• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Tlatah Bocah dalam Menjaring Anak Lereng Gunung Merapi dengan Menggunakan Kearifan Lokal: Studi pada Komunitas Tlatah Bocah di Muntilan T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Tlatah Bocah dalam Menjaring Anak Lereng Gunung Merapi dengan Menggunakan Kearifan Lokal: Studi pada Komunitas Tlatah Bocah di Muntilan T1 BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Kajian Teori

2.1.1 Komunitas

Komunitas berasal dari bahasa latin communities yang berarti

”kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communisyang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Komunitas sebagai sebuah kelompok

sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki

ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia,

individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,

preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. (Wenger,

2002:4)

Pengertian komunitas menurut Kertajaya Hermawan (2008), adalah

sekelompok orang yang peduli satu sama lain yang lebih dari yang

seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat

antar anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau

values.

Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen :

1. Berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah

komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang

mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.

2. Berdasrkan minat sekelompok orang yang mendirikan suatu

komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama,

misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan

kelainan seksual.

Proses pembentukannya bersifat horizontal karena dilakukan oleh

individu-individu yang kedudukannya setara. Komunitas adalah sebuah

identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi

(2)

10 terutama adlah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan

sosialnya yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya,

ideologi, sosial ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas

biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis masing-masing

komunitas. Karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda

dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapinya serta

mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group

beberapa orang yang barbagi minat yang sama, yang terbentuk oleh 4 faktor,

yaitu :

1. Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing)

2. Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu

3. Ritual dan kebiasaan : orang-orang datang secra teratur dan

periodik

4. Influencer : Influencer merintis sesuatu hal dan para anggota

selanjutnya ikut terlibat

Vanina juga menjelaskan bahwa komunitas mempunyai beberapa aturan

sendiri, yaitu :

1. Saling berbagi : mereka saling menolong dan berbagi satu

sama lain dalam komunitas.

2. Komunikasi : mereka saling respon dan komunikasi satu

sama lain.

3. Kejujuran : dilarang keras untuk berbohong. Sekali

seseorang berbohong, maka akan segera ditinggalkan.

4. Transparansi : saling bicara terbuka dan tidak boleh

menyembunyikan sesuatu hal.

5. Partisipasi : semua anggota harus disana dan

berpartisipasi pada acara bersama komunitas.

Menurut Mac Iver (Mansyur, cholil 1987:69) community diistilahkan sebagai persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu

(3)

11 kelompok sosial satu sama lain. Dalam Soerjono Soekanto (1983:143), Mac

Iver menjelaskan mengenai unsur-unsur dalam sentiment community, yaitu :

a. Seperasaan

Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam

komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok

dikarenakan adanya kesamaan kepentingan

b. Sepenanggungan

Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan

tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya

c. Saling memerlukan

Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan

ketergantungan terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik

maupun psikis.

2.1.2 Strategi Komunikasi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” yang berarti seni

umum, namun term ini kemudian berubah menjadi kata sifat yaitu “strategia”

yang memiliki arti “keahlian militer”. Karl von Clausewitz (1780-1831) dalam bukunya yang berjudul On War merumuskan Strategi sebagai suatu

seni menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang,

Strategi komunikasi menurut Rogers (1982) sebagai suatu rancangan yang

dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar

melalui transfer ide-ide baru (Cangara, 2013 : 61). Strategi komunikasi

merupakan panduan perencanaan komunikasi (communication planning)

dengan manajemen komunikasi (communication managemen) untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2013 : 32).

Dalam Abidin (2015:86) Sondang P Siagian mendefinisikan perencanan

sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari

hal-hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah di tentukan sebelumnya. Adapun perencanaan

(4)

12

how to covey the right message, from the right communicator, to the right audience, through the right channel, at right time (Perencanaan komunikasi menjelaskan cara mengirimkan pesan yang tepat dari komunikator yang tepat,

kepada khalayak yang tepat melalui saluran yang tepat pada waktu yang

tepat).

Marthin-Anderson (1968) merumuskan strategi adalah seni di mana

melibatkan kemampuan intelegensi atau pikiran untuk membawa semua

sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan dengan memperoleh

keuntungan yang maksimal dan efisien (Cangara, 2013 : 61).

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari lingkup komunikasi, sebagai

makhluk sosial menggunakan komunikasi bukan hanya untuk kontak

hubungan dengan individu lain namun komunikasi juga merupakan alat bagi

individu untuk bertahan hidup. Komunikasi memilik kekuatan dalam

memberikan stimulus atau rangsangan yang kuat. Dari ruang komunikasi ada

beberapa bentuk-bentuk strategi komunikasi yaitu :

1. Tujuan

2. Sasaran

3. Pesan

4. Instrument dan kegiatan

5. Sumber daya dan skala

6. Evaluasi dan perbaikan 1

Strategi komunikasi adalah suatu cara atau taktik rencana dasar yang

menyeluruh dari rangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang atay

organisasi untuk mencapa suatu tujuan (Afdjani, 2014:191)

Dalam strategi komunikasi, pasti terdapat sebuah tujuan tertentu yang

ingin dicapai, beberapa tujuan strategi komunikasi (Liliweri, 2011:248-249)

ialah sebagai berikut :

1. Memberitahu (Announcing)

1

(5)

13 2. Memotivasi (Motivating)

3. Mendidik (Educating)

4. Menyebarkan informasi (Informing)

5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making)

Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor

pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan

faktor serta penghambat pada setiap komponen tersebut (Effendy, 2013:35)

1. Mengenali sasaran komunikasi

a. Faktor kerangka referensi

b. Faktor situasi dan kondisi

2. Pemilihan media komunikasi

3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi

4. Peranan komunikator dan komunikasi

a. Daya tarik sumber

b. Kredibilitas sumber

Dalam rangka menyusun strategi perlu diperhatikan dalam menyusun

strategi komunikasi (Effendy, 2013:35-39) :

1. Mengenali Sasaran Komunikasi

Mengenal sasaran komunikasi merupakan langkah pertama bagi

seorang komunikator dalam usaha mencapai komunikasi yang

efektif. Hal ini tentu bergantung pada tujuan komunikasi yang

ingin dicapai, hanya sekedar mengetahui informasi atau diharapkan

ada tindakan tertentu dari komunikan. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dari komunikan ialah :

a. Faktor kerangka referensi

Kerangka referensi setiap individu berbeda dengan individu

yang lain. Kerangka referensi masing-masing individu

terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan pengalaman,

pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology,

(6)

14 b. Faktor situasi dan kondisi

Situasi yang dimaksud adalah situasi komunikasi pada saat

komunikan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang

menghambat proses komunikasi bisa diduga sebelumnya, atau

dapat juga datang secara tiba-tiba. Sedangkan kondisi adalah

state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi.

2. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu

atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang

akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang akan

digunakan. Media komunikasi banyak jumlahnya mulai dari yang

tradisional sampai modern. Media komunikasi dapat

diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetakan, visual, aural,

dan audio-visual.

3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (massage) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah teknik infomasi,

teknis persuasi atau teknik intruksi. Apapun tekniknya, langkah

pertama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu. Isi

pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambing yang dipergunakan bisa

bermacam-macam. Lambing yang biasa dipergunakan untuk

menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna,

gesture, dan sebagainya.

4. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi

Terdapat faktor penting yang harus dimiliki seorang komunikator

bila ia akan memberikan informasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

a. Daya tarik sumber

Seorang komunkator akan berhasil dalam komunikasi, akan

(7)

15 melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa

bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain

komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator

sehingga komunikan taat dengan isi pesan yang sedang

disampaikan.

b. Kredibilitas sumber

Komunikasi akan berhasil jika komunikan memberikan

kepercayaan kepada kominkator. Kepercayaan ini

bersangkutan pada profesi dan keahlian yang dimiliki seorang

komunikator.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator

dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik

(empathy) yaitu kemampuan memproyeksikan dirinya seperti peranan orang lain.

2.1.3 Model Perencanaan Komunikasi AIDDA

Dalam berkomunikasi, untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan,

seorang komunikator harus memiliki strategi komunikasi yang baik. Adanya

proses pendekatan merupakan awal yang baik dalam berkomunikasi. Proses

pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan A-A procedure atau

from attention to action procedure (Afdjani, 2014:195).

Menurut Kasali (1992:83-86) A-A Procedure ini sebenarnya adalah penyederhanaan dari proses yang disingkat dengan AIDDA, yaitu :

1. Attention (perhatian)

2. Interest (minat)

3. Desire (hasrat)

4. Decision (keputusan)

5. Action (kegiatan)

Dalam Cangara (2013, 78-79) dijelaskan bahwa langkah pertama yang

harus dilakukan seorang komunikator adalah menanamkan perhatian atau

(8)

16 tarik yang mengarah pada target sasaran sehingga komunikan menyadari atau

mengetahui ide atau gagasan yang ditawarkan. Apabila perhatian komunikan

telah terbangkitkan, maka akan muncul fase dimana akan timbul minat atau

interest yang merupakan tingkatan lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi

timbulnya suatu hasrat atau desire untuk melakukan suatu kegiatan yang

diharapkan oleh komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri

komunikan, maka bagi komunikator proses ini belum berarti apa-apa sebab

harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan atau decision, yaitu keputusan untuk melakukan kegiatan atau actionsebagaimana yang diharapkan oleh komunikator.

2.1.4 Kearifan Lokal

Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, lokal berarti setempat, sedangkan

wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya (Wiloso 2012:114)

Dalam Sibarani (2012:112-113) juga dijelaskan bahwa kearifan lokal

adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal

dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang dapat

dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif atau

bijaksana.

Menurut Keraf (2002) kearifan lokal (tradisional) adalah semua bentuk

pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau

etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas

ekologis. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam suatu sistem sosial

(9)

17 generasi ke generasi lainnya yang sekaligus membentuk dan menuntun pola

perilaku manusia sehari-hari.

Menurut Ataupah (2004) kearifan lokal bersifat historis dan positif.

Nilai-nilai diambil oleh leluhur dan kemudian diwariskan secara lisan kepada

generasi berikutnya lalu oleh ahli warisnya tidak menerimanya secara pasif,

namun dapat menambah atau mengurangi dan diolah sehingga apa yang

disebut kearifan itu berlaku secara situasional dan tidak dapat dilepaskan dari

sistem lingkungan hidup atau sistem ekologi/ekosistem yang harus dihadapi

orang-orang yang memahami dan melaksanakan kearifan itu.

Haba (2007:11) menjelaskan kearifan lokal mengacu pada berbagai

kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat

yang dikenal, dipercaya dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang

mampu mempertebal kohesi masyarakat.

Lebih lanjur Haba (2007:4) menjelaskan bahwa ada beberapa fungsi dari

kearifan lokal, yakni :

1. Sebagai penanda sebuah komunitas

2. Elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan

kepercayaan

3. Kearifan lokal tidak bersifat memaksa atau dari atas (top done), tetapi sebuah unsus kultural yang ada dalam masyarakat, karena itu

daya ikatnya lebih mengena dan bertahan

4. Kearifan lokal memberikan warna kebersamaan bagi sebuah

komunitas

5. Local wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas

common ground atay kebudayaan yang dimiliki

6. Kearifan lokal dapat berfungsi mendorong terbangunnya

kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme

bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir

bahkan merusak, solidaritas komunal yang dipercaya tumbuh di

(10)

18 Rahyono (dalam Sinar, 2011:4) mengemukakan jika local genius hilang atau musnah, kepribadian bangsa memudar, hal itu disebabkan karena hal-hal

berikut :

1. Kearifan lokal merupakan pembentuk identitas yang inheran sejak

lahir.

2. Kearifan lokal bukan sebuah keasingan bagi pemiliknya.

3. Keterlibatan emosional masyarakat dalam penghayatan kearifan

lokal kuat.

4. Pembelajaran kearifan lokal tidak memerlukan pemaksaan.

5. Kearifan lokal mampu menumbuhkan harga diri dan percaya diri.

6. Kearifan lokal mampu meningkatkan martabat bangsa dan negara.

Sementara Sibarani (2012:5) mengatakan bahwa ada nilai-nilai yang

terkandung dalam kearifan lokal tersebut, antara lain :

1. Kerja keras (keuletan, inovasi, visi dan misi kerja, dan disiplis

kerja)

2. Gotong Royong (melakukan dan menyelesaikan pekerjaan secara

bersama)

3. Kerukunan (sikap toleransi antar umat beragama, etnik, budaya)

4. Penyelesaian konflik (sikap dalam menyelesaikan masalah sesuai

dengan hukum adat)

5. Kesehatan (menjaga hidup baik secara pribadi maupun

masyarakat)

6. Pendidikan (peningkatan pengetahuan tentang suatu hal)

7. Menjaga lingkungan (penjagaan lingkungan untuk tetap menjaga

rantai kehidupan)

8. Pelestarian dan inovasi budaya (pemeliharaan dan pengembangan

warisan budaya)

9. Penguatan identitas (tetap menjaga keaslian budaya)

10. Peningkatan kesejahteraan (menambah pendapatan masyarakat)

11. Hukum (norma-norma dan aturan-aturan adat yang telah

(11)

19

2.2

Penelitian Terdahulu

Peniliti Judul Tujuan Metode Hasil

Eny Suparny Strategi

(12)

20

Rike Indriyani Strategi

(13)
(14)

22

dan sikap

terbuka.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

2.3

Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir

Melihat permasalahan beberapa anak-anak lereng gunung Merapi yang

berpotensi dalam bidang seni lokal daerah gunung Merapi namun tidak memiliki

wadah untuk bermain atau mengembangkan bakatnya, menjadi salah satu faktor

Bapak Gunawan dan teman-temannya membuat suatu komunitas untuk mewadahi

anak lereng gunung Merapi bermain dan belajar tradisi lokal yang ada lereng

Gunung Merapi. Yang mana pada awalnya Bapak Gunawan dan teman-temannya

membuat sebuah perpustakaan mini disalah satu dusun daerah gunung merapi.

Namun pasca erupsi 2006, Bapak Gunawan dan teman-temannya memutuskan

untuk memfokuskan anak-anak lereng Gunung Merapi untuk ikut serta dalam

pelestarian tradisi seni lokal. Sampai pada akhirnya terbentuk Komunitas Tlatah

Bocah yang beranggotakan anak lereng Merapi dari beberapa dusun sekitar. Dalam

proses menjaring anak-anak lereng Gunung Merapi untuk menjadi anggota baru

Komunitas Tlatah Bocah dibutuhkan cara atau langkah-langkah khusus untuk

Komunitas Tlatah

Bocah

Strategi Komunikasi dengan model perencanaan AIDDA melalui program Beasiswa Merapi sebagai

kearifan lokal setempat

Anak-anak Lereng

Merapi dari beberapa

Dusun sekitar

Menjaring

anggota baru Komunitas

(15)

23 memengaruhi anak-anak lereng Gunung Merapi. Peneliti ingin mengetahui

bagaimana strategi komunikasi pengurus Komunitas Tlatah Bocah sehingga dapat

membuat anak lereng gunung Merapi yang tersebar di beberapa dusun tersebut mau

bersedia bergabung menjadi anggota baru komunitas Tlatah Bocah yang mana

strategi yang dilakukan akhirnya mampu menggerakan minat anak lereng Gunung

Merapi untuk bergabungmelalui program Komunitas Tlatah Bocah yaitu Beasiswa

Merapi yang merupakan kearifan lokal di lereng Gunung Merapi. Sampai akhirnya

komunitas Tlatah Bocah dikenal oleh banyak masyarakat sekitar khusunya dengan

berbagai program dalam bidang kesenian yang disambut baik oleh masyarakat

Gambar

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Argista dengan judul “ Mobilitas Sirkuler Penduduk Pulau Pisang Ke Kota Krui Di

Apabila pemberian WK meliputi areal yang luas di atas tanah Negara, bagian-bagian tanah yang tidak digunakan untuk kegiatan usaha migas dapat diberikan kepada pihak lain oleh menteri

4.2 The Mood structure contribution to the fulfillment of its social purpose of Recount text

The evidence from one trial in Honduras demonstrates poorer iron status in infants exclusively breastfed for 6 months, versus 4 months followed by partial breastfeed- ing to 6

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terutama pada pasal 7 ayat (2) huruf d dan khususnya pasal 32 dan

POKJA VI Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2015 Pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin.. Jalan Kolonel Wahid

Seperti yang dijadikan semboyan kepolisian diseluruh dunia yaitu Serve and Protect atau tugas melayani dan melindungi yang didalamnya terkandung maksud ter- ciptanya ketertiban

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana siswa mengungkapkan makna interpersonal mereka dalam teks-teks Recount dilihat dari struktur mood dan bagaimana