• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA PADA PENDERITA SKIZOFRENIA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 A.Latar Belakang

Skizofrenia salah satu bentuk gangguan jiwa berat, dulu sering dianggap akibat kerasukan roh halus atau ilmu gaib. Akibatnya, pasien sering dikucilkan bahkan dipasung dan diperlakukan tidak manusiawi. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja, dari berbagai bangsa, negara, maupun kelompok sosial ekonomi dan budaya. Skizofrenia bisa terjadi karena disebabkan beberapa fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Padahal jika diketahui sejak dini dan ditangani dengan baik, gangguan ini bisa diatasi (Kriswandaru, 2006). Pada kenyataannya pasien dengan skizofrenia yang dirawat di rumah sakit jarang dikunjungi oleh keluarganya. Hal ini disebabkan karena keluarga malu ada keluarganya yang menderita penyakit skizofrenia. Padahal, kunjungan keluarga sangat diperlukan oleh pasien skizofrenia guna mempercepat kesembuhan pasien.

Prevensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3 – 1 persen dan biasanya timbul pada usia sekitar 18 – 45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11 – 12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup luas yang di alami di Indonesia, di mana sekitar 99 % pasien di RS jiwa di Indonesia adalah pasien Skizofrenia. Hal ini dikemukakan oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp. KJ dari Kedokteran Jiwa FKUI/RSCM Republika, 2000 (dalam Arif, 2006).

(2)

mungkin memiliki kerentanan spesifik (diastesis) yang apabila diaktifan oleh pengaruh stress memungkinkan berkembangnya simptom skizofrenia. (b) faktor neurobiologi, dimana penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. (c) faktor genetik, penelitian yang dilakukan sekitar tahun 30-an menunjukkan seseorang mengalami skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga memiliki gangguan yang sama. (d) faktor psikososial, dimana faktor dari psikologis dan sosial dapat mempengaruhi timulnya skizofrenia seperti individu pasien. Keluarga dan lingkungan sosial.

Banyak faktor yang mendukung timbulnya skizofrenia yang merupakan perpaduan beberapa aspek dan saling mendukung yang meliputi biologis , psikologis, sosial dan lingkungan (environmental) ( Yosep dalam Nevid,2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berupa gangguan spektrum skizofrenia tampak memiliki kesamaan hubungan genetik (Nevid,dkk,2005). Selain dari faktor genetik ada juga banyak bukti yang menunjukkan bahwa stress (terutama stress dan kecemasan sosial) adalah faktor risiko dan mungkin memicu episode skizofrenia. Sebagai contoh, emosi bergejolak keluarga dan peristiwa kehidupan menegangkan telah dikaitkan sebagai faktor resiko skizofrenia maupun untuk kambuh atau pemicu untuk episode skizofrenia (Schizophrenia.com.2009).

Perawatan medis yang diberikan pada penderita skizofrenia biasanya hanya menghilangkan sebagian gejala gangguan ini, namun jarang sekali yang dapat memulihkan kondisi mereka sepenuhnya. Bahkan gangguan ini sering kambuh setelah pasien kembali dari rumah sakit jiwa ke keluarga mereka sehingga suasana rumah menjadi sangat tidak nyaman bagi semua anggota keluarga, khususnya bagi pasien skizofrenia tersebut.

(3)

harmonis, orang tua diharapkan menjadi kawan bagi anaknya sehingga permasalahan yang dihadapi seorang anak dapat dideteksi dan diselesaikan secara bijaksana sehingga tidak menyebabkan trauma bagi anak, lingkungan masyarakat juga turut berperan misalkan dengan memberi dukungan pada keluarga penderita sehingga pihak keluarga tidak merasa sendiri menanggung beban.

Salah satu faktor yang berperan sangat penting adalah hubungan pasien dengan keluarga. Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang berperan dalam memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit pasien. Umumnya keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup merawatnya ( Budi Ana Keliat 96 ).

Dalam keluarga terdapat suatu sistem yang berisi sejumlah relasi yang berfungsi secara unik Scharff & Scharff (dalam Arif, 2006). Definisi tentang keluarga tersebut menegaskan bahwa hakikat dari keluarga adalah relasi yang terjalin antara individu yang merupakan komponen dalam keluarganya. Setiap anggota keluarga berhubungan satu sama lain dalam suatu matriks relasi yang kompleks. Dalam relasi yang saling terkait ini, dapat dipahami bahwa bila sesuatu menimpa atau dialami oleh salah satu anggota keluarga dampaknya akan mengenai seluruh anggota keluarga yang lain.

(4)

Menurut hasil Penelitian di Inggris (Vaugh dalam Keliat, 1992) dan di Amerika serikat (Snyder dalam Keliat, 1992) memperlihatkan bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik) diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan. Hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang rendah. Terapi keluarga dapat diberikan untuk menurunkan ekspresi emosi. Masalah yang dihadapi adalah karena sebagian besar keluarga klien skizofrenia kurang memahami dan pengetahuan tentang perawatan klien skizofrenia masih rendah.

Menurut teori Object relations theory dikatakan bahwa kebutuhan akan objek relations adalah kebutuhan paling mendasar bagi manusia, sama mendasarnya dengan kebutuhan akan makanan dan seks Scharff & Scharff, 1991 (dalam Arif, 2006). Seorang pasien Skizofrenia, dengan selfnya yang rapuh, juga mencari Object relations tersebut, Object relation yang pertama dan yang paling penting bagi individu adalah Object relation dengan keluarganya, maka konflik yang dialami Skizofrenia adalah konflik dengan keluarganya.

Departemen Kesehatan RI, 1989 (dalam Effendy (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan dan adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berintraksi. Dimana keluarga ini merupakan orang-orang terdekat dengan pasien, setelah pasien keluar dari perawatan medis. Dan keluarga memegang peran penting dalam perawatan pasien lebih lanjut.

(5)

mengalami tekanan mental dan gejala yang ditampilkan oleh penderita dan juga ketidaktahuan keluarga menghadapi gejala tersebut. Kondisi inilah yang akan melahirkan sikap dan emosi yang keliru dan berdampak negative pada penderita. Biasanya keluarga menjadi emosional, kritis dan bahkan bermusuhan yang jauh dari sikap hangat yang dibutuhkan oleh penderita (Irmansyah dalam Sirait, 2006) diakses 18 Juni 2012.

Tidak jarang kita temui para keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia mengucilkan penderita, tidak mempedulikan kondisi dan keadaan si penderita. Keluarga hanya memasukkan penderira ke dalam Rumah Sakit Jiwa kemudian membiarkan penderita berada di rumah Sakit Jiwa dalam rentang waktu yang sangat lama, bahkan ada diantara penderita sampai meninggal di Rumah Sakit Jiwa. Bagi mereka memiliki anggota keluarga yang skizofrenia merupakan sebuah aib yang akan menimbulkan malu bagi nama baik keluarga tersebut, dan memasukkan penderita ke dalam Rumah Sakit Jiwa untuk menjauhkan dari orang yang mengetahui penderita mengalami gangguan skizofrenia adalah salah satu keputusan terbaik, dan hal ini sangat disayangkan. Jarang sekali keluarga yang mempedulikan anggota keluarganya yang menderita skizofrenia. Padahal dukungan dari keluarga merupakan faktor terpenting yang dapat membantu kesembuhan seorang skizofrenia.

Disisi lain, hasil penelitian sebelumnya, yakni berkaitan dengan dukungan sosial dari keluarga dalam pencegahan rilaps pada skizofrenia yang dilakukan oleh Febri (2011) ialah, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga terhadap tingkat kekambuhan skizofrenia.

(6)

keluarga, bentuk dukungan sosial dari orang tua sangat membantu proses pemulihan dari penderita skizofrenia.

Pada dasarnya keluarga terutama orang tua, memiliki andil yang cukup besar dalam proses penyembuhan. Lamb (1990) menjelaskan bahwa dalam konteks keluarga ibu dan ayah mempunyai peran yang berbeda namun saling mendukung. Arif (2006) mengatakan kepribadian individu terbentuk di dalam matriks keluarga. Keluarga adalah “rahim” tempat hidup dan berkembangnya kepribadian para anggotanya. Relasi antara anggota keluarga merupakan relasi yang intim. Prototip dari relasi ini adalah relasi antara ibu dan anak. Yang dimaksud dari figur ibu tidak harus berarti ibu kandung individu, melainkan figur caretaker yang menjalankan fungsi mothering bagi anak. Jadi, bisa saja yang menjadi“ibu”bagi anak adalah ayahnya, neneknya, tantenya atau gabungan beberapa orang signifikan itu.

Pemberian dukungan sosial yang diberikan orang tua pada penderita agar kemampuan sosialisasi dan keterampilan komunikasi anak dapat berkembang secara optimal sebagai bekal untuk hidup bersama dalam masyarakat, karena hanya dari dukungan tersebutlah yang mampu memberikan pengaruh besar dalam kehidupan anak.

(7)

mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi dengan stress.

Sebagaimana kasus yang peneliti dapatkan, Yakni subyek berinisial F, telah mendapatkan pengobatan sejak berumur 18 tahun , ketika di wawancara pasien terlihat malu dan menjawab dengan baik, wawancara dibantu oleh kakak pasien, pasien terlihat baik dan tidak ada gangguan dalam menjawab walaupun menjawab dengan malu-malu, kemudian menurut kakak pasien , ketika SMA pasien pernah ditinggal kawin pacar pasien, karena kejadian itu pasien sering menangis dan mengurung diri, tidak mau makan, hanya ingin didalam kamar, tidak mau keluar kamar, diam saja, dan menangis, kemudian pasien di bawa berobat secara teratur, kini pasien terlihat baik dan tidak mempunyai kelainan yang berarti dan dapat menjalani kehidupan dengan normal. Selama 9 tahun berobat teratur ke dokter specialis jiwa . Kekambuhan pasien juga berkurang sejak 2 tahun yang lalu. Kesembuhan pasien karena dukungan dari semua anggota keluarga, dan pengobatan secara teratur. kini pasien terlihat baik dan tidak mempunyai kelainan yang berarti dan dapat menjalani kehidupan dengan normal. Selama 9 tahun berobat teratur ke dokter specialis jiwa . Kekambuhan pasien juga berkurang sejak 2 tahun yang lalu. (drlizahidup.blogspot.com.) diakses 29 november 2011).

(8)

terjadi pada kasus Ishak dalam buku Arif (2006), Ishak dilahirkan di keluarga yang berkecukupan, Ishak tidak kekurangan apapun secara fisik, semua keinginan dipenuhi. Bahkan sebagai anak laki-laki pertama, mungkin Ishak mendapatkan segala sesuatu yang berlebih. Namun karena situasi dalam keluarga, tampaknya Ishak kurang terperhatikan. Kondisi ini menjadi predisposisi perkembangan kepribadian Ishak menjadi lemah dan cendrung narcissitic (seseorang merasa tidak membutuhkan orang lain).

Selain contoh kasus yang telah dipaparkan, peneliti juga mendapatkan subyek penelitian yakni IM, yang memiliki anak angkat menderita skizofrenia, Dari pemaparan pengelolah tempat anak angkat dirawat, anak kurang mendapat dukungan keluarga. fenomena diatas mengandung sebuah arti, jika anak kurang mendapat dukungan keluarga bagaimana anak mampu melewati permasalahannya.

Fenomena yang lainnya, yakni subyek kedua adalah DM, yang juga memiliki saudara tiri menderita skizofrenia. Permasalahan yang dihadapi oleh saudara tirinya hampir sama dengan fenomena yang dialami oleh IM yang juga kurang mendapat dukungan keluarga.

Fenomena yang lainnya, yakni subyek yang ketiga adalah ST, yang memiliki saudara kandung menderita skizofrenia. Permasalahan yang dialami ialah subyek jarang menjengguk penderita saat subyek berkunjung ke tempat saudara kandungnya dirawat. Subyek hanya membawakan keperluan saudara kandungnya kepada pengelolah Yayasan. Sehingga dari sinilah dapat dimunculkan sebuah pertanyaan sederhana bagaimana bentuk dukungan dari keluarga yang diberikan agar anak atau saudara yang menderita skizofrenia mampu melewati permasalahannya.

(9)

dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibandingkan dengan yang tidak memiliki dukungan (Taylor, 2003).

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwasannya dukungan pada penderita skizofrenia, yang diberikan oleh keluarga sangatlah penting terutama dukungan sosialnya. Karena hanya dari dukungan tersebutlah yang mampu memberikan pengaruh besar dalam proses penyembuhan pada penderita skizofrenia.

Mengacu pada beberapa fenomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan dari keluarga pada penderita skizofrenia.

B.Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk dukungan sosial dari keluarga pada penderita skizofrenia?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bentuk-bentuk dukungan sosial dari keluarga pada penderita skizofrenia.

D.Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

(10)

2. Secara Praktis

(11)

i

S K R I P S I

Oleh :

Megawati

(08810072)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(12)
(13)
(14)
(15)

v

Bismillahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta salam sejahtera bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW, atas rahmat, kekuatan, karunia, taufik dan hidayahNya sehingga skripsi ini bias terselesaikan.

Skripsi ini berjudul DUKUNGAN SOSIAL DARI KELUARGA

PADA PENDERITA SKIZOFRENIA”. Maksud penulisan skripsi ini adalah

sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Peneliti menyadari dan mengakui, terwujudnya skripsi ini bukan semata-mata karena peneliti sendiri, namun banyak pihak yang ikut andil dan membantu penulis.

Dengan penuh kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan juga selaku dosen

pembimbing I yang telah banyak memberi masukan, senantiasa sabar dalam membimbing dan selalu memberikan motivasi kepada penulis. 2. M. Salis yuniardi, S.Psi, M. Psi selaku dosen pembimbing II yang telah

(16)

vi

4. DRS. H. Sujoadi. MM selaku dosen yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

5. Yang tersayang dan tercinta Ayahanda, Ibunda, Bapak, Ibu, atas segala cinta, doa, dorongan, kesabarannya dan setiap kasih sayang yang dicurahkan kepada penulis selama ini.

6. Saudara-saudara yang selalu memberi dukungan, doa dan perhatian. 7. Suami penulis Dwi Prasetio yang tidak pernah bosan dan lelah memberi

dukungan, doa dan perhatian.

8. Subyek penelitian IM, DM dan ST yang telah bersedia bekerjasama serta membantu penulis memperlancar proses pelaksanaan penelitian. 9. Mufadhilah dan Suci Tiara Widarti yang selalu setia menjadi saudara

terbaik yang tidak pernah lelah saling memberi motivasi dan semangat untuk mencapai pada titik akhir perkuliahan.

10.Think-think 21B Mbak Limar, Mbak Wi, Mbak Bray, Mbak na, Mbak He.a, ntun, Riska dan Puput yang selalu memberi dukungan, doa dan perhatian serta ikut membantu dan selalu ada untuk penulis.

11.Kucing Tessy & Tessya yang setia menemani penulis ketika mengerjakan skripsi.

12.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

(17)

vii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN .. ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

INTISARI ... vi

SUMMARY ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Skizofrenia ... 11

1. Pengertian Skizofrenia ……... ... 11

2. Faktor Penyebab Skizofrenia ... 12

3. Kriteria Diagnostik Skizofrenia ... 13

B.Social Support (Dukungan Sosial) ... 14

1. Pengertian Dukungan Sosial………... ... 14

2. Bentuk Dukungan Sosial ……….. ... 15

3. Fungsi Dukungan Sosial ………. ... 15

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial ... 16

C.Keluarga. ... 17

1. Pengertian Keluarga. ... 17

2. Peran Keluarga. ... 18

3. FungsiKeluarga. ... 19

4. Tipe/Bentuk Keluarga ... 21

(18)

viii

C.Subyek Penelitian ... 24

D.Metode Pengumpulan Data ... 25

E.Prosedur Penelitian ……… ... 27

F. Analisis Data. ... 29

G.Keabsahan Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Identitas Subyek Penelitian ... 31

B.Gambaran Kasus Penelitian ... 32

1.Gambaran Riwayat Skizofrenia. ... 32

a. Subyek BM. ... 32

b. Subyek MR. ... 36

c. Subyek YT. ... 38

2. Deskripsi Gambaran Dukungan Sosial. ... 41

a. Keluarga A. ... 41

b. Keluarga B. ... 43

c. Keluarga C. ... 44

C. Analisis Data. ... 45

1.Gambaran Dukungan Sosial Dari keluarga. ... 45

a. Keluarga A. ... 45

b. Keluarga B. ... 47

c. Keluarga C. ... 48

2.Rangkuman Gambaran Dukungan Sosial bagi Subyek yang Menderita Skizofrenia. ... 49

(19)

ix

(20)

x

Skema 4.2 Gambaran dukungan sosial keluarga bagi

subyek BM ……… 45 Skema 4.3 Gambaran dukungan sosial keluarga bagi

subyek MR ……… 47 Skema 4.4 Gambaran dukungan sosial keluarga bagi

subyek YT ………. 48 Skema 4.5 Rangkuman gambaran dukungan sosial

Bagi subyek BM, subyek MR dan subyek

(21)

xi

Lampiran 2 A. Informed Concent Keluarga A (IM) ... 66

B. Informed Concent Keluarga B (DM). ... 67

C. Informed Concent Keluarga C (ST) . ... 68

D. Hasil Observasi. ... 69

Lampiran 3 A. Guide Wawancara. ... 72

B. Hasil Wawancara Keluarga A (IM). ... 75

C. Hasil Wawancara Keluarga A (AM). ... 77

D. Hasil Wawancara BM (yang menderita skizofrenia). ... 79

F. Hasil Wawancara Keluarga B (DM). ... 80

G. Hasil Wawancara MR (yang menderita skizofrenia). ... 83

I. Hasil Wawancara Keluarga C (ST). ... 84

(22)

xii

Abraham, C & Shanley, E. 1997. Psikologi sosial untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Arif, I.S.2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama.

Davison, G.C.dkk.2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Effendy, N.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fausiah, F. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Kartini Kartono, 1986. Patologi Sosial 3” Gangguan-gangguan Kejiwaan”. Jakarta: CV. Rajawali.

Lamb, Michael E.1981. The role of the father in child development. Utah: Wiley Interscience.

Moleong, L.J.2008. Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja rosdakarya.

Sarafino, E.P. 1994. Health psychology : Biopsychosocial interactions. New York : John Willy & Sons, Inc.

Sirait, Asima.2006. Pengaruh koping keluarga terhadap kejadian relaps pada skizofrenia remisi sempurna di rumah sakit jiwa daerah propinsi

sumatera utara (Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan)

(23)

xiii

Wiramihardja, S.A.2007. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: refika Aditama.

Taniredja,T.2011. Penelitian Kuantitatif.Bandung: Alfabeta. http://repository.upi.edu/operator/s_jkr_054043_chapter2.pdf

http://skripsikesehatan.blogspot.com/2011_05_01_archive.html

http://www.4skripsi.com/skripsi-kesehatan/studi-pengetahuan-tentang- skizofrenia-pada-keluarga-pasien-penderita-skizofrenia-di-ruang-jiwa-c-rsu-dr-soetomo-surabaya.html#ixzz1qWzUgB4m

http://www.vdshared.com/kesehatan/34-dunia-manusia/115-kekambuhan-skizofrenia.html

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6815?mode=full&submit_simple =Show+full+item+record

http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html

http://eprints.undip.ac.id/10956/1/RINGKASAN_skripsi.pdf

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sarahevira-5136-3-bab2.pdf

http://library.gunadarma.ac.id/repository/files/93858/10504164/bab-i.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa program pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid yang dilakukan oleh

Locsin juga menjelaskan bahwa teknologi merupakan caring in nursing dimana terdapat hubungan yang harmonis antara teknologi dan caring dalam keperawatan (Locsin,

Selanjutnya berdasarkan persamaan kecepatan diatas, untuk mendapat hasil perhitungan kecepatan laju kendaraan dari hasil rekaman video, nilai jarak didapatkan berdasarkan jarak

MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MENGUASAI KONSEP DAN TEORI YANG MENDASAR, MAMPU MENGEMBANGKAN KONSEP DAN MELAKSANAKAN ATAU MENGAPLIKASIKAN KEMAMPUAN AKUNTANSI

Sebaliknya dalam UU BUMN, uang negara yang masuk sebagai modal persero sebagai badan hukum dinyatakan sama persis dengan persero biasa yang mencari untung, jadi bisa disita..

Uji validitas ini diujikan kepada 30 responden pemasang iklan majalah Info Bekasi dari bulan Januari 2011–Desember 2011, kriteria yang digunakan dalam menentukan suatu instrumen

menghasilkan produk konstruksi. Pengelolaan supply chain di industri konstruksi adalah salah satu usaha peningkatan kinerja. Pengelolaan supply chain harus efektif dan

Menurut defi nisi di atas, tujuan TP dikembangkan adalah untuk memecahkan persoalan belajar manusia atau dengan kata lain mengupayakan agar manusia (peserta didik) dapat belajar