• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeliharaan Sapi Rakyat Membedakan Peran Kelompok Atau Kemampuan Individu Peternak Dengan Pola Tradisional Di Desa Lubuk Hulu,Kecamatan Lima Puluh,Kabupaten Batu Bara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinamika Kelompok Kecil

Kata Dinamika berasal dari kata Dynamics (Yunani) yang bermakna berarti “Kekuatan” (force). Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun 1940-an, yang diilhami oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari

proses interaksi antara anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi

Jerman penganut aliran gestalt psycology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang terkenal dengan Force-Field Theory. Mereka melihat sebuah kelompok adalah sebagai satu kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan individu-individu yang terlepas antara satu sama

lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya tarik menarik yang kuat diantara

unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Unsur-unsurnya adalah manusia yang ada di dalam

organisasi tersebut, yang masing-masing diantaranya bertindak sebagai ego, dengan gaya-gaya

yang tertentu, sehingga terjadilah saling tarik menarik, yang akhirnya menghasilkan resultan

gaya yang kemudian menjadi suatu kekuatan di dalam kelompok tersebut. Dinamika kelompok

secara harfiyah merupakan sebuah kata majemuk, terdiri dari dinamika dan kelompok, yang

menggambarkan adanya suatu gerakan bersama dari sekumpulan orang atau kelompok dalam

melakukan aktivitas organisasi atau kelompok.

Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau perkembangan dari suatu bidang tertentu, atau suatu sistem ikatan yang saling berhubungan dan saling

(2)

langsung diantara unsur-unsur tersebut. Kelompok adalah suatu kumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih, apabila memenuhi kualifikasi: Keanggotaan yang jelas, adanya kesadaran

kelompok, suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran atau gagasan, saling

ketergantungan diantara satu dengan yang lainnya dalam upaya pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan, terjadinya interaksi, kemampuan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu yang

telah disepakati.

Pengertian dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang timbul dari dalam diri

individu itu sendiri, artinya sumber gerakkannya berasal dari dalam kelompok itu sendiri, bukan

dari luar kelompok. Dalam kajian Psikologi fokus kajian tentang dinamika kelompok ini lebih ditekankan kepada aspek psikologis dan tingkah laku individu dalam kelompok itu sendiri.

Kelompok memiliki aspek sosial dan karakteristik psikologis yang melihat dirinya sebagai satu

bagian dari kumpulan individu. Dalam kelompok, diantara anggota saling berinteraksiatau

berkomunikasi antara satu sama lain dan anggota kelompok juga saling mempengaruhi satu sama

lain melalui interaksi sosial (Bordens dan Horowitz, 2008). Sedangkan dalam kajian Sosiologi,

dinamika kelompok ini lebih ditekankan pada kajian mengenai kehidupan bermasyarakatnya atau

interaksi sosialnya. Dalam konteks perpektif kelompok holistik berpendapat bahwa kelompok

tersebut harus sesuai dengan pandangan gestalt sebagai suatu sistem kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan antara satu denag lainnya serta mudah dipahami dengan dilakukannya pengujian

tersebut. Gestalt berpendapat bahwa dalam kelompok keseluruhan itu lebih besar daripada

bagian. Dalam arti bahwa keseluruhan yang ada di dalam kelompok itu sangat besar manfaatnya

daripada bagian yang ada di dalam kelompok tersebut. Kelompok tidak akan bisa dipahami

hanya dengan melihat kualitas dan karakteristik tiap anggota saja. Dalam hal ini anggota di

(3)

karakteristik pribadi individu dan juga karakteristik lingkungan. Dalam konteks kelompok, hal

ini memperjelas bahwa faktor yang mempengaruhi karakteristik setiap individu adalah diri

sendiri dan termasuk lingkungan, yang terdiri dari corak kelompok, anggota kelompok dan

situasi. Semua faktor tersebut merupakan totalitas yang disebut lifespace (ruang seumur hidup). Dengan demikian dinamika Kelompok itu sendiri adalah Studi tentang interaksi dan

Interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain dengan

adanya feed back atau umpan balik yang dinamis atau keteraturan yang jelas baik dalam

hubungan secara psikologis dan sosiologis antar individu sebagai anggota kelompok dengan

memiliki tujuan tertentu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah Suatu metode dan proses yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai kerjasama diantara kelompok. Artinya

metode dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok

tersebut, yang semula hanya terdiri dari kumpulan individu-individu yang belum saling

mengenal satu sama lain, dan kemudian menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan,

satu norma dan satu cara pencapaian tujuan yang telah berusaha untuk disepakati bersama di

dalam kelompok tersebut.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok

Pada dasarnya, dinamika kelompok itu senantiasa selalu dipengaruhi oleh beragam

factor-faktor sebagai pendukungnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi suatu dinamika

kelompok tersebut yaitu diantarany:

(4)

Tujuan dari dinamika kelompok yang pada dasarnya selalu diinginkan untuk setiap

kelompok dalam mecapai tujuan bersama pada suatu organisasi. Yang diantaranya memiliki

fungsi yang sudah ditetapkan yaitu:

1. Sebagai lumbung dari ide yang ingin dilaksanakan.

2. Sebagai ikatan jiwa antara anggota kelompok.

3. Menjadi sasaran dan juga menjadi sumber dari konsep perencanaan kelompok.

4. Menjadi motivasi dalam mengadakan persaingan/aktivitas.

5. Menjadi perangsang untuk mendapatkan kepuasan kelompok.

6. Menjadi arah yang tetap dalam menjalankan tugas kelompok.

2) Interaksi

Suatu proses komunikasi dimana setiap anggota kelompok dalam mempelajari tujuan

harus berdasarkan kesepakatan bersama agar dapat tercapainya tujuan dari suata kelompok

tersebut. adanya solidaritas yang tinggi dan rasa senasib sepenanggungan diantara anggota

kelompok kemungkinan besar akan dapat mencapai tujuan di dalam kelompok tersebut. Di

dalam proses komunikasi harus memiliki aturan-aturan (norma) dan nilai kelompok. Dalam hal

ini norma dan nilai di dalam kelompok berarti tata interaksi yang disepakati bersama yang

mengatur sikap dan perilaku anggota dalam kelompok, misalnya: apa yang boleh dan apa yang

tidak boleh dilakukan anggota dan konsekuensinya yang akan diberlakukan sama bagi anggota

kelompok yang melanggarnya. Setiap kelompok mengerti akan norma, baik yang tertulis

maupun yang tidak tertulis sebagai pedoman bagi setiap anggota, bahkan menjadi jiwa/perekat

(5)

2.3 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian pada komunitas peternakan sapi telah banyak dilakukan.

Diantaranya, penelitian Mauluddin dkk (2012) yang menyimpulkan peranan kelompok dan

keberdayaan peternak sebagai:, unit produksi, wahana kerjasama, kelas pelajar dan kelompok

usaha. Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kelompok peternak sebagian

besar tergolong tinggi (83,33%), sisanya tergolong cukup (16,67%). Dalam hal ini peran dan

fungsi klompok yang paling menunjang yaitu peran kelompok sebagai kelas belajar dan

kelompok sebagai unit produksi. Peran kelompok lainnya yang cukup menujang adalah peran

kelompok unit usaha dan wahana kerjasama. Peran kelompok sebagai kelas belajar

menunjukkan sebagian besar, yaitu sebesar 76,67 persen tergolong baik. Sisanya 23,33 persen

tergolong cukup hal ini di buktikan dengan beberapa aspek yang mendukung berfungsinya

kelompok sebagai kelas belajar, yaitu kelompok peternak telah rutin di dalam mengadakan

pertemuan di kelompoknya. Kelompok umumnya memiliki pertemuan sebulan sekali. Dengan

tujuan para kelompok ternak saling bertukar pikiran dan informas, yang difasilitasi pula

kehadiran penyuluh atau inseminator. Selain itu di hal yang lain yang mendukung berjalannya

kelompok sebagai kelas belajar yaitu adanya fasilitasi komunikasi dengan sumber informasi dan

teknologi yang dapat memudahkan peternak untuk mengetahui segala hal yang berhubungan

dengan peternakan sapi potong. Aspek lainnya di dalam peran kelompok sebagai kelas belajar

masih belum optimal yaitu dalam pengembangan aspek kader kepemimpinan dan

penyelenggaraan pelatihan. Beberapa kelompok masih ditemui bahwa pembagian pelaksanaan

tugas masih belum berjalan secara optimal, peran ketua kelompok masih cukup dominan dalam

melaksanakan berbagai kegiatan di kelompok. Partisipasi anggota dalam mengikuti pelatihan di

(6)

saja. Peran kelompok sebagai unit produksi menunjukkan bahwa sebagian, yaitu sebesar 60,00

persen tergolong tinggi. Sisanya sebesar 30,00 persen tergolong cukup. Dalam hal ini yang

endukung berjalannya unit usaha produksi yaitu kelompok sudah dapat memfasilitasi di dalam

perencanaan pola usaha dan kelompok telah dapat memfasilitasi dalam penyusunan rencana

penyediaan faktor-faktor produksi seperti penyediaan hijauan, membantu dalam penyediaan sapi

bakalan dan kebutuha pakan konsentarat. Peran kelompok sebagai unit usaha yaitu menunjukkan

bahwa sebagian besar kelompok peternak sapi yaitu sebesar 70,00 persen tergolong cukup.

Sisanya sebanyak 30,00 persen tergolong tinggi. Hal ini di dukung oleh baiknya peran kelompok

di dalam membantu kelancaran pemasaran sapi potong pada anggotanya. Melalui seksi

pemasaran telah membantu kelompok ternak dalam menjual sapi-sapi milik mereka dengan

tingkat harga yang memuaskan. Namun peran kelompok dalam memfasilitasi permodalan belum

optimal hanya sattu yang diberi modal berupa sapi untuk memelihara induk siap kawin, setelah

beranak 2 kali, maka induk tersebut dapat dimiliki anggta yang memeliharanya. Peran kelompok

sebagai wahana kerjasama yaitu sebesar 46,67 persen kelompok perannya sebagai wahana

kerjasama masih tergolong cukup. Sisanya sebanyak 40,00 persen tergolong tinggi. dan sebanyak

13,33 tergolong rendah. Kerjasama yang muncul lebih banyak, karena pengaruh faktor luar, yaitu

akibat adanya program pembangunan dari pemerintah seperti Program PPKIPM. Kerjasama

yang inisatifnya langsung dari kelompok belum berkembang. Hanya satu kelompok, yang sudah

pernah melaksanakan kerjasama dengan pihak non pemerintah, yaitu di dalam kegiatan

pemasaran hasil, dan kegiatan penggemukkan sapi. Kegiatan ini sekarang sudah tidak

berlangsung lagi, karena usaha ternak diarahkan sebagai usaha pembibitan. Peran kelompok

yang baru berjalan dengan baik adalah dalam perannya sebagai kelas belajar dan unit produksi,

(7)

optimal. Keberdayaan peternak menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong cukup (53,33%),

sisanya sebanyak tergolong tinggi (46,67%). Kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa

peran peternak baik sebagai pemelihara maupun sebagai manajer masih belum berjalan optimal.

Hal ini terutama ditunjukkan oleh belum maksimalnya peternak di dalam rangka meningkatkan

penambahan ternak yang dipeliharanya. Ternak yang dimiliki rata-rata hanya 3 ekor, hal ini

dikarenakan keterbatasan di dalam penyediaan hijauan pakan ternak, dan kepemilikan lahan yang

strategis untuk memelihara ternak sapi potong. Berdasarkan nilai koefisien korelasi rank

Spearman (rs) hubungan antara peranan kelompok dan keberdayaan peternak sebesar 0,53

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel tersebut. Hal ini

memberikan indikasi bahwa semakin kelompok melaksanakan peranannya, maka cenderung

akan semakin lebih berdaya. Peranan kelompok memiliki hubungan yang positif atau searah

dengan keberdayaan peternak sapi potong. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat berkembangnya

potensi peternak, baik dalam perannya sebagai manajer dan sebagai pemelihara ternak tidak

dapat dilepaskan dari berperannya kelompok sebagai kelas belajar, unit produksi, unit usaha dan

wadah kerjasama anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kelompok yang sudah

berjalan dengan baik adalah dalam fungsinya sebagai kelas belajar, dan unit produksi. Dengan

berjalannya kedua fungsi kelompok tersebut akan mendorong para peternak menjadi meningkat

pengetahuan, sikap dan keterampilannya.

Hasil penelitian Feronica Parera dkk (2011) menyimpulkan bahwa kemampuan

kelompok peternak dalam mendeteksi estrus adalah: baik 58,81%, cukup 35,22% dan kurang

5,97% . Pengetahuan kelompok peternak untuk mendeteksi estrus termasuk kategori baik yakni

peternak mempunyai kemampuan mendeteksi estrus dengan tanda-tanda yang paling dikuasai

(8)

seperti; nafsu makan menurun, melengu, ekor diangkat dan vulva bengkak. Frekuensi deteksi

estrus oleh peternak hanya dilakukan satu kali pada saat peternak memindahkan ternaknya,

sedangkan untuk men-dapatkan hasil estrus yang valid dan optimal maka sebaiknya deteksi

estrus dilakukan dua sampai tiga kali dalam sehari. Menurut Hardjopranjoto (1995) dan Setiadi

& Aepul (2010) bahwa deteksi estrus yang dilakukan didalam kandang sering kali hasilnya nihil,

apalagi dilakukan sekali dalam sehari, maka untuk memperoleh hasil yang baik, deteksi estrus

dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan menjelang malam hari selama

masing-masing 2 jam. Hasil penelitian kemampuan peternak dalam menentukan waktu kawin adalah:

baik 13,64%, cukup 80,39% dan kurang 5,97% . Peternak hanya memiliki kemampuan cukup

dalam menentukan waktu kawin, perkawinan dilakukan pada saat muncul estrus, sapi berhasil

bunting dalam sekali perkawinan. Ternak yang berhasil bunting untuk satu kali kawin

kemungkinan terjadi karena perkawinan beberapa jam setelah ternak itu estrus, misalnya estrus

pagi maka ternak dikawinkan pada siang atau sore. Peran peternak dalam menentukan waktu

kawin tepat, akan menentukan keberhasilan kebuntingan dalam sekali perkawinan, sebaliknya

penentuan waktu kawin yang tidak tepat, maka kebuntingan dapat terjadi dalam dua sampai tiga

kali perkawinan. Mengawinkan ternak saat muncul tanda estrus atau terlalu awal (di bawah 9

jam setelah estrus) akan menyebabkan fertilitas sperma menurun untuk membuahi ovum, karena

sperma akan menunggu sekitar 28-30 jam sebelum membuahi ovum dalam saluran repro-duksi

betina, sedangkan umur sperma dalam saluran reproduksi betina hanya 24-30 jam. Bila ternak

dikawinkan terlambat (lebih dari 6 jam sesudah estrus) akan menyebabkan fertilitas ovum

menurun sebelum dibuahi sperma, karena ovum akan menunggu 4-5 jam sebelum dibuahi

(9)

yang tepat dilakukan pada saat tercapainya masa estrus optimal yaitu 9 jam sesudah estrus

berlangsung sampai dengan 6 jam sesudah estrus berakhir.

Hasil Penelitian Irfan Effendi Matondang dkk (2013) yang menyimpulkan peranan

dinamika kelompok petani ternak penerima program SMD yang diamati adalah kelompok

periode SMD 2010-2012. Hasil penelitian menunjukan kelompok penerima program SMD

mayoritas memiliki jumlah keanggotaan yang tidak mengalami perubahan sebesar 54,76%,

sebesar 35,72% kelompok mengalami penurunan anggota dan kelompok yang mengalami

peningkatan sebesar 9,52%. Melihat tingkat dinamika kelompok peternak yang rendah

menunjukan bahwa kelompok peternak tersebut belum mampu menjadi wadah kerjasama

sebagai suatu unit sistem sosial (Hubies (2000) dalam Yunasaf (2010)). Dinamika jumlah

anggota kelompok diukur sejak kelompok menerima program SMD hingga saat penelitian

dilakukan. Kelompok penerima program SMD sudah melakukan kerjasama dengan pihak bank,

dinas, kelompok lain dan perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukan sebesar 69,04%

kelompok penerima program SMD mayoritas kelompok tidak mengalami perubahan kerjasama.

Kelompok yang mengalami peningkatan kerjasama sebanyak 28,57% dan penurunan kerjasama

sebesar 2,39%. Dinamika kelompok peternak sapi potong di Kabupaten Kebumen dan Banyumas

mayoritas dalam kategori tetap dan berkurang dengan persentase masing-masing sebesar

18,75%. Dinamika kelompok tetap dikarenakan anggota memiliki tujuan yang kuat untuk

mengembangkan kelompok sehingga tidak terjadi penurunan jumlah anggota dan kerjasama.

Anggota memiliki komitmen untuk mengembangkan kelompok. Dinamika kelompok berkurang

disebabkan pada kelompok tersebut terjadi penurunan jumlah anggota dan kerjasama

dikarenakan kelompok belum memperoleh keuntungan, mengalami kerugian yang besar dan

(10)

kelompok di Kabupaten Purbalingga sebesar 18,75% kelompok mengalami peningkatan.

Kelompok yang mengalami peningkatan dinamika kelompok yaitu kelompok Lembu Suro,

Muda Maju Sejahtera, dan Lembu Jati. Hal ini dikarenakan SMD ikut beternak di dalam

kelompok, sehingga apabila ada masalah langsung teratasi dan kedekatan antara anggota dengan

pengurus sangat baik. Keharmonisan di dalam kelompok sangat baik menyebabkan peningkatan

dinamika kelompok dan peningkatan jumlah anggota dan kerjasama. Pada periode penerimaan

tahun 2010, di Kabupaten Banjarnegara tidak terjadi perubahan dinamika kelompok (6,25%).

Hal tersebut disebabkan jumlah anggota dalam kelompok sudah banyak sehingga kelompok

tidak ada niat untuk menambah anggota. Selain itu kelompok dapat mengatasi permasalahan dan

anggota merasa nyaman dalam kelompok. Hasil analisis menunjukan dinamika kelompok

periode 2010 cenderung tetap dan menurun. Hal tersebut dikarenakan sebanyak 6 kelompok

tidak mengalami perubahan dinamika kelompok dan sebanyak 7 kelompok mengalami

penurunan dinamika kelompok. Pada tahun 2011 sebesar 30,95%, 2,38% dan 9,52%; dan

kelompok SMD periode 2012 sebesar 9,52%, 0% dan 9,52%. Kelompok program SMD

sebanyak 4 kelompok dalam kategori memiliki dinamika kelompok yang baik. Pencapaian

tersebut didapat oleh kelompok ditunjukan dengan hal yang berbeda-beda seperti terjadi

peningkatan jumlah anggota, peningkatan kerjasama, memiliki diversifikasi usaha dan

pengalaman berkelompok. Berbeda halnya dengan 23 kelompok yang diklusterkan pada kategori

sedang. Kelompok tersebut rata-rata tidak terjadi peningkatan baik dalam jumlah anggota

maupun kerjasama serta memiliki diversifikasi usaha namun belum berjalan dengan baik, namun

tidak pula terjadi penurunan jumlah anggota maupun kerjasamanya. Kelompok dalam kluster

(11)

anggota, penurunan kerjasama dan tidak melakukan diversifikasi usaha. Hal tersebut terjadi

karena adanya konflik dalam kelompok dan sulit membina kekompakan dalam kelompok.

Hasil penelitian Agustina Abdullah (2008) yang menyimplkan, kemampuan kelompok

peternak sapi dibedakan atas adanya kriteria sebagai berikut :

1. . Kelompok Tani Ternak Kelas Pemula. Anggota kelompok memahami pentingnya

berkelompok untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Kelompok sudah memiliki

struktur organisasi, pengurus, anggota, sekretariat, anggaran dasar dan anggaran rumah

tangga (AD/ART), buku administrasi (buku notulen, buku anggota, buka simpan pinjam,

buku pengurus, buku arsip kelompok, buku kas, dll).

2. Kelompok Tani Ternak Kelas Lanjut. AD/ART telah dijalankan semestinya, pertemuan

rutin dilakukan minimal sebulan sekali dan hasil pertemuan tercatat, kelompok mampu

mengidentifikasi masalah dan menyusun perencanaan, kegiatan usaha produktif telah

dimiliki oleh kelompok. Kelompok mempunyai akses pinjaman kredit karena modal yang

dimiliki kelompok layak mendapatkan kredit.

3. . Kelompok Tani Ternak Kelas Madya. Status kelas kelompok tani madya yaitu

kelompok telah mengembangkan jaringan kerja dengan lembaga lain (pasar, keuangan).

Kelompok memiliki data dasar yang mendukung aspek pemasaran hasil

pertanian/peternakan, dan mempunyai usaha penanganan pasca panen.

4. . Kelompok Tani Ternak kelas Mandiri. Kelembagaan kelompok telah kuat sehingga

dapat melakukan evaluasi dan perencanaan, melakukan monitoring secara rutin.

Kelembagaan kelompok telah berkembang, pendapatan anggota jelas meningkat dan

(12)

Kelompok tani ternak Bontosura termasuk dalam kategori kelas madya dengan nilai 705,

sementara kelompok tani ternak Bunging Loh dalam kategori kelas pemula (nilai 315). Dilain

pihak, kelompok tani ternak lainnya dalam katergori kelas lanjut dengan nilai masing-masing

kelompok adalah Singaraja KWT 510, Jatia 405, Bontosura KWT 495, Garuda 430, Singaraja

405, serta Saukeng 425. Rata-rata skor aspek administrasi kelompok tani yang disurvey adalah

77.5, dengan karakteristik secara umum memiliki buku administrasi kelompok seperti buku

tamu, buku pinjaman, daftar anggota, buku simpanan, notulen rapat, buku kas, buku produksi.

Untuk aspek perencanaan umumnya kelompok telah memiliki Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK). Rencana pengembangan usaha telah dibuat, dan saat survey dilakukan

kelompok tani ternak telah melaksanakannya. Rata-rata skor aspek perencanaan adalah 48.1.

Organisasi dan kelembagaan, umumnya kelompok tani ternak telah disusun Anggaran dasar dan

Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), dengan kondisi kepengurusan kelompok sudah lengkap.

Kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok 50-90%. Pemupukan modal dengan rata-rata

skor yang dicapai kelompok tani ternak adalah 85,0. Secara umum pengembangan modal

dilakukan melalui iuran/simpanan anggota, mengembangkan usaha simpan pinjam dan arisan.

Kelompok tani ternak melakukan hubungan kelembagaan dengan kerjasama pihak dinas terkait,

swasta seperti pengusaha saprodi, pengusaha hasil bumi, koperasi, perguruan tinggi, dengan

rata-rata skor aspek hubungan kelembagaan adalah 46.9. Rata-rata-rata skor aspek teknologi kelompok

tani yang disurvey adalah 52,5. Kelompok tani telah menerapkan teknologi budidaya seperti

fermentasi limbah pertanian sebagai pakan ternak, reproduksi (IB), pascapanen seperti bokashi,

kompos, pengolahan telur asin, gula kambuh, pengolahan dan pemasaran coklat. Teknologi

(13)

2.4 Pengertian Peran

Peran (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu

peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu

pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain

dan sebaliknya.(Soekanto, 2009:212-213 ).

2.5 Pengertian Kelompok

Kelompok menurut Santos (1999) adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu,

yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar

kesatuan persepsi. Kelompok mempunyai keragaman dalam banyak hal, yakni ukuran, lamanya,

nilai nilai dari tujuan, ruang lingkup dan yang terpenting adalah keragaman dalam ukuran

kelompok. Kelompok kecil memiliki anggota tiga sampai 20 orang dan apabila lebih disebut

sebagai organisasi formal (Sears dkk, 1999). Menurut Johnson & Johnson (2000) kelompok

terbentuk karena suatu alasan. Orang masuk ke dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan

yang tidak dapat dicapai sendirian.

2.6 Pengertian Peternakan

Peternakan yaitu kegiatan mengembangbiakan dan membuddidayakan hewan ternak

dengan cara dipelihara dan dirawat sebaik mungkin dengan maksud untuk mendapatkan manfaat

dan hasil serta untuk memperoleh tujuan.

2.7 Pengertian Kemampuan

Kemampuan (abilities) adalah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu

(14)

Soelaiman (2007:112) kemampuan adalah sifat yang dibawa dari lahir atau dipelajari yang

Referensi

Dokumen terkait

Namun masih terdapat kekurangan yaitu: SILKBW di UPKKUB tidak memiliki admin (administrator) yang memiliki hak akses secara penuh untuk menjalankan sistem; SILKBW di

Buana Intan Gemilang, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab utama operator melakukan gerakan-gerakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan pada proses produksi kain

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang meliputi pengumpulan sampel, pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak

Hasil belajar melalui observasi tidak dinilai berdasarkan kemiripan respon dengan tingkah laku yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi (keyakinan untuk

Rasio GWM Rupiah mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kondisi bermasalah dan pengaruhnya posistif artinya semakin tinggi rasio GWM Rupiah,

Gambar ekstrak Ganggang Merah ( Kappaphycus alvarezii ) dan gambar hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia.. Ekstrak

Akan tetapi pada subjek dengan intensitas dzikir nafasnya kurang 25% diantaranya cenderung mempunyai latensi tidur yang kurang baik .Hal ini menunjukkan bahwa intensitas dzikir

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai perbanyakan bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan cara setek cabang dan diberi zat pengatur