• Tidak ada hasil yang ditemukan

HEGEMONI BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HEGEMONI BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HEGEMONI BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM

Makalah

Disusun sebagai tugas mata kuliah

TRANSFORMASI GLOBAL (TAFSIR HADIS) Dosen pengampu:

DR. Hasyim Muhammad, M. Ag DR. H. Arja Imroni, M. Ag

Oleh:

Ahmad Roes (1400018064)

PROGRAM MAGISTER

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO

SEMARANG

(2)

A.PENDAHULUAN

Manusia dalam kehidupannya membutuhkan sebuah interaksi, baik dilakukan oleh individu maupun kolektif. Kedua bentuk interaksi tersebut meniscayakan adanya pihak yang memberi dan yang diberi. Pemberian dalam konteks interaksi tersebut dapat berupa informasi, perilaku, dan sebagainya. Dari hal inilah, globalisasi bermula, yaitu adanya interaksi secara kolektif antar negara/ bangsa.

Arus globalisasi sangat identik dengan mudahnya dan cepatnya transmisi informasi dari suatu daerah ke daerah lain, seakan-akan suatu peristiwa yang terjadi di suatu daerah juga terjadi dalam daerah lain. Di sisi lain, globalisasi bisa jadi merupakan dampak dari kemajuan IPTEK. Kemajuan komunikasi misalnya, meniscayakan adanya komunikasi secara audio visual antar negara yang tentu saja meniscayakan adanya pertukaran informasi.

Barat (Eropa dan sekitarnya) sejak masa renesains sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mulai ditemukannya listrik, alat transportasi super cepat, sampai yang terkini, teknologi multimedia dan internet. Mengingat penguasaan IPTEK saat ini masih dipegang oleh Barat, maka secara tak sadar, dunia berada pada kontrol barat, baik pada kegiatan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

Kontrol dan dominasi Barat itulah yang disebut dengan hegemoni. Bentuk dominasi tersebut tidak lagi dalam bentuk fisik seperti peperangan. Ia telah bertransformasi dalam bentuk penguasaan pikiran, ide, dan pengetahuan. Hal itu lebih mudah dilakukan dengan telah dikuasainya media dan informasi oleh Barat.

(3)

Hal yang sangat memilukan terjadi pada Palestina. Jika Barat mau benar-benar konsisten dan jujur dengan sikapnya memperjuangkan HAM, kenapa rakyat Palestina dibiarkan tetap dijajah oleh Israel dan kenapa Israel tidak pernah dibawa ke mahkamah HAM internasional atas tuduhan pelanggaran HAM berat dan pengguaan senjata berbahaya dalam perang?. Inilah sebuah ironi yang telah dilakukan oleh Barat.

Di lain sisi, krisis di timur tengah yang memunculkan arus imigrasi besar-besaran mendapat respon cukup baik oleh Jerman dan beberapa negara Eropa. Imigran yang jumlahnya jutaan itu ditampung dan diperlakukan dengan baik oleh Eropa. Hal ini memunculkan beberapa spekulasi, apakah barat telah berubah sikap ataukah imigran-imigran itu justru akan dieksploitasi oleh Eropa?.

Paper ini tidak akan membahas terlalu jauh tentang politik internasional. Juga tidak akan membahas lebih dalam tentang tragedi kemanusiaan yang terjadi di Timur Tengah. Tulisan singkat ini akan fokus pada hal-hal hegemoni barat terhadap islam, secara teoritik dan cenderung mengarah pada kawasan sejarah-sosial. Berikut beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep hegemoni?

2. Bagaimana hegemoni barat terhadap Islam?

3. Bagaimana sikap dunia Islam dalam menghadapi hegemoni barat?

C.PEMBAHASAN

1. Istilah Hegemoni, Islam, dan Barat

(4)

Hegemoni, didefinisikan “Dominant groups in society, including fundamentally but not exclusively the ruling class,maintain their

dominance by securing the µ spontaneous consent of subordinate

groups,including the working class, through the negotiated construction of

a political and ideological consensus which incorporates both dominant

and dominated groups.“ (Strinati, 1995: 165).

Definisi di atas menjelaskan bahwa hegemoni memiliki ciri utama “mendominasi” sekelompok orang/masyarakat. Dominasi diupayakan melalui cara non-fisik/kekerasan namun efektif dalam mengkontrol. Dalam hegemoni, kelompok yang mendominasi berhasil mempengaruhi kelompok yang didominasi untuk menerima nilai-nilai moral, politik, dan budaya dari kelompok dominan (The ruling party, kelompok yang berkuasa). Hegemoni diterima sebagai sesuatu yang wajar, sehingga ideologi kelompok dominan dapat menyebar dan dipraktekkan. Nilai-nilai dan ideologi hegemoni ini diperjuangkan dan dipertahankan oleh pihak dominan sedemikian sehingga pihak yang didominasi tetap diam dan taat terhadap kepemimpinan kelompok penguasa. Hegemoni bisa dilihat sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan “…the practices of a capitalist class or its representatives to gain state power and maintain it later.“(Simon, 1982: 23). Jika dilihat sebagai strategi, maka konsep hegemoni bukanlah strategi eksklusif milik penguasa. Maksudnya, kelompok manapun bisa menerapkan konsep hegemoni dan menjadi penguasa. Sebagai contoh hegemoni, adalah kekuasaan dolar Amerika terhadap ekonomi global. Kebanyakan transaksi internasional dilakukan dengan dolar amerika.

(5)

Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam dan Barat memang selalu dihadapkan pada sisi yang berlawanan (paradox). Posisi ini merupakan kontinuitas sejarah hubungan Islam (Timur) dan Kristen (Barat) di masa lalu yang memang penuh dengan akar-akar konflik. Paling tidak ini sudah ditegaskan oleh John L. Esposito, bahwa sejarah konfrontasi ini telah melibatkan berbagai peristiwa. Penaklukan Imperium Byzantium (Romawi Timur) oleh Islam pada abad ketujuh, rangkaian Perang Salib abad kesebelas dan keduabelas, ekspansi dan dominasi kolonial Eropa abad kelimabelas dan keenambelas, serta penegasan kembali identitas Islam dan dunia politik seakan semakin mengukuhkan adanya pertentangan sepanjang

masa tersebut antara Islam di satu sisi dan Barat di sisi yang lain.

(John L.

Esposito, 1996: 13)

2. Dunia Islam di Bawah Pengaruh Barat

(6)

kawasan Islam yang strategis secara ekonomi dan politik serta kaya sumber alam.

Menurut analisa penulis paling tidak ada beberapa faktor yang menyebabkan Islam dengan mudah berada dalam hegemoni Barat:

a. Jatuhnya kekuasaan Turki Usmani yang diakibatkan kelelahan dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya yang sangat luas senantiasa mendapat rongrongan dari Barat yang berambisi menguasai kembali wilayah mereka yang pernah diraih Islam, mulai dari Asia tengah sampai Eropa Timur (Balkan). Sementara itu dalam kekuasaan Turki Usmani terjadi perpecahan yang berakibat makin melemahnya kekuasaannya di dunia Islam, bahkan sama sekali hilang dengan berdirinya Turki baru yang berbentuk republik sekuler di bawah kepemimpinan Mustafa Kamal Attaturk.

b. Pemimpin-pemimpin yang berkuasa kemudian tidak mewarisi kecakapan yang dimiliki oleh pendahulunya seperti Muhammad al-Fatih sang penakluk Konstantinopel dan Salahuddin al-Ayyubi yang dikenal gagah berani melawan tentara Salib. Tidak dapat disangkal bahwa kuatnya kekuasaan Turki Usmani di wilayah Islam pada masa lalu karena sosok pemimpinnya yang hebat, kesatria dan berpengaruh. Sementara pemimpin yang belakangan tidak lagi bisa mewarisi pendahulunya tersebut.

c. Tidak adanya idiologi etnik pemersatu antar muslim yang berasal dari Turki dengan Arab dan bangsa muslim lainnya yang tersebar di berbagai belahan dunia, yang muncul saat itu adalah sentimen antar etnik. Masing-masing etnik saat itu saling membanggakan kelebihan masing-masing, tidak lagi bisa disatukan di bawah idiologi Islam atau bendera ukhuwwah Islamiyyah yang tanpa melihat golongan, kelompok, atau etnis tertentu.

(7)

e. Tidak adanya persatuan yang kuat yang mampu menjadi pengikat untuk semua umat Islam yang terdiri dari berbagai kultur dan tradisi yang tersebar di berbagai kawasan.

f. Hampir sebagian besar masyarakat Islam berada dalam kemiskinan dan tergantung pada Barat. Karena kemiskinannnya sangat mudah dipengaruhi dan di adu domba. Hanya sebagian kawasan Timur Tengah yang secara ekonomi maju, tapi secara politis tetap saja banyak bergantung pada Barat dalam rangka mengamankan aset mereka dari lawan-lawan politik regional.

g. Dewasa ini umat islam sudah terbiasa dengan gaya hidup konsumtif, sehingga kurang inisiatif untuk tidak tergantung pada bangsa lain. Berbeda bila di bandingkan pada abad pertengahan, islam mampu melahirkan ilmuan berkaliber Internasional seperti ahli kesehatan Ibn Sina, sosiolog Ibn Khaldun, Filosof Ibn Rusyd, dan banyak lainnya.

Menurut Antonio Gramsci, hegemoni merupakan sebuah upaya pihak elite penguasa yang mendominasi untuk menggiring cara berpikir, bersikap, dan menilai masyarakat agar sesuai kehendaknya. Di sini “hegemoni” berlangsung secara smooth, tanpa terasa, tetapi masyarakat dengan sukarela mengikuti/menjalaninya. Lebih lanjut Gramsci menyatakan bahwa “hegemoni” ini dapat terjadi melalui media massa, sekolah-sekolah, bahkan melalui khotbah atau dakwah kaum religius, yang melakukan indoktrinasi sehingga menimbulkan kesadaran baru bagi kaum buruh (Oky Syeiful R. Harahap, 2006).

(8)

facto kekuasaan itu sudah berada di tangan kelas buruh, dan kepemimpinan politik bisa diambil alih secara mudah (Nurul Huda, 2006).

Masih menurut Gramsci, sebagaimana dikutip Sayful Muzani, hegemoni juga merupakan kepemimpinan budaya, dimana cara hidup dan pemikiran dominan digelar ke masyarakat dan mewujudkan diri dalam bentuk kelembagaan dan penghayatan pribadi, sehingga seluruh bidang kehidupan masyarakat kapitalis (sosial, politik, ekonomi, budaya, keagamaan, seni, pendidikan, dsb.) selalu mengikuti dan menganggapnya paling benar (Sayful Muzani, 1999: 276). Dengan kata lain, hegemoni berarti universalisasi kepentingan dominan tertentu (misalnya kelas borjuis), sehingga suatu definisi tentang realitas sosial dan teori sosial – yang menyebar dan berpengaruh luas dalam masyarakat, termasuk komunitas intelektual dan ilmuwan sosial– diterima secara taken for granted, seolah-olah memang sudah seharusnya begitu. Penerimaan ini dimungkinkan karena para intelektual terkait secara organis dan dialektis dengan kelas yang dominan. Dalam hal ini, hegemoni berlangsung pada tataran sipil, di mana ideologi kelas dominan dalam formasi sosial kapitalisme maju di Barat disebarkan ke masyarakat lewat konsensus demokratis (Sayful Muzani, 1999: 277).

Secara strategis, untuk menciptakan hegemoni, Gramsci memberikan dua cara, yaitu melalui “war of position” (perang posisi) dan “war of

movement” (perang pergerakan). Perang posisi dilakukan dengan cara

memperoleh dukungan melalui propaganda media massa, membangun aliansi strategis dengan barisan sakit hati, pendidikan pembebasan melalui sekolah-sekolah yang meningkatkan kesadaran diri dan sosial.

(9)

masyarakat Barat, sehingga mereka menganggap ideologinya bersifat universal. Barat, khususnya Amerika Serikat, kemudian menjadi bangsa “misionaris” yang “memaksa” bangsa-bangsa non-Barat mau menerapkan nilai-nilai demokrasi Barat, pasar bebas, pemerintahan yang terbatas, menjunjung tinggi HAM, individualisme, aturan hukum, serta pemisahan agama dan negara. Padahal, nilai-nilai tersebut acapkali tak bergaung dalam budaya Islam, Konghucu, Jepang, Hindu, Budha, ataupun Ortodoks (Samuel P Huntington, 1996: 336).

Berangkat dari kenyataan tersebut di atas, dalam latar global masa kini, nampaknya hegemoni juga dapat ditafsirkan sebagai sesuatu yang ada kaitannya dengan imperialisme dengan berbagai bentuknya yang baru. Bangsa-bangsa Asia, Amerika Latin, dan Afrika kontemporer secara politis memang merdeka tetapi dalam banyak hal “terkuasai” dan mengalami “ketergantungan” dengan kekuatan-kekuatan yang berasal dari peradaban Barat (Edward W. Said, 1996: 52). Hal ini berarti bangsa-bangsa tersebut, disadari ataupun tidak telah terhegemoni oleh peradaban Barat.

(10)

Dari semua hal tersebut di atas, sebenarnya kepentingan global Barat adalah dominasi ekonomi dan politik atas seluruh negara non-Barat. Dan untuk melancarkan kepentingannya itu, Barat memakai banyak cara, dari yang paling halus sampai yang paling berdarah-darah. Cara halus yang dilakukan Barat untuk mengukuhkan hegemoninya antara lain melalui “rezim pengetahuan”. Rezim pengetahuan yang diciptakan Barat tidak memberi ruang yang bebas kepada pengetahuan lain untuk berkembang. Generasi terdidik di negara berkembang diarahkan sedemikian rupa menjadi agen dan penjaga sistem pengetahuan Barat. Dan bukan hanya cara berfikir saja yang diarahkan, tetapi gaya hidupnya pun dikendalikan.

Hegemoni pengetahuan Barat terlihat jelas ketika kaum terdidik di negara berkembang dengan setia dan tidak sadar menyebarkan dan membela nilai-nilai dan institusi Barat seperti demokrasi, civil society, hak asasi manusia. Semua yang datang dari Barat diterima sebagai nilai-nilai universal yang merupakan produk peradaban terbaik yang harus diikuti.

(11)

kebenaran ilmiah dan rasa keadilan, justru merupakan "musuh" bagi neoliberalisme (Oky Syeiful R. Harahap, 2004).

Dengan demikian, bentuk-bentuk hegemoni barat terhadap dunia Islam antara lain:

a. Hegemoni Barat di bidang Ekonomi diupayakan dengan; membentuk Lembaga-lembaga Ekonomi Internasional seperti World Bank, IMF. Memposisikan Mata uang Dollar sebagai mata uang global yang dipakai dalam transaksi di seluruh dunia. Menggeser pemakaian sistem standar emas yang membatasi pencetakan mata uang suatu Negara yang harus selalu disesuaikan dengan jumlah emas yang dimiliki. Dengan sistem ini dolar AS, dan bukan lagi emas, menempati posisi sebagai alat tukar perdagangan internasional. Dengan pengaruh kekuasaanya sering menerapkan Sanksi ekonomi kepada Negara-negara yang tidak memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh Negara Barat melalui wadah PBB.

b. Hegemoni Barat di bidang sosial dan Budaya. Kebiasaan anak-anak muda di berbagai Negara saat ini merayakan Valentine Day adalah merupakan salah satu bentuk pengaruh hegemoni budaya barat begitu juga dengan kebiasaan merayakan April Mop, selai itu Barat juga menunjukkan dominasinya melalui penyebaran produk-produk hiburan, mainan dan makanan ala barat di seluruh dunia : seperti Boneka Berbie, Winni The Pooh, Sponge Bob, film-film Hollywood, KFC, Coca-cola, Pepsi dll.

(12)

PBB (terutama terkait keanggotaan negara pemegang hak veto) tidak cukup representatif.

d. Hegemoni Barat di bidang pemikiran (filsafat). Mengingat filsafat adalah induk dari pengetahuan atau ilmu, maka penguasaan atas bidang akan sangat mempengaruhi dunia pemikiran. Penguasaan bidang ini, dapat diusahakan melalui dua cara. Pertama, penguasaan atas institusi pendidikan yang berpengaruh di Dunia. Kedua, penyebaran ajaran atau keilmuan tertentu secara massif dan terstruktur melalui tokoh-tokoh yang berpengaruh atau yang cukup vokal.

3. Sikap Dunia Islam terhadap Hegemoni Barat

Apapun motif, model, dan pihak yang terlibat konflik, realitas dunia yang penuh konflik menimbulkan bencana kemanusiaan yang dahsyat, dimana negara-negara berkembang – termasuk Muslim – adalah korbannya. Konflik yang dipicu oleh semangat imperialisme telah membuat jurang yang semakin lebar antara kelompok dominan dan yang didominasi. Dunia tentu tidak boleh terlalu lama dibiarkan terpolarisasi atas dua kelompok itu, di mana kelompok dominan sebagai the first class, bisa berbuat sewenang-wenang atas kelompok yang didominasi. Jalan keluar dari kemelut ini ada dua yang ditawarkan beberapa kalangan, dialog atau melawan hegemoni.

Dialog adalah model penyelesaian yang dinilai paling sedikit menanggung resiko. Dialog ini mengasumsikan antara pihak yang terlibat konflik (Barat dan non-Barat –Islam-) berada dalam posisi yang sejajar untuk mau saling mengerti satu sama lain. Negara-negara Barat harus mau mengakhiri sikap imperialis dalam segala bentuknya, termasuk proyek-proyek pos-kolonialismenya, dan mulai membangun relasi setara dan bersahabat. Kerjasama dan partisipasi hanya akan bermakna bila didasarkan keseimbangan kepentingan dan bebas dari hegemoni.

(13)

Keinginan untuk mengajak Barat bersikap lebih adil adalah utopia di tengah nafsu serakah Barat yang ingin menguasai dunia.

Setelah cara dialog adalah model utopis, maka jalan lain yang tidak boleh dihindari oleh negara-negara non-Barat (berkembang atau Muslim) adalah melawan hegemoni itu dengan potensi kekuatan yang ada. Cara melawan hegemoni yang paling fundamental adalah bersikap kritis terhadap berbagai pengetahuan yang dikembangkan oleh dan untuk kepentingan Barat. Umat Islam yang secara sukarela belajar demokrasi, lalu mengintegrasikan dalam ajaran Islam dan menerapkan dalam kehidupan politik adalah salah satu bentuk menerima untuk dijajah. Belum lagi ketika belajar dan menerima peradaban, modernitas, dan civil society hampir tanpa reserve. Padahal nenurut James Petras dan Henry Veltmeyer (2002 : 217), wacana tentang itu semua sesungguhnya dipakai untuk melegitimasi perbudakan, genosida, kolonialisme, dan semua bentuk eksploitasi terhadap manusia.

Sudah saatnya kaum Muslim di negara-negara berkembang bersikap kritis untuk melawan wacana global yang diproduksi Barat. Termasuk wacana globalisasi yang selama ini diterima sebagai sesuatu yang niscaya, harus dikritisi karena tersembunyi sebuah ideologi (hidden ideology) yakni neo-liberalisme yang dampaknya terhadap pembunuhan ekoniomi rakyat sangat luar biasa.

D.SIMPULAN

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini, et. al., Filsafat Ilmu, Perspektif Barat dan Islam, Jakarta, Gema Insani, 2013

Edward W. Said, Kebudayaan dan Kekuasaan; Membongkar Mitos Hegemoni Barat, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, Cet. II, 1996,

John L. Esposito, Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? Terj. Alwiyah Abdurrahman dan Missi, (Bandung: Mizan, 1996)

John L. Esposito, Islam dan Politik, terj. H.M. Yosoef Soeyb, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),

Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia, (Yogyakarta: al-Qalam, 2001)

Sayful Muzani, “Islam dalam Hegemoni Teori Modernisasi”, dalam Edy A. Effendy (ed), Dekontruksi Islam Madzhab Ciputat, Bandung: Zaman Wacana Ilmu, 1999,

Ulya, Berbagai Pendekatan Studi al Quran, Yogyakarta, Idea Press, 2010,

Umar Faruq Thohir dkk., Etika Islam dan Transformasi Global, Yogyakarta, Pustaka Ilmu, 2013

Internet:

Oky Syeiful R. Harahap, “Pengaruh Hegemoni dalam Dunia Pendidikan” dalam http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/02/1106.htm

Nurul Huda, “Perihal Hegemoni dan Perang Posisi” dalam http://nurulhuda.wordpress.com /2006/11/21/perihal-hegemoni-dan-perang-posisi

“Pengantar Hegemoni” dalam

http://synaps.wordpress.com/2005/12/01/pengantar-hegemoni

Referensi

Dokumen terkait

Çekmez iken bülbülün goncandan âlâm ile derd Zînet eylerken seni geh lâle gibi sürh verd Benzini ey bûstân fasl-ı hazân mı etdi zerd Yoksa başı taşra bir serv-i

menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran pada siklus II terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa.. Hal ini terutama terlihat pada rentang nilai 90

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial gaya kepemimpinan, pemahaman good governance, dan ketidakjelasan peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja

Creative Commons Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is

Sementara itu, pada cerita rakyat “Si Kelingking” dari Bangka Belitung, di akhir cerita tokoh utama meraih kebahagian karena kedua orang tuanya menerima dirinya

1. Ibu Nursyamsi, ST, MT selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu saya

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan hasil observasi yang dilakukan oleh guru dan konselor terhadap subjek, untuk mengetahui apakah ada perbedaam