70
TROBOSAqua EDISI 59 l Tahun V l 15 April - 14 Mei 2017A L M A M A T E R
P
enerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saatini dipandang sangat penting sebagai salah satu faktor penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini selain didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkon sumsi produk yang berasal dari sistem produksi yang meme nuhi unsurunsur safety dan sustainable, juga didorong oleh tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju pertumbuh an akibat infeksi mikroorganisme patogen.
Selain hal tersebut, penerapan biosekuriti juga dilakukan karena adanya kekhawatiran terhadap introduksi patogen eksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang bertin dak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Oleh karena itu, dalam hal penerapan biosekuriti, prinsipprinsip yang harus diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai komponen yang meliputi tindakan pencegahan, pengendalian dan pemusnahan berbagai penyakit infeksius serta berbagai tindakan untuk menjaga kesehatan manusia sebagai pengelola produksi, hewan dan lingkungan. Dalam konteks lingkungan, penerapan biosekuriti juga dilakukan untuk mencegah lolosnya ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi.
Berbeda dengan industri peternakan lainnya, akuakultur merupakan industri yang cukup unik karena memiliki beberapa jenis sistem produksi yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis ikan yang dibudidayakan. Sistem produksi ini meliputi: (1) sistem produksi indoor, termasuk produksi benih di hatchery dan aplikasi Recirculation Aquaculture System (RAS), serta (2) sistem produksi outdoor.
Sumber infeksi
Penyebaran penyakit umumnya terjadi ketika spora atau bibit penyakit berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain melalui berbagai perantara, seperti melalui teknisi pengelola, peralatan, kendaraan, hewan liar, transfer benih dan sumber air yang digunakan. Beberapa penelitian bahkan menyebutkan penyebaran Viral Nervous Necrosis (VNN) dapat terjadi dari satu bak ke bak yang lain melalui penggunaan alat siphon yang sama untuk beberapa unit produksi.
Sumber penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal dari pakan khususnya pada siklus produksi benih. Penggunaan rotifer atau artemia yang terinfeksi dapat menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit infeksius serta kon taminasi alatoksi pada pakan dapat mempengaruhi tingkat kelulushidupan ikan.
Tindakan Pengendalian
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertikal dari induk ke benih yang dihasilkan ataupun secara horizontal selama proses produksi. Pencegahan terhadap introduksi ikan budidaya ke lingkungan bebas juga menjadi tugas penting
Penerapan Biosekuriti
di Industri Akuakultur
dalam aplikasi biosekuriti . Oleh karena itu, tindakan pengen dalian berikut dapat dilakukan untuk penerapan biosekuriti:
Penggunaan media air pemeliharaan yang bebas patogen dan bahan kontaminan. Seleksi induk bebas penyakit serta penggunaan induk dengan variasi genetik yang beragam. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi status kesehatan dan sistem imun benih yang dihasilkan yang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan.Penggunaan
benih yang memiliki sertiikat bebas penyakit dan berasal dari hatchery (panti benih) yang tersertiikasi.
Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja, bak inkubasi, bak pemeliharaan, kultur itoplankton, pakan dan personil yang terlibat dalam proses produksi. Prosedur dan pembuatan bahan desinfeksi termasuk gambaran umum tentang penempatan bak desinfeksi kaki untuk personel
terangkum dalam SNI 8230:2016.Tindakan karantina terha
dap induk dan benih yang ber asal dari sumber eksternal. Satu hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina ini adalah penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus dibeda kan dengan unit produksi lainnya.
Penerapan berbagai standar produksi yang dapat bersinergi positif dengan penerapan biosekuriti, seperti Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Bila merujuk pada ketentuan internasional, para pelaku usaha dapat menyesuaikan penerapan dimaksud sesuai dengan prinsipprinsip Good Management practices (GMPs) hingga kepada persyaratan yang lebih spesiik untuk sertiikasi produk, seperti yang tercantum pada dokumen standar Aquaculture Stewardship Council (ASC).
Biaya Biosekuriti
Kerugian ekonomi yang diderita akibat merebaknya wabah penyakit cukup besar. Estimasi dari World Bank me nyatakan kerugian ekonomi global akibat infeksi penyakit di industri akuakultur melebihi USD 6 miliar/tahun. Keuntungan dari penerapan biosekuriti bersifat universal dan mungkin dapat diinterpretasikan secara berbeda tergantung dari sudut pandang para pelaku usaha dan pengambil kebijakan.
Namun, yang terpenting adalah investasi kesehatan lingkungan yang dilakukan saat ini dapat menjamin keberlan jutan produksi dan mengurangi kerugain ekonomi per setiap kematian ikan akibat infeksi penyakit. There is no one size its all solution, tidak ada satu solusi yang dapat mengatasi semua permasalahan, namun setidaknya penerapan biosekuriti dapat mengurangi kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit dan meningkatkan reputasi perusahaan dan produk yang dihasilkan
melalui sistem produksi budidaya.lTROBOS