• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Stigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STIGMA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) TERHADAP PENERIMAAN MASYARAKAT DESA BUNTU BEDIMBAR

DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

NURLAMA SIREGAR 107032230/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH STIGMA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) TERHADAP PENERIMAAN MASYARAKAT DI DESA BUNTU BEDIMBAR

DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURLAMA SIREGAR 107032230/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH STIGMA ORANG DENGAN

HIV/AIDS (ODHA) TERHADAP PENERIMAAN MASYARAKAT DI DESA BUNTU BEDIMBAR DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG Nama Mahasiswa : Nurlama Siregar

Nomor Induk Mahasiswa : 107032230

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (dr. Yusniwarti Yusad, M.Si Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 13 Agustus 2012

Panitia Penguji Tesis

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. Dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH STIGMA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) TERHADAP PENERIMAAN MASYARAKAT DI DESA BUNTU BEDIMBAR

DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

(6)

ABSTRAK

Kejadian human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS) tergolong tinggi di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan bahkan terdapat 15 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal. Diperkirakan jumlah ini masih jauh lebih banyak lagi karena masih banyaknya kasus-kasus yang tidak terdeteksi. Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun

dalam hal lainnya. `

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh stigma AIDS terhadap penerimaan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Jenis Penelitian bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan besar sampel sebesar 186 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma ODHA (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap ODHA di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Diperlukan peningkatan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya penerimaan masyarakat terhadap ODHA dan menjelaskan dengan benar cara-cara penularan, pencegahan HIV/AIDS sehingga masyarakat tidak lagi salah persepsi mengenai ODHA. Selain itu perlu kerjasama lintas sektoral dan program untuk memperdayakan ODHA serta menggalakan kegiatan-kegiatan olahraga menghidupkan karang taruna dan kegiatan-kegiatan kerohanian seperti remaja mesjid, perkumpulan gereja dan lain-lain sehingga waktu luang masyarakat diisi dengan hal-hal yang positif.

(7)

ABSTRACT

The incident of HIV/AIDS in Buntu Bendimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District is high and 15 persons living in this village with HIV/AIDS died. It is estimated that this number will be higher because many cases which are not yet detected. This high stigma of community members towards those with HIV/AIDS resulted in many discriminatory treatments either in terms of occupation, nursing care, treatment, education or other things.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of stigma of AIDS on the acceptance of the community in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. The population of this study was all of the people living in Buntu Bedimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District and 186 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the stigma of the people with HIV/AIDS (instrumental, symbolic, courteous stigma) had influence on the acceptance of community towards those with HIV/AIDS din Buntu Bedimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District.

Intensive extension on the importance of accepting those with HIV/AIDS, good explanation on how HIV/AIDS can spread and how to prevent HIV/AIDS needs to be increased that the community members will no longer have wrong perception on those with HIV/AIDS. In addition, inter-sectoral cooperation and the program to empower those with HIV/AIDS and encouraging sport activities, reactivating youth association and spiritual activities, masjid youth association, church association and so forth that the leisure time of the community members are filled with positive things.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Berikut selawat serta salam kita junjungkan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya.

Tesis ini berjudul: “Pengaruh Stigma Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang”. Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dari Allah SWT, serta bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi segala kendala dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena pada kesempatan ini penulis sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

(9)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Dr. Heru Santoso, M.S, Ph.D, selaku pembimbing satu dan dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku penguji satu dan Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si, penguji dua yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesisi ini.

7. M. Sahib selaku Kepala Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin melakukan penelitian.

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Alm. Baginda Manotop Siregar dan Ibunda Hj. Rostiana Pane, untuk dukungan dan doa yang tak henti-hentinya. 10. Suami tercinta Gunawan Syahputra Harahap dan ananda tercinta Afika ,Yudha,

atas motivasi, kesabaran juga doanya selama penulis menjalani pendidikan.

(10)

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, maka penulis memohon kehadiarat Allah SWT semoga mendapat balasan yang setimpal.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, karena penulis yakin tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Medan, September 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nurlama Siregar, Lahir pada tanggal 22 Juni 1972 di Parau Sorat Sipirok, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm. Baginda Manotop Siregar dan Hj. Rostiana Pane. Pendidika formal penulis dimulai dari SD Negeri 3 Padang Sidempuan, selesai pada tahun 1985, SMP Negeri 3 Padang Sidempuan selesai pada tahun 1988, SMA Swasta Abdi Negara Padang Sidempuan selesai pada tahun 1991, Pendidikan Ahli Madya Keperawatan pada tahun 1994, Pendidikan D IV Perawat Pendidik Jurusan Keperawatan Maternitas di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara selesai pada tahun 1998, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia selesai pada tahun 2001, Profesi Ners Universitas Indonesia selesai pada tahun 2002.

Penulis mulai bekerja sebagai fungsional dosen di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Medan sampai dengan sekarang. Dosen tidak tetap di swasta (Akper Wira Husada, Akper Harapan Mama, Akper Hisarma dan STIKes Sari Mutiara) dari tahun 2002 s/d 2004, dari tahun 2008 sampai dengan sekarang sebagai dosen tidak tetap di STIKes Sumatera Utara.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengertian HIV ... 8

2.2 Pengertian AIDS ... 9

2.3 Epidemiologi ... 10

2.4 Etiologi dan Patogenesis ... 11

2.5 Cara Penularan ... 13

2.6 Gejala Klinis ... 15

2.6.1 Fase Awal ... 15

2.6.2 Fase Lanjut ... 15

2.6.3 Fase Akhir ... 15

2.7 Pengobatan ... 16

2.8 Pencegahan ... 16

2.9 Stigma ... 19

2.9.1 Pengertian Stigma ... 19

2.9.2 Stigma Orang dengan HIV/AIDS ... 21

2.9.3 Issu Mengenai Stigma ODHA ... 24

2.9.4 Ketakutan Akan Stigma dan Diskriminasi, Kendala Utama Penanganan HIV/AIDS ... 27

2.9.5 Stigma HIV/AIDS Masih Berkutat pada Masalah Seks .. 29

2.10 Sikap ... 30

2.10.1. Defenisi Sikap ... 30

(13)

2.10.2.1. Sikap Sosial ... 31

2.10.2.2. Sikap Individual ... 32

2.11 Penerimaan ... 36

2.12 Landasan Teori ... 37

2.13 Kerangka Konsep ... 38

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Populasi Dan Sampel ... 40

3.3.1 Populasi ... 40

3.3.2 Sampel ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Jenis Data ... 42

3.4.2 Uji Validitas dan Realibilitas ... 43

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 45

3.5.1 Variabel ... 45

3.5.2 Defenisi Operasional ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 47

3.6.1 Variabel Independen ... 47

3.6.2.Variabel Dependen ... 48

3.7 Metode Analisa data ... 49

3.7.1 Analisis Univariat ... 49

3.7.2 Analisis Bivariat ... 49

3.7.3. Analisis Multivariat ... 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 51

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

4.2 Karaktersitik Responden ... 52

4.3 Analisis Univariat ... 53

4.3.1 Variabel Bebas ... 53

(14)

4.4 Analisis Bivariat ... 55

4.5 Analisis Multivariat ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN ... 62

5.1. Pengaruh Stigma Instrumental terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 62

5.2. Pengaruh Stigma Simbolitas terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 64

5.3. Pengaruh Stigma kesopanan terhadap Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 67

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1. Kesimpulan ... 71

6.2. Saran ... 72

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 38 3.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 41 3.2 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 47 4.1 Karakteristik Responden di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ... 52 4.2. Distribusi Frekuensi Stigma Instrumental Masyarakat di Desa

Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 53 4.3 Distribusi Frekuensi Stigma Simbolitas Masyarakat di Desa Buntu

Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 54 4.4 Distribusi Frekuensi Stigma Kesopanan Masyarakat di Desa Buntu

Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 54 4.5 Distribusi Frekuensi Penerimaan Masyarakat di Desa Buntu

Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 55 4.6 Hubungan Stigma ODHA (Stigma Instrumental, Simbolitas dan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 75

2. Master Data Validitas dan Reliabilitas ... 82

3. Output Validitas dan Reliabilitas ... 83

4. Master Tabel Tesis Pengaruh Stigma ODHA ... 87

5. Output Analisis Data ... 89

6. Surat Izin Penelitian dari Pendidikan ... 102

7. Surat Izin Penelitian dari Kepala Desa Buntu Bedimbar ... 103

(18)

ABSTRAK

Kejadian human immunodeficiency virus (HIV)/acquired immune deficiency syndrome (AIDS) tergolong tinggi di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan bahkan terdapat 15 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang meninggal. Diperkirakan jumlah ini masih jauh lebih banyak lagi karena masih banyaknya kasus-kasus yang tidak terdeteksi. Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun

dalam hal lainnya. `

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh stigma AIDS terhadap penerimaan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Jenis Penelitian bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan besar sampel sebesar 186 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigma ODHA (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) berpengaruh terhadap penerimaan masyarakat terhadap ODHA di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Diperlukan peningkatan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya penerimaan masyarakat terhadap ODHA dan menjelaskan dengan benar cara-cara penularan, pencegahan HIV/AIDS sehingga masyarakat tidak lagi salah persepsi mengenai ODHA. Selain itu perlu kerjasama lintas sektoral dan program untuk memperdayakan ODHA serta menggalakan kegiatan-kegiatan olahraga menghidupkan karang taruna dan kegiatan-kegiatan kerohanian seperti remaja mesjid, perkumpulan gereja dan lain-lain sehingga waktu luang masyarakat diisi dengan hal-hal yang positif.

(19)

ABSTRACT

The incident of HIV/AIDS in Buntu Bendimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District is high and 15 persons living in this village with HIV/AIDS died. It is estimated that this number will be higher because many cases which are not yet detected. This high stigma of community members towards those with HIV/AIDS resulted in many discriminatory treatments either in terms of occupation, nursing care, treatment, education or other things.

The purpose of this analytical survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of stigma of AIDS on the acceptance of the community in Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District. The population of this study was all of the people living in Buntu Bedimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District and 186 of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the stigma of the people with HIV/AIDS (instrumental, symbolic, courteous stigma) had influence on the acceptance of community towards those with HIV/AIDS din Buntu Bedimbar Village, Tanjung Morawa Subdistrict, Deli Serdang District.

Intensive extension on the importance of accepting those with HIV/AIDS, good explanation on how HIV/AIDS can spread and how to prevent HIV/AIDS needs to be increased that the community members will no longer have wrong perception on those with HIV/AIDS. In addition, inter-sectoral cooperation and the program to empower those with HIV/AIDS and encouraging sport activities, reactivating youth association and spiritual activities, masjid youth association, church association and so forth that the leisure time of the community members are filled with positive things.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan akibat turunnya/hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan darah. Penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan penularan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya (KPA 2007).

Berdasarkan laporan dari tahun ke tahun kasus AIDS menunjukkan trend peningkatan yang terus-menerus. WHO (World Health Organization) pada akhir tahun 2009 menyatakan 33,3 juta orang hidup dengan HIV dan 1,8 juta orang meninggal karenanya. Diperkirakan jumlah ini masih jauh lebih banyak lagi karena masih banyaknya kasus-kasus yang tidak terdeteksi. HIV/AIDS sudah menjadi global

effect dengan kecepatan penularan penyebaran yang sangat pesat, diperkirakan 1 menit 5 orang tertular di seluruh dunia.(UNAIDS 2006)

(21)

epidemi adalah tiga perilaku yang beresiko tinggi : seks komersial yang tidak terproteksi, berbagai alat suntik di kalangan pengguna NAPZA (narkotika dan zat psikoasktif lainnya) dan seks antar lelaki yang tidak terproteksi.(KPA 2007)

Sejak kasus AIDS pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, jumlah kasus bertambah secara perlahan menjadi 225 kasus di tahun 2000. Sejak itu kasus AIDS bertambah cepat dipacu oleh penggunaan NAPZA suntik. Pada tahun 2006, sudah terdapat 8.194 kasus AIDS. Pada akhir tahun 2009 dilaporkan sebesar 17.699 kasus AIDS, 15.608 kasus diantaranya dalam golongan usia produktif 25-49 tahun (88%). Dari laporan Ditjen PP dan PL Depkes RI juga dapat dilihat jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia sampai dengan akhir Juni 2011 sebanyak 26.483 kasus. (Jurnal IKM, 2012)

(22)

Kabupaten Deli Serdang sendiri sampai dengan tahun 2010 ditemukan kasus baru HIV 97 kasus, dan AIDS 53 kasus. Di Kecamatan Tanjung morawa ditemukan kasus HIV 41orang dan AIDS11orang. (Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2010). Dari 26 desa di Kecamatan Tanjung Morawa didapatkan angka AIDS lebih tinggi di Desa Buntu Bedimbar dibandingkan desa-desa lainnya, dimana angka kejadian yang tercatat pada tahun 2010 sebanyak 6 orang positif HIV sedangkan pada tahun 2011 yang positif HIV sebanyak 10 orang. dan menurut pengamatan peneliti sendiri telah ditemukan di salah satu Dusun di Desa Buntu Bedimbar 15 Orang Dengan HIV /AIDS (ODHA) meninggal sampai dengan tahun 2011.

(23)

Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya. (Jurnal IKM ,2012)

Menurut Maman dalam Leslie Butt (2010) Stigma didefenisikan sebagai perbedaan-perbedaan yang merendahkan yang secara sosial dianggap mendiskreditkan dan dikaitkan dengan berbagai stereotip negatif. Stigma dari masyarakat muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap HIV/AIDS secara menyeluruh. Masyarakat mengetahui HIV/AIDS sebatas penyakit menular dan penderitanya berbahaya. Pemahaman yang salah dari masyarakat ini telah menjadi sebuah pembenaran untuk dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya. Kondisi budaya, gender dan layanan kesehatan mempengaruhi bagaimana ODHA memandang issu-issu stigma dan HIV/AIDS (Hasbullah, 1999).

Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Terjadi di tengah keluarga, masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan kesehatan. Orang bisa melakukan diskriminasi baik dalam kapasitas pribadi maupun profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan mereka. Stigma dapat menghambat pencegahan penularan, dan keputusasaan karena takut tidak dapat diterima oleh masyarakat. Akibatnya, angka penularan HIV semakin tinggi dan penanggulangannya yang semakin sulit (Kesrepro, 2007).

(24)

laki-laki). Hasil penelitian menunjukkan adanya ketakutan-ketakutan yang luar biasa tentang stigma dari para responden, dan berbagai upaya ekstrim yang dilakukan para responden untuk mencoba dan melindungi diri mereka dari stigma. Banyak responden menyebutkan cerita-cerita yang sudah diketahui tentang orang-orang yang ‘dihukum’ hingga hampir mati, atau dihina oleh masyarakat, yang mereka pakai sebagai alasan untuk melindungi diri mereka, para responden juga menceritakan praktek-praktek stigma datang dari beragam sumber, yang mempertanda bahwa akar stigma berasal dari praktek-praktek budaya yang dekat yang tak jauh berbeda dengan yang terjadi di kondisi-kondisi ekonomi makro atau politik yang lebih besar. Secara khusus, para responden dengan jelas menyebutkan stigma berasal dari pengungkapan status mereka oleh orang lain yang memiliki kekuasaan seperti pemimpin gereja atau petugas kesehatan, kesalahan dalam penyediaan layanan kesehatan termasuk pelanggaran atas kerahasiaan, kurangnya akses ke ARV (Anti Retro Viral) atau pelanggaran akses, diskriminasi di tingkat kerabat dan masyarakat, pikiran-pikiran budaya dan praktek-praktek menyangkut sakit yang serius, nilai-nilai budaya seputar kematian dan ajal, nilai-nilai budaya menyangkut pengucilan, kondisi-kondisi politik yang menyebabkan rasisme, ketidakadaan atau tidak cukup layanan kesehatan, penundaan dalam penyediaan berbagai layanan dasar (Leslie Butt, 2010).

(25)

mempengaruhi penerimaan masyarakat di Desa Buntu Bedimbar sehingga ODHA harus merahasiakan penyakitnya. Dan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah ini.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk menganalisa bagaimana pengaruh stigma ODHA (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) terhadap penerimaan masyarakat Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh stigma AIDS (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) terhadap penerimaan masyarakat di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh stigma ODHA terhadap penerimaan masyarakat. Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

(26)

2. Bagi Puskesmas/ Dinas Kesehatan (VCT )

Sebagai masukan informasi bagaimana pengaruh stigma ODHA terhadap penerimaan masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap ODHA

4. Bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA 5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim

(28)

grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006).

2.2. Pengertian AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

(29)

2.3. Epidemiologi

Gambar 2.1 Daerah Epidemi HIV/AIDS di dunia.

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari

(30)

kasus sudah mencapai 16.110 kasus AIDS dan 6.554 kasus HIV. Sedangkan jumlah kematian akibat AIDS yang tercatat sudah mencapai 3.362 orang. Dari seluruh penderita AIDS tersebut, 12.061 penderita adalah laki-laki dengan penyebaran tertinggi melalui hubungan seks (Depkes RI, 2008).

2.4. Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein

(31)

fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif (Borucki, 1997).

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan

viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa ini, virus

tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan

reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian (Brooks, 2005).

(32)

mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit (Zein, 2006).

2.5. Cara Penularan

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu melalui cairan tubuh seperti darah ,cairan genitalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah di sunat memiliki resiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak dissunat (Widoyono, 2008).

Selain melalui cairan tubuh, HIV ditularkan juga melalui : 1. Ibu Hamil

a. Secara interaurin, intrapartum, dan postpartum (ASI) b. Angka transmisi mencapai 20-50%

c. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga

d. Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI adalah 11-29%

(33)

(yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan angka HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya dissusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.

2. Jarum Suntik

a. Pervalensi 5-10 %

b. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat

c. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25% dan di Bali 53%

3. Transfusi Darah

a. Resiko penularan sebesar 90% b. Prevalensi 3-5%

4. Hubungan seksual a. Prevalensi 70-80%

b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim

(34)

2.6. Gejala Klinis

Orang yang terinfeksi virus HIV belum tentu AIDS. Perlu waktu 3-10 tahun untuk menjadi AIDS. HIV positif belum tentu AIDS, tetapi akhirnya akan menjadi AIDS, dan status HIV positif tidak pernah berubah menjadi HIV negatif. (Djuanda A, 2007). Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

2.6.1. Fase Awal

Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

2.6.2. Fase Lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

2.6.3. Fase Akhir

(35)

2.7. Pengobatan

Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan

inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang (Djauzi, S. Djoerban Z.,2007).

Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).

2.8. Pencegahan

(36)

Setia (S) pada pasangan seks yang sah (be faithful/fidelity), artinya tidak berganti-ganti pasangan seks, dan penggunaan Kondom (K) pada setiap melakukan hubungan seks yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS) lainnya. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan PSK.

Bagi mereka yang belum melakukan hubungan seks (remaja) perlu diberikan pendidikan. Selain itu, paket informasi AIDS untuk remaja juga perlu dilengkapi informasi untuk meningkatkan kewaspadaaan remaja akan berbagai bentuk

rangsangan dan rayuan yang datang dari lingkungan remaja sendiri (Muninjaya, 1998).

Mencegah lebih baik daripada mengobati karena kita tidak dapat melakukan tindakan yang langsung kepada si penderita AIDS karena tidak adanya obat-obatan atau vaksin yang memungkinkan penyembuhan AIDS. Oleh karena itu kita perlu melakukan pencegahan sejak awal sebelum terinfeksi. Informasi yang benar tentang AIDS sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak mendapat berita yang salah agar penderita tidak dibebani dengan perilaku yang tidak masuk akal (Anita, 2000).

(37)

Paket komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang masalah AIDS adalah salah satu cara yang perlu terus dikembangkan secara spesifik di Indonesia khususnya kelompok masyarakat ini. Namun dalam pelaksanaannya masih belum konsisten (Muninjaya, 1998).

Upaya penanggulangan HIV/AIDS lewat jalur pendidikan mempunyai arti yang sangat strategis karena besarnya populasi remaja di jalur sekolah dan secara politis kelompok ini adalah aset dan penerus bangsa. Salah satu kelompok sasaran remaja yang paling mudah dijangkau adalah remaja di lingkungan sekolah (closed community) (Muninjaya, 1998).

Keimanan dan ketaqwaan yang lemah serta tertekannya jiwa menyebabkan remaja berusaha untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan ingin diterima dalam lingkungan atau kelompok tertentu. Oleh karena itu diperlukan peningkatan keimanan dan ketaqwaan melalui ajaran-ajaran agama. (Badan Narkotika Nasional, 2009).

Cara-cara mengurangi resiko penularan AIDS antara lain melalui seks aman yaitu dengan melakukan hubungan seks tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, anus, ataupun mulut. Bila air mani tidak masuk ke dalam tubuh pasangan seksual maka resiko penularan akan berkurang. Apabila ingin melakukan senggama dengan penetrasi maka seks yang aman adalah dengan menggunakan alat pelindung berupa kondom (Yatim, 2006).

(38)

termaksuk masase, saling rangkul, raba, dan saling bersentuhan tubuh tanpa kontak vaginal, anal, atau oral (Hutapea, 1995).

Bagi pengguna obat-obat terlarang dengan memakai suntik, resiko penularan akan meningkat. Oleh karena itu perlu mendapat pengetahuan mengenai beberapa tindakan pencegahan. Pusat rehabilitasi obat dapat dimanfaatkan untuk menghentikan penggunaan obat tersebut (Badan Narkotika Nasional, 2009).

Bagi seorang ibu yang terinfeksi AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. ASI juga dapat menularkan HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi HIV pada saat mengandung maka ada kemungkinan si bayi lahir sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui anaknya sekalipun HIV. Bayi yang tidak diberi ASI beresiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi (Yatim, 2006). Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat pengobatan (MFMER, 2008).

2.9. Sikap

2.9.1. Definisi Sikap

(39)

Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi, atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.

Menurut Gerungan dalam Ahmadi (2007). Pengertian attitude dapat dierjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap satu hal.

Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

Menurut Ahmadi tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek, yaitu :

1. Aspek Kognitif: yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenak pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek tau kelompok objek tertentu.

2. Aspek Afektif: berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakuttan, kedengkian, simpati, antipasti dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.

(40)

2.9.2. Sikap Sosial dan Individual 2.9.2.1. Sikap Sosial

Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi dipehatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah objek sosial (objeknya banyak orang-orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap bergabung seluruh anggota kelompok karna meninggalnya seorang pahlawannya.

Jadi yang menandai adanya sikap moral adalah: a. Subjek yaitu orang-orang dalam kelompoknya. b. Objek yaitu objeknya sekelompok, objeknya sosial. c. Dinyatakan berulang-ulang

2.9.2.2. Sikap Individual

Ini hanya dimiliki secara individual seorang demi seorang. Objeknya pun bukan merupakan objek sosial. Misalnya: sikap yang berupa kesenangan atas salah satu jenis makanan atau salah satu jenis tumbuh-tumbuhan.

Individu akan sangat senang dengan rujak cingur. Senang yang bersifat individual. Mungkin orang-orang lain meskipun dalam kelompoknya belum tentu senang akan rujak cingur. Objeknya bukan objek sosial.

Menurut Ahmadi (2007), sikap dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:

(41)

2. Sikap Negatif: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan mengancam, mencela,menyerang bahkan membinasakan obyek itu (Ahmadi,2007).

Menurut Notoatmojo (2007) sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.9.3. Prasangka Sosial

(42)

prasekolah. Anak menyadari bahwa ia telah masuk dalam kelompoknya yaitu keluarganya dan meluas kepada bangsanya (Ahmadi, 2007).

Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangka sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas dalam intergroup relation. Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk para anggotanya.

Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut: Menurut Kimball Young dalam (Ahmadi, 2007) prasangka adalah mempunyai ciri khas petentangan antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya in group dan out group.

Sherif and Sherif dalam (Ahmadi,2007) mengatakan prasangka sosial adalah sikap negatif para anngota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti, kepada kelompok lain beserta anggotanya. Jadi prangsaka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu lain atau kelompok lain.

Orang tidak begitu saja secara otomatis berprasangka terhadap orang lain. Tetapi ada factor-faktor tertentu yang menyebabkan ia berprasangka di sini. Berkisar pada masalah yang bersifat negatif terhadap orang (kelompok lain). Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya prasangka:

(43)

kambing hitam sebagai sebab kegagalannya, misalnya: terjajah dengan penjajahan. Suatu bangsa dijajah dalam waktu yang vukup lama. Setelah bebas kembali, bangsa itu berusaha membangun negaranya usaha pembangunan ini ternyata tidak berhasil atau gagal. Sebab kegagalan ini tidak dicari pada diri bangsa itu sendiri, tetapi ditemukan atau dibebankan kepada bangsa penjajahan. 2. Orang berprasangka, karna ia sudah dipersiapkan didalam lingkungannya atau

kelompoknya untuk berprasangka. Misalnya: seorang anak Amerika Serikat (kulit putih) dilahirkan didalam keluarga kulit putih. Didalam keluarga itu sudah dianut atau ditegakkan suatu norma tertentu yaitu bahwa orang Negro itu pemalas, bodoh, tidak tahu kesusilaan dan kotor.

Anggapan semacam ini sudah tertanam pada diri anak sejak kecil, sehingga anak akan mengikuti pula anggapan semacam ini. Berdasarkan ini maka tidak mustahil bila terjadi seorang anak kulit putih telah berprasangka terhadap terhadap orang Negro, meskipun anak tersebut belum pernah bergaul dengan orang Negro. Hal semacam ini tentu saja merugikan perkembangan anak.

3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan,dimana perbedaan ini menimbulkan perasaan superior. Perbedaan di sini bisa meliputi

a. Perbedaan fisik/biologis, ras

Misalnya: Amerika Serikat dan Negro. b. Perbedaan lingkungan/geografis.

(44)

c. Perbedaan kekeyaan

Misalnya: orang kaya dan orang miskin d. Perbedaan status sosial

Misalnya: majikan dan buruh e. Perbedaan kepercayaan/agama f. Perbedaan norma sosial.

Dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan diman perbedaan itu menimbulkan perasaan superior.

4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.

Misalnya: bangsa yang dijajah dengan bangsa penjajah. Kesan dari bangsa dari bangsa yang dijajah ialah bahwa penjajah itu kejam, mengharuskan kerja paksa, merampas kebebasan dan sebagainya. Dengan kesan tau pengalaman semacam ini terjajah akan berprasangka terhadap penjajah.

5. Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan didalam lingkunagn tertentu. Misalnya: orang selalu berprasangka terhadap status ibu tiri, atau anak tiri.

2.10.Stigma

2.10.1.Pengertian Stigma

(45)

yang memberikan pengaruh yang buruk pada penerimaan sosial seorang individu yang terkena (Dadang, 2001).

Menurut Busza (2004) secara umum stigma merujuk pada persepsi yang negatif pada suatu keadaan yang sebenarnya tidak terbukti. Stigma adalah suatu hal yang dipakai seseorang atau kelompok dalam menganggap suatu keadaan yang negatif yang kemudian akan dipakai menjadi suatu norma pada seseorang atau kelompok dalam masyarakat.

Maman dalam Leslie Butt (2010) mendefenisikan stigma sebagai perbedaan-perbedaan yang merendahkan yang secara sosial dianggap mendiskreditkan, dan dikaitkan dengan berbagai stereotip negatif. Diskriminasi sendiri merupakan aksi-aksi spesifik yang didasarkan pada berbagai stereotip negatif ini yakni aksi-aksi yang dimaksudkan untuk mendiskredit dan merugikan orang. Dalam praktek, seseorang yang terkena stigma dianggap sebagai tantangan bagi tatangan moral (stigmatisasi), sehingga orang tersebut mesti dijatuhkan/direndahkan, atau dikucilkan (diskriminasi). Parker dan Aggleton dalam Leslie Butt (2010) menekankan bagaimana stigma terjadi pada berbagai tingkat. Keduanya mengidentifikasi 4 tingkat utama terjadinya stigma: 1. Diri: berbagai mekanisme internal yang dibuat diri sendiri, yang kita sebut

stigmatisasi diri.

2. Masyarakat: gosip, pelanggaran dan pengasingan di tingkat budaya dan masyarakat

(46)

4. Struktur: lembaga-lembaga yang lebih luas seperti kemiskinan, rasisme, serta kolonialisme yang terus-menerus mendiskriminasi suatu kelompok tertentu. Menurut Adam (2000) Perhatian terhadap stigma sesuai dengan perhatian yang lebih luas tentang penyimpangan dan penamaannya. Tindakan penamaan seringkali menggerakkan proses rekonstruksi kognitif yang merusak, yang memberikan data perilaku sebuah makna yang hampa dan tidak menyenangkan, karena itu muncul kecenderungan kuat bagi reaksi stigmatisasi untuk bergerak di dalam arah stereotype yang merasionalkan atau menjelaskan pengaruh negatif yang ada. Meskipun demikian banyak reaksi stigmatisasi pada awalnya dicirikan oleh kegelisahan yang samar-samar dan pengaruh yang tidak pada tempatnya.

2.10.2.Stigma Orang dengan HIV/AIDS

(47)

kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya penyebaran HIV. (Humas BNN 2011)

Menurut Herek and Capitanio (1999) stigma ODHA lebih jauh dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1. Stigma Instrumental ODHA

2. Stigma Simbolis ODHA yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.

yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.

3. Stigma Kesopanan ODHA

Stigma ODHA sering diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan denga

yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan issu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.

narkoba melalui suntikan. Di banyak AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas, yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya sikap-sikap anti homoseksual. Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi

(48)

perilaku yang telah terstigma dalam masyarakat, ODHA sering dianggap sebagai yang bertanggung jawab bila ada terinfeksi, nilai-nilai moral atau agama membuat orang yakin bahwa HIV/AIDS sebagai hasil dari pelanggaran moral.

dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat

Menurut Leslie Butt (2010) dari hasil penelitian mereka di pegunungan Papua dengan 28 responden dari latar belakang yang beragam, para responden mengungkapkan mereka mengalami stigma dari berbagai sumber. Diantaranya:

orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

1. Pengungkapan status mereka tanpa sepengetahuan mereka oleh orang-orang lain 2. Pengungkapan status mereka secara sukarela oleh orang-orang lain

3. Pengungkapan status mereka oleh seseorang yang berpengaruh seperti pemimpin gereja atau petugas kesehatan

4. Pengungkapan status mereka oleh orang tua 5. Kesalahan dalam penyediaan layanan kesehatan

6. Kurangnya akses ke obat-obatan ARV atau akses yang diketahui orang lain 7. Kurangnya pengetahuan tentang HIV, transmisi dan ARV

8. Diskriminasi oleh kerabat jauh dan masyarakat

(49)

10. Nilai-nilai budaya yang berkenaan dengan kematian dan menjelang kematian/sekarat

a. Nilai-nilai budaya tentang pengasingan

b. Kondisi-kondisi politik yang menyebabkan rasisme c. Tak adanya atau kurangnya layanan kesehatan d. Penundaan dalam penyediaan berbagai layanan dasar e. Stigmatisasi diri

2.10.3.Issu Mengenai Stigma ODHA

Berikut beberapa issu mengenai stigma ODHA menurut Kesrepro (2007): 1. Dukungan Bagi ODHA dan Keluarga

ODHA mengalami proses berduka dalam kehidupannya, sebuah proses yang seharusnya mendorong pada penerimaan terhadap kondisi mereka. Namun, masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini negatif serta memperlakukan ODHA dan keluarganya sebagai warga masyarakat kelas dua. Hal ini menyebabkan melemahnya kualitas hidup ODHA.

2. Tempat Layanan Kesehatan

(50)

didaftar berarti secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label nama atau metode lain yang mengidentifikasikan seseorang sebagai HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf, penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit.

3. Akses untuk Perawatan

ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti masyarakat umum dan kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai akses untuk pengobatan ARV mengingat tingginya harga obat-obatan dan kurangnya infrastruktur medis di banyak negara berkembang untuk memberikan perawatan medis yang berkualitas.Bahkan ketika pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang kemampuan mereka untuk mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi pada kelompok pengguna narkoba suntikan.

4. Pendidikan

(51)

5. Sistem Peradilan

Perilaku negatif atau prasangka terhadap ODHA dapat direfleksikan dengan penolakan atau akses yang lebih sedikit untuk sistem peradilan dan penilaian menyangkut issu-issu seperti kerahasiaan status HIV dan perlindungan dalam kasus perkosaan/penganiayaan. Sistem peradilan juga dapat meningkatkan stigmatisasi, misalnya ketika kelompok yang rentan, misalnya pekerja seks dan pengguna narkoba, dianggap bersalah ketimbang diberi dukungan untuk mencegah penularan HIV.

6. Politik

Kalangan eksekutif yang tidak berbuat apa-apa di bidang HIV/AIDS dapat melegitimasi stigma dan diskriminasi, khususnya ketika sikap diskriminasi ditujukan kepada AIDS dan orang-orang di sekitarnya, ODHA atau kelompok marjinal lainnya diabaikan dalam proses penegakan hukum, dan mereka yang melakukan diskriminasi dibiarkan saja.

7. Organisasi Kepercayan

(52)

8. Media

Beberapa jurnalis tidak mempunyai pengetahuan yang cukup atau informasi dasar ketika memberitakan situasi yang menyangkut kelompok rentan dan ODHA. Kesalahan informasi bisa mendorong adanya komentar yang tidak pantas, penggunaan istilah yang negatif, sensasionalisasi pelanggaran kerahasiaan dan terus berlangsungnya perlakuan negatif terhadap ODHA dan mereka yang terkena dampaknya, seperti juga terhadap kelompok yang rentan.

9. Tempat Kerja

Kemampuan untuk membiayai hidup dan untuk dipekerjakan adalah merupakan hak dasar manusia. Issu-issu yang berhubungan dengan HIV/AIDS menyangkut pengangkatan dan pemecatan, keamanan karyawan, pemecatan yang tidak adil, asuransi kesehatan, absen dari kerja untuk tujuan kesehatan, alokasi kerja, lingkungan yang aman, gaji dan tunjangan, perlakuan atasan dan rekan kerja, skining HIV untuk semua karyawan, promosi dan pelatihan.Seringkali pemikiran di balik issu-issu terkait ini adalah adanya kepercayaan bahwa tidak ada gunanya menginvestasi uang pada seseorang yang akhirnya toh akan meninggal. Tidak adanya kebijakan perekrutan adalah kondisi rumit yang seringkali terabaikan. 2.10.4.Ketakutan Akan Stigma dan Diskriminasi, Kendala Utama Penanganan

HIV/AIDS

(53)

tepat mengenai penyakit HIV / penyakit ini adalah merupakan suatu “hukuman” atas perbuatan yang melanggar moral atau tidak bertanggungjawab sehingga penderita HIV / untuk menerima perlakuan-perlakuan yang tidak selayaknya mereka dapatkan. Adanya ketakutan, penolakan dari masyarakat bahkan penolakan dari akses pendidikan dan kesehatan. Tindakan penolakan itu bisa berupa sekedar ucapan hingga berupa penyiksaan psikologis dan fisik yang traumatis. Trauma yang diterima penderita HIV menjadi bertumpuk-tumpuk, selain trauma karena tahu yang akan terjadi pada tubuhnya bila menderita HIV, juga trauma karena adanya stigma dan diskriminasi yang melekat terus sepanjang hidupnya (Wikipedia 2011).

(54)

Perkembangan penelitian obatan antiretroviral maupun penelitian obat-obatan peningkat sistem imun mampu mengurangi dampak buruk dari penyakit ini. Seharusnya, penderita HIV bisa diperlakukan yang sama dengan pengindap virus yang lain. Bukankah virus Flu Babi lebih menakutkan karena bisa menular tanpa adanya kontak fisik sekalipun?. Fakta sudah membuktikan bahwa disaat ini HIV / perubahan perilaku penolakan, stigma dan diskriminasi akan dapat dikurangi.

2.10.5.Stigma HIV/AIDS Masih Berkutat pada Masalah Seks

Awalnya memang perkembangan HIV ganti pasangan, Homoseksual, dan Pekerja Seks Komersial (PSK) cukup tinggi, tetapi itu terjadi pada tahun sekitar tahun 1970 hingga tahun 1980 an. Sehingga yang terjadi di masyarakat memberikan stigma bahwa yang terkena HIV/ AIDS biasanya juga dari kalangan homoseksual dan PSK. Penularan melalui hubungan seksuallah yang digembar-gemborkan sebagai penyebab utama penyakit HIV/AIDS sehingga kampanye penggunaan kondom dan safe sex pun digalakkan dimana-mana.

(55)

PSK, serta fokus – fokus lain yang masih saja berkutat pada “seks”. Usaha – usaha ini sudah cukup berhasil menekan penularan HIV / Mojongagung 2009)

2.11. Penerimaan

Penerimaan adalah : suatu proses, cara, perbuatan menerima : penyambutan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007).

Penerimaan akan memperlihatkan perlakuan yang positif, menerima sepenuhnya sesuatu perkara dengan hati yang ikhlas tanpa ada unsur-unsur terpaksa. (Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan, 2011).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan masyarakat adalah suatu proses atau perbuatan menerima dengan memperlihatkan perlakuan yang positif dengan ikhlas tanpa unsur-unsur paksaan.

2.12. Landasan Teori

Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan, yang dissusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini (Ridwan, 2005). Konsep umum yang dijadikan landasan teori adalah sikap.

(56)

sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tadi. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Menurut Zimbardo and Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide, atau objek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behaviour.

Sikap terbagi dua yaitu sikap sosial dan individual, dan dibedakan atas :

1. Sikap Positif : sikap menunjukkan atau memperlihatkan menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu berada.

2. Sikap Negatif : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

(57)

2.13. Kerangka Konsep

Stigma masyarakat terhadap Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah label negatif yang diberikan pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Ini akibat adanya prasangka sosial yang negatif terhadap ODHA. Variabel-variabel yang merupakan objek dalam penelitian ini, dikumpulkan dan dihubungkan satu dengan yang lainnya dalam bentuk bagan sesuai dengan tujuan penelitian, sebagai kerangka konsep penelitian. Jadi kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Stigma terhadap ODHA:

- Stigma Instrumental

- Stigma Simbolis

- Stigma Kesopanan

(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variable-variable yang diukur dan diobservasi dilakukan sekaligus pada waktu yang sama (Arikunto,2007). Penelitian ini dalam pembahasannya menganalisa pengaruh Stigma ODHA (stigma instrumental, simbolis, kesopanan) terhadap penerimaan masyarakat Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

(59)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2012 - Juli 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang . Dalam penelitian ini, masyarakat di asumsikan sebagai kepala keluarga di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang berjumlah 3.599 kepala keluarga.

3.3.2. Sampel

(60)

p = Proporsi penerimaan masyarakat = 0,5

Maka jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah 186 kepala keluarga yang ada di Desa Buntu Bedimbar.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random sampling, dimana setiap dusun di Desa Buntu Bedimbar memiliki wakil sesuai dengan proporsinya. Perhitungan jumlah sampel tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Tiap Dusun di Desa Buntu Bedimbar

No. Dusun Jumlah Kepala Keluarga Jumlah

(61)

Selanjutnya cara pengambilan sampel menggunakan Systematic Random Sampling dikarenakan banyaknya satuan elementer yang akan dipilih cukup besar. Pengambilan sampel sistematis dilakukan dengan cara mengambil unsur pertama yaitu satuan-satuan elementer dari 1- 5 yang dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu. Misalnya untuk dusun I jumlah KK sebanyak 236 KK yang diberi nomor urut dari 1 – 236 dan besar sampel yang diambil adalah 12 KK, maka dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

n N

k = 19,66 20

12

236= =

=

k

Andai kata unsur pertama sewaktu diacak adalah elementer 3, maka unsur– unsur lainnya dari sampel adalah satu satuan nomor 23, 43, 63, 83, 103, 123, 143, 163, 183, 203 dan 223. Dengan cara yang sama dilakukan untuk dusun-dusun yang lainnya. (Masri Singarimbun & Sofian Effendi, 1987).

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

(1) Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (sampel) secara langsung melalui wawancara serta berpedoman pada kuesioner yang telah dissusun.

(62)

jumlah penderita HIV/AIDS . Selain itu data mengenai demografi, fasilitas pelayanan kesehatan serta sarana VCT juga diperoleh dari Puskesmas Tanjung Morawa.

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

(63)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

No. Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation Keterangan 1 Stigma Instrumental

ODHA

Pertanyaan 1 0,4485 Valid

Pertanyaan 2 0,4979 Valid

Pertanyaan 3 0,5786 Valid

Pertanyaan 4 0,6368 Valid

Pertanyaan 5 0,6380 Valid

Pertanyaan 6 0,7002 Valid

Pertanyaan 7 0,5932 Valid

Alpha Cronbach 0,8298 Reliabel

2 Stigma Simbolis ODHA

Pertanyaan 1 0,6009 Valid

Pertanyaan 2 0,4921 Valid

Pertanyaan 3 0,6318 Valid

Pertanyaan 4 0,5618 Valid

Pertanyaan 5 0,4975 Valid

Pertanyaan 6 0,6376 Valid

Pertanyaan 7 0,7748 Valid

Alpha Cronbach 0,8412 Reliabel

3 Stigma Kesopanan ODHA

Pertanyaan 1 0,7946 Valid

Pertanyaan 2 0,4410 Valid

Pertanyaan 3 0,6802 Valid

Pertanyaan 4 0,6119 Valid

Pertanyaan 5 0,8251 Valid

Pertanyaan 6 0,8105 Valid

Pertanyaan 7 0,8179 Valid

(64)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

4 Penerimaan Masyarakat

Pertanyaan 1 0,8817 Valid

Pertanyaan 2 0,7409 Valid

Pertanyaan 3 0,9193 Valid

Pertanyaan 4 0,9602 Valid

Pertanyaan 5 0,7970 Valid

Pertanyaan 6 0,8491 Valid

Pertanyaan 7 0,6098 Valid

Alpha Cronbach 0,9443 Reliabel

Berdasarkan tabel 3.1 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan variabel penelitian dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada Corrected item-total Correlation menunjukkan nilai > 0,361, demikian juga dengan reliabilitas alat ukur juga dapat dikatakan reliabel, karena diperoleh hasil Alpha Cronbach > 0, 6.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah stiqma AIDS yaitu: Stigma Instrumental,Stigma Simbolis dan Stigma Kesopanan.Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Penerimaan masyarakat.

3.5.2. Definisi Operasional

(65)

a. Stigma instrumental ODHA adalah persepsi atau prasangka sosial masyarakat Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa terhadap penyakit AIDS adalah penyakit yang mengerikan, mematikan dan sangat menular, sehingga ODHA harus dijauhi agar masyarakat tidak tertular AIDS.

b. Stigma simbolis ODHA adalah persepsi atau prasangka sosial masyarakat masyarakat Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa terhadap kelompok penderita ODHA, bahwa ODHA dapat terinfeksi HIV karena mereka memiliki gaya hidup yang terlalu bebas,mempunyai perilaku seks bebas atau pengguna narkoba, sehingga harus didiskriminsi ataupun diasingkan.

c. Stigma kesopanan ODHA adalah persepsi atau prasangka sosial masyarakat Desa Buntu Bedimbar, Kecamatan Tanjung Morawa terhadap orang yang menderita ODHA bahwa ODHA adalah orang yang harus mendapat hukuman sosial setelah diketahui positif HIV sehingga harus diasingkan dari kehidupan bermasyarakat dan aib bagi masyarakat tersebut.

(66)

3.6. Metode Pengukuran 3.6.1.Variabel Independen

Aspek pengukuran variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Stigma Instrumental ODHA: Stigma instrumental ODHA diukur dengan 7 item pertanyaan yang bersifat negatip dengan alternatip jawaban : “setuju (bobot 3)”, “ragu-ragu (bobot 2)” dan “tidak setuju (bobot 1)”, dan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Tinggi : jika total nilai yang diperoleh 15-21 2. Rendah : jika total nilai yang diperoleh 7-14

2. Stigma Simbolis ODHA: Stigma Simbolis AIDS diukur dengan 7 item pertanyaan yang bersifat negatip dengan alternatip jawaban : “setuju (bobot 3)”, “ragu-ragu (bobot 2)” dan “tidak setuju (bobot 1)”, dan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Tinggi : jika total nilai yang diperoleh 15-21 2. Rendah : jika total nilai yang diperoleh 7-14

3. Stigma Kesopanan ODHA: Stigma Kesopanan ODHA diukur dengan 7 item pertanyaan yang bersifat negatip dengan alternatip jawaban : “setuju (bobot 3)”, “ragu-ragu (bobot 2)” dan “tidak setuju (bobot 1)”, dan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:

(67)

3.6.2.Variabel Dependen

Aspek pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini juga berdasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang telah disediakan. Skala pengsukuran variabel dependen dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap pertanyaan yang diberikan, (Soedigdo, 2008). Penerimaan masyarakat diukur dengan 7 item pertanyaan yang bersifat positif dengan alternatif “menerima (bobot 3)”, “kurang menerima (bobot 2)” dan “tidak menerima (bobot 1)”, dan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu:

1. Baik : jika total nilai yang diperoleh 15-21 2. Buruk : jika total nilai yang diperoleh 7-14

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

(68)

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel independen meliputi stigma instrumental ODHA, stigma simbolis ODHA, stigma kesopanan ODHA serta variabel dependen (penerimaan masyarakat).

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan variabel independen yaitu stigma instrumental ODHA, stigma simbolis ODHA, stigma kesopanan ODHA dengan variabel dependen (penerimaan masyarakat) dengan menggunakan uji chi square

3.7.3. Analisis Multivariat

Analisis Multivariat digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (stigma instrumental ODHA, simbolis ODHA, kesopanan ODHA) terhadap variabel dependen (penerimaan masyarakat) sehingga diketahui variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi logistik pada tingkat kepercayaan 95%. Rumus regresi pada penelitian ini adalah:

P =

(69)

Keterangan:

P = Peluang penerimaan masyarakat terhadap AIDS a,b,c,d = Konstanta variabel

X1 = Stigma Instrumental

X2 = Stigma Simbolis

(70)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Buntu Bedimbar merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 300 Ha. Mempunyai penduduk yang umur rata-rata pada usia produktif, yang penduduknya

banyak pendatang dari daerah lain. Desa Buntu Bedimbar terletak dikawasan industri. Angka kejadian HIV/AIDS pada Kecamatan Tanjung Morawa tergolong tinggi, demikian halnya di Desa Buntu Bedimbar angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun meningkat,dari data didapat tahun 2010 ditemukan 6 orang fositif HIV 2011 ditemukan 10 orang yang positif HIVdimana factor predisposisi adalah narkoba yang penderitanya mayoritas laki-laki.

(71)

adanya VCT pada waktu itu dan adanya Stigma terhadap ODHA, membuat ODHA tidak terdeteksi secara dini yang mengakibatkan berkembangnya penderita HIV/AIDS di Desa Buntu Bedimbar sampai sekarang.

4.2. Karaktersitik Responden

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin dan umur, dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1. Karakteristik Responden di Desa Buntu Bedimbar Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

No Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 168 90,3

Perempuan 18 9,7

Jumlah 186 100

2 Umur

< 46 tahun 104 55,9

≥ 46 tahun 82 44,1

Jumlah 186 100

Gambar

Gambar 2.1 Daerah Epidemi HIV/AIDS di dunia.
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Tiap Dusun di Desa Buntu Bedimbar
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Tabel 3.1. (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih mengenali dan memahami kinerja bahasa pemrograman pascal dan C++, penulis membuat Program Perhitungan Persamaan Regresi yang sederhana. Program tersebut dibuat dengan

Hal ini berarti bahwa: (1) upaya untuk memperoleh kualitas bahan pangan yang baik harus dimulai dari sejak pra-panen sampai pascapanen, dan (2) negara-negara berkembang didiskreditkan

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahuai ada tidaknya hubungan terpaan tayangan Provocative Proactive di Metro TV dengan tingkat berfikir kritis mahasiswa di

Untuk kepentingan pelaksanaan kuasa ini, penerima kuasa berhak baik sendiri-sendiri atau bersama-sama menghadap di muka sidang pengadilan, melakukan

Menurut deskripsi data yang dicantumkan sebelumnya, mahasiswa/i Prodi S1 Teknik Informatika mengatakan bahwa dampak negatif yang mereka alami dari penggunaan

Mahasiswa Baru falur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012, sebagai:. PENANGGTING JAWAB

Memikirkan hal-hal seperti kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak inilah yang membuat tekanan darah saya naik dan kalau sudah punya masalah seperti ini, saya dan suami

Angin pasat yang arahnya tetap, dapat menimbulkan arus tetap yang disebut arus khatulistiwa dan bergerak ke arah barat. Ada lima arus khatulistiwa, yaitu satu di Lautan Hindia, dua