• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Evaluasi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum - Evaluasi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dibiayai oleh dana umum dan diperuntukkan bagi siapa saja (masyarakat umum) tanpa adanya diskriminasi.

Dalam UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Bab 1 pasal 1, dinyatakan bahwa “perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.”

Menurut Sutarno (2003 : 32) perpustakaan umum adalah :

Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya

Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan pengggunaanya tidak terbatas pada kelompok orang tertentu.” (Yusuf, 1996 : 17)

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000 : 4), dikemukaan bahwa “perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.”

(2)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

Sebagai suatu organisasi, perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam jangka tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, perpustakaan harus mampu menyusun berbagai program yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perpustakaan.

Pada tahun 1972 UNESCO mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum yang menyatakan bahwa perpustakaan umum harus terbuka bagi semua orang tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan dan ras. Tujuan perpustakaan umum dalam manifesto UNESCO yang dikutip oleh Jonner Hasugian (2009 : 77) dinyatakan :

1. Memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.

2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat,terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bahan pustaka.

4. Bertindak sebagai agen cultural artinya Perpustakaan Umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Gill (2010 : 2), tujuan didirikannya perpustakaan umum adalah : to provide resources and services in a variety of media to meet the needs of individuals and groups for education, information and personal development including recreation and leisure

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa tujuan didirikannya perpustakaan umum adalah untuk menyediakan literatur dan layanan dalam berbagai media untuk memenuhi kebutuhan individu dan kelompok dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, informasi dan

pengembangan diri.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan baik secara individu dan kelompok dalam berbagai bidang seperti pendidikan, informasi, dan pengembangan diri.

2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum

(3)

mencari informasi atau sekedar mendapatkan hiburan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat. Upaya-upaya pengelola perpustakaan agar masyarakat gemar membaca dan mau mengunjungi perpustakaan patut dihargai. Dengan semakin banyaknya pengguna/masyarakat yang mengunjungi dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di perpustakaan, mengindikasikan bahwa perpustakaan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000 : 6) dijabarkan fungsi perpustakaan umum sebagai berikut :

1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan.

3. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.

5. Pendayagunaan koleksi.

6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat. 7. Pemasyarakatan perpustakaan.

8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan. 9. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah.

10. Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana.

11. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.

Fungsi perpustakaan dari masa kemasa mungkin saja mengalami perubahan dan perkembangan, namun pada dasarnya fungsi perpustakaan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan berfungsi sebagai tempat untuk belajar secara mandiri, di situ pengguna dapat mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menambah ilmu dan wawasan. Siapapun dapat belajar di perpustakaan dengan mengikuti tata cara dan prosedur yang berlaku di perpustakaan tersebut. Dengan fungsi edukatif ini, perpustakaan membantu pemerintah, dalam program gemar membaca dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan belajar sepanjang hayat.

2. Fungsi Informatif

Perpustakaan mempunyai fungsi informatif, artinya informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dapat dicari di perpustakaan.

Jenis informasi yang akan di dapat tergantung jenis perpustakaannya, apakah itu perpustakaan perguruan tinggi perpustakaan khusus dan perpustakaan sekolah (informasinya biasanya bersifat ilmiah dan semi ilmiah ada juga yang non ilmiah/populer) ataupun perpustakaan Nasional dan perpustakaan umum (informasinya lebih beragam, dari yang populer hingga yang bersifat ilmiah).

3. Fungsi Kultural

(4)

Di perpustakaan juga tersimpan koleksi hasil karya budaya manusia dari masa-ke masa, yang dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari sejarah peradaban manusia. 4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan mempunyai fungsi rekreasi artinya, pengguna dapat mencari koleksiyang bersifat populer dan menghibur. Disamping itu, pengguna dapat menggunakan media audio visual serta koran yang disediakan di perpustakaan tersebut. Untuk beberapa perpustakaan, ada yang menyediakan taman dan mendekorasi ruang perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan, toko buku, warnet sampai mini market. (Yusuf, 1996 : 21)

Dari kedua uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum mempunyai fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi, referensi, preservasi dan konservasi, dan riset. 2.2Penggunaan Koleksi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online kata pakai berarti “mempergunakan”. Jadi keterpakaian koleksi adalah mempergunakan koleksi perpustakaan baik berupa buku maupun non buku untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi berbeda-beda (beragam) sesuai dengan latar belakang informasi, antara lain untuk meningkatkan pengetahuan, mengetahui perkembangan baru tentang ilmu pengetahuan, mendukung proses belajar-mengajar sarana hiburan dan lainya. Beragam latar belakang tersebut menyebabkan perbedaan dan tingkat keterpakaian sebuah koleksi.

Menurut Lasa HS (2005: 317) bahwa pemanfaatan koleksi seperti banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.

Sesuai dengan teori di atas maka keterpakaian koleksi dalam penelitian ini adalah diukur dari

koleksi buku yang dipinjam.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan koleksi merupakan salah satu unsur untuk mengetahui apakah koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan termanfaatkan secara efektif.

2.2.2Tujuan Pengunaan Koleksi Anak

(5)

dari pengalaman dan prinsip hidup. Koleksi yang baik tidak melupakan unsur-unsur kenikmatan, kesenangan serta sentuhan emosi, emosi yang di peroleh pembacanya ketika membaca karya tersebut. Selain itu karya yang baik merupakan pengendapan, wawasan, penelitian, dan ketrampilan pengarang yang berhubungan dengan cara-cara penulisan untuk anak.

2.3Tingkat Penggunaan Koleksi Anak

Menurut pendapat Murti (2004: 18-19) tingkat penggunaan koleksi ditentukan berdasarkan usia dari anak yang menggunakan koleksi antara lain :

1). Anak umur 0-2 tahun, buku untuk anak usia ini terbuat dari bahan yang tidak mudah robek, aman, jumlah halaman tidak lebih dari 10 halaman, buku dengan ilustrasi berwarna berani dan berbentuk jelas, serta cerita atau rangkaian kata yang

memancing interaksi. Untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran, serta memperkenalkan buku sebagai media interaksi antara orangtua dan anak.

2). Anak umur 2-3 tahun, buku dengan ilustrasi cerdas dan jenaka serta rangkaian kata yang dapat diucapkan bersama untuk mulai mengajak mereka berpikir kreatif. Jenis cerita yang disukai adalah cerita yang memperkenalkan tentang benda dan binatang di sekitar rumah, misalnya: sepatu, kucing, anjing, bola dan sebagainya. Memilih bahan bacaan tentang tokoh atau peran yang karakternya secara kontras berbeda. Hal ini untuk melatih mengidentifikasi aneka perasaan yang berbeda yang dirasakan oleh tokoh yang satu dengan yang lainnya. Sebaiknya lembaran buku terbuat dari bahan yang tidak mudah lecek atau rusak.

3). Anak umur 3-5 tahun, pilih buku yang mengandung pilihan kata yang cerdas dan kreatif serta ilustrasi yang menggugah imajinasi.

Buku-buku yang memperkenalkan huruf akan menarik perhatiannya, misal huruf-huruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang dan nama buah yang ada dalam cerita. Mengenal angka angka dan hitungan yang dijalin dalam cerita, misal jam berapa si tokoh bangun, ke sekolah, dan lain-lain. Menyediakan buku dengan tema permainan (misalnya puzzle), dan menyediakan literatur yang menekankan pada bacaan yang sifatnya menghibur yang memuat pesan moral. Buku bacaan yang sudah umum dengan tokoh yang sudah populer untuk cerita anak misalnya, si kancil, menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi atau gambar tentang adanya aneka peran, dan pekerjaan atau fungsi benda.

4). Anak umur 5-7 tahun, pilih buku dengan tema yang unik serta tokoh yang menarik. Pada usia ini mereka mulai mengembangkan daya fantasinya, mereka sudah dapat menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara. Cerita si Kancil atau cerita rakyat lainnya bisa mulai diberikan. Bila ceritanya panjang, lebih baik agak disederhanakan. Selain itu, anak-anak cenderung sudah mampu menikmati cerita yang menunjuk karakter sama dengan karakter pada umumnya. Menyediakan bacaan-bacaan cerita ringan, yang memuat cerita konflik dan solusinya ,misalnya kisah anak yang mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam keluarga.

(6)

juga cerita humor. Selain itu, menyediakan bacaan yang melukiskan anak mampu mengatasi ketegangan seperti cerita anak korban bencana alam dan juga dengan tema kemandirian seperti kisah Nabi Muhammad sewaktu kecil.

6). Anak usia 10-13 tahun, pada usia ini anak-anak sudah mandiri membaca buku,mulai menyadari emosi dan gagasannya sendiri, haus mengenal wawasan baru dan perlu memperkaya kosa kata dan gaya berbahasanya. Di usia ini, dapat memperkenalkannya pada buku tanpa gambar atau bergambar sedikit, agar ia dapat menggunakan imajinasinya untuk melihat dunia yang diceritakan oleh buku tersebut. Pada umumnya menyukai cerita dari jenis mitologi, legenda, dan fiksi ilmiah serta humor. Cerita yang diadaptasi dari biografi pun bagus untuk didongengkan pada anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat penggunaan

koleksi anak berbeda di setiap usia anak disesuaikan dengan keadaan dari pola pikir pada masing – masing anak.

2.4 PengertianEvaluasi

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran (Echols dan Shadily, 2000: 220). Banyak definisi evaluasi yang dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis (2000: 3) evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis (2000: 3) evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut Stufflebeam dalam Tayibnapis (2000: 14) “evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan”.

Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut:

Menurut Umar (2002: 36)“evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan–harapan yang ingin diperoleh”.

(7)

Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.

2.4.1 Evaluasi Koleksi

Evaluasi koleksi merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dalam meningkatkan kualitas suatu perpustakaan. Menurut Lasa HS (2001: 9) evaluasi adalah proses monitoring terhadap implementasi strategis dalam mengambil tindakan perbaikan agar kinerja organisasi itu sesuai dengan rencana strategis. Evaluasi merupakan salah satu dari tiga kegiatan dalam sistem menejemen strategis. Dua kegiatan lainnya adalah perencanaan dan implementasi.

Menurut Mosher dalam Hardi (2005: 30) keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan evaluasi koleksi antara lain

1. Mengetahui cakupan, kedalaman dan kelengkapan koleksi; 2. Membantu perencanaan pengembangan koleksi;

3. Membantu pengambilan keputusan kebijakan pengembangan koleksi; 4. Mengukur efektifitas kebijakan pengembangan koleksi;

5. Menentukan kualitas koleksi;

6. Meningkatkan kualitas koleksi dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada.

Dalam kegiatan evaluasi koleksi ada beberapa langkah yang harus dilakukan: 1. Menentukan standar maupun ukuran, sasaran, tujuan atau hasil yang akan dicapai. 2. Mengukur dan mencatat kinerja yang telah dicapai.

3. Mengadakan perbandingan antara rencana strategi dengan hasil kinerja yang telah dicapai.

4. Melakukan tindakan koreksi.

5. Terus menerus berusaha untuk memperoleh umpan balik faktor internal dan eksternal (Lasa HS, 2001: 9).

Dari beberapa pendapat tentang evaluasi di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan suatu proses kegiatan untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan suatu alat ukur tertentu dalam membantu memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan.

(8)

menggunakan kriteria tertentu, guna dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk mengetahui bagaimana keterpakaian koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip, Dokumentasi Propinsi Sumatera Utara.

2.4.2 Tujuan Evaluasi Koleksi

Tujuan evaluasi koleksi dapat dibagi menjadi dua kategori luas, yaitu alasan internal dan alasan eksternal.

1. Alasan Internal

Evaluasi koleksi bagi internal dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang kebutuhan pengembangan koleksi.

Pertanyaan yang dapat dijawab seperti: cakupan subjek koleksi, kedalaman koleksi, bidang koleksi yang kuat dan lemah, masalah yang ada dalam program dan kebijakan pengembangan koleksi.Selain itu evaluasi koleksi untuk internal dapat memberikan informasi bagi kebutuhan anggaran, misalnya anggaran untuk memperkuat koleksi yang lemah dan memelihara koleksi yang sudah kuat.

2. Alasan Eksternal

Alasan eksternal evaluasi koleksi antara lain: 1) kebutuhan institusi lokal

2) kebutuhan di luar organisasi.

Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Tujuan evaluasi koleksi terdiri dari beberapa unsur yang terdapat antara lain : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives).

(9)

pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah kegiatan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi koleksi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi agar dapat diambil keputusan untuk mengembangkan koleksi dari sebuah perpustakaan.

2.3.3 Teknik Evaluasi Koleksi

Teknik evaluasi koleksi merupakan cara dalam melakukan evaluasi koleksi.

Menurut Evans(2000) menyebutkan ada lima pendekatan terhadap evaluasi koleksi yaitu: Penyusunan statistik koleksi yang dimiliki, Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi, Pengumpulan pendapat pengguna, pengujian koleksi secara langsung dan penerapan standar yang melibatkan kegunaan-kegunaan metode-metode yang telah disebutkan di atas.

Yulia (1999: 8) menegaskan ada lima cara melakukan evaluasi kolesi yaitu:

1. Membandingkan koleksi dengan senarai standart yang diterbitkan. Misalnya catalog dan daftar standar seperti daftar-daftar terbitan American Library Associations (ALA) : Book for colege Libraries, Public Library catalog dan sebagainya;

2. Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustakaan sejenis yang besar. Misalnya dengan membandingkan data statistik untuk ukuran koleksi, pertambahan koleksi;

3. Melakukan kajian beberapa banyak koleksi yang digunakan;

4. Memeriksa koleksi dengan bantuan pakar pada subyek yang bersangkutan. Misalnya ahli geologi diminta membandingkan koleksi perpustakaan dengan daftar buku geologi yang dianggap baku maupun klasik;

5. Mengumpulkan pendapat pemakai. Misalnya mengedarkan angket kepada pengunjung mengenai koleksi perpustakaan, hasilnya dapat diketahui apa yang diinginkan dan apa yang masih kurang.

Pedoman untuk mengevaluasi koleksi juga dikeluarkan oleh American Library

Association (ALA’s Guide to the Library Collections) yang membagi metode kedalam

ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran-ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan (Evans, 2000).

Dalam metode terpusat pada koleksi ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu pencocokan terhadap daftar tertentu, penilaian dari pakar, perbandingan data statistik, dan perbandingan pada berbagai standar koleksi.

Menurut Sudjana (2006: 4)

(10)

melakukan analisis sitasi, melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca) dan memeriksa ketersediaan koleksi di rak”.

1. Metode evaluasi Terpusat Pada Koleksi

Sudjana (2006: 7) mengemukakan metode evaluasi terpusat pada koleksi memiliki beberapa cara antara lain:

a) Pencocokan Terhadap Daftar Tertentu

Metode ini merupakan metode lama dan pelaksanaannya penggunaan metode ini bisa dilakukan sendiri maupun dikombinasikan dengan metode yang lain. Caranya dengan mencocokan antara koleksi yang dimiliki perpustakaan dengan bibliografi standar. Hasilnya berupa prosentase. Semakin tinggi prosentase kecocokan antara koleksi dengan bibliografi standar untuk subyek tertentu, semakin baik.

b) Penilaian Pakar

Metode ini berfokus pada penelitian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaanya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kelemahan dan kekuatan koleksi. Metode ini melakukan peninjauan terhadap keseluruhan koleksi oleh pakar dengan menggunakan daftar penggerakan (shelf list).

c) Perbandingan Data Statistik

Metode ini digunakan dengan membandingkan jumlah koleksi di Perpustakaan dengan perpustakaan lain. Perbandingan antar perpustakaan menghasilkan data yang terbatas untuk evaluasi karena adanya perbedaan tujuan, program, dan jenis layanan.

d) Perbandingan dengan Berbagai Standar Koleksi

Pada metode evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan sebuah perpustakaan dengan standar yang memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi. Standar tersebut ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif.

2. Metode Evaluasi Terpusat pada Penggunaan

Metode evaluasi selanjutnya menurut sudjana (2006: 18) adalah : a. Kajian Sirkulasi

(11)

Metode ini digunakan penulis untuk melakukan evaluasi keterpakaian literatur anak di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara. Data primer yang dikaji adalah data statistik peminjaman untuk mengkaji masyarakat pemakai dan informasi apa yang diinginkan.

b. Pendapat Pengguna

Metode evaluasi koleksi dilakukan dengan meminta pendapat pengguna, baik pengguna potensial maupun pengguna aktual. Populasi pengguna harus acak agar semua unsur terwakili. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya apabila melakukan evaluasi koleksi dengan teknik ini, yaitu keobjektifan pengguna dalam memberikan jawaban, sistem temu kembali informasi dan masalah promosi perpustakaan. Menurut Sudjana (2006: 7) penentuan pertanyaan yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang akurat. Analisis komunitas pembaca melalui survai bisa dilakukan sehingga keputusan bahan pustaka tertentu harus dipilih dan bahan lainya tidak semata-mata karena pertimbangan yang melibatkan partisipasi pengguna.

c. Statistik Pinjam Antar Perpustakaan

Penggunaan metode evaluasi ini, melihat data statistik pinjam antar perpustakaan yang hanya dapat dilakukan untuk perpustakaan yang mempunyai layanan pinjam antar perpustakaan. Menurut Sudjana (2006: 8) metode ini dapat digunakan untuk menganalisis beberapa hal diantaranya adalah: untuk menggali pendapat mengapa perpustakaan lebih memilih pinjam di Perpustakaan lain, keramahan dalam pelayanan, kenyamanan ruang perpustakaan, kemudahan dalam menemukan buku, kedekatan dengan tempat tinggal, dan hal lain yang berhubungan dengan kecukupan koleksi.

d. Analisis Sitiran

Menurut Lasa (2001: 4) analisis sitiran merupakan bentuk kajian terhadap sejumlah rujukan yang terdapat pada karya tulis ilmiah. Dengan sistem ini dapat diperoleh gambaran adanya hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen atau karya tulis yang menyitir.

e. Kajian Penggunaan di Tempat

(12)

Kajian dapat dilakukan dengan cara menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna.

f. Ketersediaan Koleksi di Rak

Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Metode ini dilakukan dengan cara seperti yang dilakukan untuk kajianpenggunaan koleksi di tempat, hanya waktu pelaksanaan yang berbeda, yaitu dilaksanakan terus-menerus sepanjang tahun. Apabila hasil evaluasi prosentasenya tinggi berarti koleksi yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Bila prosentase penemuan rendah berarti ada dua kemingkinan, yaitu pertama perpustakaan memiliki koleksi tersebut tapi sedang dipinjam atau dibaca pengguna. Kemungkinan yang kedua adalah bahan pustaka yang dicari memang tidak dimiliki (Sujana, 2006: 10).

Untuk pengumpulan data ini diperlukan petugas khusus untuk melakukannya. Cara pengumpulan data bisa dilakukan seperti yang dilakukan untuk kajian di tempat. Namun untuk mendapatkan judul-judul bahan pustaka yang banyak diperlukan tetapi belum

tersedia di rak, bisa dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun. Pengguna diminta untuk menuliskan judul tersebut pada sehelai daftar isian yang akan dikaji oleh pustakawan pengembangan koleksi untuk keputusan pembelianya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa cara atau teknik dalam melakukan evaluasi koleksi sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna perpustakaan.

2.5 Layanan Anak

Menurut Darmono (2001: 134), “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”.

Salah satu layanan yang ada pada suatu perpustakaan adalah layanan anak. Menurut Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota: (Perpusnas, 2006: 41)

(13)

Libraries Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai umur 13 tahun, kelompok berkebutuhan khusus, orangtua dan anggota keluarga yang terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja dengan anak-anak, buku dan media.

Dapat diambil kesimpulan bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk memberikan/ menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu anak – anak agar dapat memperkenalkan perpustakaan dan meningkatkan minat baca sejak dini.

2.5.1 Tujuan Layanan Anak

Berdasarkan pendapat Yusuf (2003: 175) mengungkapkan tujuan utama dari layanan anak-anak yaitu:

1. Menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan pustaka,serta penyajian menarik perhatian anak dan mudah digunakan.

2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainya yang sesuai dengan usianya.

3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca (sebagai hobi) dan mendidik anak belajar mandiri.

4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang belajar seumur hidup.

5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya.

6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan sosial dalam masyarakat untuk mensejahterakan

anak-anak.

Sedangkan menurut IFLA Guidelines for Children’s Libraries Services, layanan anak bertujuan untuk:

a) Memfasilitasi hak setiap anak dalam : 1.Informasi

2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media 3. Pengembangan kebudayaan

4. Pengembangan pembaca

5. Pembelajaran seumur hidup/lifelong learning 6. Program kreatif pada waktu senggang

(14)

c) Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta pemerhatianak d) Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas

e) Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta keamanan mereka

f) Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan berkompetensi g) Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari layanan anak memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai hal sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya.

2.5.2 Fungsi Koleksi Anak

Ada beberapa fungsi yang dimiliki dari koleksi anak. Menurut Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah (1992 : 40), fungsi koleksi anak adalah :

a) Mengembangkan imajinasi

b) Meningkatkan minat dan kebiasaan membaca c) Memberikan sarana rekreasi yang mendidik.

2.5.3 Jenis – Jenis Layanan Anak

Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan kepada pengguna perpustakaan khususnya anak – anak. Di dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah(1992 : 38-39) disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan umum antara lain yaitu :

a) Peminjaman Buku b) Bimbingan Membaca c) Layanan Rujukan

d) Mendongeng (story telling) e) Pertunjukkan Film

(15)

2.6 Kategori Anak

Ada beberapa pembagian kategori anak. MenurutCharlotte Buhler, seorang ahli psikologi, dalam Practische Kinder Psychologie, 2006 mengemukakan masa perkembangan anak dan pemuda sebagai berikut:

1. Masa pertama, usia sampai 1 tahun

Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan. 2. Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun

Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya.

3. Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun

Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi. 4. Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun

Pertumbuhan jasmani sangat subur padausia 10 sampai 12 tahun. Kejiwaannya tampak tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk menghadapi perubahan yang akan datang. Ketika anak perempuan berusia 12 sampai 13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14 tahun, mereka mengalami masa krisis dalam proses perkembangannya.

5. Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah TA 2012 akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi

Program aplikasi yang dibuat dengan menggunakan Visual Basic 6.0 mampu menampilkan data penyewa, data transaksi, laporan harian dan bon yang dicetak pada alat pencetak

Pada penulisan ilmiah ini, penulis membuat sistem penyewaan tenda dan kursi pada CV.RAMADHAN, untuk membantu pengolahan data, sehingga menghasilkan perhitungan yang cepat dan

Penyebabnya adalah teknologi yang digunakan kurang sesuai dengan kebutuhan (khususnya pada perangkat lunaknya), dan tampilan pada bagian pengguna yang kurang informatif. Dalam

[r]

Penggunaan ASP pada aplikasi ini memungkinkan data diolah pada server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan dalam suatu database pemesanan tiket.

Negara Pada Akhir Tahun Anggaran 2015 serta pembayaran gaji induk bulan Januari 2A16,.. dengan ini kami mohon agar Saudara dapat menugaskan 1 (satu) orang petugas

Dengan menggunakan Asymetrix ToolBook II Instructor 5.0, aplikasi yang dibuat dapat menggabungkan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara dan animasi didalamnya