• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berita-berita terkait tindakan kriminal diberbagai media banyak menampilkan tentang maraknya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adikfif lainnya. NAPZA berupa zat yang apabila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati, dkk, 2009).

Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005). Penyalahgunaan NAPZA menduduki ranking 20 dunia penyebab angka kematian dan ranking ke 10 di negara berkembang, termasuk Indonesia (Viva News, 2014).

(2)

terungkap 108.107 kasus kejahatan NAPZA dengan jumlah tersangka 134.117 orang (Viva News, 2014).

Sumatera Utara menempati urutan kedua nasional sebagai pecandu NAPZA terbanyak setelah DKI Jakarta. Angka mengejutkan ditunjukkan dari jumlah 13.251.401 warga Sumatera Utara, terdapat 228.246 warga yang mengkonsumsi NAPZA. Bahkan 97.269 diantaranya masih berstatus pelajar. Setiap tahunnya sebanyak Rp. 3.116.997.611.148 digunakan oleh 228.246 warga Sumatera Utara untuk belanja NAPZA dengan berbagai jenis. Medan merupakan salah satu daerah pengguna napza tertinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di sumatera Utara (Sumut Pos, 2013).

Faktor resiko yang menyebabkan penyalahgunaan NAPZA menurut Soetjiningsih (2004) antara lain faktor genetik, lingkungan keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu.

(3)

Berkembangnya jumlah pecandu NAPZA juga ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal diri meliputi: minat, rasa ingin tahu, lemahnya rasa ketuhanan, dan kestabilan emosi. Dan faktor eksternal diri yang meliputi: gangguan psikososial keluarga, lemahnya hukum terhadap pengedar dan pengguna narkoba, lemahnya sistem sekolah termasuk bimbingan konseling, dan lemahnya pendidikan agama.

Dampak penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah terhadap kondisi fisik, kehidupan mental emosional dan kehidupan sosial. Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan untuk menyalahgunakan NAPZA. Dalam posisi demikian, hubungan anggota keluarga dan teman dekat pada umumnya akan terganggu. Kemudian pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi, serta kebutuhan akan zat bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai perceraian. Semua pelanggaran baik norma sosial maupun hukum umumnya terjadi karena kebutuhan akan penggunaan zat yang tidak tertahankan pada keadaan intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif (Alatas, dkk, 2006).

(4)

bersumber dari dukungan keluarga yang positif, dan dari masyarakat sekitar (Joewana, 2005). Sesuai dengan hal yang di ungkapkan oleh beberapa pengguna NAPZA saat dilakukan survey awal, bahwa keinginan untuk berubah atau untuk berhenti menggunakan NAPZA itu sering terlintas, namun untuk mewujudkannya sangatlah sulit. Selain dari kurangnya dukungan dari hal-hal yang diatas, hal ini juga disebabkan oleh ketidaktetapannya pemikiran dan pendirian pengguna yang juga disebabkan oleh NAPZA. Hari ini ingin berhenti, namun esok kembali menggunakannya.

Apabila seseorang yang sudah berusaha untuk berhenti menggunakan NAPZA tetapi tidak mendapatkan dukungan dari salah satu faktor diatas tentunya akan menimbulkan dampak yang lain. Sikap keluarga yang selalu mencurigai, memojokkan, mengungkit masa lalu, serta menjadikan pecandu sebagai “kambing hitam” atas setiap permasalahan yang tidak menyenangkan sering menyebabkan

terjadinya relaps (Joewana, 2005). Hal ini juga akan berdampak pada konsep diri pengguna, karena peran keluarga dalam pembentukan konsep diri seora ng anak itu sangat penting, meliputi: perasaan mampu atau tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak, kesempatan untuk identifikasi, dan penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai (Stuart & Sundeen, 1998).

(5)

menggunakannya. Untuk memperbaharui konsep diri yang telah dimiliki sebelumnya, pengguna NAPZA sangat membutuhkan bantuan dari orang disekitarnya untuk membantu membentuk konsep dirinya agar menjadi lebih baik (Yuanna, 2011).

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri ini pada dasarnya berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan seseorang mengenai dirinya sendiri (Sujono & Teguh, 2009).

Konsep diri juga termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan serta keinginannya (Sujono & Teguh, 2009).

Konsep diri meliputi gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri (Stuart & Sundeen, 1998). Individu yang memiliki kepribadian sehat pasti memiliki konsep diri yang positif. Ciri individu yang memiliki konsep diri positif yaitu memiliki gambaran diri yang positif dan akurat, ideal diri realistis, harga diri tinggi, kepuasan penampilan peran, serta identitas yang jelas (Sujono & Teguh, 2009).

(6)

tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya (Pudjigjoyanti, 1991). Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan pada pengguna NAPZA di rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre, beberapa diantara mereka mengatakan bahwa setelah orang-orang disekitarnya mengetahui bahwa mereka adalah pengguna, tidak sedikit dari masyarakat atau bahkan dari keluarga sendiri memandang mereka “sebelah mata”. Dukungan, motivasi, dan perhatian dari

orang disekitar juga dirasakan sangat berpengaruh terhadap pandangan pengguna NAPZA pada dirinya, bagaimana mereka bersikap pada sosial, dan dalam menjalani kehidupannya. Jika hal yang diterima itu positif, maka semangat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik setelah di rehabilitasi pun semakin baik. Mereka mengungkapkan bahwa motivasi terbesar untuk menjalani rehabilitasi dengan semangat adalah karena dorongan positif yang diterima dari keluarga, kepedulian keluarga yang ditunjukkan dengan datang menjenguk setiap waktu kunjungan, dan juga dukungan dari teman-teman yang selalu mensupport agar dirinya bisa berhenti menjadi pengguna NAPZA.

(7)

seluruh perilaku individu, maka seseorang harus memiliki konsep diri yang positif atau baik (Rakhmat, 2008).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk menggali lebih lanjut tentang bagaimana konsep diri pengguna NAPZA terhadap dirinya yang sedang menjalani proses rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. 1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, perlu dilakukan penelitian tentang Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre meliputi gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui gambaran diri pengguna NAPZA 1.3.2.2. Mengetahui ideal diri pengguna NAPZA 1.3.2.3. Mengetahui harga diri pengguna NAPZA 1.3.2.4. Mengetahui peran pengguna NAPZA

1.3.2.5. Mengetahui identitas diri pengguna NAPZA 1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi praktik keperawatan

(8)

diri yang positif pada pengguna NAPZA dalam memberikan askep di berbagai pusat rehabilitasi, rumah sakit dan tempat-tempat lainnya.

1.4.2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber data atau masukan dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai konsep diri pengguna NAPZA di pusat rehabilitasi.

1.4.3. Bagi pusat rehabilitasi

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pandangan konstruktivistik belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan individu yang belajar. Ia harus aktif

Pencatatan akuntansi yang diperlukan pada Kanwil ATR/BPN Sumatera Utara terhadap aktiva tetap pada saat perolehan dan digunakan dalam operasional pemerintahan

Karena dinyatakan dengan kata- kata atau bahasa dan secara lisan, humor yang ditunjang oleh implikatur yang dikandung tuturan Tralala itu adalah tipe humor verbal

(3) In Israilliyat history anyone has sanad confirming an interpretation of the verses of the al- Qur’an and others do not have sanad. When Israilliyat history does not

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979.Farmakope Indonesia.Ed 3.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.Jakarta.. Dewati,R.2008.Limbah Kulit Pisang Kepok sebagai

[r]

Tablet dengan Pengisi Pati Kulit Pisang.. Universitas

Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Mayjend HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara, diharapkan setelah dilakukan penelitian ini: pada faktor risiko umur, paritas, riwayat abortus