• Tidak ada hasil yang ditemukan

33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan atau disebut dengan PraSiklus. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ngampin 01semester II tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 41 siswa. Untuk mengetahui keadaan PraSiklus atau sebelum tindakan, maka peneliti melakukan observasi terhadap hasil belajar siswa.

4.1.1 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

(2)

Tabel 4.1

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar PraSiklus

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan sudah mencapai 68.Pada pra siklus perolehan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 82-90sebanyak 3 siswa dengan persentase 7,31 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 73-81yaitu 12 siswa dengan persentase 29,26 %. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 64-73yaitu 11 siswa dengan persentase 26,82 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentan nilai 55-63 yaitu 12 siswa dengan pesentase 29,26%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 46-54 yaitu 2 siswa dengan persentase 4%.,87 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 37-45 yaitu 1 siswa dengan pesentase 2,43 %. Siswa yang sudah mencapai KKM (67) yaitu 23 siswa dengan persentase 56,09 % dan siswa yang belum mencapai KKM (67) yaitu 18siswa dengan

No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan

1 82 − 90 3 7,31 % Tuntas

2 73 – 81 12 29,26 % Tuntas

3 64 – 72 11 26,82 % Tidak Tuntas

4 55 – 63 12 29,26 % Tidak Tuntas

5 46 – 54 2 4,87 % Tidak Tuntas

6 37 – 45 1 2,43 % Tidak Tuntas

KKM 67 23 56,09 % Tidak Tuntas

18 43,91% Tuntas

Nilai Rata-rata 68

Nilai Tertinggi 90

(3)

persentase 43,91 %.Dari datadistribusi hasil belajar siswa pada pra siklus, dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar 4.1

Persentase Hasil Belajar PraSiklus

Gambar 4.1 Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran PraSiklus

menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≤67 atau belum mencapai KKM yaitu sebesar 44 % dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa.Siswa yang

mendapatkan nilai ≥67 atau sudah mencapai KKM yaitu sebesar 56 % dengan jumlah siswa sebanyak 23 siswa.Keseluruhan jumlah siswa kelas IV pada PraSiklus I terdapat perbedaan yang tipis antara jumlah siswa yang sudah mencapaiKKM (67) dengan yang belum mencapai KKM (67).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum ada tindakan, hasil belajar siswakelas IV SD Negeri Ngampin 01 terbilang rendah.

56% 44%

0%

0%

Tuntas

(4)

4.2 Deskripsi Siklus 1

4.2.1 Rencana tindakan

Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 1 pertemuan. Adapun rencana tindakannya yaitu setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas IV sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)dan alat penunjang lainnya yang perlu digunakan. Selain materi dan media pembelajaran yang didiskusikan dengan guru yaitu pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen.Sebelum mengajar pada pertemuan I, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus

I dengan pokok bahasan “Mengurutkan dan Membandingkan Pecahan”. Pada pertemuan I yang akan dibahas yaitu pengertian pecahan dan konsep pecahan dilanjutkan mengurutkan dan membandingkan pecahan kemudian diakhir pertemuan siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes silkus I.

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2015. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(5)

mengenai pecahan dikerjakan di dalam kelompok. Siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor dada siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil jawaban dari anggota kelompok lain. Kemudian siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dalam game dengan benar maka diberikan poin bagi kelompoknya. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.

Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Sebelum pembelajaran berakhir guru memberikan soal evaluasi untuk siklus I yang dikerjakan selama 25 menit. Setelah selesai guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

4.2.3 Observasi

(6)

Terkadang guru dalam pembelajaran masih belum menggunakan bahasa yang sesuai atau bahasa yang belum baku.

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran NHT yaitu ketika guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari ada sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri. Saat guru meminta bantuan salah seorang siswa untuk membantu menjawab tidak yang mau mengangkat tangan, namun saat guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan guru, siswa cenderung malu dan takut dalam menjawab. Siswa belum memperhatikan betul langkah-langkah pembelajaran NHT. Ketika mengerjakan LKS masih belum bekerjasama dengan baik. Dalam pengerjaan LKS siswa dengan nilai terbaik dikelas atau dapat dikatakan ketua dalam kelompok tersebut yang mendominasi pengerjaan, tetapi siswa sudah terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Dari observasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT kedalam kegiatan pembelajaran, siswa cenderung masih asyik memainkan alat peraga dan asyik berbicara, siswa juga belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran.

4.2.4 Hasil Tindakan Siklus I

4.2.4.1 Hasil belajar siswa

(7)

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan hanya mencapai 75,12. Pada Siklus I perolehan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 55. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 89-96sebanyak 5 siswa dengan persentase 12,19 %. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 81-88yaitu 6 siswa dengan persentase 14,63%. Siswa yang mendapat nilai pada rentang nilai 73-80yaitu 18 siswa dengan persentase 43,90%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 65-72yaitu 4 siswa dengan pesentase 9,75%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 57-64 yaitu 2 siswadengan persentase 4,87%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang nilai 49-56 yaitu6 siswa dengan persentase 14,63%. Siswa yang sudah mencapai KKM (67) yaitu 33siswa dengan persentase 80 % dan siswa yang belum mencapai KKM (67) yaitu 8

No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan

1 89 – 96 5 12,19% Tuntas

2 81 – 88 6 14,63 % Tuntas

3 73 – 80 18 43,90 % Tuntas

4 65 – 72 4 9,75% Tuntas

5 57 – 64 2 4,87 % Tidak Tuntas

6 49 – 56 6 14,63 % Tidak Tuntas

KKM 67 33 80 % Tuntas

KKM 67 8 20 % Tidak Tuntas

Nilai Rata-rata 75,12

Nilai Tertinggi 95

(8)

siswa dengan persentase 20 %. Dari data distribusi hasil belajar siswa pada pra siklus, dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar 4.2 Persentase Nilai Siklus I

Gambar 4.2 Diagram ketuntasan belajar pada pembelajaran Siklus I

menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai ≤67 atau belum mencapai KKM yaitu sebesar 20% dengan jumlah siswa sebanyak 8 siswa.Siswa yang mendapatkan nilai ≥67 atau sudah mencapai KKM yaitu sebesar 80% dengan jumlah siswa sebanyak 33 siswa.Sebagian besar dari keseluruhan jumlah siswa kelas IV pada PraSiklus mendapat nilai di bawah KKM (67).Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siklus I,hasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan, walaupun

20%

80%

Sales

(9)

peningkatannya belum begitu baik dengan bukti masih ada 8 anak yang belum mencapai batas ketuntasan KKM (67).Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa di atas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan pembelajaran kooperatif NHTdapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4.2.5 Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran NHT. Selain itu digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV. Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi guru kelas, guru observer, siswa, dan peneliti. Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT mendapat pengalaman dan wawasan baru dalam pembelajaran serta guru merasa lebih mudah dalam mengajar, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti.

Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada setiap kegiatan pembelajaran agar meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

(10)

2. Siswa lebih tertarik dalam belajar dengan menggunakan pembelajaran tipe NHT.

3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat.

4. Siswa sudah terarah dalam kegiatan kerjasama kelompok.

5. Antara rencana pembelajaran dengan proses pembelajaran sudah sesuai.

b. Kekurangan

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHTbelum terbiasa dilaksanakan siswa dalamkegiatan pembelajaran, sehingga siswa bingung dalam melaksanakan game dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Suasana kelas menjadi gaduh saat pembagian kelompok dan saat siswa berebut menjawab pertanyaan dalam game.

3. Masih ada beberapa siswa yang belum bekerjasama secara optimal. c. Penyelesaian

1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal pada setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.

2. Saat suasana gaduh maka guru dapat memberi peringatan bagi siswa yang gaduh maka point yang diperoleh dalam kelompoknya akan dikurangi. Dengan begitu siswa akan dapat terkendali dan tidak gaduh lagi.

(11)

4.3 Deskripsi Siklus II

4.3.1 Rencana Tindakan

Rencana pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan yaitu pertemuan I dan II. Adapun rencana tindakannya yaitu setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas IV sebagai guru kolaborator mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan alat penunjang lainnya yang perlu digunakan. Selain materi dan media pembelajaran yang didiskusikan dengan guru yaitu pembagian kelompok yang dilakukan secara heterogen.Sebelum mengajar pada pertemuan I, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya (RPP) pertemuan I, lembar kerja siswa, media pembelajaran, dan lembar observasi. Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) silkus I dengan pokok

bahasan “operasi hitung pecahan”. Pada pertemuan I yang akan dibahas yaitu penjumlahan dan penggurangan pecahan. Pada pertemuan II yang akan dibahas yaitu mengubah pecahan biasa menjadi desimal dan membulatkan pecahan desimal. Pada tahap akhir pertemuan II siswa diberikan tes evaluasi sebagai tes siklus II.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan I

Pelaksanaan siklus II pertemuan I dilakukan pada hari jumat tanggal 23 Maret 2015. Pada awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk berdoa, salam kemudian absensi dan dilanjutkan dengan pemberian apersepsi, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran, kemudian menyampaikan langkah-langkah pembelajaran menggunakan NHT.

(12)

penjelasan materi guru menggunakan alat peraga sebagai alat bantu penyampaian materi. Siswa juga diminta menggunakan alat peraga tersebut.Setelah penjelesan materi guru memberikan latihan soal di papan tulis, kemudian beberapa siswa diminta untuk maju mengerjakan soal latihan di papan tulis.Selanjutnya siswa dibagi menjadi 9 kelompok masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Anggota kelompok dibagi secara heterogen. Siswa diminta bergabung dengan anggotanya masing-masing kemudian kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. Guru memberikan LKS berisi pertanyaan mengenai operasi hitung pecahan. Selanjutnya siswa bekerjasama dalam kelompok berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.Setelah selesai mengerjakan LKS selanjutnya diadakan game. Guru memanggil siswa perwakilan masing-masing kelompok dengan nomor kepala siswa secara urut. kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri dan mencoba untuk menjawab pertanyaan. Siswa kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil jawaban dari anggota kelompok lain. Kemudian siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dalam game dengan benar maka diberikan poin bagi kelompoknya. Guru bertanya hal yang kurang jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.

(13)

b. Pertemuan II

Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II dilaksanaan pada hari selasa tanggal 24Maret 2015. Pada awal pembelajaran guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dan dilanjutkan mengoreksi PR. Setelah selesai guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya. Kemudiaguru bertanya kepada siswa pernahkah siswa menemui bilangan atau angka yang terdapat koma. Pertanyaan itu dimaksudkan untuk menuju materi pembelajaran yaitu membulatkan pecahan desimal dan operasi hitung pecahan desimal. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

(14)

jelas dalam diskusi setelah selesai siswa dibimbing guru meluruskan kesalahan pemahaman, memberi umpan balik sebagai penguatan.

Dalam kegiatan akhir guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik, siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi siswa dan melakukan refleksi. Kemudian guru memberikan soal evaluasi berbentuk pilihan ganda sebagai tes siklus II.

4.3.3 Observasi

a. Pertemuan I

(15)

b. Pertemuan II

Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik. Guru telah menjelaskan materi dengan baik. Dalam membimbing siswa sudah baik terlihat semua kelompok sudah dibimbing. Saat guru menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan, siswa sudah berani menjawab. Dalam menyimpulkan talah melibatkan siswa. Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan dengan baik. Ketika guru meminta siswa bergabung dengan kelompoknya sebagian besar anggota kelompok dapat bekerjasama dan saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah baik dan siswa menyimpulkan pembelajaran dengan baik

4.3.4 Hasil Tindakan Siklus II

4.3.4.1Hasil belajar siswa

(16)

Tabel 4.3

Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

D

dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa perolehan nilai Siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM (67) sebanyak 37 siswa dengan prosentase90%, sedangkan yang belum mencapai KKM (67) sebanya 4 siswa dengan prosentase 10%. Dari hasil evaluasi siklus II diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinngi 100. Berdasarkan Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.3 dapat digambarkan dalam grafik lingkaran sebagai berikut:

No Interval Nilai Frekuensi Persen (%) Keterangan

1 96 – 104 9 21,95 % Tuntas

2 87 – 95 4 9,75 % Tuntas

3 78 – 86 9 21,95 % Tuntas

4 69 – 77 15 36,58 % Tuntas

5 60 – 68 2 4,87 % Tidak Tuntas

6 51 – 59 2 4,87 % Tidak Tuntas

KKM 67 37 90 % Tuntas

KKM 67 4 10 % Tidak Tuntas

Nilai Rata-rata 80,85

Nilai Tertinggi 100

(17)

`

Gambar 4.3 Persentase Nilai Siklus II

Dengan demikian dalam pembelajaran kooperatif tipe NHThasil belajar siswa meningkat dibandingkan hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Dari hasil tes evaluasi siklus II diperoleh siswa yang tuntas 37 siswa atau 90% dari siswa keseluruhan.Berdasarkan indikator keberhasilan bahwa 80% siswa nilai diatas KKM (67) maka dapat disimpulkan pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan sesuai dengan yang diinginkan peneliti.

4.3.5 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan I dan II maka selanjutnya diadakan refleksi dalam bentuk diskusi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Diskusi ini dilakukan oleh guru kelas, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas IV.Dalam diskusi berisi tentang evaluasi bagaimana pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi guru kelas, siswa, dan peneliti.Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik, bagi siswa pembelajaran dirasa mudah diterima dan dipahami serta dengan kerjasama kelompok siswa yang berkemampuan rendah merasa terbantu oleh temannya

90% 10%

tuntas

(18)

yang berkemampuan tinggi tentang hal-hal yang belum dimengerti.Hasil refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari pembelajaran NHT.Setelah selesai pembelajaran pada siklus II pertemuan II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar KKM= 67 maka diperoleh sebanyak 37 dengan prosentase 90% siswa tuntas artinya 90% siswa telah tuntas dan rata-rata dari jumlah keseluruhan80,85. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa, peneliti memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan siswa dinyatakan hasil belajarnya meningkat yaitu dengan mencapai nilai ≥67.Dari hasil evaluasi siswapada siklus II ternyata ketuntasan siswa telah mencapai90%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukanhasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan penulis.

Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1. Rancangan pembelajaran sudah terprogram.

2. Siswa lebih tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Kegiatan pembelajaran nampak lebih baik, kerjasama siswa lebih meningkat.

(19)

4.4 Analisis Data Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II

Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokkan nilai keaktifan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4

Rekap Ketuntasan Siswa PraSiklus, Siklus I, Siklus II

Dari tabel di atas dapat diklasifikasikan menjadi: Klasifikasi tuntas artinya nilai ≥67

Klasifikasi tidak tuntas artinya nilai ˂67

Dari tabel 4.12 rekapitulasi pengelompokkan nilai diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematikaterbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 23 orang siswa.Sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 33 siswa dan siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 37 siswa atau semua siswa tuntas. Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 18 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran Matematika, setelah siklus I terdapat 8 siswa tidak tuntas dan siklus II terdapat 4 siswa tidak tuntas. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TNH dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Hasil belajar siswa meningkat dalam setiap siklusnya. Berdasarkan table 4.14 diatas tentang siswa tuntas dan tidak tuntas dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

kriteria

Prasiklus Siklus I Siklus II

(20)

Gambar 4.4 Pengelompokkan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Pada Tabel 4.12 dan diagram linear 4.5 menunjukkan pembelajaran kooperatif tipe NHTdapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar dan menurunnya jumlah siswa yang tidak tuntas.

4.5 Pembahasan

Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat memahami materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-37 siswa ini memang mempunyai kemampuan dalam belajar yang lebih baik dibandingkan teman-temannya walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 4 siswa yang lain belum bisa memahami materi yang disajikan oleh guru karena kemampuan mereka dalam belajar mereka rendah. Pemahaman materi dalam pembelajaran mereka rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor.Setiap individu siswa mempunyai faktor yang berbeda.Menurut informasi dari guru kelas IV, siswa satu mengalami

0 10 20 30 40

Pra siklus Siklus I Siklus II

Fr

eku

en

si

Peningkatan Ketuntasan Belajar

Tuntas

(21)

pemahaman materi pembelajaran yang kurang dikarenakan siswa banyak mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti mengikuti les taekwondo dan sepak bola, sehingga waktu untuk belajarnya kurang. Ada juga siswa dua yang memang kemampuan pemahaman terhadap pembelajaran kurang, siswa ini apabila diterangkan mendengarkan namun pada kenyataannya jika ditunjuk untuk menjawab soal misalnya tidak dapat menjawab dan hanya diam saja.

Menurut informasi dari guru kelas IV dan riwayat nilai dari kelas 1, siswa tiga mengalami pemahaman materi yang rendah karena memang siswa tersebut tergolong low learned terbukti dari kelas 1 ia selalu mendapat nilai yang rendah. Menurut guru kelas IV dan observasi oleh peneliti, siswa empat mengalami pemaham materi pembelajaran rendah karena siswa tersebut hiperaktif, sehingga ia tidak bisa fokus terhadap pembelajaran mengakibatkan perolehan hasil belajar yang rendah. Adanya tiga siswa yang mengalami kesulitan belajar, diperlukan tindakan yaitu pendekatan terhadap siswa dan menyesuaikan pembelajaran dengan karakter siswa tersebut, dan bila diperlukan guru sebaiknya memberikan tambahan pelajaran bagi siswa tersebut agar siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai siklus I dan II adalah sebagai berikut:

a. Siklus I

(22)

b. Siklus II

Pada Siklus II dengan penerapanpembelajaran kooperatif tipe NHTmelalui tes evaluasi siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=67) sebanyak 37 siswa atau 90% dan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=67) sebanyak 4 siswa atau 10%. Nilai rata-ratanya adalah 80,85 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 50.

Dari uraian diatas dapat dilihat kondisi PraSiklus Pada Siklus I dengan rata-rata nilai 75,12 dan terdapat 33 siswa tuntas dari 41 siswa. Pada Siklus II dengan rata-rata nilai 80.85 dan 37 siswa tuntas dari 41. Dapat dilihat dari hasil tersebut bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT baik digunakan untuk siswa yang belum tuntas maupun yang sudah tuntas. Dengan pembelajaran yang dilakukan menunjukan bahwa hasil belajar siswa meningkat.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT membutuhkan partisipasi dan kerjasama siswa. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai tujuan utama dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209).

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 4.1 Persentase Hasil Belajar PraSiklus
Tabel 4.2
Gambar 4.2 Persentase Nilai Siklus I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pencernaan lemak kemudian dilanjutkan di usus halus, lemak yang masuk dalam usus halus mengalami pencampuran dengan empedu dan cairan pankreas untuk

[r]

Sumbangan yang dapat diberikan oleh daya tarik pesan iklan di jejaring sosial terhadap minat membeli adalah besar namun masih ada aspek lainnya yang juga berpengaruh

Selain faktor iklim, faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya peningkatan populasi penggerek batang adalah terjadinya perubahan biologi hama, dari yang tadinya

Sistem informasi pengolahan data barang dan service komputer ini dapat menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mempermudah dalam mengolah data penjualan barang,

Penelitian yang dilakukan oleh Dewata (2015) Kualitas auditor (independensi auditor dan kompetensi auditor) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, artinya

LEMBAR HASIL PENILAIAN SEJA WAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW.. KARYA ILMIAH:

Sesuai dengan uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa faktor identifikasi partai memiliki pengaruh yang rendah terhadap perilaku memilih masyarakat Kecamatan