• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan dan Konseling id. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bimbingan dan Konseling id. pdf"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN KONSELING BAGI SISWA DILIHAT

DARI BERBAGAI SEGI

Oleh: Kelompok II

Maya Mentari Nismanto/14073027 Putri Mirzani Qisthi /1302816

Rahmat Rimansah/14073030 Winarto/14073034

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

(2)

ii

Dengan segala kerendahan hati, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpah curahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Bimbingan Dan Konseling tentang Latar Belakang Perlunya Bimbingan Dan Konseling Bagi Siswa Dilihat Dari Berbagai Segi”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Dan Konseling dan tentunya sebagai salah satu cermin pemahaman kami terhadap apa yang telah kami presentasikan, juga sebagai salah satu materi dan sumber ilmu tambahan buat pembaca agar lebih memahami perlunya BK bagi siswa yang dapat dilihat dari berbagai segi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua anggota kelompok yang telah membantu dan memberikan sumbangan pemikirannya hingga makalah ini tersusun.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik maupun saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Padang, 18 Februari 2015

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan Maklah ...2

D. Manfaat Makalah ...2

BAB II. PEMBAHSAN ...4

A. Latar Belakang Psikologi ...4

B. Latar Belakang Sosial Budaya ...7

C. Latar Belakang Pendidikan ...10

D. Latar Belakang IPTEK dan Globalisasi ...12

BAB III. PENUTUP ...25

A. Kesimpulan ...25

(4)

1 A. Latar Belakang Masalah

Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan serta menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar belakang dan sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana pentingnya penjelasan tentang latar belakang dan sejarah bimbinghan dan konseling. Seringkali timbul pertanyaan mengapa bimbingan dan konseling itu dirasakan perlu, bahkan mutlak harus dilaksanakan di sekolah dengan meninjaunya dari berbagai aspek sosio-kultural.

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang

bermutu salah satunya didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya.

(5)

2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, penulis mengemukakan beberapa rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa saja yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dan konseling 2. Apa saja yang menjadi latar belakang sosial budaya

3. Apa saja yang menjadi latar belakang pendidikan

4. Apa saja yang menjadi latar belakang IPTEK dan Globalisasi

C. Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan serta menambah ilmu pengetahuan mengenai pentingnya memahami latar belakang dan sejarah perkembangan bimbingan dan konseling. diharapkan dapat menjadi gambaran bagaimana pentingnya penjelasan tentang latar belakang dan sejarah bimbinghan dan konseling. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mejelaskan dan mendeskripsikan tentang:

1. Latar belakang psikologis. 2. Latar belakang sosial budaya. 3. Latar belakang pendidikan.

4. Latar belakang IPTEK dan Globalisasi.

D. Manfaat Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memiliki kegunaan dan manfaat bagi pembaca dan penulis, khususnya kalangan umum dan mahasiswa. Secara ringkas makalah ini mempunyai beberapa kegunaan secara praktis maupun secara teoretis. Ditinjau dari kegunaan praktis makalah ini diharapkan berguna bagi penulis yakni sebagai wahana menambah wawasan keilmuan dalam kajian ilmu pengetahuan, terutama tentang latar belakang perlunya bimbingan dan konseling, perkembangan bimbingan dan konseling serta posisi bimbingan dan

(6)
(7)

4 BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Psikologi

Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang

mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatar belakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku. Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya.

Pada zaman sebelum masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan banyak di hubungkan dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah membicarakan tentang aspek-aspek kejiwaan manusia. Dalam sejarah perkembangannya, psikologi di artikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Sejarah psikologi bahwa ilmu pengetahuan yang kita kenal, kebanyakan berpusat dari perkembangan awal sejarah eropa dari masa yunani, romawi hingga akhir abad ke 19, yang kemudian menyebar ke belahan dunia.

Pendekatan dan orientasi ilmu dalam dunia psikologi bermula dari filsafat pada masa yunani, yaitu masa transasi dari pola pikir animism ke natural science, yaitu pengetahuan bersumber dari alam.Pada masa ini perilaku manusia berusaha di terangkan melalui prinsip alam atau prinsip-prinsip yang di analogikan dengan gejala alam.

Tanah kelahiran psikologi adalah jerman , oleh karenanya munculnya psikologi tidak dapat di lepaskan dari konteks social jerman yang memiliki

(8)

dokter yang tertarik di bidang fisiologis, dimana fisiologis merupakan jalan bagi psikologiuntuk bisa masuk ke dalam ranah empiris ilmiah dan berdiri sebagai ilmu yang mandiri.

Mempelajari psikologi berarti ada usaha untuk mengenal manusia. Mengenal berarti memahami , kita dapat menguraikan dan menggambarkan tingkah laku serta kepribadian manusia yang bersifat aspek-aspeknya. Dengan mempelajari psikologi kita berusaha untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian itu misalnya keterbukaan yaitu , sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan-perasaan orang lain, sikap menghargai pendapat dari orang lain, dan sikap ini bersifat menetap dan menjadi ciri bagi orang yang bersangkutan , yang merupakan sifat yang unik , yang individual dan dari orang tersebut. Berbeda dengan hewan , tiap-tiap manusia sebagai individual terdapat aspek-aspek kepribadian yang khas, yang unik, dan yang beda dari yang lain, sehingga dapat membedakan manusia itu dari individu-individu lainnya. Jadi, sekalipun ada faktor tertentu yang sama, yang terdapat pada setiap manusia , manusia itu beda dari satu dengan yang lainnya.

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu :

1. Motif dan motivasi

2. Pembawaan dasar dan lingkungan 3. Perkembangan individu

4. Belajar dan penguatan 5. Kepribadian

Ada pun penjelasan dari masing-masing daerah kajian diatas adalah sebagai berikut :

1. Motif dan motivasi

(9)

6

sekunder tidak dibawah sejak lahir melainkan terbentuk bersamaan dengan perkembangan individu yang bersangkutan.

Motif yang telah berkembang pada diri individu merupakan sesuatu yang laten pada diri individu itu yang sewaktu-waktu dapat diaktifkan mendorong terwujudnya suatu tingkah laku. Motif yang sedang aktif biasanya disebut motivasi. Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian.

2. Pembawaan dan lingkungan

Setiap individu dilahirkan kedunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang dibawah sejak lahir itu sering disebut dengan pembawaan. Dalam arti yang luas pembawaan meliputi berbagai hal seperti warna kulit, bentuk warna rambut, golongan darah,kecendrungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasaan, kecendrungan cirri-ciri kepribadian tertentu.

Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah sama. Ada pembawaan yang tinggi sedang, kurang dan bahkankurang

sekali. Kadang-kadang kita jumpai individu dengan intelegensi yangamat tinggi (genius). Bakat yang amat istimewa atau pembawaan yang luar biasa baguisnya itu merupakan anugerah dari tuhan. Sebaliknya

kadang-kadang kita jumpai pula individu dengan intelegensi yang amat rendah. Pembawaan yang luar biasa rendahnya ini juga merupakan amanah dari tuhan, untuk tidak disiasiakan dan untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai dengan kemuliaan kemanusiaan.

3. Perkembangan individu

(10)

Bee, 1978). Lebih lanjut, Havighurtst menampilkan istilah tugas

perkembangan.

4. Belajar dan penguatan

Belajar merupakan konsep yang amat mendasar dari psikologi. Peristiwa belajar terentang dari bentuk-bentuk belajar yang ditandai oleh perubahan tingkah laku yang amat sederhana sebagai hasillatihan singkat sampai dengan proses mental tingkat tinggi. Pemberian penguatan dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal yang positif yang ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiatan belajarnmya itu; misalnya pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup tinggi, hasil belajarnya bagus, caranya menjawab soal-soal cermat, bahasanya lancer, pekerjaannya rapid an sebagainya.

5. Kepribadian

Sering dikatakan bahwah ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam khasana psikologi rumusan yang satu tentang kepribadiaan kayaknya masih sulit dicapai. Mengenai pengertian kepribadian ini, para

ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor-faktor fisik dan genetika, berfikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen dan Rosenzweiq, 1973). Sejumlah hasil studi

memperlihatkan adanya hubungan (meskipun hubungan ini tidak terlalu tinggi) antara bentuk tubuh dan ciri-ciri kepribadian dan hasil studi tentang anak kembar menunjukkan adanya pengaruh factor-faktor genetic terhadap asfek-asfek kepribadian. Demikian pula, pola berpikir (kognitif style) terkait pada cirri-ciri kepribadian.

B. Latar Belakang Sosial Budaya

(11)

8

mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

“kultur” dalam bahasa Indonesia.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Faktor-faktor sosial budaya yang menimbulkan kebutuhan akan bimbingan:

1. Perubahan konstelasi keluarga

Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis seperti peristiwa berikut

ini:

a. Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%. b. Persentase orang tua tunggal (single parrent) telah berlipat ganda. c. Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, pernikahan yang

berakhir dengan perceraian.

d. Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%. e. Sekor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir

f. Masalah nomor satu wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan).

g. Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di SMA.

(12)

Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid. Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.

3. Dunia kerja

Dalam dunia kerja bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan karena terjadi berbagai macam perubahan diantaranya sebagai berikut:

a. Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap pekerja yang tidak

memilki ketrampilan.

b. Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki ketrampilan teknik.

c. Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.

d. Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.

e. Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.

f. Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.

4. Perkembangan metropolitan

Dampak sosial yang buruk dari pertumbuhan kota di abad-21 terutama di kota-kota berkembang sebagai berikut:

(13)

b. Masalah pengangguran

c. Banyaknya tenaga kerja yang tidak memenuhi kebutuhan lapangan kerja di kota.

d. Banyaknya pemukiman ilegal didirikan.

e. Terbatasnya fasilitas air bersih dibanding banyaknya jumlah kebutuhan penduduk.

f. Lingkungan semakin buruk yang mengakibatkan meningkatnya angka kematian anak.

C. Latar Belakang Pendidikan Indonesia

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(14)

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia

jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of

the art) dan kemungkinan perkembangn yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Anggara, 2007:100).

(15)

kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran siswa sebagai pelaku sejarah zamannnya (Anggara, 2007:101).

Tidak dipungkiri bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia umumnya. Agakya pernyataan tersebut tidaklah berlebihan. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya, mengingat fenomena kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia khususnya generasi muda makin hari makin diragukan eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian, 2007:1).

Pelajaran sejarah adalah pelajaran yang mempelajari tentang ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis.

D. Latar Belakang IPTEK dan Globalisasi

1. Pendidikan dan IPTEK

Pendidikan mempunyai kaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti diketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Sebab, pada dasarnya IPTEK tercipta, berkembang, dan menjadi kebudayaan dan peradaban karena dan melalui pendidikan.

(16)

diterjemahkan menjadi program, alat, dan atau prosedur kerja yang akan bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan. Dengan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang harus mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat.

Dari sisi lain, pendidikan formal telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi suatu lingkup kegiatan yang luas dan kompleks. Konsekuaensi perkembangan pendidikan tu menyebabkan penataan kelembagaan, pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, dan lain-lain haruslah dilakukan dengan memanfaatkan iptek itu. Selanjutnya, karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi dari berbagai bidang ilmu segera diadopsi ke dalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh penyelenggaraan pendidikan itu.

Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kebutuhan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan,

teknologi, serta istilah lalin yang terkait dengannya. Pengetahuann (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.

Pengetahuan yang memenuhi criteria dan segi ontologism, epistemologis, dan aksiologi secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu ataupun ilmu pengetahuan (science). Kata ilmu sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuwan. Dengan demikian, pengetahhuan meliputi berbagai cabang ilmu (. Ilmu dasar terutama diilmu-ilmu sosia atau social science, dan ilmu –ilmu alam atau natural science), humaniora (seni, filsafat, bahasa, dan sebagainya) serta wahyu keagamaan atau sejenisnya.

(17)

4

bahan, alat, atau prosedur kerja. Kegiatan seperti ini biasa disebut pengembangan (development, dan tindakan lanjjut dan hasil kerja kegiatan pengembangan itulah yang disebut teknologi.

Landasan antologis dari ilmu berkaitan tentang persoalan-persoalan seperti apa yang ingin diketahui oleh ilmu, bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut dan bagaimana hubungan dengan manusia. Seperti diketahui, ilmu membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan alat0alat bantu (sepetti mikroskop, teleskop, dan sebagainya). Objek ilmu itu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Sesuatu yang diluar jangkauan pengalaman, umpamanya pengalaman sesudah mati adalah berada di luar objek ilmu. Tetapi hal-hal diluar jangkauan ilmu menjadi objek bidang-bidang lain seperti agama, kepercayaan, dan lain-lain.

Pengetahuan ilmiah pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan dari fakta atau kejadian alam yang sangat kompleks.

Untuk itu, ilmu mempunyai tiga asumsi tentang objek empiris itu, yaitu: 1. Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan datu sama lain yang

memungkinkan dilakukan klasifikasi.

2. Objek dalam jangkauan waktu tertentu tidak mengalami perubahan (kelestarian yang relative).

3. Adanya determinisme, bahwa sesuatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap.

Landasan epistimologi dari ilmu berkaitan dengan penggunaan metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yakni bagaimana prosedurnya, apakah harus diperhatikan agar diperoleh kebenaran, cara teknik saran apa yang membantu untuk mendapatkannya.

(18)

Landasan aksiologi dari ilmu berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan ilmiah itu, yakni: untuk apa pengetahuan ilmiah dipergunakan, bagaimana kaitannyan dengan nilai-nilai moral? Ilmu telah bejasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu juga digunakan untuk mengancam martabat dan kebudayaan manusia. Oleh karena itu, ilmu sering dianggap netral, ilmu itu bebas dari nilai, baik atau buruk, dan sangat tergantung dari moral si empunya ilmu. Dengan kata lain, manusia pemilik ilmu harus menentukan. Apakah ilmunya itu bermanfaat bagi manusia atau sebaliknya.

2. Globalisasi dan Pendidikan

Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan

internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)

sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah

Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa

dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang

(19)

6

curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan

orang dengan globalisasi:

a. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya

hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.

b. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan

batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

c. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin

tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

d. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi

dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini

berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

Abad ke-21 sebagai pemuka millennium ketiga, yang mulai dan

(20)

berbagai perubahan yang sangat dahsyat dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagaimana banyak difikirkan oleh para futurelog, pda abad ke-21 ini, kehidupan dunia akan semakin mengglobal, dimana interaksi-komunikasi antar manusia, tidak lagi dibatasi oleh sekat-sekat territorial, dan pada gilirannya konsep Negara bangsa (state nation) menjadi memudar. Dalam era ini, umat manusia hidup bagaikan sebuah desa global (Global Village). Itulah sebabnya abad ini disebut dengan Era Globalisasi.

Bagi bangsa Indonesia, kehidupa dalam Era itu merupakan tanttangan yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus dihadapi. Tidak ada pilihan bagi seluruh bangsa Indonesia, sebagaimana jadi bangsa-bangsa lainnya di dunia untuk mengisolasikan diri dari pengaruh globalisasi itu. Runtuhnya tembok Berlin, maupun terbukanya tembok Cina, merupakan pertanda bahwa tidak ada kekuatan yang mampu membendung derasnya arus globalisasi.

Pertanyaannya ialah: bagaimana kesiapan bangsa Indonesia menghadapi era Globalisasi? Di dalam berbagai forum yang

membicarakan globalisasi, kita mendapatkan satu kunci tentang antisipasi globalisasi, yaitu SDM. Tetapi bagaimana akan kualitas SDM kita? Hal inilah yang kemudian menjadi perbincangan banyak pihak selama ini,

tidak saja di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian dunia.

(21)

8

pendapatan perkapita melorot dari 1000 dolar Amerika pada masa pra-krisis, menjadi hanya kira-kira 300 dolar Amerika saat ini.

Dengan kondisi seperti itu, akankah Indonesia menutup pintu masa depannya. barangkali, tidak seoramg pun yang berharap menjawab “ya”

untuk pertanyaan itu. Itulah sebebnya maka perlu pemahaman akan globalisasi dan dampaknya bagi pendidikan. Adapun tujuan mempelajari kecenderungan globalisassi bagi mahasiswa, ialah agar mereka warga Indonesia punya konsepsi dan solusi bagi bangsa Indonesia tentang masa depannya, dengan memperhitungkan kecenderungan yang akan terjadi, baik peluang maupun tantangan, kita dapat memahami dimana posisi kita, selanjutnya berfikir tentang apa yang harus kita lakukan melalui pendidikan.

3. Ciri-ciri masa depan dan Globalisasi

Kecenderungan kehidupan di masa depan, khususnya di abad 21 dan implikasinya dalam berbagai bidang kehidupan telah menjadi bahan kajian yang menarik perhatian para ahli, sehingga muncullah ilmu baru

tentang masa depan yang disebut Futurelogy. Telah banyak pakar yang menngeluti bidang baru ini, diantaranya yang paling popular adalah Alvin Tofler dan John Naisbitt.

Alvin Tofler, dalam bukunya yang sangat terkenal The Wind Wave, membagi peradaban manusia berdasarkan bududaya teknologi dalam tiga gelombang, yaitu gelombang pertama teknolgi pertanian (800SM-1500M), gelombang kedua teknologi industry (1500M-1970M) dan gelombang ketiga teknologii informasi (1970M-2000M). Tofler juga meramalkan muncuknya lima gelombang yang akan datang, yaitu era industry rekreasi, era bio-teknologi, era mega material, era atom baru, dan era angkasa luar. Tofler juga mempertajam tesisnya tentang masa depan, terutama mengenai implikasi gelombang dan ketiga gelombang selanjutnya dalam aspek-aspek politik, social, ekonomi, hukum, dan pendidikan.

(22)

juga meningkatkan umat manusia (terutama yang memegang kuasa) untuk melakukan antisipasi terhadap fenomena masa depan itu. Dalam kata pengantar bukunya yang terbaru, yang ditulis bersama istrinya Heidi Tofler, creating a new civilization (1995) Toffler memperingatkan

“persaingan global berarti bahwa kita tida dapat kembli ke komformitas (persesuaian), uniformitas(keseragaman), birokkrasi, dan ekonomi berkekuatan brutal era-dewan. Tetapi gelombang ketiga bukan sekedar pemasalahan teknologi dan ekonomi. Ia melibatkan persoalan moralitas, budaya dan gagasan. Demikian pula institusi dan struktur politik. Singkatnya, hal ini menyiratkan (perlunya) sebuah transformasi sejati Dallam urusan-urusan manusia.”

Selain tofler, john Nasbitt juga banyak menulis tentang masa depan. Beberapa buku Nasbitt yang terkenal adalah global Nasbitt (1995), global paradox (1995), megatend 2000 (1991) dan megatrends Asia (1995). Tesis pokok dari Nasbitt ialah bahwa dimasa depan akan terjadi perubahan-perubahan besar dalam berbagai dimensi kehidupan, di

terutama yang menjadi pemicu ialah ekonomi dan teknologi. Peta kekuatan (terutama ekonomi) dunia di masa depan, kata Nisbitt akan berubah drastic. Dalam Global paradox (1995), Naisbitt menyatakan

(23)

Baik Toffler maupun Naisbitt setuju bahwa ciri utama massa depan adalah teknologi informasi, bahkan Era informasi ini sering disebut sebagai Era Cybernetic atau Era maya. Pada Era ini, informasi memegang perang yang sangat sentral sebagaimana manufaktur (pabrik-pabrik) dalam era industry. Begitu dahsyatnya era informasi ini sehingga meruntuhkan batas territorial bahkan juga batas-batas idiologi Negara. Dunia menjadi sedemikian kecil, bagaikan sebuah desa, atau yang disebut McLuthan

sebagai “Global Village” sehingga konsep Negara bangsa (nation-state) menjadi memudar.

Selanjutnya, era informasi ditandai dengan aksesibelitas informasi

global yang sangat cepat dan tinggi. Seperti dikatakan Naisbitt “ dewasa

ini orang-orang berkomunikassi setiap saat dengan orang lain di seluruh

dunia, bahkan dengan tidak mengetahui dimana mereka berada”. Hal itu

dimungkinkan berkat kemajuan teknologi super-simbolik menurut istilah Toffler, seperti computer, telepon seluler, internet dan sebagainya.

Dengan demikian kekuatan utama ekonomi Negara pada

masa-masa mendatang bukan lagi terletak pada sumber-sumber phisik, seperti tanah, sumber daya alam , pabrik dan barang-barang, melainkan informasi. Karena informasi itu bersifat software, maka ia bersifat pengetahuan

(knowledge). Dengan demikian, asset atau modal utama menyambut masa depan adalah pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan sangat menentukan.

(24)

pemecahan masalah secara otoriter, (5) munculnya transformasi baru dalam berbagai aspek kehidupan.

Dengan menganalisis pikiran-pikiran Naisbitt, Pantini (dalam Fathurrahman, 2000:21) menyimpulkan bahwa ada 10 kecenderungan besar di era globalisasi yang memiliki implikasi untuk pendidikan. Sepuluh kecendrungan itu adalah :

a. Pergeseran masyarakat petani ke masyarakat industry b. Teknologi tradisional ke teknologi tinggi

c. Ekonomi nasional ke ekonomi global d. Rencana jangka pendek ke jangka panjan e. Sentralisasi ke desentralisasi

f. Ketergantungan ke kemandirian g. Dari proteksi ke kompetensi

h. Demokrasi perwakilan ke demokrasi parsipatoris i. Dominasi utara (atlantik ) ke selatan (pasifik) j. System tunggal ke system majemuk

4. Implikasi pendidikan untuk pendidikan

Era globalisasi memiliki dampak ganda bukan saja terhadap aspek-aspek phisisk seperti ekonomi, teknologi dan industry, tetapi juga

berdampak pada kehidupan social, politik, menejemen dan pendidikan. Dalam bukunya Tumbelence in The world politics, Wave (dalam jalal dan Supriadi, 2001:58) mengidentifikasi lima proses globalisasi, yaitu:

a. Globalisasi yang diakibatkan oleh budaya teknologi

b. Globalisasi karena masalah-masalah lingkungan dan kependudukan. c. Globalisasi karena lemahnya kemampuan Negara dalam mengatasi

masalahnya.

d. Globalisasi karena munculnya su-sub kelompok masyarakat baru (LSM)

e. Globalisasi karena meningkatnya keahlian, kependidikan, dan kebudayaan warga Negara.

(25)

meredam gkobalisasi, sebab energy globalisasi itu bukan saja datang dari luar, tetapi juga mengalir dari dalam.

Makaminan Makagiansar (dalam fathurrahman 2002:22) dalam forum konvensi ACT (Asian Council of Teacher) di Singapura 6-8

Desember 1998, melalui tajuknya “shift in global paradigms and Teacher

of Tomorrow” menyetakan tentang pengaruh global terhadap pola piker,

dan peran guru di masa mendatang. Menurutnya, tuntutan berpikir guru abad ke-21 berubah dari berpikir kompertemental (berpikir parsial, terkotak-kotak) ke berpikir holistic. Dengan kata lain, guru masa depan adalah guru yang berwawasan global.

Selanjutnya, menurut Makagiansar, disamping perubahan paradigm berfikir, juga terjadi beberapa perubahan paradigm dalam dunia pendidikan di abad ke-21. Perubahan paradgma itu adalah:

a. Dari paradigm belajar terminal, ke paradigma belajar sepanjang hayat b. Dari peradgma belajar persial ke belajar hokistik

c. Dari paradigm pengajaran skolastik/akademik ke pengajaran

total/seimbang

d. Dari parradigma guru terisolasi ke paradigma guru timwork e. Dari paradigm orientasi eksklusif ke orientasi kerjasama

f. Dari paradigama hubungan guru-murid konfrontatif ke hubungan kemitraan.

Berdasarkan kecenderungan-kecenderungan globalisasi seperti yang diuraikan, serta pengaruhnya terhadap kehidupan domestic di Indonesia, maka dalam beberapa decade selanjutnya akan terjadi beberapa kecenderungan di Indonesia, yaitu:

a. Transformasi demografis, yaitu terjadi perubahan struktur kependudukan (jumlah penduduk, jumlah angkatan kerja, jumlah kemiskinan dan sebagainya)

b. Ekonomi yang semakin berbasis industry dan teknologi

c. Struktur dan jumlah angkatan kerja yang makin bervariasi, dari pekerja otot ke pekerja otak, dari pekerja kasar, ke pekerja piker.

(26)

e. Terjadinya persaingan (kompetisi) dalam berbagai bidang.

Globalisasi bisa dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubungan ekonomi, sosial, dan kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang dan waktu. Dengan demikian, globalisasi hampir melingkupi semua hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, kemajuan teknologi, informasi, komunikasi, transportasi, dll. Itulah antara lain, kecenderungan globalisasi dan pengaruhnya di Indonesia yang harus direspon oleh dunia pendidikan. Kemajuan SDM Indonesia di masa depan sangat bergantung kepada bagaimana kita hari ini mempersiapkan anak-anak didik. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perubahan. Maka, pendidikan di Indonesia harus dapat mengantisipasi dampak globalisasi, sesuai pula dengan tuntutan masyarakat madani di masa depan. Oleh karena itu untuk menyesuaikan Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi, maka perlu diperhatikan bahwa:

a. Dalam berbagai takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan

hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya

pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh.

b. Dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang. c. Alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga

(27)

4

(28)

A. Kesimpulan

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan sejumlah landasan. Pertama landasan filosofis. Pemikir filosofis menuntut konselor bekerja secara cermat, tepat dan bijaksana. Kedua landasan sosial budaya yang mengingatkan bahwa bimbingan dan konseling yang hendak dikembangkan adalah bimbingan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan kebinekaan budayanya. Ketiga landasan pendidikan dimana pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan. Keempat landasan Pendidikan mempunyai kaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti diketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan. Sebab, pada dasarnya IPTEK tercipta, berkembang, dan menjadi kebudayaan dan peradaban karena dan melalui pendidikan.

B. Saran

Dengan adanya Bimbingan Konseling, diharapkan semua mahasiswa untuk selalu menggunakannya secara baik agar tujuan pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Selain itu penulis beharap semoga makalah yang kami

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.1992.Psikologi Umum.Jakarta.PT Rineka Cipta.

Aziz, M.yusuf. dkk. 2007. Bahan Ajar Landasan Pendidikan. Darussalam : Unsyiah. http://www.slideshare.net/ssusercb7d08/dampak-globalisasi. diakses tanggal 20

februari 2015.

Prayetno & Erman Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbimngan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, mendukung

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kecerdasan logik matematika dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Metode penelitian

Bila Anda mengatakan “tidak” pada undangan teman bisnis maka Anda dapat menggunakan pendekatan perencanaan langsung atau tidak langsung, tergantung

Kedepannya, penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan teknik kontrol keseimbangan yang lebih kompleks pada semua gerakan robot baik pada saat masa

Pada Nozick dapat dikatakan bahwa ia mewakili apa yang disebut sebagai individualisme ekstrim, di mana hak yang melekat pada setiap individu sebagai subjek hak melekat begitu saja

Hasil pengujian ini nampaknya tidak dapat mendukung pendapat Wentzel (2002) dan Linquist (1995) yang menyatakan tidak ada pengaruh antara persepsi Keadilan Prosedural

Tabel 2 menunjukan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu pada konsentrasi ekstrak etanol daun sirih merah 25%, yang dilihat dari tidak adanya pertumbuhan bakteri