• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Lintas Budaya Selama “Sawasdee Project 21” di Ratchaburi, Thailand T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Lintas Budaya Selama “Sawasdee Project 21” di Ratchaburi, Thailand T1 BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi

2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Dalam proses ini komunikator akan sebisa mungkin mengutarakan pesan sejelas mungkin supaya komunikan dapat menangkap jelas maksud dari komunikator.

Terdapat dua tahap yang terjadi selama proses komunikasi yaitu1:

1. Proses komunikasi secara primer atau langsung dengan menggunakan lambang atau simbol tertentu.

2. Proses komunikasi secara sekunder atau dengan perantara media.

2.1.2 Unsur-Unsur Proses Komunikasi

Hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi pada umumnya. Unsur-unsur dalam proses komunikasi terdapat:

- Source: komunikator atau orang yang menyampaikan pesan,

- Encoding: proses pengalihan pikiran kedalam bentuk simbol atau lambang tertentu yang dilakukan oleh komunikator,

- Message: pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator,

- Channel: saluran atau media yang dipakai untuk menyampaikan pesan, - Decoding: proses pemaknaan simbol atau lambang oleh komunikan, - Reciever: komunikan atau orang yang menerima pesan,

- Feedback: umpan balik atau tanggapan yang diberikan oleh komunikan terhadap komunikator,

- Noise: gangguan yang terjadi selama proses komunikasi berjalan.

(2)

8 2.2 Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya merupakan proses mempelajari komunikasi antar individu maupun kelompok suku bangsa dan ras yang berbeda. Komunikasi lintas budaya juga merupakan analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan dan lebih berfokus pada hubungan antar bangsa tanpa harus membentuk kultur baru. (Purwasito, 2003)

Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada proses pertukaran pesan yang terjadi antara ras, suku, bangsa, serta kebudayaan yang berbeda. Dari situ kita bisa mengetahui hal-hal lain diluar kebudayaan kita tanpa terjadinya proses pembentukan kultur atau budaya yang baru.

Komunikasi lintas budaya sekilas hampir sama dengan komunikasi antar budaya. Akan tetapi perbedaannya adalah komunikasi antar budaya tidak melihat perbandingan antara kebudayaan dari perilaku komunikasi tetapi lebih kepada proses interaksi yang berlangsung. Sedangkan dalam komunikasi lintas budaya tidak hanya memperhatikan proses interaksi yang terjadi namun juga membandingkan kebudayaan yang berbeda.

Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola komunikasi antarpribadi pada komunikator maupun komunikan yang memiliki kebudayan berbeda. Pada awalnya studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial budaya sehingga lebih dapat menggambarkan tentang perilaku komunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu dengan mendalam.

2.2.1 Pendekatan Adaptasi

Penulis menggunakan pendekatan adaptasi untuk menganalisis komunikasi lintas budaya yang penulis lakukan selama Sawasdee Project 21 di Ratchaburi, Thailand.

Pendekatan adaptasi ini diperkenalkan oleh Ellingsworth dalam Gundykunts (1983)2. Menurut Ellingsworth, setiap individu dianugerahi kemampuan untuk beradaptasi antarpribadi. Setiap individu juga memiliki kemampuan untuk menyaring manakah perilaku yang harus dan tidak harus dilakuakan termasuk dalam konteks komunikasi lintas budaya.

(3)

9

Adaptasi nilai dan norma dalam komunikasi lintas budaya ditentukan oleh dua faktor:

1) Mengadaptasi nilai dan norma yang fungsional, 2) Mendukung hubungan antarpribadi.

Dalam realitasnya, pendekatan adaptasi selalu digunakan dalam komunikasi lintas budaya di negara berkembang.

2.2.2 Konflik Lintas Budaya

Perbedaan antara dua budaya atau lebih juga dapat menimbulkan konflik lintas budaya. Konflik lintas budaya bisa kita jumpai saat kita melakukan komunikasi lintas budaya.

Penyebab dari konflik lintas budaya adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu tidak mengetahui sejauh mana bentuk, jenis, tingkat harapan terhadap suatu nilai tertentu,

2. Dua orang atau kelompok yang berbeda budaya saling mengetahui harapan namun masing-masing menampilkan cara yang berbeda-beda.

2.3Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang. Menurut Effendy komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Ciri dari komunikasi antar pribadi adalah adanya umpan balik dan bersifat dua arah. (Effendy, 1993:61)

Sedangkan menurut De Vito komunikasi antar pribadi adalah sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.(Liliweri, 1991:13)

Karakeristik komunikasi antar pribadi menurut Everet M. Roger adalah: 1. Arus pesannya cenderung dua arah,

2. Konteks komunikasi tatap muka,

3. Tingkat umpan balik yang terjadi cukup tinggi,

4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi,

(4)

10

Sedangkan proses komunikasi antar pribadi sendiri terjadi dalam bentuk kontak langsung. Komunikasi antar pribadi merupakan rangkaian tindakan, kejadian yang terjadi terus menerus.

Untuk memahami proses komunikasi antar pribadi kita dapat menggunakan paradigma dari Harold Lasswell dengan model komunikasinya berupa ungkapan verbal dengan menjawab pertanyaan who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Effendy, 1993: 10)

Adapun paradigma dari Harold Lasswell adalah sebagai berikut: 1. Who

Siapa yang menyampaikan pesan atau komunikator dalam komunikasi antar pribadi.

2. Says what

Pesan apa yang disampaikan oleh komunikator baik verbal (kata-kata dan bahasa yang digunakan) maupun non verbal (gerakan tangan, intonasi atau ekspresi wajah).

3. In which channel

Saluran atau media apa yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan.

4. To whom

Penerima pesan atau komunikan 5. With what effect

Timbal balik atau efek yang didapatkan setelah pesan disampaikan.

2.4Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial dikembangkan sejak tahun 1973 oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Teori ini menjelas bagaimana berkembangnya kedekatan hubungan.(Kadarsih, 2009: 53) Bagi mereka hubungan interpersonal yang baik akan berakhir menjadi teman terbaik hanya jika mereka memproses dalam sebuah “tahapan dan bentuk yang teratur dari permukaan ke tingkatan prtukaran yang intim sebagai fungsidari hasil langsung dan perkiraan”.(Kadarsih, 2009: 53)

(5)

meningkat. Akan tetapi bila suatu hubungan menjadi rusak maka keluasan dan kedalaman seringkali akan menurun. (Kadarsih, 2009: 54)

Menurt Altman dan Taylor, komunikasi adalah hal penting dalam mengembangkan dan memelihara hubungan

yang terjadi terus menerus maka seseorang akan menjadi akrab dengan orang lain. Komunikasi dan keakraban pengungka

pengembangan hubungan antar pribadi yang memuaskan.

Altman dan Taylor membandingkan orang dengan bawang. (Kadarsih, 2009: 53) Bawang memiliki berbagai lapis dan kita harus membukanya satu persatu agar bisa melihat intinya. Sama seperti orang untuk bisa mengetahui seseorang lebih dalam kita harus membuka setiap lapisan satu persatu dengan cara menjalani kedekatan hingga kita bisa dikatakan memiliki kedekatan intim dengannya. Mislanya kita bisa mengetahui bagaimana makanan atau warna favorit seseorang apabila kita sudah dekat dengannya. Seperti pada bagan dibawah ini.

Gambar 2.4.1: ilustrasi bawang mengenai teori penetrasi sosial

Sumber:

https://www.google.co.id/search?q=bagan+bawang+teori+penetrasi+sosial&source=lnms&tbm=isch&s a=X&ved=0ahUKEwj1gIHHk5zTAhUFmZQKHd

rWdecsdtI_xXM:

meningkat. Akan tetapi bila suatu hubungan menjadi rusak maka keluasan dan kedalaman seringkali akan menurun. (Kadarsih, 2009: 54)

Menurt Altman dan Taylor, komunikasi adalah hal penting dalam mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan antar pribadi. Dengan komunikasi yang terjadi terus menerus maka seseorang akan menjadi akrab dengan orang lain. Komunikasi dan keakraban pengungkapan diri tampil sebagai syarat mutlak bagi pengembangan hubungan antar pribadi yang memuaskan.

Altman dan Taylor membandingkan orang dengan bawang. (Kadarsih, 2009: 53) Bawang memiliki berbagai lapis dan kita harus membukanya satu persatu agar bisa melihat intinya. Sama seperti orang untuk bisa mengetahui seseorang lebih dalam kita harus membuka setiap lapisan satu persatu dengan cara menjalani kedekatan hingga kita bisa dikatakan memiliki kedekatan intim dengannya. Mislanya kita bisa mengetahui imana makanan atau warna favorit seseorang apabila kita sudah dekat dengannya. Seperti pada bagan dibawah ini.

Gambar 2.4.1: ilustrasi bawang mengenai teori penetrasi sosial

https://www.google.co.id/search?q=bagan+bawang+teori+penetrasi+sosial&source=lnms&tbm=isch&s a=X&ved=0ahUKEwj1gIHHk5zTAhUFmZQKHddQCtMQ_AUIBigB&biw=1366&bih=667#imgrc=E

11

meningkat. Akan tetapi bila suatu hubungan menjadi rusak maka keluasan dan

Menurt Altman dan Taylor, komunikasi adalah hal penting dalam hubungan antar pribadi. Dengan komunikasi yang terjadi terus menerus maka seseorang akan menjadi akrab dengan orang lain. pan diri tampil sebagai syarat mutlak bagi

Altman dan Taylor membandingkan orang dengan bawang. (Kadarsih, 2009: 53) Bawang memiliki berbagai lapis dan kita harus membukanya satu persatu agar bisa melihat intinya. Sama seperti orang untuk bisa mengetahui seseorang lebih dalam kita harus membuka setiap lapisan satu persatu dengan cara menjalani kedekatan hingga kita bisa dikatakan memiliki kedekatan intim dengannya. Mislanya kita bisa mengetahui imana makanan atau warna favorit seseorang apabila kita sudah dekat dengannya.

(6)

12

Selanjutnya, teori penetrasi sosial akan menjelaskan tahapan-tahapan hubungan antar pribadi hingga seseorang menjadi akrab bahkan intim dengan orang lain.

1. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Pengungkapan diri merupakan jantung dari proses komunikasi antar pribadi. Pengungkapan diri juga menjadi cara agar orang lain dapat mengetahui apa yang terjadi pada diri kita, yang sedang dipikirkan, atau hal yang menjadi perhatian kita. Pengungkapan diri dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan kenyamanan, dan mengintensifkan ketertarikan antar pribadi. (Kadarsih, 2009: 55)

2. Kedekatan Melalui Pengungkapan Diri

Dengan mengijinkan orang lain menembus dengan baik bagian dasar dari diri kita maka orang tersebut dapat mengambarkan kebenaran yang sesungguhnya tentang diri kita. (Kadarsih, 2009: 57)

Altman dan Taylor mengklaim bahwa pada tingkat permukaan seperti informasi seputar biografi dapat dengan mudah untuk bertukar satu sama lain. Akan tetapi informasi seperti perasaan akan sulit diungkapkan jika tidak ada kedekatan. Oleh karena itu seseorang akan lebih berhati-hati dalam menampilkan perasaan yang sesungguhnya. Maka dari itu kita harus menjalin kedekatan terlebih dahulu sebelum dapat mengetahui perasaan orang lain. (Kadarsih, 2009: 57)

3. Kedalaman dan Luasnya Penyingkapan Diri – Keintiman

Keintiman berarti tingkat dimana kita bisa menjadi diri sendiri di depan orang lain dan masih diterima oleh orang lain.(Kadarsih, 2009: 57-58) Keintiman bisa diukur dengan memperluas dimana orang lain memberitahu kita bahwa mereka melihat kita dengan jalan yang sama dengan kita melihat diri kita sendiri dan mengekspresikan perasaan positif mengenai siapa kita.(Kadarsih, 2009: 58)

Kita dapan mengkomunikasikan perasaan keintiman secara langsung maupun tidak langsung dan secara verbal maupun non-verbal. (Kadarsih, 2009: 58)

(7)

13 4. Pengaturan Kedekatan Berdasarkan Penghargaan dan Biaya

Menurut teori penetrasi sosial, semua tergantung dari analisis biaya-keuntungan.(Kadarsih, 2009: 60) Karena seseorang akan memperhitungkan biaya dan keuntungan apa yang kemungkinan akan ia dapatkan ,ketika ia menjalin kedekatan dengan orang lain.

Thibaut dari Universitas North Carolina dan Kelly dari UCLA mempelajari konsep kunci pertukaran sosial yang sesuai dengan teori penetrasi sosial. (Kadarsih, 2009: 60) Teori pertukaran sosial menawarkan dua standar perbandingan yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi hasil-hasil hubungan antar pribadi mereka, yaitu (Kadarsih, 2009: 61):

a. Tingkat Perbandingan: Mengukur Kepuasan Hubungan (Kadarsih, 2009: 61)

Poin ini berhubungan dengan kepuasan relatif, baik buruknya sebuah hasil hubungan antar pribadi akan meninggalkan sebuah perasaan dibelakang. Sebuah hubungan mempunyai makna hanya ketika kita perbandingkan secara kontras dengan kenyataan lain atau hasil yang dibayangkan.(Kadarsih, 2009: 61)

b. Tingkat Perbandingan Alternatif: Mengukur Stabilitas Hubungan

(Kadarsih, 2009: 61)

Ada standar kedua yang dapat dipakai untuk mengevaluasi hasil yang kita terima. (Kadarsih, 2009: 61-62) Hal ini berangkat dari pertanyaan: “Akankah hasil hubungan saya lebih baik dengan orang lain?” dan “Apakah hasil terburuk yang akan didapatkan dan masih tetap dalam hubungan saat ini?” (Kadarsih, 2009: 62)

5. Evaluasi: Penarikan Kembali dan Penetrasi Sosial

Keterbukaan adalah kualitas utama dari pengembangan hubungan. (Kadarsih, 2009: 62) Altman percaya bahwa tekanan antara keterbukaan dan ketertutupan menghasilakn penyingkapan dan penarikan. Fakta menunjukan bahwa persahabatan terbentuk melalui penyingkapan yang tepat. (Kadarsih, 2009: 62)

(8)

14 2.5Penelitian Terdahulu

Dibawah ini merupakan pemetaan tentang penelitian dan jurnal ilmiah mengenai komunikasi lintas budaya terdahulu.

Penelitian pertama dengan judul “Intercultural and Cross-Cultural Communication Research: Some Reflections about Culture and Qualitative Methods” dengan penelitinya Maria Assumpta Aneas dan Maria Paz Sandin. Konsep dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peraan budaya dalam penelitian kulaitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan emik seperti teknik etnografi, observasi, analisis konten, dan in-depth interviews. Hasilnya penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana budaya dapat mengaplikasikan dirinya sendiri dalam penelitian kualitatif.

Penelitian kedua dengan judul “Pengaruh Perbedaan Budaya Terhadap Proses Komunikasi Interpersonal Pengaruh Perbedaan Etnis Tionghoa – Jawa dan Agama Islam – Kristen dalam Berpacaran” dengan penelitinya Dini Yohannawarti. Konsep penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses komunikasi interpersonal dalam berpacaran yang dilatar belakangi oleh perbedaan etnis Jawa – Tionghoa dan agaman Islam – Kristen. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana proses komunikasi interpersonal yang terjadi dengan perbedaan etnis dan agama.

Penelitian ketiga dengan judul “Peran Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Dalam Menyelesaikan Konflik di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda” dengan penelitinya Nurita Arya Kusuma. Konsep dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konflik yang terjadi di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau boyek berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Hasil penelitian ini akan mengungkapkan konflik yang terjadi di Perumahan Talang Sari Kota Samarinda dan bagaimana penyelesaian dari konflik tersebut.

(9)

15

dari komunikasi lintas budaya yang penulis alami. Hasil dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana proses komunikasi lintas budaya yang terjadi selama Sawasdee Project 21 di Ratchaburi, Thailand.

2.6Kerangka Berpikir

TEORI PENETRASI

SOSIAL AIESEC

Indonesia, Thailand, China, India, Sri Lanka,

Malaysia, Vietnam, Brazil, Argentina

SAWASDEE PROJECT(MURID DAN

PESERTA) di Thailand

Gambar

Gambar 2.4.1: ilustrasi bawang mengenai teori penetrasi sosial Gambar 2.4.1: ilustrasi bawang mengenai teori penetrasi sosial

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Datar Siswa. Kelas VIII MTs Sultan Agung Jabalsari Tulungagung Tahun

PERLINDUNGAN ANAK DALAM NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI MELALUI PEMILIHAN UMUM RAMAH ANAK 1.. Oleh : Argadhia Aditama dan Lely Anna Puspa Sari

Particular care and planning are needed to ensure that mothers who begin breastfeeding but who later change to formula feeding are given full support to breastfeed while they

Penggunaan Media Flashcard Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.. Surabaya: PGSD

Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsi adalah lembaga yang bersifat ad hoc yang dibentuk untuk melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi sendiri masyarakat hukum adat

Pelaksanaan tindakan dan pengama- tan siklus II sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pembelajaran yang diterapkan

[r]

Menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan / atau perawatan, apabila pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan