• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Jumantik Terhadap Program Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Angka Bebas Jentik di Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung Kota Adminstrasi Jakarta Timur Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Jumantik Terhadap Program Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Angka Bebas Jentik di Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung Kota Adminstrasi Jakarta Timur Tahun 2017"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

6

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Definisi DBD

DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus denguedi berbagai wilayah di Indonesia (Depkes RI, 2010).

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

2.1.2 Gambaran klinis DBD

Penyakit DBD memiliki tanda – tanda demam disertai sakit kepala, nyeri retro–orbital, mialgi, artralgia, uji serologi positif, tidak ada kebocoran plasma, trombositopenia (pergub DKI Jakarta No 63 tahun 2011).

(2)

Universitas Sumatera Utara

WHO 1997 memberikan pedoman untuk membantu menegakan diagnosis DBD secara dini berdasarkan gejala, disamping menetukan derajat beratnya penyakit (Rezeki, 2004):

Berdasarkan klinis:

a. Demam mendadak tinggi yaitu ≥ 39°C selama 2-7 hari.

b. Perdarahan(termasuk uji bendung +)seperti petekie epstaksis, saluran cerna,lokasi bekas tusukan jarum,dan hematermes/melena.

c. Hepatomegali dimata hati kita dapat teraba dan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.

d. Renjatan (syok): nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan arkal dingin.

Berdasarkan berat penyakit:

a. Derajat I : demam dengan uji bendung +

b. Derajat II : demam dengan uji bendung + dan pendarahan spontan c. Derajat III : nadi cepat dan lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg

hipotensi,akral dingin

d. Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur Berdasarkan laboratoris:

a. Trombositopenia (≤100.000/µl).

b. Hemokonsentrasi (kadah Ht ≥ 20% dari normal).

(3)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Penyebab DBD

Penyebab penyakit ini sudah dikenal sejak lama yaitu virus dengue yang termasuk famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Virus yang berukuran kecil (50 nm) ini mengandung RNA berantai tunggal. Virionnya mengandung nukleonkapsid berbentuk kubus yang terbungkus selubung lipoprotein. Genome virus dengue berukuran panjang sekitar 11.000 pasangan basa, dan terdiri dari tiga gen protein struktural yang mengodekan nukleokapsid atau protein inti (core), satu protein terikat membran, satu protein penyelubung (envelope) dan tujuh gen protein nonstruktural (nonstruktural). Selubung glikoprotein berhubungan dengan hemaglutinasi virus dan aktivitas netralisasi (Salmiyatun, 2004).

(4)

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Mekanisme dan Vektor Penularan DBD 2.1.4.1 Mekanisme Penularan DBD

Nyamuk yang terinfeksi arbovirus dapat menularkan virus tersebut sepanjang hidupnya kepada manusia. Selain itu nyamuk betina yang terinfeksi dapat menyalurkan virus tersebut ke generasi berikutnya melalui transmisi transovarian ada juga penularan melalui transexsual yaitu penularan dari nyamuk jantan ke nyamuk betina lewat perkawinan serta melalui penularan transovarial yaitu dari induk nyamuk ke keturunannya. Penularan virus dengue lebih banyak di daerah wilayah subtropis karena suhu lingkungan yang lebih hangat akan menyebabkam lebih cepatnya pengaktifan virus dengue di dalam tubuh nyamuk (Achmadi, 2011).

(5)

Universitas Sumatera Utara

lain.Namun tidak semua orang bisa terkena penyakit DBD,virus ini akan bereaksi didalam tubuh manusia yang dalam keadaan rentan (Rezeki, 2004).

Gambar 2.1 Mekanisme Penularan DBD 2.1.4.2 Vektor Penularan DBD

(6)

Universitas Sumatera Utara

1. Morfologi Nyamuk

Nyamuk termasuk kelompok serangga yang mengalami metamorfosis sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (Sembel, 2009).

a. Telur

Nyamuk Aedes aegypti meletakan telur diatas permukaan air satu per satu.Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman.Namun, bila air cukup tersedia, telur – telur biasanya menetas 2 – 3 hari sesuadah diletakan.

b. Larva

Telur menetas menjadi larva atau atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen dari udara, larva nyamuk Aedes aegypti biasanya menggantungkan tubuhnya agar tegak lurus dengan permukaan air. Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel – partikel lainnys dalam air. Larva biasanya melakukan pengantian kulit sebanyak empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari.

c. Pupa

(7)

Universitas Sumatera Utara

d. Dewasa

Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap – sayapnya. Setelah itu nyamuk akan terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Aedes aegepty hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan. Umur nyamuk dewasa antara betina dan jantan berbeda,waktu hidup nyamuk jantan lebih singkat dibandingkan nyamuk betina yang dapat bertahan hidup selama satu bulan.

Gambar 2.2 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Judarwanto, 2007) 2. Tempat Pembiakan Nyamuk Aedes Aegypti

(8)

Universitas Sumatera Utara

3. Prilaku Nyamuk Aedes Aegypti

Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes aegypti secara efektif diperlukan pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai PSN dan jentik nyamuk Aedes aegypti yang tepat (Mubarokah,2013) :

a. Perilaku Mencari Darah

Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 ± 3 hari sekali. Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 ± 12.00 dan jam 15.00 ± 17.00. Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu orang. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter . Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

b. Perilaku Istirahat

Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 ± 3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai yaitu tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC, di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai, di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

c. Perilaku Berkembang Biak

(9)

Universitas Sumatera Utara

sekitar 0,7 mm per butir. Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. Jentik nyamuk setelah 6 ± 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah 1±2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes aegypti yang baru (Sembel, 2009).

2.1.5 Faktor-Faktor Penularan DBD

Faktor-faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia antara lain: 1. Jenis Kelamin

Tidak ditemukan perbedaan kerentanan terkena penyakit DBD yang dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama-sama berpotensi terserang DBD.

2. Status Pendidikan

Keluarga dengan tingkat pendidikan rendah biasanya sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan sulit diyakinkan mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang tumbuh kembang anak (Alimul, 2003).

3. Kepadatan Penghuni Rumah

(10)

Universitas Sumatera Utara

4. Umur

DBD pada umumnya menyerang anak-anak, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa tertular penyakit DBD. Dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok usia dewasa (Depkes RI, 2005 ).

Selain faktor –faktor tersebut ada faktor lain yang mempengruhi penularan virus dengue (yatim,2007):

1. Lingkungan fisik yang terdiri dari kepadatan penduduk,suhu,kelembaban dan iklim pada tempat tinggal.

2. Lingkungan biologi yang terdiri dari tempat perindukan dari vektor pembawa virus dengue yang merupakan penyebab penyakit DBD.

3. Lingkungan sosial yang terdiri dari mobilitas dan peran serta masyarakat. Penularan virus dengue melalui gigitan nyamuk lebih banyak terjadi di tempat yang padat penduduk seperti di perkotaan dan pedesaan pinggir kota. Oleh karena itu, penyakit DBD lebih bermasalah di daerah sekitar perkotaan.

Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD adalah: 1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)

2. Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar.

(11)

Universitas Sumatera Utara

Tempat-tempat tersebut antara lain:

a. Sekolah yang disebabkan karena siswa sekolah berasal dari berbagai wilayah serta siswa sekolah merupakan kelompok umur yang paling susceptible terserang DBD.

b. Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. c. Tempat umum lainnya seperti hotel, pertokoan, pasar, restoran dan

tempat ibadah.

3. Pemukiman baru di pinggir kota karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal (Depkes RI, 2010).

2.1.6 Pencegahan dan Pengendalian DBD 2.1.6.1 Pencegahan DBD

Pencegahan Demam Berdarah dengue terdiri dari beberapa cara yang dapat dilakukan :

1. Individu:

a. Metode lingkungan untuk mengendalikan lingukungan antara lain: 1) Melakukan PSN.

2) Pengelolaan sampah padat.

3) Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air dan mengubur kaleng – kaleng bekas.

(12)

Universitas Sumatera Utara

5) Menutup penampungan air. 6) Mengubur barang bekas. 7) Perbaikan desain rumah. b. Metode biologis

Untuk mencegah penyebaran nyamuk Aedes aegepty dengan metode biologis, Anda dapat mengunakan ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang atau bakteri sejenis BTH – 14.

c. Metode kimiawi

Cara pengendalian ini antara lain dengan:

1) Melakukan pengasapan dengan menggunakan malathion dan fenthion untuk mengurangi penularan sampai batas waktu tertentu. 2) Memberikan bubuk Abate (temephos) pada tempat – tempat

penampungan air seperti gentong air, vas bunga,kolam dan lain – lain (Sandina, 2011).

2. Masyarakat:

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan – permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan berarti keikut sertaan anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri (Notoadmojo, 2012). Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan:

1. Menunjukan perhatian dan kepedulian kepada sesama masyarakat, mengenai masalah penyakit DBD.

(13)

Universitas Sumatera Utara

3. Ikut serta dalam program penyuluhan kesehatan dan memobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat. 4. Pelaksanaan kampanye kebersihan yang intensif dengan berbagai cara. 5. Memperkenalkan program pemberantasan DBD pada anak sekolah dan

orang tua.

6. Pemberian bubuk Abate atau kelambu secara gratis bagi yang berperan aktifdalam program pencegahan DBD.

7. Menggambungkan kegiatan pemberantasan berbagai jenis penyakit yang disebabkan serangga dengan program pemberantasan DBD agar memperoleh hasil yang maksimal.

3. Pemerintah

Tugas pemerintah dalam memberantas dan mencegah penyakit DBD adalah dengan mengeluarkan sistem kebijakan dalam peningkatan pemberantasan DBD. Ada empat elemen yang mencakup hubungan timbal balik dan mempunyai andil di dalam kebijakan karena memang memengaruhi dan saling dipengaruhi, yaitu:

1. Kebijakan publik (undang – undang, peraturan, ataupun keputusan yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah).

2. Pelaku kebijakan (kelompok warga negara, agen pemerintah, pemimpin terpilih).

3. Lingkungan kebijakan (geografi, budaya, politik, struktural sosial dan ekonomi).

(14)

Universitas Sumatera Utara

Sejalan dengan teori sistem kebijakan, keberhasilan pemberantasan virus dengue sangat didukung dengan peraturan perundang – undangan tentang penyakit menular dan wabah. Perundang – undangan ini memberikan wewenang kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan saat terjadi wabah.

Penyusun undang–undang juga harus mempertimbangkan komponen penting dalam program pencegahan virus dengue dan nyamuk Aedes aegpty,yaitu mengkaji ulang dan mengevaluasi efektivitas perundang – undangan sanitasi yang telah diatur oleh Departemen Kesehatan, menggabungkan kewenangan daerah sebagai pelaksana, mencerminkan koordinasi lintas sektor, dan mencerminkan kerangka adminstrasi hukum yang ada.

2.6.1.2 Pengendalian Vektor DBD

Salah satu usaha yang dinilai cukup efektif dalam penanggulangan penyakit DBD adalah memutuskan mata rantai penularan vektor kontrol. Berikut ini adalah langkah – langkah yang dapat dilaksanakan dalam pengendalian vektor (Mubarak, 2009).

1. Survilance vektor untuk memperoleh informasi tentang kepadatan dan distribusi vektor DBD, tempat bersarangnya yang berpotensial, jarak terbang, arah infiltrasi vektor ke dalam masyarakat, dan pengaruh perubahan cuaca atau mutasi terhadap populasi vektor.

(15)

Universitas Sumatera Utara

kepadatan vektor selama waktu yang cukup sampai dimana pembawa virus tumbuh sendiri.

2.1.7 Pengobatan DBD

Pengobatan DBD bersifat suportif.Tatalaksana berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu perembesan plasama sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler.Perembesan plasma yang berlangsung selama 24-48 jam akan menyebabkan terjadinya syok,anoksia,asidosis,dan kematian.Oleh karena itu, harus diusahakan untuk melakukan pengobatan dengan cara (Rezeki,2004):

1. Mendeteksi adanya perembesan plasma secara dini sehingga dapat mencegah syok yang terjadi.Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan fase demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase a-febris),biasanya disebut dengan fase defervescence

2. Memberikan cairan kristaloid isotonik merupakan pilihan untuk menggantikan volume plasma.Pemilihan jenis cairan dan kecermatan penghitungan volume cairan pengganti merupakan kunci keberhasilan pengobatan.

3. Indikasi pemberian cairan /plasma dan transfusi darah harus direncanakan dengan jelas.Pemakaian obat – obat lain diberikan antas indikasi yang tepat.Pendarahan dapat terjadi pada DBD.Fase penurunan suhu (masa krisis) ini pada umumnya terjadi pada hari sakit ketiga sampai kelima, oleh karena itu pada masa tersebut kewaspadaan perlu ditingkatkan.

(16)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD)

2.2.1 Definisi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat perkembangbiakannya (Mubarok,2010).

PSN merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular DBD dengan cara 3M, yaitu menguras secara teratur seminggu sekali atau menabukjan abate ke tempat penampungan air bersih, menutup rapat – rapat tempat penampungan air, dan mengubur serta menyingkirkan kaleng – kaleng bekas, plastik dan barang bekas lainnya yang dapat menampungair hujan sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti (Epidemiologi dan Penanggulangan DBD,1995).

Menurut Taviv (2010) pelaksanaan kegiatan PSN merupakan kegiatan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air karena berhubungan secara langsung. Jika seseorang melakukan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang.

2.2.2 Proses PSN

Pemberantasan Sarang Nyamuk dilakukan dengan cara 3M (Depkes RI,2010):

(17)

Universitas Sumatera Utara

3. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air hujan

Selain itu ditambah dengan cara lain yang biasa dikenal dengan 3M plus (Depkes RI,2010):

1. Mengganti air pada vas bunga, minuman burung dan tempat – tempat lainnya seminggu sekali.

2. Memperbaiki talang air yang tidak lancar atau rusak. 3. Menutup lobang pada batang pohon bambu.

4. Memasang kawat kasa dirumah.

5. Melakukan larvasida, yaitu membubuhkan bubuk Abate. 6. Memelihara ikan pemakan jentik

7. Membersihkan / mengeringkan tempat penampung air seperti kaleng bekas, ban bekas dan sebagainya.

2.2.2.1 Larvasida

Larvasida adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat – tempat penampungan air.Bila menggunakan Abate di sebut Abatesasi,ada tiga jenis larvasida yang umum digunakan (Depkes,2007) yaitu :

1. Abate 1 G

(18)

Universitas Sumatera Utara

penampungan air tersebut.Diantara ada yang menempel pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan bila tidak disikat.Oleh sebab itu penaburan abate 1 G perlu diulang selama 1 bulan.

2. Altosid 1,3 G

Altosid 1,3 G mengandung bahan aktif Metropin 1,3%, berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam arang.Dalam takaran yang diajukan,aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan.Air yang ditaburi Altosid 1,3 G tidak menjadi bau dan tidak berubah warna.Sedikit demi Altosid 1,3 G yang sudah ada di dalam air akan melepaskan zat kimia kepermukaan air akan melepaskan zat kimia kepermukaan air dan bertahan sampai 3bulan.Zat kimia ini akan menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi nyamuk.Penggunaan Altosid 1,3 G diulang setiap 3 bulan.

3. Sumirlarv 0,5 G (DBD)

(19)

Universitas Sumatera Utara

2.2.2.2 Larvatrip

Larvatrip merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memasang jebakan larva nyamuk yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik nyamuk meletakan telurnya didalam kontainer yang bertujuan untuk mengestimasi kepadatan nyamuk dewasa dengan melakukan pemantauan larva melalui larvatrip yang dipasang. 2.2.2.3 Fogging

Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD yang dilakukan pada saat terjadi penularan DBDmelalui penyemprotan insektisida daerah sekitar kasusu DBD yang bertujuan memutus rantai penularan penyakit. Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat dilalui kendaraan didesa endemis tinggi.

Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa maupun larva. Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes aygepty tidak suka hinggap padadinding melainkan pada benda – benda yang tergantung seperti kelambu pada

kain tergantung.

Program pengasapan/fogging terdari dari dua kegiatan yaitu (Ambarwati ,2006): 1. Fogging fokus

(20)

Universitas Sumatera Utara

2. Fogging Massal

Adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan menyeluruh pada saat terjadi KLB DBD.

Pengasapan/Fogging dilaksanakan sebanyak 2 putaran (2 siklus) dengan interval satu minggu dari pengasapan pertama, baik fogging fokus maupun fogging masal, sedangkan tim fogging biasanya ditetapkan dengan Keputusan Kepada Dinas Kesehatan Provinsi/Daerah.

Dalam program pemberantasan DBD racun yang serangga untuk fogging yang digunakan adalah golongan organophosporrester insectisida seperti malathion, sumithion, fenithrothion, perslin dan lain – lain.

2.3 Jumantik

2.3.1 Definisi Jumantik

Jumantik adalah warga masyarakat yang direkrut dan dilatih untuk melakukan proses edukasi dan memantau pelaksanaan PSN plus oleh masyarakat (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, 2007).

Jumantik juga didefinisikan sebagai anggota masyarakat yang dipilih oleh Lurah dan dilatih oleh Dinas Kesehatan dan / atau jajarannya untuk melakukan penyuluhan dan pemantauan pelaksanaan PSN oleh masyarakat (Pergub No.36 tahun 2009).

2.3.2 Syarat Jumanik

(21)

Universitas Sumatera Utara

1. Minimal lulusan SMA dan yang sederajat

2. Telah mengikuti pelatihan khusus yang diselenggarakan oleh Puskesmas dengan materi:

a. Gambaran bioekologi vektor DBD dan Chikungunya b. Gambaran epidemiologi penyakit DBD dan Chikungunya

c. Aspek kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan vektor penyakit DBD dan Chikungunya.

d. Metode komunikasi penggerakkan masyarakat dan penyuluhan e. Metode pemantauan jentik, abatisasi, dan pelaporan.

Menurut Rizkqi Mubarokah, 2013 syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Jumantik sebagai berikut:

1. Bertempat tinggal di daerah yang bersangkutan. 2. Usia produktif (15-64 tahun).

3. Sehat jasmani maupun rohani.

4. Dapat membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan minimal lulus SD. 5. Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas.

6. Mampu menjadi motivator.

7. Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. 2.3.3 Peran Jumantik

(22)

Universitas Sumatera Utara

sukarela dilengkapi dengan seragam, surat tugas, identitas diri, formulir pencatatan dan pelaporan, larvasida, gayung, alat ukur volume, senter, dan lembar bantu penyuluhan (Depkes RI, 2004).

Selain melakukan pengamatan jentik, Jumantik sukarela juga bertugas untuk memberikan penyuluhan kepada pemilik rumah/bangunan tentang pentingnya PSN melalui 3M yang harus dilakukan seminggu sekali, melakukan abatisasi selektif pada tempat penampungan air bersih yang tidak dapat/ sulit untuk dikuras, mencatat hasil pengamatan jentik dan melaporkannya kepada Puskesmas kelurahan, serta membantu kelompok kerja DBD dalam penggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN. Hasil pengamatan jentik oleh Jumantik ini akan direkap oleh petugas Puskesmas kelurahan disertai dengan ABJ (Angka Bebas Jentik) setiap 3 bulan (Depkes RI,2004).

Hal yang dilakukan oleh Jumantik disaat sedang melakukan kegiatan pemantauan jentik nyamuk Aedes aygepti disuatu wilayah adalah (Perda No 6 Tahun 2007) :

(23)

Universitas Sumatera Utara

sebaiknya ditaburkan bubuk larvasida tiga bulan sekali untuk menghindari adanya jentik nyamuk.

2. Memberikan peringatan dan pengarahan kepada pemilik rumah agar tidak membiasakan adanya air tergenang,penumpukan pakaian atau pakaian yang tergantung disembarang tempat didalam rumah.

3. Mengecek peralatan rumah yang mungkin menampung air bersih yang dapat dijadikan media oleh nyamuk Aedes aygepti meletakan telurnya seperti tempat penampungan air dispenser,tempat penampungan air kulkas,ban bekas,pot bunga yang biasanya jarang diperhatikan oleh pemilik rumah.

4. Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat keberadaan jentik nyamuk pada tempat – tempat penampungan air yang ada.

5. Memberikan laporan kepada kelurahan berapa banyak container nyamuk aedes aygepty di setiap rumah yang diperiksa untuk mengantisipasi menurunya angka bebas jentik (ABJ) di kelurahan Kayu Putih

Tugas Jumantik seharusnya tidak hanya dilakukan oleh Jumantik namun dilakukan oleh seluruh warga yang tinggal diwilayah tersebut.Setiap warga wajib melakukan pemantauan jentik diwilayahnya (self Jumantik) terutama di lingkungan rumah.

(24)

Universitas Sumatera Utara

1. Menutup

Memberi tutup yang rapat pada tempat penampungan air seperti ember,tempayan,toren,botol air minum dan lain sebagainya.

2. Menguras

Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampugan air seperti bak mandi, kolam renang,ember penampung air,penampung air di lemari es, penampung air pada dispenser dan lain – lain.

3. Mengubur

Memendam didalam tanah untuk sampah atau benda – benda yang tidak digunakan lagi dan memiliki potensi untuk jadi tempat nyamuk. DBD bertelur dan meletakan telurnya.

4. Plus

Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan a. Menggunakan lottion anti nyamuk pada saat beraktviitas diluar rumah. b. Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti daun pandan.

c. Memelihara ikan pada kolam ikan agar tidak dijadikan tempat nyamuk meletakan jentik.

d. Menghindari daerah gelap dalam rumah agar tidak tidak ditempati nyamuk dengan cara membuka jendela atau mengatur ventilasi dan pecahayaan. e. Memberi bubuk larvasida pada tempat yang sulit dibersihkan.

(25)

Universitas Sumatera Utara

2.3.4 Pemeriksaan Jentik oleh Jumantik

Pemberantasan jentik dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan dan secara berkala di rumah dan tempat-tempat umum yaitu pemeriksaan tempat-tempat penampungan air dan tempat berkembang biakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk penular DBD dengan menggunakan indikator ABJ.

2.3.5 Tujuan Pemeriksaan Jentik 2.3.5.1 Tujuan Umum

Pemeriksaan jentik dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau atau petugas pemantau jentik (Jumantik). Tujuan umum pemeriksaan jentik adalah untuk menurunkan populasi nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes aegypti) serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD melalui Jumantik (Depkes RI, 2008).

2.3.5.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilakukannya pemeriksaan jentik oleh para Jumantik di wilayah kerja masing-masing adalah (Depkes RI, 2008):

a. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD dalam masyarakat. b. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang

(26)

Universitas Sumatera Utara

2.3.6 Survei Jentik

Survei jentik dilakukan untuk mengukur kepadatan populasi penularan yang sebelumnya juga dilakukan survei terhadap kepadatan nyamuk.Survei jentik biasanya disebut dengan PJB (Depkes,2012).

PJB merupakan pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau petugas Jumantik Pemeriksaan Jentik Berkala merupakan bagian dari PSN PJB dilakukan setiap tiga bulan dirumah dan tempat – tempat umum.Untuk pemantauan jentik berkala dirumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sample untuk setiap desa atau kelurahan. Hasil PJB ini diinformasikan pihak kesehatan kepada Kepala Wilayah / Daerah setempat sebagai evaluasi dan dasar penggerakan masyarakat dalam melaksanakan program PSN.

Pada saat PJB yang dilaksanakan oleh Jumantik adalah (Depkes, 2007) : 1) Memantau semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegpty.

2) Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi, tempayan, drum, dan tempat penampungan air lainnya, jika pandangan pertama tidak menemukan jentik maka harus ditunggu selama 0,5 sampai 1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada.

(27)

Universitas Sumatera Utara

4) Ketika memeriksa jentik ditempat yang agak gelap atau airnya keruh, maka menggunakan senter.

2.3.6.1 Ukuran Kepadatan Jentik Nyamuk

Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes aegpty adalah:

1) Angka Bebas Jentik (ABJ)

ABJ = � � �ℎ�� � � �

�ℎ�� � � × %

House Index (HI)

HI = � �ℎ �ℎ�� � �

� �ℎ �ℎ�� � � × %

Container Index (CI)

CI = � �ℎ � �� � �

� �ℎ � �� � � × %

2) Breteau Index (BI)

Breteau Index (BI) adalah jumlah container dengan jentik dalam100 rumah atau bangunan.

2.3.6.2 Pelaksanaan PJB

a. Pengamatan kepadatan populasi vektor DBD dilakukan mulai dari tingkat Puskesmas sampai Pusat, sebagai berikut :

1. Jumantik

(28)

Universitas Sumatera Utara

2. Petugas Puskesmas

Melakukan monitoring secara berkala minimal 3 bulan sekali pada wilayah kerja puskesmas (PJB) dan dilakukan evaluasi pelaksaanaan PSN (Setiyobudi,2011 ).

Tata cara pelaksanaan PJB adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan dengan cara mengunjungi rumah – rumah dan tempat – tempat umum untuk memeriksa Tempat Penampungan Air (TPA), non – TPA dan tempat penampungan air alami di dalam dan diluar rumah atau bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD kepada keluarga dan masyarakat (Mubarokah,2013):.

b. Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau air keruh. c. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat – tempat

umum dimintai untuk ikut melihat atau menyaksikan kemudian lanjutkan dengan PSN DBD.

d. Memberi penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan petugas kebersihan tempat – tempat umum.

e. Mencatat hasil pemeriksaan jentik di Kartu Jentik Rumah yang ditinggalkan dirumah yang diperiksa serta pada formulir Juru Pemantau Jentik (JPJ – 1) untuk pelapokan puskesmas dan dinas yang terkait.

(29)

Universitas Sumatera Utara

nyamuk Aedes aegypti di 100 sampel rumah/bangunan yang dipilih secara acak serta diulang untuk setiap siklus pemeriksaan.

1. Pemilihan sample berdasarkan contoh yang telah diberikan oleh puskesmas. Contoh cara memilih sampel 100 rumah/bangunan sebagai berikut:

a. Dibuat daftar RW dan RT untuk tiap desa/kelurahan. b. Setiap RT diberi nomor urut.

c. Dipilih sebanyak 10 RT sampel secara acak (misalnya dengan carasystematic random sampling) dari seluruh RT yang ada di wilayahdesa/kelurahan.

d. Dibuat daftar nama kepala keluarga (KK) atau nama TTU dari masing – masingRT sampel atau yang telah terpilih.

e. Tiap KK/rumah/TTU diberi nomor urut, kemudian dipilih 10KK/rumah/TTU yang ada di tiap RT sampel secara acak (misalnyadengan cara systematic random sampling).

2. Pengelola Program DBD di Dinkes Kab/Kota

Monitoring dan evaluasi PSN yang telah dilakukan oleh Jumantik dan Puskesmas secara berkala minimal 6 bulan sekali.

3. Pengelola Program DBD di Dinkes Provinsi:

(30)

Universitas Sumatera Utara

3. Metode survei jentik:

Dalam metode surveilans vektor DBD yang ingin kita peroleh antara lain adalah data-data kepadatan vektor. Untuk memperoleh data-data tersebut tentulah diperlukan kegiatan survei, ada beberapa metode survei yang kita ketahui,meliputi metode singel larva, visual terhadap jentik dan nyamuk (Setyobudi,2011).

1. Single larva

Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.

Survei ini dilakukan dengan cara memasang perangkap telur (ovitrap)yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya.Ovitrap berbentuk tabung yang dapat dibuat dari potongan bambu, kalengdan gelas platik/kaca. Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah atautempat yang gelap dan lembab. Cara kerja ovitrap adalah padel (berupapotongan bilah bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap)yang dimasukkan kedalam tabung tersebut berfungsi sebagai tempatmeletakkan telur nyamuk. Setelah 1 minggu dilakukan pemeriksaan ada atautidaknya telur nyamuk di padel, kemudian dihitung ovitrap index.

Perhitungan ovitrap index adalah: Ovitrap Index:

� �ℎ�� ��

�ℎ�� � � × %

(31)

Universitas Sumatera Utara 2. Visual

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam program DBD mengunakan cara visual. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti dengan mengukur Angka bebas Jentik (ABJ).

a. Survei telur

Hubungan antara kegiatan implementasi penatalaksaanan pemantauan oleh Jumantik terhadap efektivitas program pemberantasan sarang nyamuk dan penderita DBD adalah

1. Adanya penyuluhan dan peringatan tentang pelaksanaan 3M oleh Jumantik pada saat pemantauan membuat masyarakat melaksanakan 3M secara rutin dilingkungan tempat tinggalnya .

(32)

Universitas Sumatera Utara

3. Jumantik setiap minggunya memberikan laporan besarnya container index (CI) untuk mengetahui angka bebas jentik (ABJ) pada daerah yang telah di pantau selain itu melihat tingkat kewaspadaan terhadap penyakit DBD. 2.4 Kegiatan Implementasi Penatalaksaanan Pemantauan oleh Jumantik

terhadap Program PSN

Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968, Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini DBD menjadi 0,87% pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Di Indonesia, sampai dengan bulan Agustus tahun 2011 tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (case fatality rate, CFR: 0,80%). Bahkan Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus DBD di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang pada tahun 2010.Salah satu faktor belum efektifnya pencegahan DBD di Indonesia adalah masih lemahnya sistem kewaspadaan dini.

Karena itu program yang dilakukan oleh kader jumantik seperti memantau masyarakat dalam pelaksanaan 3M dilingkungan sekitar tempat tinggal, PJB yang hasilnya akan dilaporkan kepada puskesmas untuk dijadikan bahan evaluasi terhadap program – program yang telah dibuat dan dilaksanakan agar dapat mempertimbangkan program – program yang dapat dilanjutkan untuk menurunkan angka penderita DBD dan meningkatnya ABJ.

(33)

Universitas Sumatera Utara

berhubungan secara langsung. Jika seseorang melakukan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang dan mengurangi jumlah nyamuk Aedes aygepti sebagai agent dari penyakit Demam Berdarah Dengue (Taviv, 2010).

2.4.1 Sistem Pelaporan Hasil Pemantauan oleh Kader Jumantik

PSN biasanya di pantau oleh Jumantik dengan menggunakan laporan. Laporan hasil survey pencatatan hasil pemeriksaan jentik dilakukan secara berjenjang sebagai berikut :

a. Laporan hasil survei oleh Kader / PKK / Jumantik

1. Hasil pemeriksaan jentik dicatat pada KARTU JENTIK RUMAH /BANGUNAN yang ditinggal dirumah/bangunan.

2. FORMULIR JPJ-1 digunakan untuk pelaporan ke puskesmas dan instansi terkait.

b. Laporan hasil survei oleh Puskesmas

(34)

Universitas Sumatera Utara

c. Laporan hasil survei oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Laporan PJB yang dilakukan oleh Puskesmas kemudian dilakukan rekapitulasi oleh Pengelola Program DBD di Dinkes Kab/Kota menggunakanFORMULIR PJB-2 dan dilaporkan kepada Dinkes Provinsi. d. Laporan hasil survei oleh Dinas Kesehatan Provinsi

Hasil pemeriksaan jentik dari Dinkes Kab/Kota dilakukan rekapitulasi oleh Pengelola Program DBD di Dinkes Provinsi menggunakan FORMULIR PJB-3 dan dilaporkan ke Pusat (Ditjen PP dan PL, Subdit Pengendalian Arbovirosis)(Setyobudi,2011).

Hasil laporan yang diberikan kepada Dinkes Kab/Kota digunakan untuk menambah pengetahuan kepada masyarakat dan untuk melihat sejauh mana pencapaian yang ada pada kurun waktu yang telah di tentukan, Selain itu hasil laporan digunakan untuk perencanaan program selanjutnya dan untuk memperbaiki program yang telah ada dan yang akan datang agar hasil pencapaian yang didapat lebih baik dibandingkan pelaksanaan program sebelumnya.

2.4.2 Indikator Keberhasilan Kinerja Jumantik Terhadap Program PSN

2.4.3

Indikator keberhasilan kinerja jumantik terhadap program PSN yang dilakukan apabila (Andriyani,2012) :

(35)

Universitas Sumatera Utara

2. Dapat menurunkan angka kematian akibat penyakit DBD yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti, dari 41,3 % di tahun 1968 menjadi 0,87 di tahun 2010

3. Kader jumantik rutin melaporkan hasi pemantauan yang dilakukan pada setiap bulannya sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan program yang dijalankan dalam pelaksanaan PSN selanjutnya.

4. Angka bebas jentik yang sudah mencapai 95% karena adanya PJB yang dijalankan oleh kader jumantik disetiap minggunya.

5. Jumlah penderita DBD berkurang dari yang awalnya 17 jiwa pada tahun 2015 menjadi 12 jiwa pada tahun 2016.

6. Angka CI yang ditentukan oleh WHO sebenarnya < 5%, namun pada kenyataannya angka CI yang didapatkan dilapangan masih > 5%.

2.5 Tujuan dari PSN

Tujuan sebuah program adalah terdapatnya dampak khusus yang dapat diukur setelah program berjalan. Sejalan dengan teori sistem kebijakan, keberhasilan pemberantasan virus dengue sangat didukung dengan peraturan perundang – undangan tentang penyakit menular dan wabah. Perundang – undangan ini memberikan wewenang kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan saat terjadi wabah.

(36)

Universitas Sumatera Utara

sebagai pelaksana, mencerminkan koordinasi lintas sektor, dan mencerminkan kerangka adminstrasi hukum yang ada.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

1. Memeriksa tempat – tempat penampungan air

didalam maupun diluar rumah,Apabila ditemuka

jentik nyamuk maka air yang dipenampungan

dibuang dan diberi tahu kepada pemilir rumah.

2. Memberikan peringatan dan pengarahan kepada

pemilik rumah agar tidak membiarkan adanya

air tergenang di lingkunga sekitar rumah serta

pakaian yang tergantung disembarang tempat.

3. Mengecek peralatan rumah yang dapat dijadikan

media untuk nyamuk Aedes aegypti meletakan

telurnya.

4. Memeriksa rumah yang tidak berpenghuni untuk

melihat keberadaan jentik.

5. Memberikan laporan kepada kelurahan berapa

banyak CI (container index) di dalam rumah

untuk mengantisipasi menurunnya ABJ.

6. Menaburkan bubuk larvasida 6 bulan sekali

untuk menghindari adanya jentik nyamuk.

7. Memberikan laporan kepada kelurahan untuk

hasil pemeriksaan jentik nyamuk.

Gambar

Gambar 2.1 Mekanisme Penularan DBD
Gambar 2.2 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti (Sumber: Judarwanto, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

D. Meletakkan kereta di tempat letak kereta orang kurang berupaya... dapat menonjolkan diri kepada orang lain. mendapat duit yang banyak.?. C. hidup kita sentiasa bahagia.

B sentiasa menjalani kehidupan yang sihat C melakukan aktiviti-aktiviti yang membawa manfaat kepada diri5. D menjaga

memiliki tujuan tertentu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah Suatu metode dan proses yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai

artinya ada pengaruh cukup besar antara variabel Pembagian Kerja terhadap Kualitas Pelayanan di Desa Pamekarsari Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Selain itu pegawai

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu dengan menahan throttle pada 3000 rpm, setelah stabil kemudian throttle diputar secara perlahan

�dak boleh melihat gambar yang �dak boleh dilihat oleh anak seumuran Baim, jika Baim melihat yang �dak baik maka Baim bukan sahabat yang baik untuk HP, dan Ibu akan sedih.”

[r]

Proses analisis setelah pembelajaran dilakukan untuk mengetahui hambatan epistemologi apa saja yang dialami oleh siswa dalam materi teorema Pythagoras setelah