Penerapan Essensialisme Dalam Sistem Pendidikan Karakter di
Purwakarta
Pendahuluan
Ilmu Pendidikan adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendedekan selain bercorak teoritis, juga bersifat praktis. untuk yang teoritis diutarakan hal-hal yang bersifat normative, ialah menunjukan kepada standar nilai tertentu; sedangkan yang praktis, menunjukan bagaiman pendidikan itu dilaksanakan. Ilmu pendidikan sebagai lapangan lapangan pendidikan dapat memnuhi persaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu harus mempunyai landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau minimal mempunyai dengan filsafat.
Maka, dapatlah disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang berakarkan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemecahan dan pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan. (Imam Barnadib, 1982)
yang telah membuktikan membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Sistem pendidikan yang diterapkan di Purwakarta adalah sistem pendidikan berbasis kebudayaan yang menekankan pada produktifitas dan aflikatif pengjaran. Ini merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi dalam ranah pendidikan di Indonesia yang mulai diterpakan pada tahun 2008. Meskipun pada awal penerapannya sempat diragukan, namun dalam perkembangannya banyak didukung oleh para guru dan siswa dan menganggapnya sebagai sistem pendidikan yang paling mudah dimengerti dengan daya nalar dan mudah dalam proses aplikatifnya.
Pembahsan:
1. Sistem Pendidikan di Purwakarta
Metode pendidikan aplikatif di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, memberi warna tersendiri dalam dunia pendidikan nasional. Dipelopori oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, pendidikan yang telah diterapkan di seluruh sekolah dan semua tingkatan itu mendapat sambutan positif dari para guru.
akademik siswa dilatih di sekolah, sementara aplikasinya dilakukan di rumah, yaitu membantu pekerjaan sehari-hari kedua orang tua siswa.
‘Anak nantinya akan memiliki pemikiran bahwa perjuangan orang tua selama ini sangat sulit untuk biaya hidup si anak. Mereka akan termotivasi untuk lebih baik dari orang tuanya dan bertekad akan belajar lebih sungguh-sungguh untuk menggapai cita-citanya.’ (Dedi: 2017).
Dalam awal proses penerapan metode pendidikan ini, banyak mendapatkan protes masyarakat. Namun, kini justru masyarakat mengapresiasinya karena dinilai mampu membentuk karakter pelajar. Bahkan, Kementerian Pendidikan RI tengah menjadikan Kabupaten Purwakarta sebagai rujukan pendidikan karakter nasional.
Dedi berharap metode pendidikan aplikatif di daerahnya bisa merambah secara nasional. Dalam penerapannya cara itu bisa disesuaikan dengan potensi dan kebudayaan lokal di tiap daerah di seluruh Indonesia guna menghadapi kenyataan pluralism yang ada.
Dalam proses penerapan sistem pendidikan ini harus didukung dengan kualitas guru atau pengajar yang kompeten guna mewujudkan cita-cita generasi muda penerus bangsa.
2. Filsafat Pendidikan Aliran Essensialisme
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah diuji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini dengan perhitungan zaman renaisans, sebagai pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikiran yang disebut esensialisme.
Esensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan realisme. Idealisme dan realisme secara bersama-sama mendukung esensialisme,tetapi tidak lebur menjadi satu,masing aliran tidak melepaskan sifat utama masing-masing.
Aliran filsafat esensialisme adalah aliran filsafat pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Aliran ini ingin mengembalikan kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.
Menurut esensialisme,yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karena itu esensialisme tergolong tradisionalisme. Tujuan pendidikan aliran ini adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakulmulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.
Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai berikut :
a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia. c) Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan
pendidikan.
d) Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah.
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell, Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831), George Santayana.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sedangkan, George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.
Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata. Pendidikan yg berjiwakan esensialisme terpusat pada guru atau pendidik
Analisis
mengisinya dengan karakter apa yang sesuai dengan tema atau topik pembelajaran di kelas atau terintegrasi dalam pembelajaran. Inovasi guru dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolah menjadi sesuatu yang sangat penting dan menentukan dalam upaya menumbuhkembangkan karakter dalam diri peserta didik.
Pola pendidikan yang tersentral di sekolah khususnya di ruang kelas, dinilai sebagai penjara yang membebani para pelajar. sehari-hari mereka (pelajar) terpenjara oleh ruang kelas. Mereka (pelajar) terpenjara karena tidak mengenali potensi diri sendiri maupun potensi diluar dirinya.
Dedi mencontohkan, semenjak dia kecil hingga kini anak bungsunya masuk SMP, ilmu biologi selalu melakukan praktik mengamati kacang hijau menjadi toge dan praktik membedah katak. Padahal, segala fasilitas publik di daerah seperti puskesmas, rumah sakit, dan kantor pemerintahan bisa menjadi laboratorium penelitian bagi pelajar seperti di Kabupaten Purwakarta.
Seharusnya pendidikan tidak terlalu mengekang dan terlalu administratif sesuai kurikulum pemerintah pusat. Kalau melulu seperti itu guru saat ini tidak fokus mengajar, hanya berkutat pada tekhnis, dan murid tidak akan mampu mengembangkan minat maupun potensi yang ia miliki.
1) Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin.
2) Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
3) Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
Daftar Pustaka :
Barnadib, Imam., Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta, 1982.
https://news.okezone.com/read/2015/02/06/65/1102468/kebijakan-unik-bidang-pendidikan-di-purwakarta (diakses: 1 Desember 2017 13.00)
http://edukasi.kompas.com/read/2017/11/22/18160711/guru-berperan-vital-dalam-pendidikan-karakter-siswa (diakses: 1 Desember 2017 13.00)