• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Guru dalam Melaksanakan Bimbinga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Guru dalam Melaksanakan Bimbinga"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Guru dalam Melaksanakan Bimbingan dan Konseling A. Guru sebagai Tokoh Kunci dalam Bimbingan

Oemar Hamalik dalam Afifuddin, (1990 : 52-71) menyatakan bahwa dalam sistem dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. Kendati dewasa ini konsep CBSA telah banyak dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada

hakikatnya, para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Peranan guru yang begitu besar dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, inovator, dan kooperatif.

1. Guru sebagai ukuran kognitif. Tugas umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada siswa. Hal-hal yang diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu, guru harus memenuhi ukuran kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya agar siswa dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran adalah merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur, motivasi dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang disampaikan dan dipelajari oleh siswa, keterampilan guru menyampaikannya dan alat bantu pengajaran yang membantu jalannya pewarisan itu.

2. Guru sebagai agen moral dan politik. Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat karena fungsinya mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung dan memiliki kemampuan kognitif lainnya. Keterampilan tersebut dianggap sebagai bagian dari proses pendidikan moral karena masyarakt yang telah pandai membaca dan berpengetauan akan berusaha menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan kriminal dan menyimpang dari ukuran masyarakat.

Guru juga merupakan gambaran sekaligus berperan sebagai agen politik. Guru menyampaikan sikap kultur dan tindakan politik masyarakat kepada generasi muda. Kemauan-kemauan politik masyarakaat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.

3. Guru sebagai inovator. Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut masyarakat agar senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek sehingga menuntut adanya inovasi pendidikan yang menimbulkan perubahan baru dan kualitatif berbeda dari sebelumnya. Tanggung jawab

melaksanakan inovasi itu, diantaranya terletak pada penyelenggaran pendidikan di sekolah, dan guru memegang peranan utama.

(2)

Dalam proses pengajaran di sekolah, peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian sempit, yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru adalah dalam pengorganisasian lingkungan belajar dan fasilitator mengajar.

Peranan guru dalam pengorganisasian lingkungan belajar meliputi peranan-peranan yang spesifik, yakni :

1. Guru sebagai model

Anak atau siswa selalu berkembang ke arah idealisme dan kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan teladan. Karena itu, guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan, keterampilan dan kepribadian. Guru harus berusaha memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan menggairahkan siswa untuk belajar, menyediakan

kesempatan bagi anak terlibat dalam perencanaan bersama guru, memungkinkan secara direktif.

2. Guru sebagai perencana

Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum harus diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan operasional. Dalam perencanaan ini, siswa harus dilibatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka.

3. Guru sebagai peramal

Peranan guru sebagai peramal atau pendiagnosis kemajuan belajar siswa erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian memiliki arti yang penting, baik bagi siswa, orangtua dan guru sendiri.

4. Guru sebagai pemimpin

Guru adalah pemimpin dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya manajerial yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas, menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya. 5. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber

Curtis mengemukakan bahwa guru memiliki komponen-komponen lingkungan tertentu, yang terdiri dari: (1) sumber-sumber guru, (2) sumber-sumber manusia, (3) sumber-sumber masyarakat, (4) sumber-sumber media, dan (5) sember-sumber kepustakaan. Jadi, jelaslah bahwa sumber belajar itu memang sangat luas. Kemampuan guru menyediakan dan menunjukan jalan ke arah sumber-sumber tersebut sangat diperlukan. Kemampuan ini merupakan bagian integral dari kompetensi profesional guru.

6. Guru sebagai fasilitator belajar

Peranan sebagai fasilitator mengandung implikasi bagi guru dalam bentuk peranan sebagai berikut.

a. Guru sebagai pemimpin dalam proses kelompok

(3)

menerima umpan balik darinya. Agar mampu mengemban tugasnya dalam proses kelompok itu, guru dituntut memiliki berbagai keterampilan, misalnya cara memilih pemimpin, merumuskan tujuan kelompok, dan mendiskusikan nilai b. Memberikan bimbingan dan pelayanan kepada siswa

c. Model peranan

Peran dan Fungsi Guru BK

Bimbingan itu suatu proses, artinya bahwa kegiatan bimbingan bukan sekali jadi melainkan sebagai suatu proses berkelanjutan sesuai dengan dinamika perkembangan individu. Selanjutnya Haditono menyatakan bahwa “bimbingan adalah bantuan dari seseorang kepada orang lain baik anak-anak, orang muda maupun orang tua untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan unsur cara pengatasannya sendiri”. Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses bantuan dari seseorang kepada orang lain secara berkelanjutan untuk mengembangkan pandangannya sendiri, membuat keputusan sendiri dan unsur pengatasannya sendiri.

1) Pengertian Konseling. Walgito menyatakan bahwa “konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”. Pepinsky mengemukakan bahwa “konseling adalah interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing sebagai konselor dan klien, terjadi dalam suasana profesional untuk memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien”. Berdasarkan kedua pendapat di atas maka konseling dapat didefinisikan sebagai bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam memecahkan masalahnya yang terjadi dalam suasana profesional dengan wawancara untuk memudahkan perubahan dalam tingkah laku klien dan mencapai kehidupan yang sejahtera.

2) Unsur-unsur Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling mempunyai unsur-unsur yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Adanya wawancara langsung (face to face) dari dua individu, satu sebagai konselor dan yang lain sebagai klien.

b) Adanya masalah yang dihadapi klien yang harus dipecahkan.

c) Klien sangat memerlukan bantuan dari konselor dalam memecahkan masalah.

d) Ada hubungan timbal balik, saling menghargai dan menghormati sehingga tumbuh saling percaya mempercayai.

e) Konselor membantu untuk meningkatkan kemampuan agar klien mampu memecahkan masalahnya sendiri.

3) Fungsi Bimbingan Konseling. Marsudi dkk menyatakan bahwa bimbingan konseling mempunyai fungsi:

a) Fungsi Pemahaman, fungsi pemahaman akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak tertentu (konselor) guna mengembangkan kemampuan siswa. Fungsi pemahaman ini meliputi:

1. Pemahaman tentang subyek sasaran

2. Pemahaman tentang lingkungan siswa termasuk keluarga, dan lingkungan sekolah terutama oleh siswa sendiri dan konselor.

(4)

b) Fungsi pencegahan (preventif), adalah fungsi bimbingan yang sifatnya mencegah, menghindarkan diri subyek bimbingan agar terhindar dari permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat, atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan.

c) Fungsi perbaikan, pengobatan (curative), adalah bimbingan yang menghasilkan terpecahkannya masalah yang dihadapi individu (siswa) siswa yang sedang bermasalah ibarat berada dalam kondisi yang tidak enak, ia perlu bantuan orang lain agar kondisinya berubah menjadi enak.

4) Tujuan Bimbingan Konseling. Marsudi dkk mengemukakan bahwa tujuan bimbingan konseling adalah:

a) Memiliki kesadaran diri, yakni mengenal dirinya dan kekhususan dirinya sendiri. b) Mengembangkan sikap positif.

c) Membuat pilihan secara sehat. d) Mampu menghargai orang lain. e) Memiliki rasa tanggung jawab.

f) Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi. g) Dapat memecahkan konflik.

h) Membuat keputusan secara efektif.

5) Prinsip Bimbingan Konseling. Belki dalam Marsudi mengemukakan ada 6 (enam) prinsip bagi konselor agar bimbingan konseling di sekolah memiliki makna, yaitu:

a) Konselor sejak awal harus memiliki kinerja yang tinggi sehingga harus bekerja keras melaksanakan bimbingan.

b) Konselor harus bekerja secara profesional menghindarkan sikap elitis (kesombongan, keangkuhan) profesional dan atau menjaga hubungan harmonis dengan personil sekolah yang lain.

c) Konselor harus mampu menerjemahkan peranannya dalam kegiatan nyata atau layanan bimbingan yang dilakukan memberi manfaat nyata bagi siswa.

d) Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa baik siswa yang gagal, suka mengganggu teman, siswa yang mungkin putus sekolah, memiliki masalah, mengalami kesulitan belajar, prestasi rendah, pemalu dan sebagainya.

e) Konselor mampu mengembangkan potensi siswa melalui berbagai kegiatan.

f) Konselor mampu bekerja sama secara efektif dengan kepala sekolah untuk menegakkan citra bimbingan konseling.

6) Azas-azas Bimbingan Konseling. Marsudi dkk mengemukakan bahwa azas-azas bimbingan konseling adalah: Azas Kerahasiaan, Azas kesukarelaan, Azas keterbukaan, Azas kekinian, Azas kemandirian, Azas kegiatan, Azas kedinamisan, Azas keterpaksaan, Azas normative, Azas keahlian, Azas alih tangan, Azas Tut Wuri Handayani.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, proses pendidikan Islam harus mampu menyentuh totalitas potensi yang dimiliki peserta didik yang meliputi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, sosial,

- Contoh gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi - Informasi - Bimbingan Kelompok - Konseling perorangan - Informasi - Bimbingan Kelompok

- Contoh gambaran kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi - Informasi - Bimbingan Kelompok - Konseling perorangan - Informasi - Bimbingan Kelompok

Perubahan kurikulum tekait dengan proses pengembangan atau perubahan kurikulum itu sendiri yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan mutu kurikulum itu ke arah yang

Pada kelompok masyarakat Eurasia, terjadi proses perkembangan menu makanan yang berdampak pada terbentuknya kelas sosial dalam masyarakat.. 23 Makanan mengalami

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan keterampilan proses merupakan pengembangan keterampilan intelektual sebagai penggerak

kualitas perencanaan pembelajaran; (2) meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar; (3) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran; (4)

Dari pernyataan dan permasalahan tersebut di atas yang terjadi dikalangan peserta didik akibat efek negatif media sosial sehingga peneliti dapat mengkaji lebih dalam hal tersebut dengan