• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN R (8)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN R (8)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila dalam kontes ketatanegaraan Republik Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi pembukaab UUD 1945 yang merupakan deflarasi dan negara Indonesia yang membuat Pancasila sebagai dasar negara,tujuan negara serta bentuk negara Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Oleh karena itu segala a spek dalam pelaksanaan dan pengelolaan anggaran negara diatur dalam suatu sistem peraturan perundang-undangan.

Pancasila merupakan suatu asas kerohanian negara sebagai sebab merupakan suatu sumber nilai, norma, dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara Republik Indonesia.

(2)

C. Tujuan

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN SEBAGAI SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM.

Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi Negara atau (Staatsidee). Dalam pengertian ini pancasila

(4)

yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga

merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau Dalam

kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.

Sebagai sumber dari segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka Setiap produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum dalam

ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif lainnya.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan di aktualisasikan di dalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu

sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib

(5)

Berarti semua sumber hukum atau peraturan2, mulai dari UUD`45, Tap

MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang2), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres (Keputusan Presiden),

dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya, harus berpijak pada

Pancasila sebagai landasan hukumnya.

Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak

boleh bertentangan dengannya.

Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka seluruh produk hukum yang

ada di Negara RI sejak tahun 1945 sampai sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, ‘Batal Demi Hukum’. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila, telah dianulir.

Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh diubah.

 Kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai Sumber hukum Positif

(6)

unsur yang menurut ilmu hukum di syaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di indonesia (rechts orde) atau (legai orde) yaitu suatu kebulatan dan keseluruhan peraturan- peraturan hokum

Dengan di cantumkanya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD 1945, maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif, dengan demikian tata kehidupan benegara tidak hanya bertopang pada asas- asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya yaitu panduan asas- asas kultural.

B. MAKNA ISI PEMBUKAAN UUD 1945

Donderdag 28 Maret 2013

Sejarah Dibentuknya UUD 1945

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945 merupakan badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 1945, Ir. Soekarno

(7)

Kemudian Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sedangkan pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

PENGERTIAN ISI PEMBUKAAN UUD 1945

Undang-Undang Dasar 1945 beserta pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaannya merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia.

Pembukaan UUD 1945 juga merupakan sumber motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia mencapai tujuannya.

Di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat 4 alinea yang merupakan sumber hukum tertinggi. Dan dibawah ini merupakan makna dari setiap alinea UUD 1945, yaitu:

1. Alinea Pertama

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.

(8)

merdeka, dengan demikian segala bentuk penjajahan haram hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusian dan keadilan.

(9)

2. Alinea Kedua

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adildan makmur”.

Kalimat tersebut membuktikan adanya penghargaan atas

perjuangnan bangsa Indonesia selama ini dan menimbulkan kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dengan keadaan kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Nilai-nilai yang tercermin dalam kalimat di atas adalah negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan.

Berdasarkan prinsip yang bersifat universal pada alinea pertama tentang hak kodrat akan kemerdekaan, maka bangsa Indonesia

merealisasikan perjuangannya dalam suatu cita-cita bangsa dan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan akan kemerdekaan pada alinea pertama.

Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di samping sebagai suatu bukti objektif atas penjajahan pada bangsa Indonesia, juga

(10)

Hasil dari perjuangan bangsa Indonesia itu terjelma dalam suatu Negara Indonesia. Menyusun suatu negara atas kemampuan dan kekuatan sendiri dan selanjutnya untuk menuju pada suatu cita-cita bersama yaitu suatu masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran.

3. Alinea Ketiga

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaanya”.

Pernyataan ini bukan saja menengaskan lagi apa yang menjadi motivasi riil dan materil bangsa Indonesia untuk menyatakan

kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan menjadi spritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan kemerdekaannya atas berkah Allah Yang Maha Esa

Pengakuan “Nilai religius”, yaitu dalam pernyataan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini mengandung makna bahwa negara Indonesia mengakui nilai-nilai religius, bahkan merupakan suatu dasar negara (sila pertama),sehingga konsekuensinya merupakan dasar dari hukum positif negara maupun dasar moral negara.

(11)

bangsa Indonesia. Juga yang terpenting adalah merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pengakuan ‘nilai moral’ yang terkandung dalam pernyataan

didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Hal ini mengandung makna bahwa nagara dan bangsa Indonesia mengkui nilai-nilai moral dan hak kodrat untuk segala bangsa. Demikian juga nilai-nilai moral dan nilai kodrat tersebut merupakan asas bagi kehidupan kenegaraan bangsa Indonesia.

4. Alinea Keempat

(12)

Setelah dalam alinea pertama, kedua dan ketiga dijelaskan tentang alasan dasar serta hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsip-prinsip serta pokok-pokok kaidah pembentukan pemerintahan negara Indonesia. Dimana hal ini dapat disimpulkan dari kalimat

“...kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia...”.

Pemerintahan dalam susunan kalimat “Pemerintahan Negara Indonesia...”, hal ini dimaksudkan dalam pengertian sebagai

penyelenggara seluruh aspek kegiatan negara dan segala

kelengkapannya (goverment) yang berbeda dengan pemerintahan negara yang hanya menyangkut salah satu aspek saja dari kegiatan

penyelenggaraan negara yaitu aspek pelaksana.

Tujuan Pembukaan UUD 1945

Dibuatnya pembukaan UUD 1945 pastinya mempunyai sebuah

tujuan. Tujuannya agar masyarakat indonesia mendapatkan keadilan dan

kemakmuran baik secara materi maupun spiritual. Jika diperhatikan,

tujuan bangsa indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 mencakup 3

hal, antara lain :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

(13)

2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa.

3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Dari Dari poin-poin diatas kita dapat menyimpulkan bahwa

negaraIndonesia melindungi negara dan seluruh warga negaraindonesia

yang berada di dalammaupun di luar negeri. Selain itunegara kita

menginginkan situasidan kondisi rakyat yang bahagia,makmur, adil,

sentosa.

Sedangkan jika berdasarkan susunan Pembukaan`UUD 1945, maka

dapat dibedakan empat macam tujuan sebagaimana terkandung dalam

empat alenia dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai berikut :

· Alinea I, untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan

kemerdekaan sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat

yang bersifat mutlak dari moral bangsa Indonesia untuk merdeka.

· Alinea II, untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin

dicapai dengan kemerdekaan yaitu terpeliharanya secara

sunguh-sungguh kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan bangsa, negara

dan daerah atas keadilan hukum dan moral, bagi diri sendiri dan pihak lain

serta kemakmuran bersama yang berkeadilan.

· Alinea III, untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi

(14)

warga Indonesia yang luhur dan sucidalam lindungan Tuhan Yang Maha

Esa.

· Alinea IV, untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan

dasar-dasar tertentu yang tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD

1945, sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis

yaitu dalam realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia yang

berdasarkan Pancasila.

C. Isi Pembukaan UUD 1945 sebagai Staatsfundamentalnorm

Menjelaskan isi Pembukaan UUD 1945, Pembukaan sebagai Staatsfundamentalnorm

Pembukaan UUD 1945 dengan nilai-nilai luhurnya menjadi suatu kesatuan integral-integratif dengan Pancasila sebagai dasar Negara

Tentang Tujuan Negara

 Tujuan Khusus

Terkandung dalam anak kalimat “.., untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Tujuan khusus dalam kalimat tersebut sebagai relisasinya adalah dalam

(15)

1. Hubungan secara Formal atau pengertian negara hukum formal. Hal ini dalam hubungannya dengan tujuan negara hukum adalah

“Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di bidang

pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik. Akan tetapi dalam perpaduaanya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaotu perpaduan asas-asas cultural, religius, dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.

2. Hubungan Secara Material atau pengertiaan negara hukum material. Hal ini dalam hubungannya dengan pengertian tujuan negara hukum adalah “Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok kaidah negara yang fundamental, maka secara material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental.

(16)

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial…. “

Tujuan negara dalam anak kalimat ini realisasinya dalam hubungan dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu diantara bangsa-bangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal inilah yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif

Pembukaan UUD 1945

Seluruh peraturan hukum yang ada di dalam wilayah negara Republik Indonesia sejak saat di tetapkannya pembukaan UUD 1945 secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945 telah memenuhi syarat sebagai suatu tertib hukum negara. Adapun syarat-syarat tersebut pada hakikatnya sebagaimana terkandung dalam UUD 1945 itu sendiri.

Di dalam suatu tertib hukum terdapat urutan-urutan susunan yang bersifat hierarkhis, dimana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD maupun convensi, yang pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi yang dalam ilmu hukum tata negara disebut sebagai staatsfundamentalnorm.

(17)

menetapkan berdirinya negara Republik Indonesia setelah menetapkan secara yuridis berdirinya negara Indonesia berserta pembukaan UUD 1945, maka berakhirlah adanya kualitas pembentuk negara dan rakyat Indonesia secara keseluruhan merupakan unsur dari negara.

Semua asas yang terdapat dalam alinea I, II, dan II tersebut pada hakikatnya merupakan suatu asas pokok bagi alinea IV, atau merupakan konsekuensi logis yaitu isi alinea IV merupakan tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang terkandung dalam alinea IV yang merupakan konsekuensi logis atas kemerdekaan yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang meliputi empat prinsip negara yaitu :

1. tentang tujuan Negara

Yang tercantum dalam kalimat “… melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…”(yang merupakan suatu tujuan khusus) dan “… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosia…”(merupakan tujuan umum atau internasional).

2. tentang hal ketentuan diadakannya UUD Negara

(18)

3. tentang hal membentuk Negara Yang termuat dalam pernyataan

“… yang terbentuk dalam suatu susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat…”

4. tentang dasar filsafat (dasar kerohaniaan) Negara

Yang termuat dalam kalimat yang adil dan beradab, Pesatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Seluruh isi yang terdapat dalam alinea IV tersebut pada hakikatnya

merupakan suatu pernyataan tentang pembentukan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Maka kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama: menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam penbukaan UUD 1945 telah terpenuhi adanya empat syarat adanya suatu tertib hukum.

(19)

1. Dasar tujuan negara. (baik tujuan umum maupun khusus) 2. Ketentuan di adakanya UUD negara

3. Bentuk negara

4. Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)

suatu sistem pemerintahan tergantung pada cita hukum yang dijadikan dasar pemerintahan tersebut, cita hukum ini ialah konstruksi pikiran yang merupakan keharusan untuk mengarahkan hukum kepada cita-cita yang diinginkan masyarakat. T anpa dasar cita hukum ini, suatu tatanan hukum akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum, dan apakah hukum tersebut yang berlaku adil atau tidak adil.

Cita hukum ini akan terwujud dalam bentuk norma hukum negara yang tertinggi yang disebut norma fundamental negara, atau

Staatsfundamentalnorm.

Begitu penting kedudukan Staatsfundamentalnorm ini bagi existensi suatu negara, karena akan menjadi jatidiri suatu negara. Perubahan

Staatsfundamentalnorm akan merubah jatidiri suatu negara yang akan berakibat terwujudnya suatu negara yang lain.

(20)

hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Dengan demikian tidak merubah Pembukaan Undang-Undang Dasar.

Negara Republik Indonesia adalah tepat sekali ditinjau dari teori ketatanegaraan, karena tidak membubarkan suatu negara dan

membentuk negara baru.

Pandangan dari Legalitas Hukum TAP MPRS No. XX/MPRS/1966, diantaranya menyebutkan bahwa :

“Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan yang memuat Pancasila sebagi Dasar Negara, merupakan suatu rangkaian dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan oleh karena itu tidak dapat dirubah oleh siapapun juga, termasuk MPRS hasil pemilihan umum, yang berdasarkan pasal 3 dan pasal 37 Undang-Undang Dasar berwenang menetapkan dan merubah Undang-Undang Dasar karena merubah isi Pembukaan berarti pembubaran Negara…” dengan demikian tidak

merubah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sesuai dengan hukum yang berlaku di negara Indonesia.

(21)

pandangan filsafati yang melandasi perumusan batang tubuh konstitusi, yang dijadikan pegangan dalam hidup bernegara. Bahkan karena dalam Pembukaan itu termuat Staatsfundamentalnorm, maka merubah

Pembukaan suatu UUD berarti merubah atau membubarkan suatu Negara.

1. Hakikat Pembukaan UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi

Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia, memiliki dua aspek yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi. Sementara kedudukan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia.

(22)

Sebagaiman isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya diwujudkan ke dalam pasal-pasal UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif dibawahnya seperti Ketetapan MPR, UU, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,PP dan peraturan-peraturan lainnya. Maka seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan UUD 1945 yang mengandung asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara RI.

b. Pembukaan UUD 1945

Pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat unsur-unsur yang memuat ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde), atau legal order, yaitu suatu keseluruhan peraturan-peraturan hukum.

Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu : a. Adanya Kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum.

b. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum dan sumber dari segala sumber hukum.

c. Adanya kesatuan daerah di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku.

(23)

berlaku

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama : Menjadi dasar tertib hukum, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan empat syarat adanya tertib hukum Indonesia.

Kedua : Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan

kedudukannya sebagai asas hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (Konvensi) serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974: 45)

c. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental

Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang

fundamental (Staaatsfundamentalnorm) yang menurut ilmu hukum tata negara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain :

a. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :

(24)

- Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)

b. Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :

- Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD 1945.

- Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.

- Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang menentukan adanya UUD 1945 yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis maupun tidak tertulis, jadi merupakan sumber hukum dasar negara.

- Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang

fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.

Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945, walaupun pada akhirnya mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Di satu pihak ada pendapat yang

(25)

menyatakan bahwa keduanya terpisah. Namun karena hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi kelangsungan hidup negara, kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak berubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.

2. Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.

Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali tetapi antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan kausal organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di sini adalah

keduanya mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri, di mana Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib hukum Indonesia.

(26)

Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak dapat diubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara, hal ini berdasarkan alsan-alasan sebagai berikut : 1. Menurut tata hukum, suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya daripada penguasa yang menetapkannya. 2. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi di negara RI. Selain itu, Pembukaan UUD 1945 mengandung faktor-faktor mutlak bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia.

3. Selain dari segi yuridis formal juga secara material, yaitu hakikat isi, Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah dan senantiasa melekat pada kelangsungan hidup negara RI.

1. Kedudukan Pembukaan dalam UUD 1945

Pembukaan Konstitusi, baik yang secara resmi disebut dengan nama Pembukaan maupun tidak, memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara (kaidah fundamental hidup bernegara). Isi pembukaan

(27)

pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita hukum yang melandasi lahirnya hukum negara, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis di Indonesia. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber tertib hukum Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pokok kaidah negara yang fundamental. Secara konkret pokok-pokok kaidah negara yang fundamental itu adalah dasar negara Pancasila. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD 1945.

D. Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945

sebelum Diamandemen.

Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang 7

kunci pokok sistem pemerintahan. Yaitu :

• Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)

• Sistem Konstitusional.

• Kekuasaan tertinggi di tangan MPR

• Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di

bawah MPR.

(28)

• Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab

terhadap

DPR.

• Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahan

Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan

presidensial.

Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawah

kepemimpinan Presiden Suharto.

Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah adanya kekuasaan

yang amat besar pada lembaga kepresidenan.

Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasar UUD

1945 adalah sebagai berikut :

• Pemegang kekuasaan legislative.

• Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.

• Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.

• Panglima tertinggi dalam kemiliteran.

• Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari utusan daerah

atau golongan.

• Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.

(29)

dengan Negara lain.

• Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain.

• Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan.

• Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi.

Dampak negative yang terjadi dari sistem pemerintahan yang

bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut :

• Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu

presiden.

• Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.

• Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk

loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan presiden.

• Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang – orang yang

dekat presiden.

• Menciptakan perilaku KKN.

• Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara.

• Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden.

Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang bersifat

presidensial ini adalah sebagai berikut :

(30)

• Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.

• Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat dihindari.

Indonesia memasuki era reformasi. Dimana bangsa Indonesia ingin

dan bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.

Oleh karena itu perlu disusun pemerintahan berdasarkan konstitusi

(konstitusional). Yang bercirikan sebagai berikut :

• Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif.

• Jaminan atas hak – hak asasi manusia dan warga Negara.

II. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 setelah

Diamandemen.

Pokok – pokok sistem pemerintahan ini adalah sebagai berikut :

• Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Wilayah

Negara terbagi menjadi beberapa provinsi.

• Bentuk pemerintahan adalah Republik.

• Sistem pemerintahan adalah presidensial.

• Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan.

• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab

kepada presiden.

• Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.

(31)

peradilan di bawahnya.

Sistem pemerintahan ini pada dasarnya masih menganut sitem

presidensial. Hal ini terbukti dengan presiden sebagai kepala Negara dan

kepala pemerintahan. Presiden juga berada di luar pengawasan langsung

DPR dan tidak bertanggung jawab terhadap parlemen.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di

Indonesia adalah sebagai berikut :

• Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas usul dan

pertimbangan dari DPR.

• Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu pertimbangan

dan/atau persetujuan DPR.

• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan

dan/atau persetujuan DPR.

• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk

undang – undang dan hak budget (anggaran).

Dengan demikian, ada perubahan – perubahan baru dalam sistem

pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki sistem

(32)

and balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada

parlemen untuk melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.

REALISASI HAK-HAK ASASI MANUSIA

Manusia adalah mahluk Tuhan yang merupakan mahluk pribadi dan sekaligus mahluk sosial. Artinya manusia yang merupakan pribadi harus hidup bersama –sama dengan sesama manusia. Tidak mungkin manusia hidup sendiri tanpa bantuan dan kerjasama dengan manusia lainnya. Manusia adalah pribadi artinya manusia adalah subyek yang berdiri sendiri, yang mampu mengerti dan menentukan sikap terhadap diri sendiri dan terhadap obyek di sekitarnya, dan di alam semesta. Manusia sebagai mahluk pribadi dan sosial mengembangkan jasmani dan rohaninya

dengan melakukan perbuatan dalam kehidupan bersama sesama manusia.

Untuk dapat hidup dan menjaga kelangsungan hidupnya manusia oleh sang Pencipta dilengkapi dengan kemampuan-kemampuan cipta, rasa dan karsa dan hak-hakserta kewajiban-kewajiban asasi.Hak-hak asasi manusia secara universal juga mendapat tempat dalam dasar Negara RI. Bentuk konkret realisasi hak asasi manusia dalam konsep hidup

berdasarkan Pancasila, yakni :

(33)

Oleh karena manusia mendapat bebas untuk beribadah menurut agama dan keyakinan masing-masing dan dilindungi negara.

b. Tuhan menciptakan manusia yang dibekali dengan kemampuan dan hak asasi serta kewajiban-kewajiban asasi untuk dapat hidup dan

menjaga kelangsungan hidupnya serta mencapai tujuan hidupnya secara beradab.

c. Tuhan menghendaki manusia hidup dalam kebersamaan, Tidak

mungkin manusia hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu manusia harus mampu bersatu dan menjaga hubungan harmonisasi dengan sesamanya.

d. Hak berpendapat dan menyampaikan keinginan setiap insan dikelola secara perwakilan dan setiap keputusan adalah hasil dari musyawarah untuk mufakat.

e. Manusia berhak mendapat keadilan yang sama tanpa pandang bulu, untuk mendapat kesejahteraan dan kemakmuran hidup.

(34)

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat adanya tertib hukum Indonesia karena merupakan tertib hukum tertinggi dan ditempatkan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Pembukaan UUD 1945 tetap berkaitan erat pada kelangsungan hidup negara dimana didalamnya terkandung nilai-nilai hukum Tuhan, Hukum kodrat dan hukum etis.

Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang utuh dimana Pancasila sebagai substansi esensial dari pembukaan dan mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukaan.

Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Oleh karena itu, dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negar diatur dalam system peraturan perundang-undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

B. SARAN

Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-

Nilai yang terkandung dalam Pancsila. Dalam konteks kehidupan

(35)

mengaplikasikan semua aspek-aspek yang terkandung dalam Pancasila ke dalam kehiduupan sehari-hari.

Penyimpangan-pennyimpangan terhadap nilai-nilai hokum, baik itu yang sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan

Referensi

Dokumen terkait

Islam, dan tidak bagi agama yang lain, mereka merasa kalimat ini sesuai dengan ajaran Islam karena tidak akan melukai dan menggangu hak-hak agama yang lain, dengan kata

Evaluasi teknis dilakukan terhadap peserta yang memenuhi syarat evaluasi administrasi. Unsur-unsur yang dievaluasi sesuai dengan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan :

Adapun materi dan objek komparatif yang dikorelasikan dengannya adalah berupa (a) Gambaran tentang Konsepsi Bunga Padma yang tersurat dalam naskah manuskrip

Berdasarkan hasil peneliti mendapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki kinerja yang baik.Kinerja seorang dosen di dalam suatu perguruan

Pada data klien didapatkan keluhan nyeri dada sebelah kiri menjalar kepunggung, didapatkan pada hasil EKG yaitu Q patologis dan didapatkan pula hasil

Kompetensi Dasar : 9.1 Mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional ( to get things done ) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek sederhana dengan menggunakan ragam

Perhitungan pada motor dengan piston ukuran standard digunakan sebagai bahan perbandingan saja, guna melengkapi analisis yang dilakukan Dibawah ini adalah

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian , ( Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal.. pengertian metode quick on the draw, tujuan dan manfaat metode quick on the draw,