• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan, mempunyai nilai

strategis dalam kehidupan perekonomian nasional. Lembaga tersebut dimaksudkan

sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund),

dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds), sehingga

peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya, yaitu sebagai perantara keuangan

masyarakat (financial intermediary). Dari berbagai lembaga perbankan tersebut, salah

satunya yaitu lembaga keuangan bank.1

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara

khususnya di era globalisasi sekarang ini, di mana bank menjadi bagian dari sistem

keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka

begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter

dari negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik" masyarakat.2 Oleh karena itu, eksistensinya bukan saja hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu

sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global.

Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian di Indonesia sangat

besar, dimana hampir di semua sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan

1Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2000, hal 77

2Sutan Remy Sjahdeini,Rahasia Bank: Berbagai Masalah Disekitarnya, Makalah, Diskusi

(2)

senantiasa membutuhkan jasa bank. Peran strategi bank terletak pada fungsi utama

bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, khususnya

dalam kegiatan penyediaan dana untuk menunjang kegiatan usaha.

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan (Selanjutnya disebut UU

No. 10 Tahun 1998) menyebutkan bahwa “Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian ini menggambarkan bahwa

bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana atau uang dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana atau uang kepada

masyarakat yang berupa pinjaman dana atau uang bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya berdasarkan prinsip bunga maupun berdasarkan prinsip syariah.

Dalam menjalankan peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu

bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, dan jasa-jasa lainnya.

Adapun pemberian kredit itu dilakukan dengan jalan memperedarkan alat-alat

pembayaran baru berupa uang giral.3Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu berbentuk simpanan berupa tabungan, giro, atau deposito, pada akhirnya diedarkan

kembali oleh bank, misalnya lewat pasar uang (money market), pendepositoan

investasi dalam bentuk lain dan terutama dalam pemberian kredit.4 Kredit dalam

(3)

kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan

terbesar dari usaha bank, berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit, yaitu berupa

bunga dan provisi.

Kredit merupakan bisnis utama dari sebuah bank dan merupakan sumber

pendapatan utama bagi bank. Adanya kredit bermasalah tentu akan mempengaruhi

pendapatan bagi bank. Kredit bermasalah ini tidak saja berpengaruh terhadap

perolehan bunga melainkan juga dapat menyebabkan biaya ekstra untuk menangani

kredit bermasalah tersebut bahkan dapat jadi pokok pinjaman yang diberikan tidak

kembali sehingga bank dapat mengalami kerugian. Kondisi ini menunjukkan bahwa

bank dalam pelayanan pemberian atau penyaluran kredit kepada masyarakat tidak

luput dari berbagai permasalahan, diantaranya adalah kredit macet, dimana nasabah

sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajiban kepada bank seperti

yang telah diperjanjikan. Oleh karena itu, bank dituntut untuk setiap waktu

memastikan bahwa kredit yang disalurkan sudah memenuhi ketentuan perbankan

terutama hal-hal yang menyangkut orang/badan dan agunan yang digunakan oleh

orang/ badan tersebut.

Lembaga perbankan dalam menjalankan fungsinya di sektor penyaluran dana

atau kredit kepada calon debitur (nasabah) haruslah melaksanakan prinsip prinsip

dasar perkreditan atau azas prudentialitas, antara lain memiliki keyakinan bahwa

debitur memiliki kesanggupan untuk melunasi hutangnya serta memegang teguh

prinsip kehati-hatian, seperti yang tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 10 Tahun

(4)

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.

Kredit yang disalurkan oleh bank kepada pihak penerima kredit (debitur) yang

dibuat dalam suatu bentuk perjanjian, menimbulkan hak dan kewajiban pada

masing-masing pihak, bank sebagai pemberi atau penyalur kredit berkewajiban untuk

menyediakan uang dan pihak debitur juga berkewajiban untuk mengembalikan

kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.

Kredit ini sangat dibutuhkan oleh banyak orang/badan dalam menata

kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak hanya dibutuhkan

oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tentu tetapi juga masyarakat yang

berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negeri Sipil maupun karyawan yang bekerja

pada perusahaan.

Pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang hanya bergantung pada gaji

bulanan tidak jarang memaksa mereka untuk mencari sumber pendapatan lain dalam

rangka pemenuhan kebutuhan konsumtifnya. Kredit bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan konsumtif bagi para Pegawai Negeri Sipil yang membutuhkannya dimana

pelunasannya dilakukan dengan sistem pemotongan gaji oleh Bendahara Satuan Kerja

Perangkat Daerah dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut bertugas.

Kredit yang akan disalurkan harus memenuhi beberapa syarat salah satunya

harus adanya jaminan atau agunan. Agunan dapat berupa benda yang menurut

(5)

berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak seperti

kendaraan bermotor; agunan berupa surat-surat berharga maupun surat-surat yang

didalamnya melekat hak tagih, seperti : saham, efek, Surat Keputusan5 Pegawai Negeri Sipil atau berupa Surat Keputusan Pensiun Pegawai Negeri Sipil. Walaupun

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan benda yang dapat

dipindahtangankan tetapi perkembangan dalam praktek perbankan dilihat pada sisi

ekonomis pada surat tersebut sehingga menjadikannya dapat diterima sebagai

jaminan kredit.

Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank akibat dari

konsentrasi penyediaan dana untuk penyaluran kredit bank wajib menerapkan prinsip

kehati-hatian, antara lain dengan melakukan penyebaran dan diversifikasi portofolio

penyediaan dana terutama melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak

terkait maupun kepada pihak bukan terkait sebesar persentase tertentu dari modal

bank atau yang dikenal dengan “Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)”.6 Berdasarkan prinsip dasar penyaluran kredit di atas, maka bank dalam

manajemen kreditnya harus memahami unsur unsur dalam kredit sebagai bagian yang

penting dalam melakukan tata kelolanya, unsur unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang, jasa dan barang) yang diberikanannya akan benar-benar diterimanya kembali dimasa tertentu yang akan datang.

5Sjachran Basyah,Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi Negara,Alumni,

Bandung, 2004 hal. 230

6Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 Tentang Batas

(6)

2. Waktu, bahwa antara pemberian prestasi dan pengambilannya dibatasi oleh suatu masa waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang di masa yang akan datang.

3. Degree of risk, yaitu pemberian kredit menimbulkan tingkat risiko, di masa-masa tenggang adalah masa-masa abstrak. Risiko timbul bagi pemberian karena uang/barang yang berupa prestasi telah lepas kepada orang lain.

4. Prestasi yang diberikan, adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa dan uang. Dalam pekembangan perkreditan ini, maka yang dimaksud dengan pemberian kredit adalah uang.7

Dasar hukum penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pada

bank, diatur dalam Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa

“perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi

dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”. Menurut Pasal 2 ayat (1) Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991,

Jaminan dalam Pemberian Kredit merupakan keyakinan bank atas kesanggupan

debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Guna memperoleh

keyakinan tersebut maka bank sebelum memberikan kreditnya harus melakukan

penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek

usaha dari debitur. Bentuk penilaian tersebut dikenal dengan istilah 5C dan 7P.

Penilaian terhadap melalui 5C adalah guna melihat karakteristik debitur/nasabah yang

(bancable), yang terdiri dari :

1. Character, merupakan sifat-sifat calon debitur seperti kejujuran, perilaku dan ketaatannya.

2. Capital, merupakan struktur modal/ kinerja hasil dari modal itu sendiri dari perusahaan apabila debiturnya merupakan perorangan.

7Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar Dan Teknik Managmen Kredit, Bumi Aksara,

(7)

3. Capacity, merupakan perhatian terhadap kemampuan debitur, yaitu menyangkut kepemimpinan dan kinerjanya dalam perusahaan.

4. Collateral, merupakan kemampuan calon debitur memberikan agunan serta memiliki nilai baik secara hukum dan ekonomis.

5. Condition of Economy, yaitu segi kondisi yang sangat cepat berubah.8

Kesemua hal tersebut harus menjadi perhatian bank dalam menentukan

prasyarat pada saat penyaluran kredit khususnya terhadap jaminan atau agunan

(colalteral). Bank harus meminta jaminan/agunan yang gunanya adalah untuk

melindungi kelancaran kredit yang diberikan, karena jaminan sangat menentukan

bagi kedudukan bank pada saat piutang bank bermasalah.

Dalam praktek, bank memberikan kredit dengan mewajibkan adanya barang

jaminan, baik berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak. Hal ini sangat

tergantung dari nilai kredit yang diminta, dan biasanya bank hanya memberikan

kredit sebesar 60 % sampai 70 % dari nilai jaminan. Selain itu, juga tergantung pada

kepercayaan, tenggang waktu, degree of risk, dan prestasi atau obyek kredit. 9 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam perkreditan istilah

jaminan sering bertukar dengan istilah agunan. Menurut Muhammad Djumhana,

apabila yang dimaksud jaminan itu adalah sebagaimana yang disebutkan dalam pasal

2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal

28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, maka jaminan itu adalah suatu

keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang

8M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

2003, hal.40.

9Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2000, hal

(8)

diperjanjikan. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah lembaga

jaminan yang disebut jaminan fidusia.10

Jaminan Fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk

mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang yang tidak bergerak

khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Objek jaminan

fidusia tetap dalam penguasaan pemiliknya. Maka menurut Djumhana istilah yang

tepat sebenarnya harus memakai istilah agunan. Selain itu, perlu diketahui bahwa

jaminan-jaminan yang ideal dalam pemberian kredit oleh Bank dapat dilihat dari :

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya;

2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk meneruskan usahanya;

3. Memberikan kepastian kepada kreditor dalam arti bahwa mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya si debitor.11

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia

yang dimaksudkan dengan agunan yang ideal, yaitu agunan yang berkualitas tinggi

serta mudah dicairkan,12 meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan oleh pemerintah/badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi, berdasarkan

hasil penilaian lembaga pemerintahan yang kompeten dan sewaktu-waktu dapat

dengan mudah di jual ke pasar.

10M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007, hal.50

11Soebekti,Jaminam-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia,Bandung:

Alumni, 1986, hal.29.

(9)

Dengan demikian Bank dituntut untuk setiap waktu memastikan bahwa

agunan yang diterima telah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan

dengan pengikatan agunan kredit telah disediakan dan mampu memberikan

perlindungan yang memadai bagi bank yang bersangkutan.

Namun demikian penggunaan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil ini

sebagai agunan tidak dapat memperkecil resiko terhadap bank, apalagi jika terhadap

PNS tersebut terjadi hal yang tidak terduga seperti diberhentikan atau dipecat

sebelum memasuki masa pensiun. Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya

hak-hak kepegawaian dari PNS tersebut termasuk diberhentikannya pembayaran gaji yang

tentunya berdampak pada tertunggaknya pembayaran angsuran kredit Bank. Atas

dasar hal tersebut tentunya Bank akan kesulitan untuk melakukan eksekusi apabila

terjadi kredit macet dalam masa pelunasan atas kredit dimaksud.

Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil yang menggunakan Jaminan

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Bank harus benar-benar memperhatikan

hal-hal yang memang meyakinkan Bank bahwa penerima kredit mempunyai kesanggupan

membayar dan beritikad baik. Selain itu, pihak bank dapat saja menambah

persyaratan tertentu seperti penambahan agunan atau jaminan lain seperti benda

bergerak berupa kenderaan bermotor yang dapat diikat dengan fidusia dan benda

tetap berupa tanah dan bangunan yang diikat dengan hak tanggungan.

Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil dapat berpotensi menjadi

(10)

diantaranya karena kelalaian bendahara memotong gaji PNS, karena dipecat atau

diberhentikan sebelum masa pensiun dan adanya pinjaman rangkap (double Credit).

Dari ketiga hal di atas maka penulisan tesis ini akan membahas tentang penyelesaian

kredit bermasalah dengan jaminan surat keputusan Pegawai Negeri Sipil terhadap

Pegawai Negeri Sipil yang dipecat.

Adanya kredit bermasalah yang disebabkan oleh Pegawai Negeri Sipil yang

dipecat juga terjadi pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang. Guna mengatasi hal

ini PT. Bank Aceh mengahadapi masalah yang tidak mudah sehingga perlu segera

dilaksanakan eksekusi terhadap agunan yang diberikan oleh Pegawai Negeri Sipil

penerima kredit. Berdasarkan uraian tersebut sangat menarik untuk dikaji dan

dibahas lebih lanjut mengenai eksekusi terhadap jaminan yang kemudian dituangkan

dalam bentuk Tesis yang berjudul “Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan

Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil

yang Dipecat (Studi pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang merupakan permasalahan yang

menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan menggunakan

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil ?

2. Bagaimana kedudukan jaminan kredit dengan Surat Keputusan Pegawai

(11)

3. Bagaimana upaya PT. Bank Aceh dalam penyelesaian kredit macet terhadap

Pegawai Negeri Sipil yang di pecat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan

menggunakan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil.

2. Untuk mengetahui kedudukan jaminan kredit dengan Surat Keputusan

Pegawai Negeri Sipil apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut di pecat.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Aceh Cabang Kota

Sabang terhadap penyelesaian kredit macet apabila Pegawai Negeri Sipil

tersebut dipecat.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, seperti yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam ilmu

pengetahuan hukum pada umumnya dan hukum perbankan yang dijalankan

khususnya ketentuan tentang pelaksanaan eksekusi atas kredit bermasalah

dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Aceh

Cabang Kota Sabang dalam penyelesaian tunggakan atau permasalahan dalam

(12)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat,

khususnya kepada nasabah Pegawai Negeri Sipil penerima kredit dengan jaminan

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan

memberikan informasi mengenai alternatif konsep yang lebih baik dalam hal

mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah dan berpotensi macet akibat

Pegawai Negeri Sipil yang di pecat. Selain itu, diharapkan secara praktis dapat

memberikan sumbangan pemikiran kepada PT. Bank Aceh tentang upaya yang

dapat dilakukan untuk menyelesaikan kredit bermasalah macet yang disebabkan

oleh Pegawai Negeri Sipil yang dipecat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang

ada di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya di

lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas sumatera

Utara, belum ada penelitian terdahulu tentang judul “Penyelesaian Kredit Bermasalah

Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri

Sipil Yang Dipecat”.

Akan tetapi, ditemukan beberapa penelitian yang menyangkut masalah kredit

macet dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh

mahasiswa Magister Kenotariatan dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

(13)

1. Saudari Jurista Siburian (NIM. 127005091), Mahasiswi Magister Kenotariatan

Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “ Upaya-Upaya Hukum

PT. Bank Perkreditan Rakyat Eka Prasetya Dalam Penyelesaian Perjanjian

Kredit Macet”.

2. Saudara Jefri Lumban Tobing (NIM. 080200078) mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Yuridis

Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Perbankan

dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (Studi

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Lubuk Pakam).

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian kedua tesis di atas

adalah :

1. Bagaimanakah kedudukan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil sebagai

jaminan Perjanjian Kredit Perbankan?

2. Bagaimana prosedur pengikatan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil

sebagai jaminan kredit perbankan?

3. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kredit macet dengan

jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil?

4. Bagaimana prosedur dalam penyelesaian kredit macet pada perjanjian kredit

bank dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil?

Oleh karena itu, maka penelitian yang dilakukan jelas dapat

(14)

memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi

sebagai peneliti ataupun sebagai akademisi.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara,

aturan, asa, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan

pedoman untuk mencapai tujuan.13 Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana

pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.14 Kerangka teori merupakan landasan teori atau dukungan teori dalam membangun dan

memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.15Untuk itu kerangka teori dalam penelitian tesis ini sangat diperlukan guna memperjelas nilai-nilai, azas-azas

dan norma-norma serta dasar hukum sampai kepada landasan filosofis yang tertinggi.

Teori hukum sendiri dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari mempelajari

hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan

kehadiran teori hukum secara jelas. Bagi suatu penelitian teori dan kerangka teori

mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :16 1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta

2. Teori sangat berguna didalam klasifikasi fakta

13Abdul Kadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

2004, hal. 72 -73

14M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Bandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27

15 Jimly Asshidiqhie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, 2006,

hal.61

(15)

3. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Teori menguraikan jalan fikiran menurut kerangka yang logis, artinya masalah

penelitian yang telah dirumuskan dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu

menerangkan masalah tersebut.

Sejalan dengan kegunaan teori yang disebutkan diatas maka teori yang

digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori “kepastian hukum”.

Kepastian hukum memungkinkan adanya “predictability”.17 Kepastian hukum mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adannya aturan yang bersifat umum

membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kedua

adanya rasa aman bagi individu karena dapat mengetahui apa saja yang boleh

dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.18

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan

akhirnya dapat menimbulkan keresahan. Sedangkan bila kita terlalu menitikberatkan

kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum maka akan berakibat

kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil.

Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama

untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna

karena tidak dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap orang. Kepastian

merupakan salah satu tujuan dari hukum dan apabila dilihat secara historis,

17Pieter Mahmud Marzuki,Pengantar Ilmu Hukum,Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

2009, hal. 158

18 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,

(16)

perbincangan mengenai kepastian hukum merupakan perbincangan yang telah

muncul semenjak adanya gagasan pemisahan kekuasaan dari Montesqiueu.

Kepastian hukum bagi subjek hukum dapat diwujudkan dalam bentuk yang

telah ditetapkan terhadap suatu perbuatan dan peristiwa hukum. Hukum yang berlaku

pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau disimpangkan oleh

subjek hukum. Kepastian hukum bermuara pada ketertiban sosial dimana dalam

kehidupan sosial kepastian adalah menyetarakan kedudukan subjek hukum dalam

suatu perbuatan dan peristiwa hukum.

Selanjutnya teori yang digunakan adalah “teori perjanjian. ”Perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih19secara lisan atau tertulis. Menurut R. Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang

atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.20

Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah hubungan hukum antara

kedua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dua pihak sepakat

untuk menentukan peraturan atau kaedah atau hak- hak dan kewajiban yang mengikat

mereka untuk ditaati atau dijalankan.21 Dan menurut Munir Fuady perjanjian atau kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan antara dua orang atau lebih yang

dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum.22

19Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui: Mulai dari A-Z,

Pustaka Peena, Yogyakarta. hal. 1

20Subekti,Hukum Perjanjian, cetakan keduapuluh satu,Intermasa, Jakarta, 2006, hal. 1 21Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 2009,

hal. 34

22Munir Fuady,Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Citra Karya Aditya Bakti, Bandung,

(17)

Perjanjian merupakan sarana untuk membentuk hubungan hukum antara satu

pihak ke pihak lain, karena dengan perjanjian akan menghasilkan hak dan tanggung

jawab. Karenanya setiap orang memiliki kebebasan dalam membentuk perjanjian.

Kebebasan untuk melakukan suatu perjanjian didasarkan dari suatu teori kebebasan

berkontrak dimana sebagai sarana timbulnya perjanjian tersebut.

Hukum Perdata Indonesia mengenal asas kebebasan berkontrak yang

tercantum dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Disebutkan

bahwa kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian dapat menentukan sendiri apa

isi dari perjanjian tersebut dan apa yang tertuang dalam perjanjian tersebut akan

menjadi undang-undang bagi pihak yang bersangkutan dengan perjanjian tersebut.

Oleh karena itu perjanjian atau kontrak harus dibuat dengan kesepakatan bersama

oleh kedua belah pihak dan harus mewakili kepentingan kedua belah pihak, tidak

boleh berat sebelah.

Pada saat membuat perjanjian juga harus dicantumkan klausula mengenai

kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa yang akan datang yang mungkin terjadi,

termasuk juga mengenai penyelesaian sengketa serta mengenai pilihan hukum yang

dikehendaki bersama kedua belah pihak. Ini semua menunjukan bahwa ada

perwujudan perlindungan hukum yang preventif.

2. Konsepsi

Bagian konsepsi ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep

(18)

abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang berbentuk khusus.23 Konsepsi adalah

salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsep dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan antara abstraksi dengan realitas.24

Penggunaan konsep terhadap istilah yang digunakan terutama dalam judul

penelitian bukanlah untuk keperluan komunikasi semata – mata dengan pihak lain

yang menimbulkan salah tafsir tetapi demi menuntun peneliti sendiri di dalam

menangani proses penelitian dimaksud.25

Tujuan utama konsepsi adalah untuk menghindari salah pengertian atau

penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena

itu dalam pengertian ini didefinisikan beberapa konsep dasar atau istilah agar di

dalam pelaksanaanya diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,

yaitu :

1. Kredit

Menurut Thomas Suyatno, dkk kredit adalah penundaan pembayaran dari

prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang dan jasa.26

Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa “Kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

23Sumadi Suryabrata,Metodelagi Penelitian,PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 4 24Masri Singaribun dkk,Metode Penelitian Survey,LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34

25Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,

hal. 107-108.

26Thomas Suyatno, dkk,Dasar-Dasar Perkreditan,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003,

(19)

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah:

a. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;

b. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat

jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan

oleh unsur waktu;

c. Suatu hak yang dengan hak tersebut seseorang dapat mempergunakannya

untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan

tertentu pula.

2. Jaminan

Menurut Thomas Suyatno dkk jaminan adalah penyerahan kekayaan atau

pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggulangi pembayaran kembali

suatu utang.27 Sedangkan menurut Pasal 8 UU No 10 Tahun 1998, pengertian jaminan adalah “Keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk

melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”.

3. Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

Dalam hal ini keputusan diartikan sebagaibeschikkingyaitu keputusan tertulis

dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.28 Walaupun Surat

27Ibid, hal. 18

28Sjachran Basah,Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi Negara,Alumni,

(20)

Keputusan Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan benda yang dapat

dipindahtangankan, tetapi perkembangan dalam praktek perbankan yang melihat

dari sisi ekonomi pada surat tersebut dalam hal ini Surat Keputusan

Pengengkatan Pegawai Negeri Sipil dapat diterima sebagai jaminan kredit.

4. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pada awalnya menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 dalam pasal 1

huruf a, sebagai berikut :

“Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Selanjutnya undang-undang tersebut diubah dengan Undang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan pengertian Pegawai Negeri

sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 menjadi :

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Sementara itu di dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa “Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disingkat PNS adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat

tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatus Sipil Negara secara tetap oleh pejabat

(21)

Berdasarkan definisi yang disebutkan di atas dapat maka dapat disimpulkan

bahwa Pegawai Negeri Sipil itu harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang,

b. diangkat oleh pejabat yang berwenang,

c. diserahi tugas dan sebuah jabatan dan atau tugas negara

lainnya yang didasarkan pada peraturan yang berlaku

d. digaji menurut Undang-undang yang berlaku.

5. Kredit Bermasalah

Menurut As. Mahmoeddin kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya

tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya.29 Sedangkan

menurut S. Mantaboybir, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana debitur

wanprestasi/ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan yang

diperjanjikan.30

Berdasarkan definisi diatas jelaslah bahwa kredit bermasalah merupakan suatu

kondisi ketidakmampuan debitur untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan

waktu yang telah diperjanjikan

G. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

maupun teknologi yang berguna untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,

29As. Mahmoeddin,Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal.2

30S. Mantayboybir, et.al,Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa,

(22)

metodologis dan konsisten.31 Sementara itu penelitian hukum atau legal research merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu dengan cara menganalisisnya.32 1. Sifat Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penulisan ini bersifat deskriptif analisis yaitu data

hasil penelitian baik yang berupa data hasil studi dokumen yang menggambarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku33 dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukumin concertoyang menyangkut permasalahan maupun

penelitian lapangan yang berupa hasil pengamatan dianalisa secara kualitatif.

Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku terhadap aspek hukum penanganan kredit bermasalah dan berpotensi macet

khususnya terhadap kredit yang disalurkan bagi pegawai negeri sipil yang kemudian

diberhentikan sehingga tidak lagi melanjutkan kewajibannya pada PT. Bank Aceh

Cabang Sabang.

2. Jenis Penelitian

Pendekatan ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian hukum kepustakaan. Menggunakan pendekatan yuridis normatif, karena

sasaran penelitian ini adalah prilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya

dengan hukum34atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit (value), peraturan hukum konkrit. Penelitian yang berobjekan

31Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji,Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal 1

32Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta, 2006, hal 3 33Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji,loc, cit

34Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010,

(23)

hukum normatif berupa asas-asas hukum dan sistem hukum.35Secara umum masalah yang dikaji dengan metode ini merupakan masalah yang terkait dengan efektifitas

aturan hukum.36

3. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal pengumpulan data, penulis melakukan inventarisasi terhadap

seluruh data atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan dalam penelitian

ini. Kemudian penulis mengkatagorikan kualifikasi terhadap keseluruhan data

tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menitikberatkan pada studi kepustakaan. Dalam mencari dan

mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan ini menggunakan data

sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi

kepustakaan. Arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi pemerintah,

Undang-undang, makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti

dari :

a) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang

terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum

seperti Undang-undang, Peraturan pengganti Undang-undang, Peraturan

Pemerintah37 secara umum dan khususnya Undang – undang tentang

35Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji,Op,Cit, hal. 70 36Peter Mahmud Marzuki,Op,Cit., hal 87

(24)

perbankan dan peraturan lainnya yang menyangkut tentang perbankan dan

perjanjian kredit bank.

b) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum

primer, antara lain berupa tulisan atau pendapat pakar hukum di bidang

perbankan mengenai perjanjian kredit.

c) Bahan hukum tertier

Bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang Pengumpulan Data untuk dapat

memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

sekunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah dan surat khabar serta

makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Alat Pengumpulan Data

Guna mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini

diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :

a) Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum perbankan, khususnya

analisis hukum atas terjadinya kredit bermasalah dan berpotensi macet pada

perjanjian kredit perbankan ditinjau dari segi hukum jaminan. Studi dokumen

(25)

meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan

dengan materi penelitian38. b) Studi Lapangan

Selain studi dokumen, penelitian ini dilakukan juga dengan studi lapangan,

yaitu melalui wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data

dimana akan dilakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada

pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah pihak bank sebagai nara

sumber guna memperoleh keterangan yang diperlukan dan sebagai penunjang

dalam pelaksanaan penelitian ini.

5. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan analisis data yang berguna untuk

memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data merupakan

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan suatu

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti

yang disarankan data.39 Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan keterangan dari nara sumber sehingga dapat menjawab permasalahan

dari penelitian ini.

38Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia

Press, Jakarta, 1986, hal 21

39Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(26)

Penelitian ini bersifat deskriptif. Data hasil penelitian yang berupa data hasil

studi dokumen (data Sekunder) dan data studi lapangan dianalisis dengan metode

analisis kualitatif,40 dengan maksud untuk memaparkan apa yang telah dianalisis secara sistematis dan menyeluruh untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Untuk

menemukan penyelesaian permasalahan secara normatif maka seluruh data ini akan

diolah dengan menggunakan logika berfikir deduktif, yaitu proses penalaran untuk

menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan

fakta-fakta yang bersifat umum atau dengan kata lain dimulai dari hal-hal yang

bersifat umum menuju kepada hal- hal yang bersifat khusus.

Referensi

Dokumen terkait

Telah diuji dalam sidang Laporan Tugas Akhir yang diselenggarakan oleh Program Studi Diploma III ...

[r]

Usulan Penelitian (UP) merupakan proses awal dalam menulis skripsi, yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan topik penelitian awal

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan karakter tanggung jawab siswa kelas III semester 2 SD 1

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN DIAGNOSA

dilakukan yaitu dengan triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan dengan membandingkan dan mengecek kembali suatu informasi yang diperoleh melalui teknik yang

Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan..

investment income for such month (“Distribution Shortfall”), Colony NorthStar FV will purchase shares required in order to cover the Distribution Shortfall up to an amount equal to