Metode Persediaan
1. Sistem Periodik
Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang akhir periode diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuan. Harga satuan barang yang digunakan sebagai dasar penilaian persediaan bergantung kepada metode penilaian yang digunakan. Metode yang digunakan dalam sistem periodik antara lain:
a. Metode tanda pengenalan khusus
Metode ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang spesifik dan spesial yang menjual jenis barang sedikit dan harga mahal (Berlian, Mobil termewah). Setiap barang yang masuk diberi tanda pengenal khusus yang menunjukkan harga satuan sesuai dengan faktur pembelian yang diterima.
Contoh: Terdapat persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @ 100kg. Tanda pengenal khusus:
40 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.800.000 30 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.600.000 5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000 40 x Rp 2.800.000 = Rp 112.000.000
30 x Rp 2.600.000 = Rp 78.000.000 5 x Rp 2.400.000 = Rp 12.000.000
Total persediaan akhir Rp 202.000.000
b. Metode Rata-Rata
Cara penghitungan metode ini adalah dengan menghitung rata-rata dari harga beli dengan jumlah yang dibeli selama periode tertentu.
Contoh:
Selama suatu periode PT. X membeli barang dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit. Pada akhir periode, sisa barang dagang tersebut sebanyak 7.500 unit.
Harga rata-rata =
= Rp 2.460
Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode yaitu 7.500 unit x Rp 2.460 Yaitu Rp 18.450.000
c. Metode FIFO
Menurut metode FIFO (First In Frist Out) atau MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang lebih dulu masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Tetapi hal ini tidak pada keadaan sebenarnya, anggapan tersebut hanya digunakan untuk perhitungan (penggunaan bukti transaksi). Ketika masuk pertama keluar pertama, berati dapat disimpulkan bahwa persediaan akhir terdiri dari pembelian pada saat-saat terakhir.
Contoh: pembelian selama bulan maret
Maret 1 Persediaan 6000 unit @ 2000 = Rp 5 pembelian 6000 unit @ 2200 = Rp
13.200.000,-10 pembelian 5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,-15 pembelian 8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,-20 pembelian 4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,-26 pembelian 6000 unit @ 10.800.000,-2600 = Rp 15.600.000,-30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,-Barang yang tersedia
98.400.000,-Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak 7.500 unit. Sehingga perhitungan menggunakan FIFO:
Maret 30 5000 x 2.800 = Rp 26 2.500 x 2.600 = Rp
Total Rp
20.500.000,-d. Metode LIFO
Menurut metode LIFO (Last In First Out) atau MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk dianggap barang yang lebih dulu keluar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan akhir merupakan nilai pada pembelian awal.
Contoh (Menggunakan data FIFO)
Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung: Maret 1 6000 x 2.000 = Rp 5 1500 x 2.200 = Rp
Total Rp
15.300.000,-e. Metode Persediaan Dasar
Adakalanya perusahaan menetapkan jumlah minimum persediaan yang harus ada setiap saat, baik mengenai kuantitas maupun harga satuan, atau sering disebut dengan persediaan dasar
(Basic Stock). Menurut metode ini, nilai persediaan barang akhir periode dihitung :
i. Apabila kuantitas lebih banyak dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar
ditambah dengan harga pasar kelebihannya.
ii. Apabila kuantitas lebih rendah dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai dasar
dikurangi dengan harga pasar kekurangannya. Contoh:
Persediaan dasar barang ABC ditentukan sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00 tiap kg. Harga pasar barang pada saat perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg dinilai :
Sediaan dasar 6000 x 2.200 13.200.000 Ditambah kelebihannya
1500 x 2.800 4.200.000 Jumlah 17.400.000
Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual ini berbeda dengan sistem periodik. Pencatatan persediaan pada sistem ini dilakukan setiap terjadi transaksi, jadi penilaian persediaan pada sistem ini bukan mencari persediaan akhir seperti halnya sistem periodik. Dalam hal sistem perpetual penilaian ini digunakan untuk mencari total persediaan yang keluar sesuai harga beli atau disebut dengan harga pokok penjualan. Biasanya untuk memudahkan, perhitungan HPP ini dilakukan dengan pembuatan Kartu Persediaan.
Contoh :
Mei 1 Persediaan 120 unit @ 54.000 = Rp 5 Pembelian 180 unit @ 60.000 = Rp 10 Penjualan 200 unit
16 pembelian 200 unit @ 63.000 = Rp 20 Pembelian 120 unit @ 64.000 = Rp 26 Penjualan 280 unit
Menurut metode ini harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu. kekurangan diambil dari barang masuk berikutnya, begitu seterusnya.
Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: HPP Mei 10 Rp 11.280.000
- - - 80 60.000 4.800.000 100 60.000 6.000.000
16 200 63.000 12.600.000 - - - 100 60.000 6.000.000
200 63.000 12.600.000
20 120 64.000 7.680.000 - - - 100 60.000 6.000.000
200 63.000 12.600.000 120 64.000 7.680.000
26 - - - 100 60.000 6.000.000 20 63.000 1.260.000
180 63.000 11.340.000 120 64.000 7.680.000
31 Sld 500 - 31.080.000 480 - 28.620.000 140 - 8.940.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.940.000,00 b. Metode LIFO
Menurut metode LIFO (MTKP), harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu. kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya. Sehingga dari contoh diatas, dapat kita hitung HPP menurut metode LIFO : Sehingga HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO: HPP Mei 10 Rp 11.880.000
- - - 20 54.000 1.080.000 100 54.000 5.400.000
16 200 63.000 12.600.000 - - - 100 54.000 5.400.000
200 63.000 12.600.000
20 120 64.000 7.680.000 - - - 100 54.000 5.400.000
200 63.000 12.600.000 120 64.000 7.680.000
26 - - - 120 64.000 7.680.000 100 54.000 5.400.000
160 63.000 10.080.000 40 63.000 2.520.000
31 Sld 500 - 31.080.000 480 - 29.640.000 140 - 7.920.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 7.920.000,00 c. Metode Rata-Rata
Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata bergerak
(Moving Average Method). Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi pembelian, harga
rata-rata per satuan barang harus dihitung, sehingga rata-rata-rata-rata per satuan akan berubah-ubah. Harga pokok satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata yang berlaku pada saat terjadi transaksi penjualan.
Sehingga menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu:
Mei 10 Penjualan 200 unit
Dihitung dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu: Sediaan 1 Mei 120 x 54.000 = 6.480.000
Pembelian 5 Mei 180 x 60.000 = 10.800.000
Jumlah 300 unit 17.280.000
HP rata-rata/unit =
=
Rp 57.600Jadi, Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp 11.520.000
HP Rata-rata 16 Mei menjadi:
= Rp 61.200
Begitu selanjutnya, perhitungan HP rata-rata dilakukan setiap terjadi pembelian. Perhitungan Persediaan metode rata-rata (Average) menggunakan Kartu Persediaan
PT. ABC
KARTU PERSEDIAAN
Jenis Barang : XX Satuan : Unit Metode : Average
Masuk Keluar Saldo
Tgl No. Bkt
Unit HP
(Rp)
Jumlah Unit HP (Rp)
Jumlah Unit HP (Rp)
Jumlah
2004 Mei. 1
Sld - - - 120 54.000 6.480.000
5 180 60.000 10.800.000 - - - 300 57.600 17.280.000
10 - - - 200 57.600 11.520.000 100 57.600 5.760.000
16 200 63.000 12.600.000 - - - 300 61.200 18.360.000
20 120 64.000 7.680.000 - - - 420 62.000 26.040.000
26 - - - 280 62.00 17.360.000 140 62.000 8.680.000
31 sld 500 - 31.080.000 480 - 28.880.000 140 62.000 8.680.000
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode 120 unit Rp 6.480.000,00 Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00 Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.880.000,00)
Pengertian Persediaan Dalam Akuntansi
Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.
Pengertian Persediaan Menurut Ahli
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva: 1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2) adalah:
Alasan diperlukannya Persediaan
1. dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan 2. alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas
tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai barang jadi antara lain berguna untuk dapat:
Manfaat adanya persediaan
1. menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2. menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi 5. mencapai penggunaan mesin yang optimal
6. memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut 7. membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau
penjualannya.