• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi pembuatan keju dengan variasi suhu dan dosis getah tanaman biduri (calotropis gigantea)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Optimasi pembuatan keju dengan variasi suhu dan dosis getah tanaman biduri (calotropis gigantea)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

OPTIMASI PEMBUATAN KEJU DENGAN VARIASI SUHU DAN DOSIS

GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh :

Dody Ikhsan Gunawan

H0507032

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

OPTIMASI PEMBUATAN KEJU DENGAN VARIASI SUHU DAN DOSIS

GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Peternakan

Oleh :

Dody Ikhsan Gunawan

H0507032

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)
(4)

commit to user Hingga aku mengerti arti menghargai 

Pernah aku merasa sepi, jauh sendiri 

Lebih jauh dari pada bayangan planet pluto (jika ada)  Hingga aku paham arti mencintai 

Untuk‐Mu yang telah melukis lembar hidupku bersama orang‐orang tersayang, 

memberiku skenario‐skenario menakjubkan, keajaiban‐keajaiban kecil disetiap langkah,  kantong keberuntungan yang tak pernah kehabisan amunisi 

Terimakasih...  Adik Fandy Kurniawan, Alhamdulillah sekarang diberikan kesempatan untuk kuliah. Adik  bontot Ku, Ahmad Tegar Rifa’i atas dukungan dan do’anya. Jangan nakal lagi, sekarang  sudah kelas lima! 

 

Untuk Ranger Biduri 

Tom, Nunuk dan Dude, terimakasih atas kebersamaan dan kekompakannya dalam  melawan peluh kesah di Lab. Akhirnya kita bisa lulus juga!. Lain waktu mungkin kita bisa  main poker malam‐malam di Lab dan minum kopi susu sisa penelitian pakai beker glass  lagi. Oya buat pak Har, mas Lantib dan mbak Diana mewakili para Ranger; terimakasih  atas kerelaannya kami repotin, ternyata tidak semua lab itu menyeramkan 

(5)
(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul; ”Optimasi pembuatan Keju dengan Variasi Suhu dan Dosis Getah

Tanaman Biduri (Calotropis gigantea)”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pudjiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Sudiyono, MS., selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Adi Magna P. N., S.Pt., MP., dan Ibu Winny Swastike, S.Pt., MP.,

selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Pendamping.

4. Bapak Ir. Pudjomartatmo, MP., selaku dosen penguji atas pembelajaran dan

saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya Penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi diri penulis dan pembaca.

Surakarta, Juli 2012

(7)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL………. ... .. viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Susu ... 5

B. Keju ... 5

C. Faktor dalam Pembuatan Keju ... 7

D. Biduri (Calotropisgigantea) ... 7

HIPOTESIS ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 11

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 11

C. Persiapan Penelitian ... 11

D. Tata Laksana Penelitian ... 12

E. Perancangan Penelitian dan Analisis Data ... 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

(8)

commit to user

B. Optimasi Kadar Bahan Kering ... 18

C. Optimasi Kadar Protein ... 20

D. Optimasi Kadar Lemak ... 21

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 24

A. Simpulan ... 24

B. Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

commit to user DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Kode dan Tak Kode untuk Kombinasi RSM ... 16

(10)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Proses Pembuatan Keju ………….. ... 13

2 Grafik 3D Optimasi Berat Curd ... 17

3 Grafik 3D Optimasi Kadar Berat Kering ... 19

4 Grafik 3D Optimasi Kadar Protein ... 20

(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Foto Penelitian ... 27

2 Data Curd, Bahan Kering, Protein, Lemak Keju dengan Koagulan Getah Tanaman Biduri (Calotropisgigantea) ... 28

3 Input Data Berat Curd pada Software Matlab 7.1 ... 29

4 Input Data Kadar Bahan Kering pada Software Matlab 7.1 ... 35

5 Input Data Kadar Protein pada Software Matlab 7.1 ... 41

(12)

commit to user

 

OPTIMASI PEMBUATAN KEJU DENGAN VARIASI SUHU DAN DOSIS

GETAH TANAMAN BIDURI (Calotropis gigantea)

Dody Ikhsan Gunawan

H0507032

RINGKASAN

Proses pembuatan keju tentunya tidak dapat lepas dari enzim protease,

sebagai penggumpal casein susu. Selama ini enzim yang digunakan adalah rennet.

Penggunaan rennet masih memiliki beberapa kendala, antara lain tidak sesuai

dengan prinsip animal wellfare, keterbatasan penyediaan rennet dan mahalnya

harga rennet tersebut. Berdasar permasalahan tersebut maka diperlukan alternatif

koagulan selain rennet. Tujuan Penelitian ini adalah membangun model statistik

dan mengetahui titik optimum pengaruh suhu dan dosis penggunaan getah

tanaman biduri (Calotropis gigantea) pada pembuatan keju. Penelitian ini

dilaksanakan di Sublab Biologi, Sublab Kimia Laboratorium MIPA Pusat dan

Laboratorium Kimia Kesuburan dan Biologi Tanah, Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta selama bulan November

2011 sampai bulan Maret 2012. Materi yang digunakan adalah getah biduri dan

susu sapi sebanyak 18 liter. Pembuatan keju dibagi dalam sembilan macam

perlakuan dan dua ulangan, setiap ulangan menggunakan susu sebanyak 1 liter.

Rancangan penelitian ini menggunakan pola Response Surface Methodology

(RSM) dengan dua faktor, yaitu perbedaan suhu inkubasi (X1) 45; 50; dan 550C

dan dosis penggunaan getah (X2) 0,15; 0,20; dan 0,25 gram. Perlakuan yang

diberikan P1: suhu 450C + dosis 0,15 g; P2: suhu 450C + dosis 0,20 g; P3: suhu

450C + dosis 0,25 g; P4: suhu 500C + dosis 0,15 g; P5: suhu 500C + dosis 0,20 g;

P6: suhu 500C + dosis 0,25 g; P7: suhu 550C + dosis 0,15 g; P8: suhu 550C +

dosis 0,20 g; P9: suhu 550C + dosis 0,25 g; Peubah yang diamati meliputi berat

curd, kadar bahan kering, kadar protein dan kadar lemak.

(13)

commit to user

ii 

 

curd 50,26 gram, suhu 47,200C dan dosis 0,12 gram. Optimasi kadar bahan kering

Ŷ=45,1979- (1,9425X1)- (8,9378X2)+ (0,4723X12)+ (0,3283X22)- (6,0434X1X2); bahan kering 49,74%, suhu 47,200C dan dosis 0,12 gram. Optimasi kadar protein

Ŷ=19,7050+ (0,6550X1)- (0,1325X2)- (1,4350X12)+ (2,3575X22)+ (0,2925X1X2); kadar protein 20,40%, suhu 50,070C dan dosis 0,21 gram. Optimasi kadar lemak

Ŷ=18,4752+ (0,9179X1)- (0,6440X2)+ (1,9562X12)- (3,3790X22)+ (1,6584X1X2); kadar lemak 17,50%, suhu 49,310C dan dosis 0,19 gram.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah berat curd optimum 50,26 gram dan

kadar berat kering optimum 49,74% didapatkan dengan menggunakan kombinasi

suhu 47,200C dan dosis getah 0,12 gram. Kadar protein optimum 20,40% dengan

kombinasi suhu 50,070C dan dosis 0,21 gram. Kadar lemak optimum 17,50%

dengan kombinasi suhu 49,310C dan dosis 0,19 gram.

(14)

commit to user

iii 

 

CHEESE-MAKING OPTIMIZATION BY TEMPERATURE VARIATION

AND DOSAGE BIDURI (Calotropis gigantea) LATEX

Dody Ikhsan Gunawan

H0507032

Summary

Cheese production process can not be rid of protease enzym as milk casein

coagulant. All this time, enzym was used is rennet. Using of rennet still have

some trouble, that are unappropriate principle of animal wellfare, restrictiveness

suppliying of rennet, and it is expensive price. Based on these problem we need

find another coagulant alternative except rennet. This research aims to construct

statistic model and find out the optimum area of temperature influence and

utilizing dosage of biduri (Calotropis gigantea) plant secretion in cheese

production. This research was done in Biology Sub Laboratory, Central MIPA

Chemistry Sub Laboratory and Laboratory of Chemical and Biological Soil

Fertility, Agroteknology Department, Agriculture Faculty of Sebelas Maret

University, Surakarta on November 2011 – March 2012. The utilized material was

biduri’s latex and 18 liters cow milk. Cheese production was divided into nine

kinds treatment and twice repetition, and each repetition used one liter cow milk.

This program research used Response Surface Methodology (RSM) by two

factors are different incubation temperature of (X1) 45; 50; and 550C and latex

used dosage (X2) of 0,15; 0,20; dan 0,25 gram. The utilized treatment which

given P1: temperature of 450C + dosage of 0,15 g; P2: temperature of 450C +

dosage of 0,20 g; P3: temperature of 450C + dosage of 0,25 g; P4: temperature of

500C + dosage of 0,15 g; P5: temperature of 500C + dosage of 0,20 g; P6:

temperature of 500C + dosage of 0,25 g; P7: temperature of 550C + dosage of 0,15

g; P8: temperature of 550C + dosage of 0,20 g; P9: temperature of 550C + dosage

of 0,25 g.

The result of this research was statistic model to optimization curd weight

(15)

commit to user

iv 

 

curd 50,26 gram, temperature of 47,200C and dosage of 0,12 gram. Optimization

dry matter content was Ŷ=45,1979- (1,9425X1)- (8,9378X2)+ (0,4723X12)+

(0,3283X22)- (6,0434X1X2); dry matter of 49,74%, temperature of 47,200C and

dosage of 0,12 gram. Optimization protein content Ŷ=19,7050+ (0,6550X1)-

(0,1325X2)- (1,4350X12)+ (2,3575X22)+ (0,2925X1X2); protein content 20,40%,

temperature of 50,070C and dosage of 0,21 gram. Optimization fat content

Ŷ=18,4752+ (0,9179X1)- (0,6440X2)+ (1,9562X12)- (3,3790X22)+ (1,6584X1X2); fat content 17,50%, temperature of 49,310C and dosage of 0,19 gram.

The conclusion of this research is optimal curd weight is 50,26 gram and

optimal dry matter content is 49,74% was gotten by using combination between

temperature of 47,200C and latex dosage 0,12 gram. Optimal protein content of

20,40% was combined to temperature of 50,070C and 0,21 g dosage. Optimal fat

content of 17,50% was combined to temperature of 49,310C and latex dosage of

0,19 gram.

Keywords : Cheese, optimization, Response Surface Methodology, biduri latex,

(16)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Susu merupakan salah satu produk hasil ternak yang bernilai gizi

tinggi. Hampir semua kandungan susu dapat diserap tubuh, oleh karena itu

tidak mengherankan kalau susu dikatakan sebagai bahan makanan sempurna.

Susu tidak seperti produk hasil ternak lainnya, susu lebih mudah rusak

daripada daging apalagi telur. Berdasarkan permasalahan tersebut maka

banyak teknologi dan inovasi dilakukan untuk mengawetkan susu.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengolah susu menjadi

keju. Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang memiliki hampir

semua kandungan susu. Keju diperoleh dengan memisahkan protein dalam

susu melalui proses penggumpalan atau koagulasi dengan bantuan enzim.

Proses tersebut akan menghasilkan protein (casein) susu yang menggumpal

lebih dikenal dengan sebutan curd dan protein (lactoglobulin dan lactalbumin)

yang cair lebih dikenal dengan sebutan whey.

Hal yang harus dipersiapkan dalam pembuatan keju selain susu adalah

penggumpal protein (casein) dalam susu. Proses penggumpalan susu tersebut

terjadi secara enzimatis yang dibantu oleh enzim proteolitik. Selama ini enzim

yang digunakan dalam pembuatan keju berasal dari ekstrak abomasum

mamalia yang belum disapih atau lebih dikenal dengan sebutan rennet. Enzim

yang terkandung dalam rennet salah satunya adalah enzim protease (rennin)

yang dapat menggumpalkan protein susu. Rennet juga mengandung enzim

protease lain selain rennin yaitu pepsin, tetapi rennin jauh lebih baik dalam

menggumpalkan casein susu dibanding dengan pepsin, peranan rennin pada

hakikatnya adalah untuk memecahkan ikatan peptida (Winarno, 1986). Rennet

dapat memecah struktur koloidal dari kappa casein sehingga dapat

menghidrolisis casein (Nurliyani et al., 2008).

Cara memperoleh rennet yaitu dengan mengekstrak isi abomasum

mamalia seperti kambing, sapi, kerbau dan babi. Rennet yang bagus diambil

dari mamalia umur 1-7 hari, karena kandungan rennin-nya masih tinggi.

(17)

commit to user

Ternyata hal ini menuai beberapa kendala seperti tidak sesuai dengan prinsip

animal wellfare dan keterbatasan produksi rennet sehingga mengakibatkan

mahalnya harga rennet tersebut. Negara Indonesia juga belum bisa

memproduksi rennet sendiri, maka dari itu perlu dicari alternatif pengganti

penggunaan rennet dalam pembuatan keju (Mulyani dan Legowo, 2009).

Salah satu alternatif yang akan dijajaki adalah penggunaan getah

tanaman biduri (Calotropis gigantea). Tanaman ini banyak mengandung getah

terutama pada jaringan yang masih muda dan di dalam getah tersebut

terkandung enzim protease (Murtini dan Qomarudin 2003). Getah dari

tanaman biduri dapat menghidrolisis casein, fibrinogen dan fibrin kasar

dengan dosis tertentu (Joshi et al., 2011). Witono dan Widjanarko (2008)

menyatakan bahwa protease biduri mempunyai kemampuan menghidrolisis

59 gram casein tiap menit, sehingga dapat diartikan getah tanaman biduri

mempunyai kemampuan dalam mengumpalkan casein pada pembuatan keju.

Enzim protease biduri merupakan eksopeptidase (memotong ikatan

peptida dari sisi luar). Aktivitas enzim protease biduri dapat dipengaruhi

dengan penambahan beberapa aktivator dan inhibitor. Enzim ini digolongkan

sebagai protease sulfihidril, karena aktivitasnya dapat meningkat dengan

penambahan NaCl dan KCl pada berbagai konsentrasi, CaCl2, MgCl2 dan

BaCl2 pada konsentrasi 1 mM, tetapi akan terjadi penurunan aktivitas pada

konsentrasi 5 mM. Enzim ini juga turun aktivitasnya dengan penambahan

FeCl3 dan EDTA (Ethylenediamine tetracetic acid) pada berbagai konsentrasi,

sedangkan dengan penambahan sistein pada konsentrasi 1 mM dan 5mM

aktivitasnya meningkat (Saputri, 2011).

Masih banyak faktor yang mempengaruhi kinerja enzim, selain

aktivator dan inhibitor kinerja enzim juga dapat dipengaruhi suhu dan dosis

penggunaan enzim tersebut. Komponen penyusun enzim adalah protein yang

mana aktifitas protein ini sangat dipengaruhi oleh faktor suhu dan pH. Enzim

juga mempunyai sifat bekerja secara spesifik terhadap substrat tertentu, maka

kinerja enzim juga akan dipengaruhi oleh dosis penggunaan enzim tersebut.

(18)

commit to user

protease pada getah tanaman biduri terhadap faktor suhu dan dosis

penggunaan. Hasil penelitian ini diharapakan penggunaan enzim protease

dalam getah tanaman biduri dapat digunakan sebagai alternatif koagulan pada

pembuatan keju.

B. Rumusan Masalah

Proses pembuatan keju tentunya tidak dapat lepas dari enzim protease,

sebagai pengental casein susu. Selama ini enzim yang digunakan adalah

rennet. Penggunaan rennet masih memiliki beberapa kendala, antara lain tidak

sesuai dengan prinsip animal wellfare, keterbatasan penyediaan rennet dan

mahalnya harga rennet tersebut. Berdasar permasalahan tersebut maka

diperlukan alternatif koagulan selain rennet. Berdasar beberapa penelitian

ternyata getah biduri dapat menghidrolisis casein, fibrinogen dan fibrin kasar

dengan dosis tertentu dan mempunyai kemampuan menghidrolisis 59 gram

casein tiap menit, karena di dalam getah tanaman biduri tersebut terkandung

enzim protease. Enzim protease biduri merupakan eksopeptidase (memotong

ikatan peptida dari sisi luar). Kinerja enzim tersebut juga sudah diuji

aktifitasnya terhadap aktivator dan inhibitor, tetapi perlu diteliti lebih lanjut

mengenai aktifitasnya terhadap faktor suhu dan dosis penggunaan pada

pembuatan keju.

Enzim merupakan protein yang kinerjannya sangat dipengaruhi oleh

faktor suhu dan pH, selain itu enzim bekerja secara spesifik terhadap substrat

tertentu dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk dosis

penggunaan. Secara ilmiah kedua faktor tersebut dapat dikombinasikan dan

bisa dicari titik optimum dari kombinasinya. Hasil penelitian ini akan

mendapatkan titik optimum kinerja enzim protease pada getah tanaman biduri

terhadap kombinasi faktor suhu dan dosis penggunaan. Peubah penelitian yang

dipakai merupakan parameter pembanding kualitas keju dengan enzim rennet.

Harapannya dari hasil penelitian ini nantinya merupakan salah satu terobosan

(19)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah

1. Membangun model statistik pengaruh suhu dan dosis penggunaan getah

tanaman biduri (Calotropis gigantea) terhadap kualitas keju.

2. Mengetahui titik optimum kinerja enzim protease dari getah tanaman

biduri (Calotropis gigantea) terhadap kombinasi faktor suhu dan dosis

(20)

commit to user II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Susu

Susu menurut Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983 adalah cairan

yang berasal dari ambing sapi yang sehat. Susu dipandang dari segi

peternakan adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi atau ternak lain yang

sedang laktasi, dan dilakukan pemerahan dengan sempurna, tidak termasuk

kolostrum serta tidak ditambah atau dikurangi oleh suatu komponen

(Soeparno etal., 2001).

Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning

kecoklat-coklatan. Warna putih pada susu dan penampakannya adalah akibat

penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat.

Sedangkan bahan utama yang memberikan warna kekuning-kuningan adalah

karoten dan ribloflavin. Jenis sapi dan jenis pakan juga dapat mempengaruhi

warna susu (Buckle et al., 1987).

Ada tiga macam protein utama yang terkandung dalam susu, yaitu

casein, lactalbumin dan lactoglobulin. Ketiga macam protein tersebut terdapat

dalam bentuk koloid, tidak membentuk lapisan dan secara seragam berdispersi

di dalam susu (Mukhtar, 2006).

B. Keju

Menurut Daulay (1991), keju adalah produk alami yang dibentuk

dengan proses pemekatan selektif dari komponen-komponen susu yang tidak

larut dalam air. Panas, asam, garam dan bakteri, secara individual ataupun

secara bersama-sama, memegang peranan penting dalam mengubah pekatan

komponen tersebut menjadi makanan segar atau kemudian dengan bantuan

mikroorganisme lain dan enzim-enzim menjadi makanan peraman yang

dikenal sebagai keju.

Keju adalah salah satu produk susu fermentasi berbentuk padat, keju

dapat dibedakan menjadi empat kelompok berdasarkan tekstur yaitu soft,

semisoft, hard dan very hard sedang berdasar ripening dibagi dua yaitu

(21)

commit to user

ripening dengan bakteri, jamur, mikro organisme atau kombinasi ke

tiga-tiganya dan unripened (Soeparno etal., 2001).

Surat keputusan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik

Indonesia nomor : hk.00.05.52.4040 tanggal: 9 Oktober 2006, tentang kategori

pangan, keju adalah produk segar atau hasil pemeraman berbentuk padat atau

semi padat yang diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, krim, susu

skim, komponen susu, susu rekombinasi, susu rekonstitusi atau campurannya

dengan rennet atau enzim penggumpal (asal hewan, tanaman atau mikroba)

atau asam dengan persyaratan kadar lemak susu dan kadar air yang tergantung

dari jenisnya. Keju tanpa pemeraman (keju mentah) adalah keju yang tidak

diperam (dimatangkan) yang siap santap, termasuk diantaranya adalah keju

cottage, keju cottage yang ditambah krim, keju krim, keju Neufchatel

mozzarella. Keju cottage (cottagecheese) adalah keju lunak tanpa pemeraman

yang dibuat dari susu segar atau susu segar yang dihilangkan lemaknya atau

susu rekombinasi.

Keju dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam dan jenis keju. Hal

ini tergantung pada dimana keju itu dibuat, jenis susu yang dipakai, metode

pembuatannya dan perlakuan yang dipergunakan untuk pematangannya. Ada

dua cara umum untuk mengklasifikasi keju didasarkan pada sifat-sifat

teksturnya dan pada cara pematangannya. Keju dapat dianggap sebagai keju

lunak dengan kadar air lebih dari 40%, atau sebagai setengah lunak atau

setengah keras dengan kadar air 36-40% atau sebagai keras dengan kadar air

25-36% dan sangat keras jika kadar airnya kurang dari 25%. Keju dapat

dimatangkan dengan bakteri, jamur, berbagai gabungan antara bakteri dan

jamur, atau dapat juga dibiarkan tanpa dimatangkan (Buckle et al., 1987).

Penggolongan keju berdasarkan kadar lemak yaitu keju dengan kadar

lemak lebih dari 60% tergolong keju dengan lemak tinggi, 45 – 60% tergolong

keju susu penuh, 25 – 45% tergolong keju dengan kadar lemak sedang,

10 – 25% tergolong keju rendah lemak, dan keju dengan kadar lemak kurang

(22)

commit to user C. Faktor dalam Pembuatan Keju

Proses pembentukan keju membentuk dua golongan protein yaitu

protein menggumpal yang disebut curd yang akan menjadi keju melalui proses

pembuatan selanjutnya dan protein terlarut yang disebut whey (Murti, 2004).

Curd adalah gumpalan yang terbentuk oleh aktivitas koagulan yaitu campuran

enzim yang mempunyai aktivitas. Whey merupakan protein yang tidak

mengalami presipitasi karena asam, dan mencerminkan sekitar 20% dari total

kandungan protein. Whey merupakan hasil samping (by product) dari

pembuatan keju (Murti, 2004).

Prinsip pembuatan keju adalah koagulasi protein susu, terutama kasein.

Koagulasi atau penggumpalan susu adalah perubahan bentuk dari susu cair

menjadi padatan (curd). Proses koagulasi atau penggumpalan kasein di dalam

susu dapat disebabkan oleh asam, enzim proteolitik, perlakuan panas, atau

kombinasi dari ketiganya (Walstra et al., 1999 cit. Prayitno, 2011).

Pendukung reaksi penggumpalan protein susu dalam pembuatan keju

ada dua proses yaitu hidrolisis enzimatik kappa casein dan proses non

enzimatik berupa aglomerisasi misel casein. Kombinasi kedua proses tersebut

menyebabkan perubahan fisik susu yang disebut penggumpalan. Pengikatan

lemak terjadi melalui pembentukan ikatan silang atau maktriks gel selama

proses penggumpalan berlangsung (Yuniwati, 2008).

D. Biduri (Calotropis gigantea)

Biduri merupakan tumbuhan perdu, berumur menahun, tinggi + 2 m.

Akar tunggang, batang aerial, berkayu, silindris, warna putih, permukaan

halus, percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas). Daun

tunggal, tidak bertangkai (sesilis), tersusun berhadapan (folia oposita), warna

hijau keputih-putihan, panjang 8 – 20 cm, lebar 4 - 15 cm, helaian daun agak

tebal, bentuk bulat telur, ujung tumpul (obtusus), pangkal berlekuk

(emerginatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan kasar

(scaber). Bunga majemuk, bentuk payung (umbrella), muncul dari ketiak daun

(23)

commit to user

putih sedikit keunguan, panjang mahkota + 4 mm. Buah bumbung (folliculus),

bulat telur, warna hijau, bentuk dengan biji lonjong, kecil - berwarna cokelat.

Perbanyaan biji secara generatif (Anonimus, 2008).

Biduri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman semak yang tumbuh

secara liar pada tanah marginal di daerah tropis. Tanaman ini banyak

mengandung getah (terutama pada jaringan yang masih muda), dan di dalam

getah tersebut terkandung enzim protease. Tanaman sejenis yaitu Calotropis

procera dapat digunakan sebagai sumber enzim protease. Berdasarkan

paradigma kemotaksonomi yang menyatakan bahwa tanaman dari jenis yang

sama memiliki kemiripan dalam komposisi kimia, maka tanaman biduri

berpeluang sebagai sumber enzim protease (Murtini dan Qomarudin 2003).

Koagulan-koagulan tanaman yang telah digunakan pada pembuatan

keju adalah getah dari pohon ara (Ficus carica). Ekstrak ini sudah digunakan

sejak jaman dahulu di tempat-tempat yang terdapat pohon ara. Ekstrak-ekstrak

lain yang berasal dari tanaman yang dapat menggumpalkan susu beberapa

diantaranya mempunyai aktivitas proteolitik yang terlalu kuat sehingga

menimbulkan cita-rasa yang sangat pahit pada keju (Daulay, 1991).

Getah biduri dapat menghidrolisis casein, fibrinogen dan fibrin kasar

dengan dosis tertentu (Joshi et al., 2011). Protease biduri diekstraksi dari

getah dengan menggunakan amonium sulfat 35-80%, didialisis dan kemudian

dimurnikan melalui kolom gel Sephadex G-25 yang ada didalam CM

Sephadex C-50. pH optimum adalah 7 dan suhu 55o C. Nilai dari Km biduri

yang dianalisis adalah 21,63 g/ml dan reaksi kecepatan maksimal (Vmax)

adalah 18,9 mg/ml/menit. Analisis SDS-PAGE (Sodium dodecyl

sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis) menunjukkan berat molekul protease

adalah 25,2 kD. Protease akan tidak aktif pada temperatur 90o C selama 10

menit, atau 60o C selama 30 menit (Witono dan Widjanarko 2008).

Hasil penelitian Saputri (2011) menunjukkan bahwa enzim protease

biduri merupakan eksopeptidase (memotong ikatan peptida dari sisi luar).

Enzim ini dapat meningkat aktivitasnya dengan penambahan NaCl dan KCl

(24)

commit to user

tetapi akan terjadi penurunan aktivitas pada konsentrasi 5 mM. Enzim ini juga

turun aktivitasnya dengan penambahan FeCl3 dan EDTA (Ethylenediamine

tetracetic acid) pada berbagai konsentrasi, sedangkan dengan penambahan

sistein pada konsentrasi 1 mM dan 5mM, aktivitasnya meningkat sehingga

enzim protease biduri digolongkan sebagai protease sulfihidril. Derajat

hidrolisa pada substrat spesifik termasuk tertinggi didapatkan pada substrat

(25)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai

Maret 2012, pengeringan getah biduri, pembuatan keju dan analisis fisik keju

dilaksanakan di Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat. Analisis sifat

kimia keju dilaksanakan di Sublab Kimia Laboratorium MIPA Pusat dan

Laboratorium Kimia Kesuburan dan Biologi Tanah, Jurusan Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pengujian aktivitas

enzim protease biduri dilaksanakan di Laboratorium Chem-Mix Pratama,

Bantul, Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan yang digunakan untuk pembuatan keju adalah susu sapi, getah

biduri kering dan CaCO3. Analisis kadar protein keju menggunakan larutan

H2SO4 pekat, katalisator CuSO4, K2SO4, NaOH 40%, HCl 0,1 N, asam

boraks 0,1 N, indikator mix, indikator pp. Analisis kadar lemak

menggunakan petroleum ether. Uji aktivitas protease biduri menggunakan

ninhidrin 0,3%, TCA 20%, etanol 50%, casein 2%.

2. Alat yang digunakan meliputi alat tulis, oven, panci, pasteurisator,

inkubator, desikator, tang cruise, pH meter, thermometer, alat pres, beban,

erlenmeyer, patridis, pipet ukur, gelas beker, gelas ukur, plastik,

alumunium foil, statif, labu kjeldahl, timbangan analitik, kertas saring,

waterbath, soxhlet, magnetik stirrer, hot plate, sentrifuse, refrigerator dan

spektrofotometer.

C. Persiapan Penelitian

1. Penyadapan dan pengeringan getah tanaman biduri

Getah diambil dari jaringan muda tanaman biduri (lebih kurang

lima senti meter dari pucuk batang) yang dipatahkan sampai getah keluar,

getah ditampung dan dikumpulkan dalam gelas. Getah yang sudah didapat

dikeringkan dalam oven dengan suhu 40oC selama 24 jam.

(26)

commit to user

2. Pengujian aktifitas enzim protease tanaman biduri

Pengujian aktifitas enzim perlu dilakukan untuk mengetahui

kinerja enzim protease biduri. Uji aktivitas protease biduri (Chem-Mix

Pratama, 2010) dilakukan dengan cara :

a) Ekstrak biduri ditimbang sebanyak 50 mg dan ditambah buffer pH 7

b) Dimasukkan dalam casein 2%

c) Diinkubasi dalam waterbath suhu 40oC selama 1 jam

d) Ditambah TCA 20% sebanyak 10 ml

e) Disentrifugase selama 10 menit pada 3500 rpm

f) Diambil 1 ml filtrat jernih dan dimasukkan dalam tabung reaksi

g) Ditambah 2 ml Ninhidrin

h) Dipanaskan dalam waterbath selama 15 menit sampai berubah menjadi

warna ungu

i) Ditambah etanol 50% sampai 10 ml

j) Divortex  Optical Density dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 570 nm (OD = y = 0,720)

k) Hasil kemudian dimasukkan dalam rumus regresi linier;

Y= a + bX

Keterangan:

Y= variabel dependen

X= variabel independen

a = intersep (perpotongan), dan

b = koefsien regresi

D. Tata Laksana Penelitian

1. Macam Penelitian

Penelitian optimasi pembuatan keju dengan variasi suhu dan dosis

getah tanaman biduri (Calotropis gigantea) merupakan penelitian

(27)

commit to user 2. Pembuatan Keju (modifikasi Hutagalung, 2008)

Susu dipasteurisasi pada suhu 63oC selama 30 menit dan dicampur

sesuai perlakuan dalam penelitian. Diinkubasi selama 24 jam sampai

terbentuk curd. Bahan diangkat dan disaring untuk memisahkan curd dan

whey. Setelah curd terpisah, curd yang didapat ditimbang dengan

timbangan analitik kemudian ditambahkan garam 2% lalu dimasukkan

kedalam cetakan, dipress selama 4 jam. Selepas dari cetakan dibungkus

dengan alumunium foil, dimasukkan dalam plastik clip, dimasukkan dalam

toples dan disimpan dalam lemari pendingin 14oC selama 1 hari. Hasilnya

dianalisis kualitas kimia (kadar air, kadar protein dan kadar lemak).

(28)

commit to user 3. Peubah penelitian

a) Uji Kualitas Fisik

Berat Curd dihitung dengan melakukan penimbangan Curd

yang terbentuk menggunakan timbangan analitik.

b) Uji kualitas kimia

1) Kadar air (Sudarmaji et al., 1989)

Kadar air dilakukan dengan cara pengeringan. Kadar air

sampel dihitung dengan rumus:

M =

× 100%

Keterangan:

M = kadar air

= berat air sampel

= berat sampel setelah pengeringan

2) Kadar Bahan kering (Sudarmaji et al., 1989), dihitung dengan berat

keju dikurangi kadar air.

3) Kadar protein (Sudarmaji et al., 1989)

Kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl.

Metode ini menggunakan unit destruksi Gerhardt kjeldaterm.

Persentase dihitung dengan menggunakan rumus:

KP = ( )

x 6,38

Keterangan:

KP = kadar protein

14,008 = berat molekul nitrogen

N NaOH = normalitas NaOH

6,38 = faktor konversi keju

4) Kadar lemak (Apriyantono et al., 1989)

Kadar lemak ditetapkan dengan cara ekstraksi menurut

soxhlet, sebagai contoh sebanyak 5 g dan dikeringkan dalam oven

100oC, dimasukkan ke dalam selongsong dari kertas saring dan

(29)

commit to user

ether, kemudian diekstrak selama 3 jam, lalu selongsong dengan

bahan dikeringkan dalam oven selama 45 menit dan dimasukkan

ke dalam desikator selama 15 menit, ditimbang sampai beratnya

seimbang. Perbedaan berat sebelum dan sesudah ekstrasi per berat

contoh merupakan persentase lemak yang terekstrasi.

KL = × 100%

Keterangan:

KL = kadar lemak

= berat kering sebelum diekstrasi

= berat kering sesudah diekstrasi

E. Perancangan Penelitian dan Analisis Data

Perancangan penelitian ini menggunakan pola Response Surface

Methodology (RSM). RSM adalah kumpulan teknik matematis dan statistik

yang digunakan untuk pemodelan dan analisis masalah dalam suatu respon

yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan tujuannya adalah untuk

mengoptimasi respon tersebut (Montgomery, 1991 cit. Oramahi, 2008). Hasil

(Y) yang didapat akan optimum jika faktor X juga optimum.

Penelitian ini menggunakan 2 faktor, yaitu perbedaan suhu inkubasi

(X1) dan dosis penggunaan getah (X2), karena dua faktor tersebut saling

mempengaruhi kinerja enzim. Hal ini sesuai dengan fungsi RSM yaitu dapat

mencari titik optimum antara lebih dari satu faktor yang berpengaruh atau

kombinasi beberapa faktor sekaligus.

Adapun faktor 1 suhu inkubasi 450 C, 500 C dan 550 C, berdasar pada

penelitian Witono dan Widjanarko (2008). Faktor 2 dosis penggunaan 0,15 g,

0,20 g dan 0,25 g, berdasar hasil pralab yang telah dilakukan. Adapun kode

eksperimen seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Data dianalisis menggunakan

(30)

commit to user

Tabel 1. Kode dan Tak Kode untuk Kombinasi RSM

Kode Eksperimen -1 0 1

Suhu (X1) 450 500 550

Dosis (X2) 0,15 0,20 0,25

Keterangan : -1) : Nilai variabel terendah, 0) : Nilai variabel medium, 1) : Nilai variabel tertinggi

Penelitian ini dilakukan dua kali ulangan dalam setiap perlakuan,

sehingga dihasilkan 18 kombinasi RSM dalam kode X1 dan X2. Kombinasi

RSM dalam kode disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kombinasi RSM dan Kode

Run X1 X2 Run X1 X2

1 -1 -1 10 0 0

2 -1 -1 11 0 1

3 -1 0 12 0 1

4 -1 0 13 1 -1

5 -1 1 14 1 -1

6 -1 1 15 1 0

7 0 -1 16 1 0

8 0 -1 17 1 1

9 0 0 18 1 1

(31)

commit to user

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Optimasi Berat Curd

Data berat curd dari masing-masing sampel yang didapat diolah

menggunakan software matlab 7.1 sehingga dihasilkan persamaana Ŷ=54,8201+(1,9425X1)+(8,9378X2)-(0,4723X12)-(0,3283X22)+(6,0434X1X2). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung X0 dan Y0 yang

merupakan titik optimum berat curd dari kombinasi suhu dan dosis getah

biduri. Kode optimum yang didapatkan untuk suhu -0,57 dan tak kode

47,200C, sedangkan untuk dosis adalah kode -1,54 dan tak kode 0,12 gram

dan Y0 yang didapatkan 50,26 gram.

Gambar 2. Grafik 3D Optimasi Berat Curd

Berdasarkan grafik dan persamaana di atas dapat diuraikan bahwa

untuk mendapatkan berat curd optimum sebesar 50,26 gram, harus

menggunakan kombinasi suhu 47,200 C dan dosis getah biduri 0,12 gram.

Proses terbentuknya curd dikarenakan rusaknya ikatan peptida pada senyawa

protein dalam susu, sehingga protein tersebut menggumpal (terdenaturasi).

Tidak semua protein susu dapat terdenaturasi, biasanya pada pembuatan keju

(32)

commit to user

hanya casein susu yang bisa menggumpal. Lactalbumin dan lactoglobulin

tetap dalam bentuk cair. Walstra et al., (1999) cit. Prayitno, (2011)

menyatakan proses koagulasi atau penggumpalan casein susu dapat

disebabkan oleh asam, enzim proteolitik, perlakuan panas, atau kombinasi

dari ketiganya. Penelitian ini menggunakan getah tanaman biduri yang di

dalamnya terdapat enzim protease. Enzim protease biduri merupakan

eksopeptidase, yaitu enzim yang bekerja dengan cara memotong ikatan

peptida dari sisi luar sehingga dimungkinkan casein susu dapat digumpalkan

menjadi curd (Saputri, 2012).

Banyak sedikitnya curd yang diperoleh tergantung pada kemampuan

enzim untuk menghidrolisis casein susu. Semakin banyak casein yang

digumpalkan semakin banyak curd yang dihasilkan (Rahman et al., 1992).

Standar curd yang terbentuk dalam pembuatan keju komersial menurut

Walstra et al., (1999) berkisar 10 – 30% dari total susu yang di olah atau

dalam 1 L susu yang di olah dapat menghasilkan curd sekitar 100 gram. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa enzim protease dari getah tanaman biduri

potensial sebagai koagulan dalam pembuatan keju.

B. Optimasi Kadar Bahan Kering

Data kadar bahan kering dari masing-masing sampel yang didapat

diolah menggunakan software matlab 7.1 sehingga dihasilkan persamaanb Ŷ=45,1979-(1,9425X1)-(8,9378X2)+(0,4723X12)+(0,3283X22)-(6,0434X1X2). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung X0 dan Y0 yang

merupakan titik optimum kadar bahan kering dari kombinasi suhu dan dosis

getah biduri. Kode optimum yang didapatkan untuk suhu kode -0,57 dan tak

kode 47,200C, sedangkan untuk dosis adalah kode -1,54 dan tak kode 0,12

(33)

commit to user

Gambar 3. Grafik 3D Optimasi Kadar Berat Kering

Berdasarkan grafik dan persamaanb di atas dapat diuraikan bahwa

untuk mendapatkan kadar bahan kering optimum sebesar 49,74%, harus

menggunakan kombinasi suhu sebesar 47,200C dan dosis sebesar 0,12 gram.

Pembentukan bahan kering pada keju dipengaruhi oleh aktivitas enzim dalam

menghidrolisis substrat. Semakin meningkatnya aktivitas hidrolisis semakin

banyak air yang digunakan sehingga mengurangi kadar air dalam curd. Kadar

bahan kering adalah kebalikan dari kadar air, jika kadar air menurun maka

kadar bahan keringnya meningkat (Marlina, 2007).

Suhu dan dosis optimum yang didapat pada kadar berat kering

(persamaanb) sama dengan suhu dan dosis optimum pada berat curd

(persamaana). Hal ini disebabkan semakin banyak curd yang dihasilkan,

semakin rendah kadar airnya, sehingga otomatis kadar bahan keringnya

tinggi. Pembentukan bahan kering pada keju dipengaruhi oleh banyaknya

curd yang terbentuk saat penggumpalan penggumpalan protein susu dalam

pembuatan keju (Rahman (1992) cit widyaningrum, 2009).

Kadar bahan kering didapat dari pengurangan 100% Y dengan

(34)

commit to user

jenis keju. Keju dapat dianggap sebagai keju lunak dengan kadar air lebih dari

40%, atau sebagai keju setengah lunak atau setengah keras dengan kadar air

36-40% atau sebagai keju keras dengan kadar air 25-36% dan keju sangat

keras kalau kadar airnya kurang dari 25% (Buckle et al., 1987). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keju dengan koagulan enzim protease dari

getah tanaman biduri termasuk keju lunak, karena kadar bahan kering

optimum yang didapat sebesar 49,7% sehingga kadar airnya 50,3%.

C. Optimasi Kadar Protein

Data kadar protein dari masing-masing sampel yang didapat diolah

menggunakan software matlab 7.1 sehingga dihasilkan persamaanc Ŷ=19,7050+(0,6550X1)-(0,1325X2)-(1,4350X12)+(2,3575X22)+(0,2925X1X2). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung X0 dan Y0 yang

merupakan titik optimum kadar protein dari kombinasi suhu dan dosis getah

biduri. Kode optimum yang didapatkan untuk suhu, kode 0,02 dan tak kode

50,070C, sedangkan untuk dosis adalah kode 0,23 dan tak kode 0,21 gram dan

Y0 yang didapatkan 20,40%.

(35)

commit to user

Berdasarkan grafik dan persamaanc di atas dapat disimpulkan bahwa

untuk mendapatkan kadar protein optimum sebesar 20,40% harus

menggunakan kombinasi suhu sebesar 50,070C dan dosis sebesar 0,21 gram.

Kadar protein dipengaruhi oleh aktivitas enzim dalam memecah protein

menjadi peptida, sedangkan aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi dan

suhu. Jika konsentrasi tinggi maka untuk mendapatkan kondisi optimum

kinerja enzim diperlukan suhu yang tinggi. Semakin banyak dosis yang

digunakan akan meningkatkan konsentrasi dan aktivitas enzim protease

biduri dalam menggumpalkan protein, sehingga akan terjadi peningkatan

kadar protein (Winarno, 1986). Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan suhu

optimum dan dosis optimum yang didapat pada berat curd (persamaana) dan

kadar berat kering (persamaanb) dengan kadar protein (persamaanc).

Keju yang dihasilkan dapat dikategorikan sebagai keju cottage, karena

menurut BPOM RI (2006), keju cottage (cottage cheese) adalah keju lunak

tanpa pemeraman yang dibuat dari susu segar atau susu segar yang

dihilangkan lemaknya atau susu rekombinasi. Meskipun, menurut Direktorat

Gizi Departemen Pertanian (2001), kandungan protein keju unripened (tanpa

pemeraman) komersial sebesar 14%, sehingga keju dengan koagulan enzim

protease getah tanaman biduri mempunyai kandungan protein yang tinggi.

D. Optimasi Kadar Lemak

Data kadar lemak dari masing-masing sampel yang didapat diolah

menggunakan software matlab 7.1 sehingga dihasilkan persamaand Ŷ=18,4752+(0,9179X1)-(0,6440X2)+(1,9562X12)-(3,3790X22)+(1,6584X1X2). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung X0 dan Y0 yang

merupakan titik optimum kadar lemak dari kombinasi suhu dan dosis getah

biduri. Kode optimum yang didapatkan untuk suhu, kode -0,14 dan tak kode

49,310C, sedangkan untuk dosis adalah kode -0,18 dan tak kode 0,19 gram

(36)

commit to user

Gambar 5. Grafik 3D Optimasi Kadar Lemak

Berdasarkan grafik dan persamaand di atas dapat diuraikan bahwa

untuk mendapatkan kadar lemak optimum sebesar 17,50%, harus

menggunakan kombinasi suhu sebesar 49,310C dan dosis sebesar 0,19 gram.

Secara enzimatik pembentukan lemak keju tidak dipengaruhi oleh bahan

koagulan, karena prinsip pembuatan keju adalah penggumpalan casein susu.

Menurut Fox (1993) cit. Jamilatun (2009) menyatakan kadar lemak dalam

keju mentah yang terbentuk pada penelitian dihitung setelah koagulasi dalam

proses pembentukan curd. Curd terbentuk dari pemecahan casein oleh enzim

dan memperangkap lemak ke dalamnya. Pada pembuatan keju, protein yang

ada di dalam keju mengalami flokulasi dan mengikutkan 90% lemak susu

yang ada di dalam proses pengolahannya.

Martin (1979) cit. Wulandani (2003) menyatakan bahwa kandungan

lemak meningkat sejalan dengan semakin rendahnya proporsi protein. Hal ini

sejalan dengan Park (1990) menyatakan bahwa peningkatan persentase

kandungan lemak terjadi dengan semakin menurunnya kadar air. Jika kadar

air rendah maka kadar bahan kering tinggi dan berat curd juga tinggi,

(37)

commit to user

kering harus tinggi, tetapi kadar protein harus rendah. Hasil penelitian

menunjukkan perbedaan antara suhu dan dosis optimum pada kadar lemak

(persamaand) lebih tinggi dari suhu dan dosis optimum pada berat curd

(persamaana) dan kadar bahan kering (persamaanb), tetapi lebih rendah dari

pada suhu dan dosis optimum pada kadar protein (persamaanc).

Klasifikasi keju berdasarkan kadar lemak menurut Widodo (2003) keju

dengan kadar lemak lebih dari 60% tergolong keju lemak tinggi, kadar lemak

45 sampai 60% tergolong keju susu penuh, kadar lemak 25 sampai 45%

tergolong keju lemak sedang, kadar lemak 10 sampai 25% tergolong keju

rendah lemak, dan keju dengan kadar lemak kurang dari 10% tergolong keju

susu skim. Hasil penelitian ini menunjukkan keju dengan koagulan enzim

(38)

commit to user

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian yang sudah dilaksanakan dapat diambil

beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Berat curd optimum 50,26 gram dan kadar bahan kering optimum 49,74%

didapatkan dengan kombinasi suhu optimum 47,200C dan dosis optimum

sebesar 0,12 gram.

2. Kadar protein optimum sebesar 20,40% didapatkan dengan kombinasi

suhu optimum 50,070C dan dosis optimum sebesar 0,21 gram.

3. Kadar lemak optimum sebesar 17,50%, didapatkan dengan kombinasi suhu

optimum 49,310C dan dosis optimum sebesar 0,19 gram.

B. Saran

Berdasar hasil penelitian peneliti merekomendasikan saran untuk

penelitian serupa selanjutnya, sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan ekstraksi untuk mendapatkan enzim protease murni dari

tanaman biduri.

2. Penambahan bakteri dan atau zat aditif lain perlu dilakukan untuk

Gambar

Grafik 3D Optimasi Kadar Protein ...........................................................
Gambar 1. Proses Pembuatan Keju commit to user
Tabel 1. Kode dan Tak Kode untuk Kombinasi RSM
Gambar 2. Grafik 3D Optimasi Berat Curd
+3

Referensi

Dokumen terkait