• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat n pendidikan Sains

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Filsafat n pendidikan Sains"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

M A K A LA H

PENGERTIAN FILSAFAT DAN MAKNA

PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

“ FILSAFAT PENDIDIKAN ”

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I.

Oleh :

Edi Purwanto (2013471884) Suratman (2013471959)

Jurusan PAI / IV – A

Kelompok II

PROGRAM MADIN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang “ Pengertian Filsafat dan Makna Pendidikan “

Makalah tersebut kami susun dengan maksud sebagai bahan presentasi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap materi tersebut.

Harapan kami, semoga setelah penyusunan makalah ini selesai kami semakin memahami tentang Arti Filsafat dan Makna Pendidikan

Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penyusunan makalah ini. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag selaku Ketua STAIM Tulungagung.

2. Bapak Afiful Ikhwan, M. Pd.I selaku Dosen Pengampu “ Filsafat Pendidikan “ yang telah memberikan pengarahan terkait penyusunan makalah ini.

3. Rekan-rekan STAIM yang senantiasa memberikan motivasi agar tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya kami mohon maaf atas segala kekurangan.

Tulungagung,23 Maret 2015

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Rumusan Masalah ... 1

B. Tujuan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN………. 2

A. PENGERTIAN FILSAFAT...……….. 2

1. Arti Filsafat......……….. 2

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN... ………... 5

1. Makna Pendidikan... 6

C. HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN... 6

BAB III PENUTUP... ………..9

Kesimpulan ... 9

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam TAP MPR No. II/MPR/1998, menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, ber-etos kerja, 4rofessional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa patriorisme dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan.

Namun dalam kenyataan akhir-akhir ini, banyak sekali kejadian-kejadian yang timbul akibat dari robohnya system pendidikan di Indonesia. Banyak sekali kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para pelaku pendidikan itu sendiri. Yaitu Pemerintah, peserta didik dan yang terpenting adalah pendidik itu sendiri. Itu dikarenakan banyak kalangan yang belum memahami secara mendalam hakikat pendidikan dan juga belum memahami cara berfikir filsafat,

Kita ketahui bersama bahwa antara pendidikan dan juga filsafat sangatlah erat hubungannya. Secara qodrati manusia sejak lahir sudah bisa berfikir. Dan cara berfikir inilah yang sebenarnya menjadi permulaan sesorang mencari hakikat suatu kabijaksaan. Dan kemudian berkembanglah menjadi suatu pemikiran yang mendalam pada suatu fenomena, yang kemudian menjadi sebuah teori dan pada akhirnya hasil dari pemikiran ituberbuah sebagai dasar dari pemikiran orang lain di kemudian hari. Sehingga dari sini penulis mencoba menggali arti dan makna pendidikan dan filsafat serta mencari hubungan korelasi dari filsafat dan pendidikan.

(5)

2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah arti Filsafat ?

2. Apakah makna Pendidikan ?

3. Apakah ada hubungan antaraFilsafat dan Pendidikan ?

C. Tujuan Masalah

1. Memahami arti Filsafat.

2. Mengerti Makna Pendidikan.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama. yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi1, yakni:

1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.

Beberapa definisi karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:

4

1 http:// mihwanuddin. wordpress.com. di unggah tgl 13 September 2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/

(7)

1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai

kebenaran yang asli).

2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua

pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato

Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,

mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,

mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat

adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang

menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

(8)

Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa:

a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat pengetahuan yang ada.

B. Makna Pendidikan

Ada berbagai ragam makna rumusan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks penggunaan masing-masing rumusan tersebut. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin “educare” berarti memasukkan sesuatu 2.

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia3, Pendidikan dimaknai sebagai

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam suatu usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri.

2. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 berisi tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I disebutkan bahwa makna pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

6

2 Langgulung, Makna Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Intan Pariwara, 1988 hal. 4

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

(9)

3. Driyarkoro (Madya Ekosusilo dan Kasihadi, 1989) mengatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk memanusiawikan manusia. Dalam konteks tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban.

4. Menurut Langgulung (1988: 3) makna pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke genarasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

5. Menurut Kneller (1967: 21) makna pendidikan adalah :Education is the process by which society, through schools, colleges, universities, and other institutions, deliberately transmits its cultural heritage – its accumulated knowledge, value, and skill from one generation to another. Artinya pendidikan merupakan proses dimana masyarakat melalui sekolah-sekolah, perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain dengan sengaja mewariskan warisan budayanya-yakni berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.

6. Laska (1976: 3), bahwa: Education is one of the most important activities in which human beings engage. It is by means of the educative process and its role in transmitting the cultural heritage from one generation to the next that human societies are able to maintain their existence. Artinya pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang paling utama yang melibatkan tubuh manusia. Pendidikan merupakan sarana proses mendidik dan perannya di dalam mewariskankan warisan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya sehingga masyarakat manusia bisa memelihara keberadaan mereka.

7

(10)

Setelah kita membahas pengertian, jalan, dan tujuan filsafat serta pendidikan, apa sesungguhnya hubungan antara keduanya sehingga di sini mesti kita bahas dalam ruang bersamaan?

Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.

Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-satunya primata yang selalu menyerukan kebaikan, cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain hanya sebuah kesenangan. Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup manusia menjadi sesuatu hal yang penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bisa tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka bumi ini.

Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan. Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan terus-menerus. Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu berasal mula dari satu substansi. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya,

(11)

pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam keteraturan social dan ketertiban dunia?

Jawaban terhadap persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri dan sesamanya secara terus-menerus.

Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.

Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi, dan aksiologi4.

Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus mempelajari filsafat pendidikan karena

9

(12)

dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan.

Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan, dan filsafat lainnya.

Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain bertujuan membawa manusia mengalami hidup yang dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih dahulu mempertahankan sejauh mana relevansi persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya diproblematikakan saja?

Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari segi yang dapat diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias mebebaskan diri dengan

(13)

pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua, teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.

Dalam pengertian pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang termasuk insting kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah membudayakan manusia.

Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the general theory of education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.

(14)

Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.

(15)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat dan Pendidikan di masa globalisasi sekarang ini turut menunjang tumbuh kembangnya system tatanan suatu masyarakat. Pada hakikatnya filsafat dan pendidikan merupakan kegiatan manusia, yang berusaha memanusiakan manusia. Dari hakikat tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat dan pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa ditinggalkan. Filsdafat dan Pendidikan merupakan gerbang manusia dalam mencapai kesuksesan untuk masa depan masyarakat yang lebih baik.

Dari beberapa rumusan filsafat dan pendidikan tersebut diatas dapatlah kiranya ditarik kesimpulan :

1. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami dan mendalami secara radikal dan integral serta systematis dari hakikat permasalahan manusia itu sendiri. Ilmu filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

2. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan secara sadar oleh manusia sebagai proses pengubahan sikap dan tata tingkah laku dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi.

3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan sangat erat dan saling beterkaitan satu sama yang lainnya.

12

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin dan Tati Sumiati. 2010, Filsafat Pendidikan, Subang: RoyyaNPress.

Rasyidin, et.al. 2007, Dasar Filsafat Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Sadulloh, Uyoh. 2011, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Filsafat UGM. 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty.

Langgulung. 1988, Makna Pendidikan, Jakarta: PT Intan Pariwara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

http://mihwanuddin.wordpress.com. Di Unggah Tgl 13 September

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat kegiatan wawancara berlangsung usahakan tidak terlalu bergantung pada pertanyaan yang telah disusun.. Berikan kesan yang baik, misalnya datang tepat waktu

Penambahan Protein Sel Tunggal pada pakan ikan dapat menghasilkan produksi Ikan Nila yang bagus, oleh karena itu hendaknya pembudidaya ikan, khususnya Ikan Nila

mengenai pengaruh biaya promosi penjualan sebesar 2,254, ini berarti apabila biaya promosi penjualan (X1) meningkat, maka tingkat hunian kamar (Y) akan meningkat

Dari total 45 fasilitas kesehatan di Surabaya Selatan, hanya Puskesmas Jagir yang memiliki fasilitas untuk pengolahan limbah padat B3.. Terdapat 68 fasilitas kesehatan di

Branding menjadi yang penting dalam memperkenalkan sesuatu yang ingin di tawarkan kepada masayarakat.Tentu,pemerintah harus melihat itu semua karena jika ingin

Turbin air yang bekerja berdasarkan arus pasang (Tidal Current Turbine) ... Kincir Air Waterwheel) ... Pasang dan Tipe Pasang... Telang II – Banyuasin ... Agro-Sosioekonomi Telang

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara profesionalisme kerja dan kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan PT Pos Indonesia. Penelitian ini menggunakan

• DR = Detection Risk = Resiko Deteksi = resiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi..