• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH PELVIMETRIKU OK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARYA ILMIAH PELVIMETRIKU OK INDONESIA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan pada dasarnya adalah suatu proses akomodasi janin terhadap jalan lahir yang dibentuk oleh tulang panggul. Tulang panggul dewasa terdiri atas os sakrum, os koksigeus dan os dua tulang inominata yang terdiri atas ilium, iskium dan pubis, dan dihubungkan dengan sakrum lewat sendi sakroiliaka, dan dengan tulang pubis lainnya pada simfisis pubis. Oleh karena persalinan merupakan daya akomodasi, maka adalah penting mengetahui daya akomodasi panggul sebelum dilanjutkan proses persalinannya. Pengukuran daya akomodasi panggul ini dapat dilakukan dengan melakukan pelvimetry.1

Pelvimetri terdiri atas dua kata, yaitu pelvis dari bahasa Latin yang artinya basin dan metron yang berasal dari bahasa Yunani, dan berarti mengukur. Jadi pelvimetri artinya menukur pelvis. Pengukuran pelvis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu secara manual, dengan pelvimetri eksternal menggunakan alat seperti jangka dan secara radiologis. Saat ini pelvimetri radiologis dan pelvimetri eksternal sudah banyak ditinggalkan. Sementara pelvimetri klinis menjadi fundamental. Akan tetapi dalam melakukan pelvimetri klinis, sangat penting untuk menguasai teknik pengukuran dan anatomi pelvis. Akan tetapi, pemerikasaan ini terbatas pada keterbatasan akibat adanya jaringan lunak dan ketidaknyamanan pasien yang seringkali membuat pemeriksaan menjadi tidak lengkap.2

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

2.1.1 Alat Genetalia Eksterna 5,7-8

Gambar 1Alat Genetalia Eksterna Sumber : Elaine N. Marrieb, 2001

a. Mons PubisAdalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu melakukan hubungan seks. b. Labia Mayora (bibir besar)Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang

menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara vagina).

c. Labia Minora (bibir kecil)Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina; merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.

(3)

dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. e. VulvaAdalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang

mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke belakang dibatasi perineum. f. VestibulumVestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,

terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang ketat).

g. FourchetteFourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen. h. PerineumPerineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan urogenital. Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit dan menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

2.1.2 Alat Genetalia Interna 5,7-8

Gambar 2Alat Genetalia Interna Sumber : Winkjosastro, 2007

(4)

serta sintesis dari sekresi hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan untuk androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal.

 Vagina

o Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks (portio). Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.

o Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior.

o Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden infeksi vagina meningkat.

 Uterus

(5)

belum pernah melahirkan beratnya 80 gram / lebih.

o Uterus terdiri dari : Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi berinsensi ke uterus. Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang. Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

 Tuba FalopiiTuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba falopii oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa. Tuba fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di dinding uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.

 ServiksBagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.

2.2 Anatomi Panggul 2,5,7-8

(6)

terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis yang digambarkan sebagai suatu silinder bengkok yang terpotong secara oblik dengan tinggi terbesar di bagian posterior (5 cm di anterior dan 10 cm di posterior). Saat seorang wanita berdiri tegak, maka bagian atas dari canalis pelvis mengarah ke bawahan belakang dengan bagian depan melengkung ke arah bawah dan depan membentuk sumbu carus. Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul

(pelvic inlet). Sementara bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu

atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah

(mid pelvic), oleh adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul

lalu kemudian menjadi luas lagi sedikit.

Pelvic inlet yang dibentuk oleh bidang yang sejajar dengan simfisis pubis ini berbentuk oval dan dibatasi oleh simfisis pubis, os pubis ramus superior, linea terminalis, sakrum serta promontorium dan dikenal dengan Hodge 1. Apabila ditarik garis sejajar dengan bidang tersebut setinggi tepi bawah simfisis, maka didapatkan bidang Hodge 2, setinggi spina ischiadika disebut bidang Hodge 3 dan setinggi os koksigeus disebut bidang Hodge 4. Bidang ini dipakai sebagai acuan penurunan kepala dalam menilai kemajuan persalinan.

Pada true pelvis, dinding panggul dibentuk oleh tulang-tulan dan ligamen, dengan sakrum di bagian posterior dan tulang panggul serta ligamen di bagian lateral. Umumnya pada wanita normal, dinding samping panggul agak cekung, spina ischiadika menonjol dari pertengahan margo posterior masing-masing iskium. Jarak antar spina ischiadika ini menyatakan diameter lateral terpendek dari rongga panggul dan sebagai patokan penurunan bagian terbawah janin.

Sakrum membentuk dinding posterior rongga panggul. Bagian tepi atas dari korpus vertebra sakralis pertama disebut promontorium dan dapat diraba pada pemeriksaan vagina sebagai tanda penting pada pelvimetri klinis. Umumnya kelengkungan vertikal sakrum lebih jelas dibandingkan kelengkungan horizontal. Apabila sebuah garis lurus ditarik dari promontorium ke ujung sakrum, biasanya berukuran 10 cm sementara jarak sepanjang lengkungan rata-rata 12 cm. Rami inferior descendens os pubis bersatu membentuk lengkungan bulat dengan sudut 90 sampai 100 derajat sehingga memungkinkan kepala bayi untuk melewatinya.

(7)

kehamilan. Mereka juga melihat bahwa perubahan ini segera kembali seperti semula setelah persalinan dan kembali normal setelah 3-5 bulan persalinan. Simfisis pubis juga bertambah lebar selama kehamilan dan kembali normal setelah persalinan. Melalui pemeriksaan radiografi, Borrel dan Fernstrom (1957) mendemonstrasikan bahwa mobilitas panggul yang jelas pada wanita hamil cukup bulan akibat menggeser sendi sakroiliaka. Pergeseran terbesar terjadi pada posisi litotomi dorsal dapat menambah diameter pintu bawah sebesar 1,5 sampai 2 cm. Hal ini yang memungkinkan keberhasilan dari manuver Mc Roberts.

Tulang panggul (os sakrum) terdiri atas kiri dan kanan yang melekat satu sama lain di garis medianus persambungan tulang rawan disebut simpisis oseum pubis sehingga terbentuk gelang panggul yang disebut singulum ekstremitas inferior. Os sakrum dibentuk oleh os ileum (tulang usus), os pubis (tulang kemaluan), dan os iskii (tulang duduk). Di dalam os ileum terdapat lekuk besar yang disebut fossa iliaka, di depan krisna iliaka terdapat tonjolan spina iliaka anterior superior dan di belakang spina iliaka posterior superior. Os iskii terdiri atas korpus ossis iskii, di belakang asetabulum korpus ossis iskii mempunyai taju yang tajam disebut spina iskiadika yang terdapat insisura iskiadika mayor dan dibawahnya spina iskiadika minor. Os pubis terdiri dari pubis kanan dan kiri yang terdapat tulang rawan disebut simpisis pubis.

(8)

2.2.1 Anatomi Konjugata Obstetrika 3

Gambar 4. Konjugata Obstetrika Sumber : Harry, 2003

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, disebut diameter oblikua. Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium.

2.3 Pelvimetri 2,3,5

2.3.1 Pelvimetri luar

Cara yang dapat menetentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran- ukuran panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan sebagainya, bagian dari panggul yang diukur adalah :

o Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.

o Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.

(9)

o Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.

o Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas simfisis ke profesus spinosus lumbal 5.

o Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

2.3.2 Pelvimetri Dalam

Cara pemeriksaan ini dengan memasukkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang (promotorium). Hitung jarak dari tulang kemaluan hingga promotorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal.

2.3.2 Pelvimetri Roentgenologik

Cara pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ditemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul.

2.4 Pintu Atas Panggul (Pelvic inlet)1,3,4

Gambar 5. Bidang pintu atas panggul

(10)

Umumnya dikenal empat diameter yang biasa disebutkan pada pintu atas panggul, antara lain: diameter anteroposterior,diameter trasversal, dan dua diameter oblik.

Diameter transversal tegak lurus dengan konjugata obstetrik dan memperlihatkan jarak terbesar antara linea terminalis kiri dan kanan. Umumnya memotong konjugata obstetrik, 4 cm di depan promontorium. Masing-masing diameter oblik berjalan dari sinkondrosis sakroiliaka menuju eminensia ileopektinea disisi panggul yang lainnya. Berukuran rata-rata dibawah 13 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul, yang biasa dikenal sebagai konjugata vera tidak mewakili jarak terpendek promontorium ke simfisis pubis. Jarak terpendeknya adalah konjugata obstetrik, yang hanya dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konjugata diagonalis, yaitu jarak antara promontorium dan tepi bawah simfisis.

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm disebut

konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm,

disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 cm. Selain kedua konjugata ini dikenal juga konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium.

(11)

Gambar 6. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan obliq

2.5 Pintu tengah panggul (Midpelvic) 1,3,4

Midpelvis merupakan bidang sejajar spina ischiadica merupakan bidang dimensi pelvik terkecil yang menjadi bagian yang penting pada proses engagement kepala janin. Diameter interspina ±10 cm atau lebih, dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Diameter anteroposterior dari bagian bawah simfisis pubis melalui level spina ischiadica normalnya berukuran sekurang-kurangnya 11.5 cm. Komponen posteriornya antara titik tengah diameter interspinarum dengan sakrum disebut diameter sagitalis posterior yang sekurang-kurangnya berukuran 4.5 cm. Midpelvis dicurigai sempit jika jumlah jarak interspinarum dan diameter sagilat posterior dibawah 13,5cm, normal 15,5 cm. Chen dan Huang (1982) mengatakan bahwa panggul tengah dicurigai sempit jika diameter interspina kurang dari 10cm dan dikatakan sempit jika kurang dari 8cm. Penyempitan pada mid pelvis ini yang kemudian mengakibatkan terjadinya putaran paksi dalam, sehingga pada pemeriksaan dalam didapatkan perputaran sagitalis, yang pada saat memasuki pintu atas panggul diraba transversal, berputar ke arah vertikal. Hal ini dapat dipakai sebagai acuran kemajuan persalinan, apakah bayi bisa lahir pervaginam atau tidak.

(12)

2.6 Pintu bawah panggul (Pelvic Outlet) 1,3,4

Pintu bawah panggul tersusun atas dua bidang datar berbentuk segi tiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tubera ossis iskii dengan ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 900 atau lebih sedikit. Segitiga di anterior dibentuk oleh area dibawah arkus pubis. Segitiga posterior tidak dibatasi oleh tulang, namun oleh ujung tulang sakrum, bukan koksigeus. Tiga diameter pintu bawah panggul biasanya disebutkan anteroposterior, transversal, dan sagital posterior.Floberg dan teman-teman (1987) melaporkan bahwa panggul bawah yang sempit hanya didapatkan pada 1 persen dari 1400 nulipara dalam kondisi hamil aterm. Kesempitan panggul bawah tanpa disertai sempitnya panggul tengah sangat jarang ditemui.

Diameter antero posterior (9,5-11,5) berjalan dari tepi bawah simfisis pubis ke ujung sakrum. Diameter transversal (11cm) adalah jarak tepi-tepi dalam tuberositas iskium. Diameter sagital posterior berjaan dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan suatu garis antara kedua tuberositas iskium. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara kedua tuberositas lebih kecil dari 8cm. Diameter sagital posterior pintu bawah yang biasanya lebih dari 7,5cm.

2.7 Jenis-jenis panggul 5,6

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul menurut Caldwell-Molloy antara lain:4

 Jenis gynaecoid

Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip lingkaran.Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).

 Jenis anthropoid

Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.

 Jenis android

(13)

 Jenis platypelloid

Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat jenis klasik ini. Di sinilah letak kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran pelvis secara tepat.

Gambar 7. Female pelvis 2.8 Panggul Sempit 2,7,8

Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya.Klasifikasi panggul sempit, antara lain :

(14)

Conjugata diagonal (CD) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Dikatakan sempit bila CV kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 11,5 cm. Pembagian tingkatan panggul sempit:

Tingkat I : CV = 9-10 cm = borderline Tingkat II : CV = 8-9 cm = relatif Tingkat III : CV = 6-8 cm = ekstrim Tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak

 Kesempitan pintu tengah panggul (mid pelvis) :

Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.5 cm, diameter sagitalis posterior 5 cm. Dikatakan sempit bila diameter interspinarum <10 cm atau <9,5cm atau ≤9cm atau bila diameter interspinarum ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.

 Pintu bawah panggul (pelvic outlet) :

Diameter sagitalis posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Dikatakan sempit bila jumlah kedua diameter < 15 cm atau bila diameter intertuberosum < 8 cm. Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan yang baik.

Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul dengan baik.

Pada nullipara normal, bagian terbawah janin pada waktu aterm umumnya turun ke dalam rongga panggul. Bila ada kesempitan pintu atas panggul penurunan bagian terbawah janin tidak terjadi sampai setelah onset persalinan. Presentasi kepala tetap dominan, tetapi karena kepala floating dengan bebas di atas pelvic inlet atau terletak lebih lateral pada fossa iliaka, kekuatan yang sedikit saja dapat menyebabkan janin mengambil presentasi lain.

2.8.1 Teknik Pengukuran Panggul 3,6,8

(15)

 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 34-36 minggu. Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium. Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal (jarak antara promontorium dengan simfisis bawah), untuk mendapatkan Conjugata vera, maka conjugata diagonal − 1,5 cm. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm. Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Kemudian dilakukan penilaian sudut retropubik. Pada panggul ginekoid didapatkan sudut retro pubik lurus di tengah , kemudian bergelombang ke lateral belakang. Bagian anterior sakrum di palpasi bawah ke atas kurvatura vertikal dan lateral di identifikasi. Normalnya, hanya tiga vertebra sakralis terbawah yang dapat dirasakan tanpa menekan perineum. Pada panggul yang sempit, semua bagian sakrum dapat di palpasi.pengukuran diameter transversa dari pintu bawah panggul dapat dierkirakan dengan menempatkan kepalan pada perineum diantara kedua tuberositas. Bentuk dari arkus pubis dapat di evaluasi bersamaan dengan mempalpasi ramus pubis dari regio subpubik ke arah tuberositas iskium, kemudian dievaluasi mobilitas dari koksigeus.

(16)

Pemeriksaan Rontgen

X-ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh Denticle dari

Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun 1944 Colcher AE dan Sussman

W menemukan tehnik praktis pada pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh Robert C

Brown pada tahun 1972.

X-ray pelvimetri dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen. Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada anggota tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah. Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih terperinci mengenai diameter pintu panggul. Namun bahaya radiasi terutama dengan proyeksi Thoms dimana posisi pasien setengah duduk dan jika letak janin dalam letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan dekat dengan tabung rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat kelamin janin. Sejak tahun 1950 pemeriksaan ini sudah banyak ditinggalkan.

Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada kecurigaan fetopelvik disproporsi atau kecurigaan panggul sempit, riwayat operasi seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis didapati ukuran konjugata diagonal < 11,5 cm atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti pada presentasi bokong, wajah atau letak lintang.

Masih terdapat kontroversi pendapat tentang pengaruh penggunaan X-ray pelvimetri pada akhir kehamilan terhadap ibu dan janin. Secara teori dapat membahayakan janin dan

(17)

kehidupan selanjutnya berupa resiko leukemia dan kelainan pada gonad berupa kongenital malformasi pada generasi selanjutnya.

 Pelvimetri eksternal

Melakukan pemeriksaan pengukuran panggul dengan alat bantu antara lain jangkar Martin, Oseander, collin, Boudeloque, dsb. Jangkar-jangkar ini antara lain dapat dipakai untuk mengukur :

o Distansia interspinarum (± 24-26cm) merupakan jarak antara kedua psina iliaka anterior superior sinistra dan dextra.

o Distansia kristarum (± 28-30cm) merupakan jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dextra. Bila ukuran-ukuran ini 2-3 cm lebih kecil dibandingkan normal, maka dapat dicurigai panggul itu patologik. o Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) merupakan jarak antara spina

iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dextra dan spina iliaka posterior dextra dan spina iliaka anterior superior sinistra. Jika panggul asimetrik, maka ukuran keduanya akan banyak berbeda.

o Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor

o Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18cm. Jarak antara bagian atas simfisis ke procesus spinosus lumbal 5.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, gary f dkk. Williams Obstetric. 18th ed. 1989. Norwalk, Connecticut. Appleton & Lange.

2. Pernoll, Martin l. Bensons and Pernoll Handbook of Obstetric and Gynecology, 10th ed. 2001. Mc Graw Hill Company.

3. Yeomans, edward r, md. Clinnical Pelvimetry. Obstetric and Gynecology, volume 49, no 1, 140-146. 2006. Lippincot Williams and Wilkins.

4. Cunningham, gary f dkk. Williams Obstetric. 22th ed. 2007. Mc Graw Hill Company. 5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2003. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

6. Maharaj, duhsyant. Assesing Cepalopelvic Disproporsion: Bac to Basic. Come Review Article. Obstetrical and Gynecological Survey, vol 6 , Number 6. 2010. Lippincot Williams and Wilkins.

7. Cunningham, gary f dkk. Williams Obstetric. 22th ed. 2010. Mc Graw Hill Company. 8. Kuziv, l. Pregnancy and Births Contracted Pelvis. Macrosomia in Obstetrics, Pregnancy

Gambar

Gambar 1Alat Genetalia Eksterna
Gambar 2Alat Genetalia Interna
Gambar 3 Anatomi Tulang Panggul
Gambar 4. Konjugata Obstetrika
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, untuk menguji apakah dengan memngintegrasikan metode servqual, lean dan six sigma dapat atau sesuai untuk industri jasa maka perlu dilakukan implementasi pada

Penyebab Indonesia mengimpor bahan pangan dari luar negeri adalah besarnya jumlah penduduk, ketergantungan konsumsi beras, perubahan iklim, luas lahan pertanian yang semakin sempit

Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang

Berdasarkan beberapa pengujian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pada pengukuran jarak bola terhadap robot dengan menggunakan pengolahan citra dan PSO-NN

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat

Yang mana asuhan yang dapat diberikan oleh ibu pada saat persalinan guna mencegah rupture perineum yakni pemeriksaan panggul dalam dengan kesesuaian bayi yang akan lahir

Sedangkan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak di sebelah bawah, juga dapat menentukan berapa bagian dari kepala telah masuk ke dalam pintu atas

Hasil wawancara Adapun hasil wawancara yang di dapat adalah tentang “Prosedur memasuki alur pelayaran sempit”.guna meminimalisir bahaya navigasi di alur pelayaran sempit 4.1 tabel