• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Mutu Crude Palm Oil (Cpo) Dengan Parameter Kadar Alb (Asam Lemak Bebas) Pada Pt. Sarana Agro Nusantara Unit Belawan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Mutu Crude Palm Oil (Cpo) Dengan Parameter Kadar Alb (Asam Lemak Bebas) Pada Pt. Sarana Agro Nusantara Unit Belawan Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

kelapa sawit (Elaeis guinensis Tanaman Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena ditemukan spesies kelapa sawit dihutan

Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan

Papua Nugini bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih

tinggi. (Fauzi, 2002).

Kelapa sawit sebagai dumber penghasil minyak nabati memegang peranan

penting bagi perekonomian negara. Penanaman kelap sawit umumnya dilakuakan

dinegara dengan beriklim trofis yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Perkembangan industri kelapa sawit dinegara beriklim trofis telah didorong oleh

potensi produktivitas yang sangat tinggi.Pasalnya, Kelapa sawit memberikan hasil

tertinggi minyak per satuan luas dibandingkan dengan tanaman lainnya.Selain itu,

hasil panen kelapa sawit ternyata menghasilkan dua jenis minyak, yaitu minyak

kelapa sawit dan minyak sawit kernel (inti). Kedua jenis minyak tersebut sangat

(2)

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa,

kacang-kacangan, jagung, bunga matahari dan lain sebagainya. Komoditas kelapa

sawit merupakan komoditas yang sangat menjanjikan karena minyak kelapa sawit

mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia. Mutu

minyak kelapa sawit mempunyai arti yang sangat penting karena mutu minyak

kelapa sawit.(Lubis, 2012)

Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi

pembangunan perkebunan nasional. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di

Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada

empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan

ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan

dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit

pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Di Indonesia mulai

mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara- negara

Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850

ton. (Fauzi, 2002).

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.

Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau

berdasarkan warna kulit buahnya.

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 varietas kelapa

(3)

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada

bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah

terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel (daging buah) biasanya besar

dengan kandungan minyak yang rendah yaitu sekitar 16 – 18 %.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging

buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan

daging biji sangat tipis.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura

dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada

saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan

terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terdapat buah

tinggi, antara 60 – 96 %. Kandungan minyak yang terdapat pada varietas tenera

adalah sekitar 22 – 24 %.

4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.

5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai cir-ciri yang khas dengan adanya dua lapisan daging

(4)

Berdasarkan warna kulit buahnya, dikenal 3 varietas kelapa sawit, yaitu :

a .Tipe Nigrescens

Tipe ini memiliki ciri buah mentah berwarna ungu (violet) sampai

hitam.sedangkan pangkalnya agak pucat. Setelah buah matang,warna buah

berubah menjadi merah –kuning, Tipe ini banyak dijumpai dimana-mana.

b .Tipe Virescens

Tipe ini memiliki ciri-ciri buah mentah berwarna hijau.Setelah matang,buah

menjadi merah-kuning(oranye)tetapi bagian ujungnya tetap kehijau-hijauan tipe

ini sudah jarang dijumpai dilapangan.

c. Tipe Albascens

Tipe ini memiliki ciri-ciri buah muda berwarna kuning pucat, sedangkan buah

masak berwarna kuning tua karena mengandung sedikit karotein.Ujung buah

berwarna ungu kehitaman . Tipe ini sudah sulit dijumpai dan kurang disukai untuk

dibudidayakan.(Setyamidjaja, D. 2006)

2.2 Fraksi Tandan Buah Segar (TBS)

Ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS

tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak yang

(5)

Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat

kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi

1, 2, dan 3.

Tabel 2.1 Beberapa Tingkat Fraksi TBS

Fraksi Jumlah berondolan Tingkat kematangan

00 tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-12,5% buah luar membrondol Mentah

1 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2 25-50% buah luar membrondol Matang I

3 50-75% buah luar membrondol Matang II

4 75-100% buah luar membrondol Lewat matang I

5 Buah luar juga membrondol,ada buah yang busuk

Lewat matang II

(Fauzi, 2002).

2.3 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting

disamping migas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh sebab

itu, perlu adanya pengawasan untuk menjaga mutu maupun kuantitas komoditi

tersebut. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan

(6)

Dengan mutu yang baik, produk akan lebih mudah diterima konsumen

yang pada umumnya merupakan industri pengolahan produk tersier minyak

kelapa sawit dengan harga yang sesuai dan mampu bersaing dengan minyak

nabati jenis lainnya seperti minyak kedelai, minyak jagung dan lain sebagainya.

Disamping itu, hasil produksi minyak kelapa sawit tersebut harus dapat bertahan

lama menyesuaikan permintaan konsumen. Beberapa kriteria minyak kelapa sawit

yang diperlukan adalah memiliki warna kemerahan, rasa dan bau yang enak, dapat

disimpan dalam jangka yang lama, mudah dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada

pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan rendah. Untuk itu perlu

dilakukan analisa mutu produksi dengan cara menganalisa kadar ALB, air dan

kotoran dalam minyak kelapa sawit tersebut apakah telah sesuai dengan mutu

yang ditetapkan sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk

memperoleh hasil yang maksimal baik mutu maupun kuantitas maka dalam

pengolahan kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap proses pengolahan sampai

penimbunan harus memperhatikan dan menjaga standar mutu yang berlaku pada

perusahaan tersebut. (Lubis, 2012)

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya

yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS ( tandan buah

segar) .Buah sawit dibagian sabut ( daging buah atau mesocarp) menghasilkan

minyak sawit kasar ( crude palm oil atau CPO ) sebanyak 20-24.sementara

itu,bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit ( palm kernel oil atau PKO )

(7)

Seperti jenis minyak yang lain, minyak sawit tersusun dari unsur C, H, dan O. Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandinganyang seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam jenuh, antara lain asam miristat(1%), asam palmitat 45%), dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair tersusun dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). ( Tim Penulis, 1997 )

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet). Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetakkecil-kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter lebih kurang 8 mm.Setelah itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak. (Ketaren, 1986)

(8)

Asam lemak minyak sawit dihasilkan dari proses hidrolisis, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus

niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu 10 - 25˚ C.

selain itu, proses ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Namun, hidrolisis enzimatik mempunyai kekurangan pada kelambatan prosesnya yang berlangsung 2-3 hari. Asam lemak yang dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga menghasilkan asam-asam lemak murni. Asam- asam lemak tersebut digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta tekstil, aspal, dan perekat.

2.4. Pengolahan Hasil Kelapa Sawit

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit

yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan

memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan

dari TPH ke pabrik sampai dihasilkannya minyak sawit dan hasil-hasil

sampingnya. ( Tim Penulis, 1997 )

Kegiatan pengolahan utama terlepas dari jenis pengolahan yang dapat

mempengaruhi kualitas minyak sawit yang dihasilkan termasuk memar selama

transportasi, fermentasi sebelum pengirikan, klarifikasi dan penyimpanan

(9)

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di

pabrik,yaitu :

-minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah, dan

-minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan

minyak akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.

1. Pengangkutan TBS ke pabrik

Tandan buah segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk

diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan

ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimalALB-nya 8 jam

setelah panen, TBS harus segera diolah.

Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi masalah

kerusakan buah selama pengangkutan. Ada beberapa alat angkut yang dapat

digunakan untuk mengangkut TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor

gandeng, atau truk. Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat

angkut lain.

Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan

dengan truk atau traktor gandengan sehingga pelukan pada buah sawit juga lebih

banyak. Hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya kandungan ALB pada

(10)

2. Perebusan TBS

Buah beserta lorinya kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan

(sterilizer) atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap

panas selama 1 jam atau tergantung pada besarnya tekanan uap. Pada umumnya,

besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap

125°C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan

pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek

menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandanya.

Tujuan perebusan adalah :

-merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB,

-mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang,

-memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan, serta

-untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan

pemisahan minyak.

3. Perontokan dan pelumatan buah

Setelah perebusan lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat

denganalat Hoisting Craneyang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan

membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Dari thresher,

buah-buah yang telah rontok dibawa ke mesin pelumat (digester). Untuk lebih

memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan biji, selama proses

(11)

4. Pemerasan atau ekstraksi minyak sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, maka perlu

dilakukan pengadukan selama 25 –30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji

sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi yang bertujuan untuk

mengambil minyak dari masa adukan. Ada beberapa cara dan alat yang digunakan

dalam proses ekstraksi minyak, yaitu seperti berikut.

a. Ekstraksi dengan sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang

pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung,

lalu diputar. Dengan adanya gaya sentrifusi, maka minyak akan keluar melalui

lubang-lubang pada dinding tabung.

b. Ekstraksi dengan cara srew press

srew press Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan

lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga

minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat

diatur secara elektris, dan tergantung dari volume bahan yang akan dipress. Cara

ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan

(12)

c. Ekstraksi dengan bahan pelarut

Cara ini lebih sering dipakai dalam ekstraksi minyak biji-bijian, termasuk

minyak inti sawit. Sedangkan ekstraksi minyak sawit dari daging buah, belum

umum digunakan dengan cara ini karena kurang efisien. Pada dasarnya, ekstraksi

dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging

buah sehingga minyak akan terpisah dari partikel yang lain.

d. Ekstraksi dengan tekanan hidrolisis

Dalam sebuah peti pemeras, bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan

hidrolisis.

5. Pemurnian dan penjernihan minyak sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih

berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa

partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40 –45 % air. Agar diperoleh minyak

sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan

lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki

minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi

yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil,

CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam

minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan

siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan

(13)

6. Pengeringan dan pemecahan biji

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut

untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam

silo, minimal 14 jam dengan sirkulassi udara kering pada suhu 50 °C. Akibat

proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan

pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering

kemudian dibawa ke alat pemecah biji.

7. Pemecahan inti sawit dari tempurung

Pemisahan inti dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ)

antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone

separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang

berputar dalam sebuah tabung. Atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji

yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai BJ 1,16. Dalam

keadaan ini inti sawit akan terpisah dengan tempurungnya, inti sawit mengapung

sedangkan tempurung tenggelam.

Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai

bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit

harus segera dikeringkan dangan suhu 80 °C. Setelah kering, inti sawit dapat

dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti

(14)

2.5 Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Berikut ini adalah komposisi asam lemak minyak sawit ( 2.2 ) :

Tabel 2.2 Komposisi asam lemak minyak sawit

Asam lemak Jumlah

asam palmitat C16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Minyak kelapa

(15)

Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh

dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen

yang dikandung.

Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan

bahan vitamin A (Pahan,I. 2006).

2.6 Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya,

tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada

perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan

minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya,

biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya ikatan

rangkap atom karbon juga berpengaruh. Dimana semaikin banyak ikatan rangkap

atom karbon maka lemak akan semakin cair didalam suhu kamar. Trigliserida

yang kaya akan lemak tak jenuh, seperti asam oleat dan linoleat, biasanya

berwujud cair sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak jenuh seperti asam

stearat dan palmitat, biasanya adalah berwujud padat. Semua jenis lemak tersusun

oleh asam-asam lemak yang terikat oleh gliserol.Trigliserida alami ialah triester

dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan penyusun utama lemak

(16)

2.7 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia.

Berbagai industri, baik pangan maupun non pangan, banyak yang

menggunakannya sebagai bahan baku.

Didalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat

dibedakan menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak sawit dalam arti

benar-benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak

sawit dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat

fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan, dan bilangan yodium.

Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian

menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan spesifikasi

standart mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB, FFA),

air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Dalam dunia perdagangan, mutu minyak sawit dalam arti yang kedua lebih

penting.

Industri pangan maupun nonpangan selalu menghendaki minyak sawit

dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit yang dalam keadaan segar, asli,

murni dan tidak tercampur bahan tambahan lain seperti kotoran, air, logam-logam

(dari alat-alat selama pemrosesan), dan lain-lain. Adanya bahan-bahan yang tidak

semestinya terikut dalam minyak sawit ini akan menurunkan mutu dan harga

(17)

Warna minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh kandungan karoten

dalam minyak tersebut. Karoten dikenal sebagai sumber vitamin A, pada

umumnya terdapat pada tumbuhan yang berwarna hijau dan kuning termasuk

kelapa sawit, tetapi para konsumen tidak menyukainya. Oleh karena itu para

produsen berusaha untuk menghilangkannya dengan berbagai cara. Salah satu

cara yang digunakan ialah dengan menggunakan bleaching earth.

Mutu minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh kadar asam lemak

bebasnya, karena jika kadar asam lemak bebasnyatinggi, maka akan timbul bau

tengik disamping juga dapat merusak peralatan karena mengakibatkan timbulnya

korosi (Tambun, R. 2006).

2.7.1 Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit

Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor.

Faktor -faktor tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya penanganan

pascapanen , atau kesalahan dalam pemprosesan dan pengangkutannya. Berikut

ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan

penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus cara pencegahannya, serta standar

mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.

a. Asam Lemak Bebas (free fatty acid)

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak

sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan

(18)

Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai

tandan diolah dipabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa

pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi

ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis

(enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB

yang terbentuk .

O

CH2 -- O -- C -- R CH2 -- OH

O O Panas, air

CH -- O - C-- R CH -- OH + R -- C -- OH

O

CH2 --O -- C -- R CH2 -- OH

Minyak sawit Gliserol ALB

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang

relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengambilan buah

3. Penumpukan buah yang terlalu lama, dan

(19)

b. Kadar zat menguap dan kotoran

Meskipun kadar ALB dalam minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum

menjamin mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan

cara membuang kotoran dan zat menguap. Hal ini dilakukan dengan peralatan

pemurnian modern.

d. Kadar logam

Beberapa jenis bahan logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara

lain besi, tembaga, dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari

alat-alat pengolahan yang digunakan. Tindakan preventif pertama yang harus

dilakukan untuk menghindari terikutnya kotoran yang berasal dari pengelupasan

alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat dari stainless steel.

Mutu dan kualitas minyak sawit yang mengandung logam-logam tersebut

akan turun. Sebab dalam kondisi tertentu, logam-logam itu dapat menjadi

katalisator yang menstimulir reaksi oksidasi minyak sawit. Reaksi ini dapat

dimonitor dengan melihat perubahan warna minyak sawit yang semakin gelap dan

akhirnya menyebabkan ketengikan.

d. Bilangan peroksida

Proses oksidasi yang distimulir oleh logam jika berlangsung dengan intensif akan

(20)

Angka oksidasi dihitung berdasarkan angka peroksida. Sebagai standar umum

dipakai angka 10 meq (milligram equivalent), tetapi ada yang memakai standar

lebih ketat lagi yaitu 6 meq. Diatas angka tersebut mutu barang jadi yang

dihasilkan dapat dipastikan kurang baik.

e. Pemucatan

Minyak sawit mempunyai warna kuning oranye sehingga jika digunakan sebagai

bahan baku untuk pangan perlu dilakukan pemucatan. Pemucatan ini

dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan

sesuai dengan kebutuhannya. Keintensifan pemucatan minyak sawit sangat

ditentukan oleh kualitas minyak sawit yang bersangkutan. Semakin jelek

mutunya, maka biaya pemucatan juga semakin besar. Dengan demikian, minyak

sawit yang bermutu baik akan mengurangi biaya pemucatan pada pabrik

konsumen.

Berdasarkan standar mutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat

lovibond dapat diketahui dosis bahan-bahan pemucatan yang dibutuhkan, biaya,

serta randemen hasil akhir yang akan diperoleh. Untuk standar mutu didasarkan

(21)

f. Kadar Kotoran

Meskipun kadar ALB minyak sawit kecil, tetapi hal itu belum menjamin

mutu minyak sawit. Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara

membuang kotorannya. Hal ini dilakukan dengan peralatan pemurnian modern.

Dari hasil pengempaan (pressing), minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan ke

dalam tangki pemisah melalui pipa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak

sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80% minyak jernih.

Hasil endapan berupa minyak kasar kotor dikeluarkan dari tangki pemisah dengan

suhu 95º C dan diolah lagi di sludge centrifuge. Sedangkan minyak jernih diolah

pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan diperoleh minyak sawit bersih dengan kadar kotoran hanya 0,0005%. Dalam kondisi diatas minyak sawit sudah

mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi untuk memastikan dan

mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pengeringan pada kondisi

fisik hampa sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat

menguap sebesar 0,1 %.

2.7.2 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

(22)

Tabel 2.3 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

( Tim penulis, 1997 ).

2.8 Keunggulan dan Manfaat Minyak Sawit

2.8.1 Keunggulan Minyak Sawit

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki

keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Yan Fauzi

(2002) beberapa keunggulan minyak sawit yaitu :

Karakteristik Minyak sawit Keterangan

Asam Lemak Bebas 5 % Maksimal

Kadar kotoran 0.,5 % Maksimal

Kadar zat menguap 0,5 % Maksimal

Bilangan peroksida 6 meq Maksimal

Bilangan iodine 44-58 mg/gr -

Kadar logam (Fe, Cu) 10 ppm -

Lovibond 3-4 R -

Kadar minyak - Minimal

Kontaminasi - Maksimal

(23)

1. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO

menjadi sumber minyak nabati termurah.

2. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai,

lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57, dan

0,53 ton/ha.

3. Memiliki sifat yang cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya,

karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang

pangan maupun nonpangan.

4. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih

berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama

minyak yang harganya murah (minyak sawit).

5. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak

bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang

berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat,

Jepang, dan Eropa Barat.

2.8.2 Manfaat Minyak Sawit

Menurut Yan Fauzi (2002), pemanfaatan minyak sawit yaitu :

1. Minyak kelapa sawit untuk industri pangan, minyak kelapa sawit antara lain

digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, dan bahan untuk

(24)

2. Minyak kelapa sawit untuk industri non-pangan, dalam hal ini minyak kelapa

sawit antara lain digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kandungan

minor antara lain karoten dan tokoferol sangat berguna untuk mencegah kebutaan

(defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga

bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses

penuaan. Minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia;

sebagai bahan baku industri kosmetik, aspal, dan detergen.

3. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif, Palm Biodiesel mempunyai sifat

kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (Petroleum Diesel) sehingga

dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan Petroleum

Diesel. Selain itu, penggunaan Palm Biodiesel dapat mereduksi efek rumah kaca,

polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum.

4. Manfaat kelapa sawit lainnya yaitu tempurung buah kelapa sawit untuk arang

aktif, batang dan tandan sawit untuk pulp kertas, batang kelapa sawit untuk

perabot dan papan partikel, dan batang dan pelepah kelapa sawit untuk pakan

ternak.

2.9 Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Sejalan dengan makin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit,

produksi minyak sawit semakin lama semakin meningkat. Penyimpanan dan

penanganan selama transpotasi minyak sawit yang kurang baik dapat

(25)

sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit. Pengawasan mutu minyak

sawit selama penyimpanan, transportasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan

ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi

prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit.

Standarisasi ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas

minyak sawit.

Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam

tangki timbun. Minyak yang masuk kedalam tangki timbun suhunya 40 – 50ºC.

Titik leleh minyak sawit ± 40ºC, sehingga untuk mempermudah pengeluaran

minyak dari tangki maka untuk maksud tersebut dipertahankan agar suhu minyak

bertahan diatas titik leleh. Selama penyimpanan terjadi peningkatan kadar asam

lemak bebas (ALB) yang disebabkan terjadinya proses auto katalitik yang

dipercepat oleh panas. (Naibaho M, 1996).

Minyak yang terkumpul didasar bejana akan disalurkan ke pompa dilantai

bawah,selanjutnya dipompakan ke tangki timbun.Pada tangki timbun secara

periodik dilakukan pengurasan mengikuti prosedur pencucian tangki.Suhu

penyimpanan hendaknya sekitar 40-50ºC.( Pardamean, M. 2008 )

Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim

(26)

2.9.1 Persyaratan Penimbunan

Persyaratan penimbunan yang baik adalah yang baik adalah :

1. Kebersihan tangki dijaga, khususnya terhadap kotoran dan air

2. Jangan mencampur minyak berkadar ALB tinggi atau minyak kotor

dengan minyak berkadar ALB rendah atau bersih atau kering

3. Membersihkan tangki dan memeriksa pipa-pipa uap pemanas, tutup

tangki, alat-alat pengukur dan lain-lain setiap ada kesempatan

4. Memelihara suhu sekitar 40˚ C

5. Pipa pemasukan minyak harus terbenam ujungnya dibawah permukaan

minyak

6. Melapisi dinding tangki dengan dammar epoksi (hanya untuk minyak

Gambar

Tabel 2.2  Komposisi asam lemak minyak sawit
Tabel 2.3 Standart Mutu Minyak Kelapa Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Perbincangan cara hidup lama orang Sunda dengan cara baru (cara Belanda) juga didasarkan atas wacana kemajuan. Wacana kemajuan dalam proses ini menjadi legitimasi

Kesimpulan pada penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban sehat mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian diare balita.. Saran yang

JUDUL : KEMBANGKAN TERAPI SEL PUNCA MEDIA : RADAR JOGJA. TANGGAL : 10

Untuk itu penulis akan membahas Pemanfaatan Augmented Reality Pada Aplikasi Home Seekers 3D Sebagai Strategi Marketing Penjualan Rumah. Bagaimana sebuah aplikasi bisa

Untuk kajian QSAR dalam penelitian ini digunakan analisis regresi multilinear dengan data log (1/IC 50 ) sebagai variabel tidak bebas, sedangkan data muatan bersih atom pada

Membahas Pengelolaan PNS yang mengalami gangguan

Nolan (2011) menjelaskan bahwa ada keterlibatan perempuan Sendang Biru dalam lingkungan kerja mulai dari perdagangan ikan sampai pengaturan usaha perahu milik mereka. Penelitian