(64)
(65)

BAB IV

EVALUASI PROGRAM

A. Pendahuluan

Program RDS Review merupakan sebuah karya dokumenter radio yang menjadi terobosan baru di Radio Dakwah Syari’ah (RDS) FM Solo. Program berita (news) yang selama ini dimiliki oleh RDS FM baru sebatas straight news dan buletin berita yang berisi rangkuman berita pilihan selama sepekan. Produk buletin berita ini dikemas dalam program RDS Pagi Akhir Pekan.

Selain memaparkan persoalan atau fenomena dari berbagai sudut pandang, di dalam program RDS Review juga diupayakan ada sudut pandang Islam terkait tema yang menjadi pembahasan. Dengan hal ini diharapkan masyarakat mendapatkan gambaran dan pemahaman bahwa Islam dapat memberikan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Sehingga, anggapan bahwa Islam hanya sebatas mengatur persoalan ritual atau hubungan vertikal dengan Allah dapat diluruskan.

B. Proses produksi RDS Review

Ada beberapa tahapan dalam proses produksi program RDS Review yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

(66)

3. Merencanakan dan menjalin kontak, merekam informasi yang mendukung, melakukan wawancara dan perekaman

4. Mendengarkan semua bahan, membuat struktur program dan garis besar naskah

5. Memilah dan memilih semua bahan yang ada, baik berupa data yang telah diolah, wawancara dengan narasumber dan lain sebagainya serta menyiapkan susunan naskah final

6. Merekam hasil naskah yang telah disusun sebelumnya

7. Menggabungkan (mixing) hasil rekaman naskah dengan berbagai rekaman wawancara yang ada

8. Mendengarkan hasil akhir dari mixing yang telah dilakukan. Jika masih belum sesuai keinginan, dapat dilakukan editing kembali sebelum di on air-kan

1. Tahap perencanaan tema atau pokok bahasan

Perencanaan merupakan suatu yang amat penting dalam setiap pembuatan program. Perencanaan merupakan bagian dari keberhasilan atau kegagalan. Artinya, dengan perencanaan yang baik akan mendekatkan pada keberhasilan atau kesuksesan, begitu juga sebaliknya.

(67)

a. Apa yang ingin dicapai dari tema yang diangkat

b. Apa yang ingin diberikan kepada pendengar dengan diangkatnya tema itu

Kedua pertanyaan itu harus dijawab oleh produser beserta tim ketika mengangkat suatu tema atau pembahasan. Tujuannya, supaya ada target yang jelas dari tiap episode yang disajikan ke tengah audience.

Perencanaan dalam pembuatan program RDS Review terdiri dari dua hal, yaitu perencanaan bulanan dan perencanaan tiap episode. Perencanaan bulanan adalah perencanaan atau penentuan tema yang akan diangkat dalam RDS Review selama satu bulan. Perencanaan ini biasanya dilakukan pada rapat redaksi akhir bulan. Dalam rapat itu akan dibahas isu, fenomena dan peristiwa apa yang menarik untuk diangkat sebagai tema RDS Review dalam satu bulan ke depan.

Gambar

Tabel 2 : Pendengar Streaming Radio.........................................................................66
Grafik 1 : Pendengar Streaming Radio RDS Review episode 1 hingga 12      (periode Maret-Mei 2011)………………………………………………...66
  Tabel 1
Tabel 2 Untuk lebih jelasnya, data di atas dapat diwujudkan dalam bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun, seperti penjiplakan, pembuatan

Asas ini mengandung arti bahwa harus senantiasa terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara hak yang diperoleh seseorang, dengan kewajiban yang harus ditunaikannya.

Bekisting atau perancah harus digunakan bila diperlukan untuk membatasi adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan yang diinginkan. Bila bekisting

Menyadari hal tersebut, Pesantren Modern Internasional Dea Malela (PMI DM) menyusun suatu program yang dinamai “Gemar Membaca.” Program ini, pada awalnya, dihajatkan

Dengan semakin meningkatnya para pengguna jalan (kendaraan bermotor) maka akan mempengaruhi kinerja dan tingkat pelayanan jalan tersebut.Manual Kapasitas Jalan

Adapun penggunaan CT- Scan yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran gigi yaitu digunakan pada rongga mulut dan regio maksilofasial termasuk di dalamnya untuk

Pengujian ini dilakukan dengan cara meletakkan robot pada lintasan belokan kiri dan kanan serta mengukur waktu tempuh dan berhasil tidaknya robot melalui lintasan

Banyak masyarakat/warga RW.07-RW.09 Desa Bringin Bendo Kecamatan Taman belum memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan, contohnya seperti masih membuang sampah