• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio caesarea 1. Pengertian - APRIANI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio caesarea 1. Pengertian - APRIANI BAB II"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sectio caesarea

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan cara

membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut /

vagina ( amru sofian, 2012).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding rahim ( Mansjoer , 2001).

2. Jenis – jenis sectio caesarea a. Sectio caesarea abdomen

Sectio caesarea transperitonealis.

b. Sectio caesarea vaginalis

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat

dilakukan sebagai berikut :

- Sayatan memenjang ( longitudinal) menurut kronig

- Sayatan melintang ( transversal) menurut kerr

- Sayatan huruf T ( T – incision) c. Sectio caesarea klasik

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira – kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang

(2)

persai berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini

dapat dipertimbangkan.

d. Sectio caesarea ismika

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim kira – kira sepanjang 10 cm.

3. Etiologi sectio caesarea

1. Etiologi yang bersal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primiparatua

disertai kelainan letak ada : disproporsi sefalo pelvik, ada sejarah

kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan

panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio

plasenta tingkat I – II., komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-

eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit

( jantung , DM), gangguan perjalanan persalinan ( kista, ovarium,

mioma uteri dan sebagainya).

2. Etiologi yang berasal dari janin

Fetal distres / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi

kedudukan janin, plolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,

kegagalan persalinan vakum atau forseps ektraksi.

3. Etiologi yang berasal dari kontra

a. Infeksi intrauterine.

b. Janin mati.

(3)

4. Konsep Sectio caesarea

1. Indikasi dilakukan sectio caesarea

Menurut mansjoer (2001), indikasi dilakukan sectio caesarea

antara lain :

a) Desporposi Cepalo Pelvik.

b) Gawat janin.

c) Plasenta previa.

d) Pernah dilakukan tindakan sectio caesarea sebelumnya.

e) Kelainan letak.

f) Incoordinate uterine action.

g) Eklamsi.

h) Hipertensi.

2. Sedangkan menurut Mochtar ( 1998) , indikasi dilakukan sectio

caesarea antara lain :

a) Plesenta previa sentralis dan lateralis.

b) Panggul sempit.

c) Disporposi Cepalo Pelvik.

d) Ruptur uteri mangancam.

e) Partus lama.

f) Partus tak maju.

g) Distosia serviks.

h) Pre eklamsia dan hipertensi.

(4)

5. Anatomi Genetalia Interna 1. Uterus dan serviks

Uterus merupakan organ fibromuskuler yang terletak antara

vesika urinaria dan rektum. Bentuk dan ukuran uterus bervariasi,

tergantung pada paritas dan stimulasi estrogen. Pada wanita

dewasa yang tidak hamil, berat uterus kira –kira 30 – 40 gram

dengan panjang kira – kira 7 cm dan lebar 5 cm.

Bagian –bagian uterus yaitu :

a. Fundus uteri, merupakan bagian uterus yang cembung dan

terletak di sebelah ventrokranial dari tempat masuknya tuba ke

dalam uterus.

b. Korpus uteri, merupakan bagian utama uterus yang makin ke

arah dorsokaudal makin mengecil dan berakhir pada isthmus.

c. Ishtmus uteri, merupakan bagian uterus yang sempit dan terletak

diantara korpus dan serviks. Pada wanita hamil, isthmus ini

menghilang dan menjadi satu dengan korpus yang disebut

sebagai segmen bawah rahim.

d. Serviks uteri, dimulai dari bagian bawah isthmus uteri

sepanjang kira –kira 2 cm. Dindingnya sebagian besar tersusun

dari jaringan ikat dan sisanya berupa otot polos. Penyatuan

dinding vagina dengan serviks dibagi menjadi porsio

(5)

Parametrium yang dibentuk oleh perineum, merupakan

lapisan terluar yang melekat pada fundus dan korpus uteri, serta

di bagian dorsal serviks.

Gambar 1: anatomi uterus ( dikutip dari : sabotta , atlas

anatomi manusia . jakarta . EGC. 2000)

Di ventral uterus, antara uterus dan vesika urinaria,

terdapat lekukan perioneum yang menutupi fundus dan fasies

dorsalis vesika urinaria sehingga membentuk suatu cekungan

yang disebut ekskavasio vesikouterina.

Di dorsal uterus, antar uterus dan rektum, terdapat suatu

cekungan yang disebut ekskavasio rektouterina.

2. Vaskularisasi uterus

a. Arteri uterina, berjalan dari dinding pelvis ke arah medial

menuju serviks. Setelah mencapai serviks, arteri ini bercabang ke

(6)

diantara kedua lapisan ligamen latum sepanjang margo lateralis

uteri sambil memberikan cabang – cabang untuk korpus uteri.

b. Arteri ovarika

3. Tuba falopi

Merupakan organ berbentuk tubular dengan panjang kira –

kira 8 cm. Tuba falopi terdiri dari beberapa bagian yaitu :

a) Pars uterina, yaitu bagian tuba yang berjalan di dalam dinding

uterus.

b) Isthmus, yaitu bagian tuba yang menyempit

c) Ampula, yaitu bagian dari tuba yang paling lebar

d) Infundibulum, yaitu bagian ujung dari tuba yang bentuknya

seperti terompet dan mempunyai lubang yang disebut ostium

abdominalis, yang marupakan jalan masuk ovum ke dalam tuba.

Lubang ini menyebabkan adanya hubungan antara kavum

peritoneum dan udara luar. Diameter ostium abdominalis ini

(7)

Gambar 2 : anatomi dan vaskularisasi ovarium

4. Vaskularisassi tuba falopi

Berasal dari cabang – cabang arteri dan vena ovarika.

5. Ovarium

Bentuk oval, berukuran kira – kira 3 x 2 x 1 cm. Letak ovarium

berada di fossa waldeyer, yaitu bagian pelvis yang berada pada

sudut antara vena iliaka eksterna dan ureter.

6. Vaskularisasi orium

a. Arteri ovarika

Yang berawal dari permukaan anterior aorta abdominalis di

bawah arteri renalis.

b. Cabang ovarium dari arteri uterina

c. Vena ovarika

Menuju daerah retroperitoneum mengikuti perjalanan arteri

(8)

B. Chepalo Pelvik Disproporsi 1. Pengertian

Chepalo Pelvik Disproporsi adalah keadaan yang

menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu

sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2010)

Chepalo Pelvik Disproporsi adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati panggul. Disproporsi dapat absolut atau relatif. Absolut

apabila janin sama sekali tidak akan dengan selamat dapat melewati

jalan lahir. Disproporsi relatif terjadi apabila faktor – faktor lain ikut

berpengaruh. (Oxorn Harry, 2010)

2. Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat

dibagi sebagai berikut :

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

1) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

2) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang

biasa

3) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran

muka belakang

4) Panggul corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul

sempit.

(9)

b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

1) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruh panggul

sempit picak dan lain-lain

2) Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

3) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

1) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

2) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit

miring.

d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah

Coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul

sempit miring.

3. Klasifikasi Chepalo Pelvic Disproporsi

Menurut Prawirohardjo (2010) ada beberapa kemungkinan :

1) Imbang Chepalopelvic baik, partus dapat direncanakan pervaginam,

namun demikian his,posisi kepala dan keadaan serviks harus

diperhatikan selama partus.

2) Chepalo Pelvik Disproporsi, artinya bahwa janin tidak dapat

dilahirkan secara normal pervaginam, bila anak hidup lakukan seksio

sesaria (SC).

3) Kemungkinan Disproporsi, mengandung arti yaitu imbang baik atau

(10)

untuk mendapatkan kepastian maka harus dilakukan pemeriksaan

radiologi dan atau partus cobaan.

4. Anatomi panggul

Meskipun persoalannya adalah hubungan antara panggul dengan

janin tertentu, pada beberapa kasus panggul sedemikian sempitnya

sehingga janin normal tidak akan dapat lewat. Ukuran yang sempit dapat

berada pada setiap bidang : Pintu Atasn Panggul, Pintu Tengah Panggul,

atau Pintu Bawah Panggul. Kadang – kadang seluruh bidangnya sempit

panggul sempit menyeluruh. Panggul yang dikenal penting adalah panggul

kecil ( pelvis minor) yang merupakan wadah alat kandungan dan

menentukan bentuk jalan lahir. Sedangkan panggul besar (pelvis mayor)

berfungsi untuk mendukung isi perut dan bisa menggambarkan keadaan

panggul kecil.

a. Tulang – tulang panggul

Tulang – tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu (1) os

koksa ( disebut juga tulang innominata) 2 buah kiri dan kanan, (2)

os sakrum, dan (3) os koksigis, Os koksis merupakan fusi dari os

ilium, os iskium, dan os pubis

Tulang – tulang ini satu dengan yang lain saling berhubungan

dalam suatu persendian panggul. Di depan terdapat hubungan

antara os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Simfisis terdiri atas

jaringan fibrokartilago dan ligamentum pubikum superior di bagian

(11)

dimasukan ke dalam vagina seorang perempuan hamil dan

perempuan ini di minta berjalan, maka akan teraba tulang pubis

dan terasa naik turun.

Gambar 3 : potongan sagital panggul, menunjukan pelvis

mayor dan minor ( Prawirohardjo, 2010)

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut

pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis

yang terletak di atas linea terminalis disebut pula false pelvis.

Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor

atau true pelvis. Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai

peranan penting dalam obstetri dan harus dapat di kenal dan di nilai

sebaik- baiknya untuk dapat meramalkan dapat tidaknya bayi

melewatinya.

Bentuk pelvis minor ini menyerupai suat saluran yang

(12)

ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik

persekutuan antara diameter transferta dan konjugata vera pada

pintu atas panggul dengan titik – titik sejenis di Hodge II, III, dan

IV. Sampai dekat Hodge sumbu itu lurus, sejajar dengan sakrum,

untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai dengan lengkungan

sakrum. Hal ini penting untuk di ketahui bila kelak mengakhiri

persalinan dengan cunam agar arah penarikan cunam ini di

sesuaikan dengan arah sumbu jalan lahir tersebut.

Gambar 4 : sumbu panggul

b. Pintu Atas panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk

oleh promontorium korpus verteba sakral 1 , linea innominata

( terminalis), dan pinggir atas simfisis. Terdapat diameter pada

pintu atas panggul, yaitu diameter anteroposterior, diameter

(13)

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium

lebih kurang 11 cm, disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis

melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm.

Disebut diameter transversa. Bila di tarik daris dari artikulasio

sakro – iliaka linea innominata, di temukan diameter yang disebut

diameter oblikus sepanjang lebih kurang 13 cm.

Gambar 5 : bidang pintu atas panggul

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke

promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata

diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata

obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak

antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, selisih

(14)

Gambar 6 : pintu atas panggul dengan konjugata vera

Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul yang mempunyai ciri

– ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

1. Jenis genekoid : panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk

pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diamterantero-

posterior kira – kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini

ditemukan pada 45% perempuan.

2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segitiga.

Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter

anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan

tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan

demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan

bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan

pada 15 % perempuan.

3. Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong,

(15)

daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35 %

perempuan.

4. Jenis platipelloid : sebenarnya jens ini adalah jenis ginekoid

yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang

jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini

ditemukan pada 5 % perempuan.

c. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.

Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara

langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga

bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak

antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum

merupakan jarak panggul terkecil.

d. Pintu bawah panggul

Seperti telah dijelaskan, pintu bawah panggul tidak

merupakan suatu bidang datar , tetapi tersusun atas 2 bidang datar

yang masing – masing berbentuk segitiga, yaitu bidang yang

dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan ujung

os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga garis antara

kedua tober os iski dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah

simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut

(16)

kepala janin akan lebih sulit dilahirkan karena memelurkan tempat

lebih banyak ke dorsal. Dalam hal ini perlu diperhatikan apakah

ujung os sakrum/ os koksigis tidak menonjol ke depan, sehingga

kepala janin tidak dapat dilahirkan.

e. Ukuran panggul

Meskipun persoalannya adalah hubungan antara panggul

dengan janin tertentu, pada beberapa kasus panggul sedemikian

sempitnya sehingga janin normal tidak akan dapat lewat. Ukuran

yang sempit dapat berada pada setiap bidang : Pintu Atas Panggul,

Pintu Tengah Panggul, atau Pintu Bawah Panggul. Kadang –

kadang seluruh bidangnya sempit panggul sempit menyeluruh.

C. Konsep Dasar Nifas 1. Pengertian

Nifas adalah masa pulih kembali dari persalinan selesai sampai

alat-alat kandungan kembali seperti pre hamil selama 6 minggu

(Mochtar, 1998). Sedangkan menurut Farrer (2000) nifas adalah periode

waktu atau masa dimana organ reproduksi kembali kepada keadaan

tidak hamil dibutuhkan waktu selama 6 minggu. Periode nifas terdiri

dari nifas dini, nifas intermedial, nifas remote. Nifas dini merupakan

kepulihan ibu dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.

Nifas intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

(17)

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan saat

persediaan mengalami gangguan (Mochtar, 1998).

2. Perubahan Fisiologi

Menurut Mochtar (1998), Wiknjosastro (2005) dan Bobak (2000)

perubahan fisiologis pada masa nifas antara lain : sistem reproduksi

terdiri dari vulva dan vagina, uterus, lochea, serviks, perinium.

Sistem reproduksi yang terdiri dari vulva dan vagina, uterus,

lochea, serviks, perinium. Vulva dan vagina mengalami penekanan

serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi.

Dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ

ini tetap berada dalam keadaan kendor setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil. Semua alat reproduksi

berangsur-angsur akan kembali semula dari yang tadinya kendor.

Uterus, pada akhir kala III persalinan, fundus uteri setinggi umbilikus

atau berada pada garis tengah kira-kira sama dengan umur kehamilan

10 minggu (kira-kira sama dengan buah jeruk). Uterus mempunyai

panjang kira 14 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm, serta berat

kira-kira 1000 gram setelah 12 jam persalinan fundus berada kurang lebih

1 cm di atas umbilikus dan simfisis pubis setelah 9 hari post partum

uterus sudah tidak berada lagi di abdomen. Lochea merupakan cairan

sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.

Jenis-jenis lochea yaitu : lochea rubra, berisi darah segar dan sisa-sisa

(18)

berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 post

partum. Lochea serosa, berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,

hari ke 7-14 post partum. Lochea alba, cairan putih selama 2 minggu.

Lochea purulenta, bila terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk. Lochea statis, lochea tidak lancar. Serviks, setelah

persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna

merah kehitaman, konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat

perlukaan kecil setelah melahirkan, tangan masih bisa masuk karena

rahim setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari dapat

dilalui 1 jari. Perinium, segera setelah melahirkan perinium kembali

menjadi kendor karena sebelum teregang oleh tekanan kepala bayi

yang bergerak maju.

Payudara dan laktasi yaitu payudara mencapai maturitas yang

penuh selama masa nifas terkecuali jika laktasi disupresi payudara

akan menjadi lebih besar lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri

tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta

dimulainya laktasi. Traktus urinarius merupakan buang air kecil sulit

selama 24 jam pertama, kemungkinan terjadi spasme spinger edeme

leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala

janin dan tulang pubis selama persalinan. Sistem gastointestinal, kerap

kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan namun

(19)

Gerak tubuh berkurang dan unsur bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberikan enema. Sistem kardiovaskuler, setelah

terjadi yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen oedem, darah

kembali kepada keadaan tidak hamil, jumlah sel darah merendah

kadar HB kembali pada hari ke 3. After pain, after pain atau mules

sesudah melahirkan akibat reaksi usus kadang-kadang sangat

mengganggu selama 3-4 hari post partum. Perasaan saat itu timbul

bila masih terdapat sisa selaput ketuban sisa-sisa plasenta atau

gumpalan darah dalam cavum urteri.

3. Perubahan Psikologis

Perubahan patologis yang sering terjadi adalah depresi post partum

dimana hal ini dipengaruhi oleh faktor emosi ibu. Dengan penurunan

emosi ibu yang drastis terjadi penurunan estrogen dan progesteron

dalam tubuh sering kali ibu merasa keletihan post partum, nyeri

perinium, pembengkakan payudara, after pain dan tekanan-tekanan

yang lain.

Untuk menunjang keberhasilan situasi psikologis, perlu ditegaskan

juga hubungan interaksi antara orang tua dan bayi atau yang disebut

dengan proses bonding (Hamilton. 1998). Ini perlu ditegakkan sejak di

ruang persalinan, dengan cara ayah dan ibu berusaha menerima dan

mengenali bayi barunya dan berusaha melakukan komunikasi.

Tahap ketergantungan (taking in), hari ke 1 dan 2 setelah

(20)

pelayanan ibu memfokuskan energinya pada bayinya yang baru.

Tahap ketergantungan (taking hold), hari ke 3 sampai minggu ke 4

dan ke 5 dimana ibu siap menerima peran barunya dan belajar tentang

semua hal-hal baru dan tubuh mengalami perubahan yang signifikan.

Tahap saling ketergantungan (letting go), minggu ke 5 sampai 6

setelah kelahiran dimana keluarga secara sistem sudah menyesuaikan

diri dengan anggotanya yang baru.

D. Konsep Dasar Nyeri 1. Pengertian

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial

( Brunner dan Suddarth, 2001 ).

Nyeri adalah suatu mekanisme proktektif bagi tubuh, nyeri timbul

ketika jaringan rusak, menyebabkan individu bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri ( Chaerudin, 2007).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual potensial, atau

digambarkan dengan istilah seperti ( internatioanal assotiation for the

study of pain):awitan yang tiba – tiba atau perlahan dengan intensitas

ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat

(21)

2. Fisiologi nyeri

Reseptor nyeri yang ada dalam tubuh manusia adalah berupa ujung

syaraf bebas yang terdapat dalam kulit yang berespon hanya terhadap

stimulus kuat yang secara potensial dapat merusak. Reseptor nyeri disebut

juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri ada yang bermielien ada

juga yang tidak bermielien ( Ramali, 2000).

Reseptor jaringan kulit terbagi dalam dua golongan yaitu :

a. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat ( kecepatan transmisi 6-30

m/detik) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang cepat

hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat ( kecepatan transmisi 0,5

m/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya

bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.

3. Karakteristik nyeri

Menurut Tamsuri (2007), klasifikasi nyeri dibedakan menjadi 4 yaitu :

a. Klasifikasi nyeri

Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokan sebagai

nyeri akut dan nyeri kronis.

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu kurang

(22)

atau pembedahan. Dapat hilang dengan sendirinya dengan atau

tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan sembuh.

2) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih

dari enam bulan. Umunya timbul tidak teratur, intermiten, atau

bahkan persisten. Nyeri kronis dapat menyebabkan putus asa dan

frustasi, nyeri ini dapat menimbulkan kelelahan mental dan fisik.

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri , nyeri dibedakan menjadi 6 yaitu :

1) Nyerisuperfisial

Biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada

laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Memiliki durasi pendek,

terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.

2) Nyeri somatik

Nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta struktur penyokong,

umumnya bersifat tumpul dan stimulasi dengan adanya peregangan

dan iskemia.

3) Nyeri viseral

Nyeri yang disebabkan kerusakan organ internal, durasinya cukup

lama, dan sensasi yang timbul biasanya tumpul.

4) Nyeri sebar ( radiasi )

Nyeri sebar ( radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah

(23)

5) Nyeri fantom

Nyeri fantom adalah khusus yang dirasakan oleh klien yang

mengalami amputasi.

6) Nyeri alih

Nyeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viresal

yang menjulur ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa

tempat atau lokasi.

c. Deskripsi verbal tentang nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan

karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.

Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam

beberapa cara yang berikut :

1) Intensitas nyeri : individu dapat meminta untuk membuat tingkatan

nyeri pada skala verbal ( misalnya ; tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri

hebat, atau sangat hebat, atau 0 sampai 10 : 0 = tidak ada nyeri, 10 =

nyeri sangat hebat ).

2) Karakteristik nyeri :termasuk letak, durasi ( menit, jam, jam,hari,

bulan), irama ( terus- menerus, hilang timbul, periode bertambah dan

berkurang intensitas atau keberadaan dari nyeri ) kualitas ( nyeri

seperti tertusuk – tusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri seperti

(24)

3) Faktor - faktor yang meredakan nyeri ( gerakan, kurang bergerak,

pengerahan tenaga , istirahat, obat – obat bebas dan sebagainya).

Dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyeri.

4) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari – hari ( tidur, napsu

makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik,

bekerja dan aktivitas – aktivitas santai.

5) Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh

terhadap peran dan perubahan citra diri.

Respon perilaku terhadap nyeri. Respon perilaku terhadap

nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi

wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau

perubahan respons terhadap lingkungan . Individu yang

mengalami nyeri akut dapat menangis , merintih, merengut, tidak

menggerakan bagian tubuh, mengepal, atau menarik diri. Orang

dapat menjadi marah dan mudah tersinggung dan meminta maaf

saat nyerinya hilang.

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak

dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung

selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat

menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk

merintih atau menangis jika perilaku demikian merupakan respon

(25)

4. Penilaian rentang skala nyeri

a. face Pain rating Scale

Menurut Wong dan baker ( 1998) pengukuran skala nyeri untuk

anak usia pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri

menggunakan face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah

kartun mulai dari wajah tersenyum untuk “ tidak ada nyeri “ hungga

wajah yang menangis untuk “ nyeri hebat”.

Gambar 7 : visual Face Rating Scale ( Wong & Baker, 1998)

b.Word Grapic Rating Scale

Menggunakan deskripsi kata untuk menggambarkan intensitas nyeri,

biasanya untuk anak 4 – 17 tahun.

0 1 2 3 4 5

Tidak nyeri ringan sedang cukup sangat nyeri nyeri hebat

(26)

c.Skala intensitas nyeri numerik

Gambar 9 : skala intensitas nyeri numerik ( Wong & Whaleys, 1996)

d. Skala nyeri menurut bourbanis

Gambar 10 : Skala nyeri menurut bourbanis ( Wong & Whaleys, 1996).

Perawat dapat menanyakan kepada individu tentang nilai nyerinya

dengan enggunakan skala 0 sampai 10 atau skala yang serupa lainya yang

membantu menerangkan bagaimana intensitas nyerinya. Nyeri yang

ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi nyeri untuk mengevaluasi keefektifannya .

E. Patofisiologi

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan

berat di atas 500gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.

Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi

(27)

Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang

setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan mengalami adapatasi post

partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Nyeri adalah

salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Biasanya terdapat keluhan janin besar dan pelvis terlalu kecil maka akan

terjadi cephaloevit disproportion, persalinan macet, persalinan kala lama,

dan percobaan persalinan. Jika tidak ada peningkatan dilatasi servik

setelah lebih dari 4 jam maka dilakukan sectio caesarea dengan dilakukan

sayatan dinding abdomen dan dinding uterus. Disertai atau tanpa disertai

rasa nyeri akibat sayatan. Perlu juga di cari fakror masalah yang muncul

seperti syok akibat perdarahan dan resiko infeksi

D. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah lengkap rutin : hemoglobin , leukosit, golongan

darah , hematrokrit, dan pemeriksaan darah sesuai indikasi.

E. Komplikasi 1. Syok

2. Hemorhagi

3. Retensio urine

4. Infeksi jalan kencing

5. Distensi perut

(28)

F.Diagnosa

- Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bekas insisi)

- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

- Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (sectio caesar)

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanan umum pre-operasi yaitu puasa, percukuran pada

pubis dan perineal dari garis nipple sampai pubis, pemasangan kateter

untuk drainase independent, penandatanganan izin operasi,

pemasangan infus, perawatan bayi, penghangat dan perlengkapan.

Sedangkan penatalaksanaan post-operasi menurut (Mochtar, 1998)

yaitu perawatan luka insisi : luka insisi dibersihkan dengan larutan cuci

hama (larutan betadin) lalu tutup dengan kassa, luka dibersihkan dan

pembalut luka diganti secara periodik, pemberian cairan : selama 24

jam pertama penderita puasa pasca operasi sehingga pemberian infus

harus banyak yang mengandung elektrolit, biasanya D 5%-10% dan

RL secara bergantian, diit : cairan infus dihentikan setelah penderita

Flatus, berikan makanan peroral secara bertahap mulai dari bubur

halus, bubur kasar, makanan biasa.Untuk tahap selanjutnya mobilisasi

dilakukan secara bertahap mulai dari miring kanan, kiri setelah

penderita sadar, hari kedua didudukan selama 5 menit dan bernafas

dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil untuk

(29)

berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke tiga sampai ke

lima pasca bedah, katerisasi : kandung kemih yang menimbulkan rasa

tidak enak pada penderita dianjurkan pemasangan kateter selama 24 –

48 jam atau lebih menurut keadaan normal, pemberian obat-obatan :

obat-obatan anti biotik dan anti inflamasi, obat-obatan pencegah perut

kembung untuk memperlancar kerja saluran pencernaan, obat-obatan

(30)

2. Penatalaksanaan keperawatan a. pathways keperawatan

Janin terlalu besar Pelvis terlalu kecil

Cephaloelvic disproportion

Persalinan macet

Persalinan lama

Percobaan persalinan

- Tidak ada peningkatan dilatasi servic setelah lebih dari 4 jam

- Timbul gawat janin

- Dilatasi servic lengkap tidak tercapai setelah 12 jam

persalinan

Sectio caesarea

Dilakukan sayatan dinding abdomen dan dinding uterus

Pembuluh darah Jaringan saraf Diskontinuitas

prosedur

terputus jaringan terstimulus

post de entri kuman

Perdarahan saat OP Nyeri abdomen

Syok pk : perdarahan MK : Nyeri akut Resiko infeksi

Resiko kekurangan Gangguan pola tidur

(31)

b. Fokus intervensi ( Nanda NIC NOC 2013)

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera/ injuri fisik

Intervensi :

Pain Managemen

− Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

− Observasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan

− Tingkatkan istirahat

− Ajarkan tentang teknik non farmakologi

− Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic administration

− Tentukan lokasi , karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri

sebelum pemberian obat

− Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali

− Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

− Cek riwayat alergi

2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake output

berlebih

Intervensi :

Fluid Management

- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

- Monitor vital sign

(32)

- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake

kalori harian

- Monitor status dehidrasi

- Dorong pasien untuk menambah intake oral

3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif

Intervensi :

Infection Control ( kontrol infeksi)

- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

- Pertahankan teknik isolasi

- Monitor tanda dan gejala infeksi siskemik dan lokal

- Tingkatkan intake nutrisi

- Batasi pengunjung

- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

- Dorong istirahat

4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

Intervensi :

Slepp Enchancement

- Determinasi efek – efek medikasi terhadap pola tidur

- Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

- Fasilitas untuk mempertahankan nyeri

- Monitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap hari

- Kolaborasi pemberian obat tidur

Gambar

Gambar 1: anatomi uterus ( dikutip dari : sabotta , atlas
Gambar 2 : anatomi dan vaskularisasi ovarium
Gambar 3 : potongan sagital panggul, menunjukan pelvis
Gambar 4 : sumbu panggul
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Etiologi gagal jantung kongestif usia lanjut berdasarkan kekerapan didapatkan penyakit jantung iskemik 65,63%, penyakit jantung hipertensi 15,63%, Kardiomiopati 9,38%

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Dalam Peraturan Pemerintah itu, pemerintah memasukkan industri pakaian jadi (konveksi) dari tekstil sebagai bidang usaha yang memperoleh fasilitas pajak

Aloei Saboe Kota Gorontalo, diketahui bahwa terdapat 18 anak usia 3-5 tahun (prasekolah) dirawat pada bulan februari 2015, dan sebagian besar anak (90%) dari seluruh pasien anak

Penyusun mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul :

Pada umumnya tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mencapai profit yang maksimal dalam menjalankan usahanya, tidak terkecuali dengan bisnis Air Minum Dalam Kemasan

C Ratih memberitahu Sujata bahawa saya ingin membuat sebuah model rumah.. D Ratih memberitahu Sujata bahawa mereka ingin membuat sebuah

Dan saya tidak tahu juga, kalau suatu saat nanti kami ketemu dalam satu komunitas apakah kami sudah bisa saling menerima, atau berelasi dengan baik. Apakah kamu