• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HAK ANAK DALAM NEGARA HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN HAK ANAK DALAM NEGARA HUKUM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN ANAK DALAM NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI MELALUI PEMILIHAN UMUM RAMAH ANAK1

Oleh : Argadhia Aditama dan Lely Anna Puspa Sari 2

ABSTRAK

Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai

negara hukum, Indonesia harus menyelenggarakan perlindungan hak asasi

manusia. Namun disisi lain sebagai negara demokrasi, Indonesia harus

menerapkan prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yaitu menjamin peran

serta warga negara dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu upaya

mewujudkan prinsip demokrasi adalah melalui Pemilihan umum (Pemilu) yang

salah satu pesertanya adalah partai politik. Permasalahan mulai muncul ketika

dalam negara hukum dan demokrasi, hak asasi anak masih belum memperoleh

perlindungan yang maksimal pada praktik pemilu yang salah satunya tercermin

dalam penyalahgunaan anak dalam kegiatan politik. Selain itu dalam negara

demokrasi diperlukan adanya pendidikan politik bagi setiap warga negara yang

dalam hal ini anak termasuk di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka

praktik negara hukum dan negara demokrasi harus dilaksanakan secara

harmonis. Hal ini dapat terwujud melalui pelaksanaan pemilihan umum yang

melindungi hak asasi anak yaitu pemilihan umum yang ramah anak.

Kata kunci : Hak Anak, Pemilihan umum, Negara Hukum, Demokrasi

A. PENDAHULUAN

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan

bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945

dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi

kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi

penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

      

1

Jurnal untuk memenuhi syarat Wisuda di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 2

(2)

tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Meskipun Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan

tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk

memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang

mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban

dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya

merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam

memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.3 Lebih terperinci perlindungan

atas hak-hak anak telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak yang secara lebih jelas menyebutkan bahwa yang

dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.4 Dalam Pasal 15 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa salah satu

hak-hak anak yang harus dilindungi yaitu:

a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan

e. pelibatan dalam peperangan.

Hak-hak anak tersebut merupakan wujud adanya kepastian atas

pemenuhan perlindungan hak asasi manusia yang dalam konsepsi negara hukum5

menurut F. J Stahl, hal itu merupakan suatu unsur dari negara hukum.6 Bila

dikaitakan dengan hak anak maka sudah jelas bahwa kewajiban negara adalah

salah satunya melindungi hak anak yang sudah termasuk dalam lingkup Hak

Asasi Manusia yang dalam hal ini Indonesia sebagai negara hukum yang berdasar

      

3

Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 4

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 5

Unsur-unsur negara hukum adalah : 1. perlindungan hak asasi manusia; 2. pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut; 3. pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan; 4. peradilan administrasi dalam perselisihan.

6

(3)

pada asas legalitas telah menjamin dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak.

Pelaksanaan konsepsi negara hukum yang dianut oleh Indonesia harus

dapat berjalan secara harmonis dengan adanya konsepsi negara demokrasi.7 Pada

konsepsi demokrasi Pancasila, negara mengakui suara-suara dari masyarakat atas

negara itu sendiri. Hal ini juga tertulis jelas dalam Pasal 28 E ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di mana negara menjamin

kedaulatan hak asasi tiap warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat.

Disamping itu, dalam konstitusi negara Indonesia pada Pasal 22 E

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga telah ditegaskan

bahwa pemilihan umum merupakan hal yang konstitusional sebagai perwujudan

negara demokrasi. Dalam pelaksanaan pemilu, pemilu harus diselenggarakan

dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang artinya setiap orang Warga Negara

Indonesia dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan

menyuarakan aspirasi rakyat di setiap tingkatan pemerintahan.8 Sebagai pelaksana

atas amanat UUD 1945 tersebut maka munculah Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sebagai

penunjang dari pelaksanaan amanat UUD 1945, maka diperlukan adanya partai

politik sebagai pelaksana demokrasi yang dalam hal ini juga dapat berperan serta

dalam pelaksanaan Pemilihan umum.

Apabila dikaitkan antara konsep negara hukum dan negara demokrasi

dalam perlindungan hak anak, dapat diketahui bahwa dalam prinsip negara hukum

setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan atas penyalahgunaan dalam

kegiatan politik. Namun dalam konsepsi negara demokrasi, setiap orang berhak

ikut serta didalam pemerintahan yang dalam hal ini dapat terlaksana melalui

mekanisme pemilihan umum. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya

penyalahgunaan anak dalam pelaksanaan demokrasi melalui pemilihan umum.9

      

7

Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cetakan ke-2, Gaya Media Pratama, Jakarta, 1988, hlm. 167 – 191

8

Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum 9

______, 2013, KPU Usulkan Aturan Keterlibatan Anak-Anak dalam Kampanye,

(4)

Pada berbagai pemilihan umum, keterlibatan anak dalam tahapan pemilihan

umum terutama pada tahap kampanye mulai banyak terjadi. Peristiwa tersebut

kemudian memunculkan kekhawatiran para pemerhati hak anak yaitu Komisi

Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk menuntut ketegasan penyelenggara

pemilihan umum.10 Komisi Pemilihan Umum sendiri tidak tegas dalam

pemberlakukan larangan keterlibatan anak dalam tahapan penyelenggaraan pemilu

yaitu pada tahap kampanye.11 Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu

harmonisasi peraturan perundang-undangan agar dalam penerapan konsep negara

hukum dan negara demokrasi, hak anak dapat terakomodir dengan baik. Berawal

dari hal tersebut maka muncul suatu alternatif solusi berupa penerapan pemilihan

umum ramah anak guna menciptakan harmonisasi dan mengakomodir adanya

konsep negara demokrasi dan negara hukum tersebut.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apa kaitan antara konsep negara hukum dan negara demokrasi dalam

perlindungan hak anak ?

2. Apa bentuk perlindungan hak anak melalui pemilihan umum ramah anak ?

C. METODE PENULISAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif

(yuridis normatif)12 dan untuk menjawab permasalahan penelitian maka

pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen (documentary research).

Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi dari praktik

perlindungan HAM terhadap anak-anak untuk dapat menemukan faktor-faktor

penyebab pelanggaran hak anak dalam pelaksanaan demokrasi yaitu melalui

      

10

_____, 2013, LPA Stop Libatkan Anak dalam Kampanye,

http://regional.kompas.com/read/2013/08/22/1536248/LPA.Stop.Libatkan.Anak.dalam. Kampanye, diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.20

11

_____, 2013, Komnas PA Izinkan Anak Ikut Kampanye Tindak Pidana,

http://nasional.kompas.com/read/2013/07/19/1257029/Komnas.PA.Izinkan.Anak-anak.Ikut.Kampanye.Tindak.Pidana., diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.30 12

(5)

pemilihan umum. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

berpedoman pada enam prinsip pokok Hak Asasi Manusia dan menghubungkan

kewajiban dan tanggung jawab negara dalam kerangka pendekatan berbasis hak

asasi manusia (right-based approach) yaitu: menghormati, melindungi dan

memenuhi.

D. PEMBAHASAN

1. Kaitan Negara Hukum dan Negara Demokrasi dalam Perlindungan Hak Anak

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 menyatakan bahwa “negara Indonesia adalah negara hukum”. Konsekuensi

dari ketentuan ini adalah setiap sikap, pikiran perilaku, dan kebijakan

pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan atau sesuai dengan

hukum. Kualitas kesempurnaannya dapat diverifikasikan kedalam faktor-faktor

keadilan, kesejahteraan, kepedulian kepada rakyat dan lain-lain. Sendi utama

negara berdasarkan hukum adalah hukum merupakan sumber tertinggi dalam

mengatur dan menentukan mekanisme hubungan hukum antara negara dan

masyarakat atau antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lain.

Sedangkan negara Indonesia juga tidak dapat dihapuskan dari predikat

sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyatnya. Istilah

demokrasi sendiri yang menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau

government or rule by the people (kata Yunani demos berarti rakyat,

kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa). Salah satu dari bukti bahwa negara ini

adalah negara penegak demokrasi adalah kebebasan untuk mengeluarkan

pendapat yang secara jelas tertuang dalam Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa “Setiap orang berhak

atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Dalam hal

ini konsep negara demokrasi memuat beberapa elemen13 yang salah satunya

      

13

(6)

adalah pemilihan umum yang juga merpakan implementasi dari Pasal 28E ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi yang saling berkaitan

satu sama lainnya yang tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi

memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan

dan kesederajatan manusia, pada sisi yang lain negara hukum memberikan

patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara bukanlah manusia, tetapi

hukum. Berangkat dari konsepsi tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa

Indonesia juga wajib menjunjung tinggi perlindungan atas hak-hak manusia yang

termasuk didalamnya adalah perlindungan terhadap hak anak.14 Secara universal

anak mempunyai hak asasi manusia yang dilindungi hukum, bahkan berlaku sejak

dalam kandungan, karena itu anak juga berhak mendapat perlindungan hukum

atas segala kegiatan yang mengarah pada pertumbuhan maupun perkembangan di

masa mendatang. Seperti salah satu hak anak dalam pelibatannya pada kegiatan

politik yang hingga dewasa ini masih diambang sebuah keragu-raguan dalam

pemenuhannya.

Kekaburan tersebut terletak pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang

dinyatakan sebagai pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, yang berarti

dapat ditarik sebuah garis bahwa sebagian anak menurut definisi Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah partisipan dari kegiatan

politik karena anak menurut undang-undang perlindungan anak merupakan setiap

orang yang berusia dibawah 18 tahun. Kegiatan politik yang dimaksud adalah

pada tahapan penggalangan suara pada penyelenggaraan pemilihan umum.

Realita praktik demokrasi di Indonesia masih terjadi berbagai tahap

pemilu yaitu kampanye yang masih dapat ditemui bahwa anak merupakan salah

       

menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan dipilih; dan 6. Adanya kebebasan sebagai HAM, menikmati hak-hak dasar, dalam demokrasi setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasarnya secara bebas, seperti hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat dan lain-lain. Lihat dalam Afan Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2005, hlm. 15.

14

(7)

satu aktor penunjang dalam kegiatan tersebut. Dalam hal ini bukan anak yang

sudah cukup usia untuk berkecimpung dalam kegiatan tersebut, namun usia yang

masih jauh untuk siap ikut serta berperan pada tahap tersebut. Partai politik yang

menggunakan anak sebagai senjata dalam melancarkan visi misi partai politiknya

dalam pemenangan suara terkadang tidak lagi mendapat perhatian khusus dari

pemerintah, padahal mengingat bahwa negara mempunyai kewajiban untuk

melindungi anak dari pelibatan kegiatan politik yang termasuk didalamnya adalah

kampanye pemilu yang mengarahkan anak pada perilaku politik praktis dan

kecenderungan politik.

Bahkan yang lebih ironis lagi adalah ketika Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak

mencatumkan adanya larangan terhadap keikutsertaan anak dalam salah satu

tahapan pemilihan umum yaitu kampanye pemilu. Sehingga membuat partai

politik dengan leluasa menjadikan anak di bawah umur berperan dalam proses

kampanye walaupun dalam undang-undang perlindungan anak telah terdapat

sanksi berupa pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).15 Meskipun dalam

undang-undang perlindungan anak sudah mengatur akan larangan dan sanksi namun

sanksi yang dimaksud hanya tertuju pada perseorangan dan bukan partai politik

yang menaunginya. Kelemahan tersebut yang menjadikan Pasal 15 juncto Pasal

87 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tidak

dapat berlaku efektif dan hanya menjadi klausula yang lemah dalam penerapan.

Berangkat dari penjabaran tersebut maka Indonesia sebagai negara hukum

yang berjalan beriringan dengan konsep negara demokrasi juga wajib melindungi

hak-hak para penerus bangsa yang dalam hal ini adalah anak dalam keterlibatan

dan pelibatan anak kedalam proses politik di Indonesia. Sehingga dalam

penjaminan perlindungan atas hak anak dapat terpenuhi karena perlindungan atas

hak asasi manusia merupakan salah satu unsur negara hukum dan negara

demokrasi.

      

15

(8)

2. Perlindungan Hak Anak Melalui Pemilihan Umum Ramah Anak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, pemilihan umum yang

selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 22E ayat 2 UUD 1945,

Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. Lebih lanjut dalam Pasal 22E ayat 3 peserta pemilihan umum

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

Pada UU No 8 Tahun 2012 juga diatur bahwa penyelenggaraan pemilihan

umum mengenal adanya berbagai tahapan pemilihan umum16 yang salah satunya

adalah tahapan kampanye Pemilu. Kampanye pemilu adalah kegiatan Peserta

Pemilu untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan

program Peserta Pemilu.17 Sedangkan peserta Pemilu sendiri adalah partai politik

untuk Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dan

perseorangan untuk Pemilu anggota DPD.18

Penyelenggaraan pemilihan umum bila dilihat dari adaya peserta pemilu

berupa partai politik membawa suatu konsekuensi bahwa penyelenggaraan

pemilihan umum memerlukan suatu pengawasan yang baik agar setiap warga

negara tidak terjerumus pada permainan kekuasaan semata. Disamping itu adanya

      

16

Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 :

a. perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu;

b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih; c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;

d. penetapan Peserta Pemilu;

e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

f. pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota; g. masa Kampanye Pemilu;

h. Masa Tenang;

i. pemungutan dan penghitungan suara; j. penetapan hasil Pemilu; dan

k. pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. 17

Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 18

(9)

pemilihan umum juga harus didukung oleh segenap warga negara Indonesia

karena hal ini merupakan suatu bentuk perwujudan negara demokrasi.19

Berdasarkan hal tersebut maka pemilihan umum dalam negara demokrasi

merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan sebagai penyalur aspirasi setiap

warga negara Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa warga

negara Indonesia terdiri dari berbagai usia. Hal ini berimplikasi pada besarnya

pemilih dalam pemilihan umum di Indonesia karena dalam Pasal 1 angka 25 UU

No 8 Tahun 2012, Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap

berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Mengingat

adanya ketentuan usia pada penyelenggaraan pemilihan umum yaitu 17 tahun,

maka sangat diperlukan suatu pengawasan yang ketat mengenai keikut sertaan

para pemilih dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum yang salah satunya

adalah kampanye pemilihan umum.

Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan. Sedangkan apabila dikaitkan dengan ketentuan usia

pemilih dalam undang-undang pemilihan umum yaitu setiap orang yang telah

berusia 17 tahun atau lebih, hal ini merupakan salah satu permasalahan dimana

terdapat kerancuan mengenai kedudukan anak yang berusia diantara 17 tahun

dan18 tahun. Disisi lain anak yang sudah berusia 17 tahun atau lebih dapat ikut

serta dalam penyelenggaraan pemilu yang erat kaitannya dengan kegiatan politik.

Namun anak yang berusia dibawah 18 tahun masih berhak atas perlindungan dari

penyalahgunaan dalam kegiatan politik.

Keikut sertaan anak dalam kegiatan politik salah satu partai merupakan

suatu bentuk penyimpangan dalam praktik negara demokrasi karena hal tersebut

merupakan bentuk penyalah gunaan anak dalam kegiatan politik dalam tahapan

penyelenggaraan pemilihan umum. Anak menjadi menjadi obyek pelanggaran

yang cukup potensial dikarenakan anak maerupakan calon pemilih yang

jumlahnya cukup besar. Disamping sebagai alat meraih suara dalam kampanye

politik, pelibatan anak juga merupakan bentuk perekrutan partai politik terhadap

calon pemilih yang potensial untuk pemilihan umum.

      

19

(10)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia kemudian mengeluarkan

macam-macam bentuk pelibatan anak dalam politik yang dilarang dan disampaikan secara

resmi ke KPU. Pelarangan tersebut di antaranya adalah :20

1. Memanipulasi data anak yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah

agar bisa terdaftar sebagai pemilih

2. Menggunakan tempat bermain anak, tempat penitipan anak, atau tempat

pendidikan anak untuk kegiatan kampanye terbuka

3. Memobilisasi massa anak oleh partai politik atau caleg

4. Menggunakan anak sebagai penganjur atau juru kampanye untuk memilih

partai atau caleg tertentu

5. Menampilkan anak sebagai bintang utama dari suatu iklan politik

6. Menampilkan anak di atas panggung kampanye parpol dalam bentuk hiburan

7. Menggunakan anak untuk memasang atribut-atribut partai politik

8. Menggunakan anak untuk melakukan pembayaran kepada pemilih dewasa

dalam praktek politik uang oleh parpol atau caleg

9. Mempersenjatai anak atau memberikan benda tertentu yang membahayakan

dirinya atau orang lain

10. Memaksa, membujuk atau merayu anak untuk melakukan hal-hal yang

dilarang selama kampanye, pemungutan suara, atau perhitungan suara

11. Membawa anak ke arena kampanye terbuka yang membahayakan anak

12. Melakukan tindakan kekerasan atau yang dapat diartikan sebagai tindak

kekerasan dalam kampanye, pemungutan suara, atau perhitungan suara

(seperti kepala anak digunduli, tubuh disemprot/cat)

13. Melakukan pengucilan, penghinaan, intimidasi atau tindakan-tindakan

diskriminatif kepada anak yang orang tua atau keluarganya berbeda atau

diduga berbeda pilihan politiknya

14. Memprovokasi anak untuk memusuhi atau membenci caleg atau parpol

tertentu

15. Melibatkan anak dalam sengketa hasil perhitungan suara

      

20

_____, 2013, KPAI desak KPU Larang Penyalahgunaan Anak dalam Pemilu,

(11)

Dikeluarkanya berbagai kriteria larangan oleh KPAI merupakan wujud

keprihatinan dari lembaga negara tersebut akan menjamurnya pelibatan anak

dalam kegiatan politik di berbagai pemilihan umum. Menjelang pemilihan umum

tahun 2014, intensitas pelanggaran hak anak juga mulai meningkat. Namun

peningkatan tersebut tidak di iringi dengan peningkatan jumlah pengawasan

terhadap penyelenggaraan pemilihan umum.

Anak sebagai aset masa depan bangsa yang jumlahnya mencapai

82.000.000 jiwa haruslah memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan

kegiatan politik. Namun anak juga harus memperoleh pendidikan politik yang

baik karena banyaknya jumlah anak terutama pada usia antara 15-17 tahun

merupakan anak yang berpotensi menjadi pemilih pada pemilihan umum beberapa

tahun mendatang. Sehingga perlindungan dan edukasi politik pada anak sangat

diperlukan apalagi dalam kerangka negara hukum dan negara demokrasi.

Tabel Proyeksi Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun, 2010-2015 (dalam juta)21

Disamping itu adanya jumlah calon pemilih yang banyak yaitu calon

pemilih yang saat ini masih tergolong anak-anak, calon pemilih tersebut juga

memerlukan suatu bentuk pengawasan sehingga hak anak untuk memeperoleh

perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik dapat terwujud. Sebagai

calon pemilih, anak memerlukan suatu pendidikan politik yang baik dan tidak

memerlukan keikut sertaan dalam tahapan penyelenggaraan pemiluhan umum

      

21

(12)

yaitu kampanye. Pendidikan politik dirasa penting mengingat jumlah calon

pemilih yang saat ini masih anak-anak sangat banyak. Dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2011 menyatakan bahwa Pendidikan Politik adalah proses

pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap

warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.22

Pentingnya pendidikan politik bagi calon pemilih ini memerlukan perhatian

dari berbagai pihak diantaranya adalah Komisi Pemilihan Umum, Komisi

Perlindungan Anak Indonesia, Badan Pengawas Pemilu, instansi pendidikan dan

pihak lain yang terlibat. Untuk para calon pemilih yang masih tergolong

anak-anak, pendidikan politik tidak boleh diserahkan kepada partai politik secara

langsung. Hal ini mengingat ada banyaknya kepentingan dalam partai politik

untuk meraih kekuasaan dan juga rawannya berbagai praktik politik kotor yang

kerap timbul dalam proses demokrasi. Bila pendidikan politik dilaksanakan secara

langsung oleh partai politik, maka dikhawatirkan oleh para pemerhati hak anak

yaitu anak nantinya tidak mendapatkan pendidikan politik namun malah akan

disalahgunakan oleh partai politik dalam kegiatan politik mereka.

Akumulasi dari adanya berbagai hal tersebut bermuara pada diperlukannya

suatu model pemilihan umum ramah anak yang dapat mengakomodir pendidikan

politik bagi anak yang akan menjadi calon potensial sebagai pemilih namun juga

dapat menghindarkan anak dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik dalam

tahapan pemilihan umum yaitu pada tahap kampanye. Secara tidak langsung

adanya pemilihan umum yang ramah anak ini merupakan suatu bentuk nyata dari

praktik negara hukum dan negara demokrasi yang mana terdapat perlindungan

terhadap hak anak dan juga adanya suatu sistem demokrasi yang

menyelenggarakan pendidikan politik bagi setiap warga negaranya guna

mempersiapkan para pemilih untuk pemilihan umum.

Dalam pemilihan umum ramah anak, anak juga dapat dilibatkan dalam

tahapan penyelenggaraan pemilihan umum namun masih dengan pengawasan

institusi pendidikan dan instansi terkait pemilihan umum tempat anak tersebut

berada. Bentuk keterlibatan anak tersebut tidak dilaksanakan secara langsung

melainkan hanya sebatas keterlibatan pada peningkatan pemahaman mengenai

      

22

(13)

tahap pemilihan umum melalui pengamatan dan pendidikan politik oleh instansi

berwenang.

Berikut kami sajikan bagan mengenai latar belakang diperlukannya suatu

pemilihan umum ramah anak di Indonesia :

Bagan alur berpikir perlunya pemilihan umum ramah anak

Pada bagan tersebut dapat diketahui bahwa berbagai kepentingan negara

yaitu mewujudkan negara demokrasi dan juga negara hukum perlu suatu

harmonisasi. Harmonisasi tersebut dapat terwujud apabila terdapat suatu bentuk

perlindungan hak asasi manusia yaitu hak anak dengan adanya pengakomodasian

prinsip-prinsip demokrasi dalam perlindungan hak anak tersebut melalui

perlindungan penyalahgunaan dalam kegiatan politik dan pendidikan politik yang

baik dan bertanggung jawab. Kedua hal tersebut dapat terakomodasi dalam suatu

konsep pemilihan umum yang ramah anak di Indonesia.

E. PENUTUP

Sebagai negara hukum dan negara demokrasi negara Indonesia memerlukan

suatu bentuk perlindungan hak anak. Dalam undang-undang perlindungan anak,

anak berhak atas perlindungan atas penyalahgunaan dalam kegiatan politik. Hal

ini menjadi perhatian dimana saat ini banyak terjadi penyalahgunaan anak dalam

(14)

indonesia dan juga calon pemilih potensial memerlukan suatu pendidikan politik

guna mewujudkan suatu negara demokrasi yang berkualitas saat ini dan di saat

yang akan datang. Demi mewujudkan suatu harmonisasi dalam negara hukum dan

negara demokrasi dalam kaitannya dengan perlindungan hak anak, maka

diperlukan suatu mekanisme pemilihan umum yang ramah anak. Pemilihan umum

yang ramah anak ini adalah bentuk dari adanya tanggung jawab negara dalam

melindungi hak anak dan juga memenuhi hak setiap warga negara atas

keikutsertaan dalam demokrasi yang berkualitas. Anak sebagai bagian dari

warganegara seharusnya memperoleh pendidikan politik yang baik oleh berbagai

pemangku kepentingan diantaranya komisi pemilihan umum, badan pengawas

pemilu dan komisi perlindungan anak indonesia serta instansi pendidikan. Dengan

adanya sinergi antar lembaga dalam perlindungan hak anak dan pemberian

pendidikan politik pada calon pemilih maka praktik dari negara hukum dan

demokrasi akan berjalan harmonis di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Afan Gaffar. 2005. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka

Pelajar:Yogyakarta.

Jimly Asshiddiqie. 2008. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi. Jakarta.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA).

2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA).

Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih. 1988. Ilmu Negara. Cetakan ke-2. Gaya

Media Pratama. Jakarta.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali:

Jakarta. Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam

Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Refika Aditama: Bandung

Perundang-undangan

(15)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik

Website

_____, 2013, KPU Usulkan Aturan Keterlibatan Anak-Anak dalam Kampanye,

http://www.jurnalparlemen.com/view/5268/kpu-usulkan-aturan-keterlibatan-anak-anak-dalam-kampanye.html, diakses pada 3 Desember

2013 pukul 20.15

_____, 2013, KPAI desak KPU Larang Penyalahgunaan Anak dalam Pemilu,

http://news.liputan6.com/read/651140/kpai-desak-kpu-larang-penyalahgunaan-anak-dalam-pemilu, diakses pada 3 Desember 2013 pukul

20.45

_____, 2013, LPA Stop Libatkan Anak dalam Kampanye,

http://regional.kompas.com/read/2013/08/22/1536248/LPA.Stop.Libatkan.A

nak.dalam. Kampanye, diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.20

_____, 2013, Komnas PA Izinkan Anak Ikut Kampanye Tindak Pidana,

http://nasional.kompas.com/read/2013/07/19/1257029/Komnas.PA.Izinkan.

Anak-anak.Ikut.Kampanye.Tindak.Pidana., diakses pada 3 Desember 2013

Gambar

Tabel Proyeksi Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun, 2010-2015

Referensi

Dokumen terkait

maupun IOC (International Oil Company). Kompetensi inti Elnusa meliputi jasa seismik, jasa pemboran dan jasa pemeliharaan lapangan migas. Ketiganya merupakan tulang

Plant administration juga terdiri atas satu divisi saja yaitu Divisi Plant Administration yang bertugas untuk menangani semua proses administratif produksi, seperti

sangat penting untuk memperkuat positioning produk ramah lingkungan Pertamax ini. Kedua, hasil penelitian juga menemukan bahwa sikap memediasi pengetahuan lingkungan terhadap

Penelitian ini mengembangkan dan menguji model adopsi wajib terhadap teknologi sistem ujian online dengan jaringan lokal sekolah menggunakan model UTAUT

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat melakukan

The same approach was followed by Grubi{i} (1989) and Baji} (1991) for Bora cases on the Northern Adriatic characterized with the strong upstream flow. Smith also pointed out

This research is expected to give the useful input in teaching learning process for improving students reading comprehension by using Collaborative Strategic Reading in

Aplikasi Multimedia Mengenai Info Musik Kelompok BARTENZ yang dibuat dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 ini dapat memberi kemudahan kepada user yang ingin mengetahui