• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA DAN SYARAT docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RENCANA KERJA DAN SYARAT docx"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA DAN SYARAT

Pekerjaan : Pembangunan Tanggul PPI Ujong Baroh Desa Ujong Baroh

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Lokasi : Kabupaten Aceh Barat

Tahun Anggaran : 2014

A. LINGKUP PEKERJAAN

Pembangunan Tanggul PPI Ujong Baroh Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat terdiri dari beberapa item pekerjaan sebagai berikut:

I. Pekerjaan Persiapan,

1. Mobilisasi dan Demobilisasi 2. Papan Nama Proyek

3. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank 4. Quality Control

5. Pembersihan Lapangan

6. Administrasi dan Dokumentasi

II. Pekerjaan Sheet Pile dan Beton

1. Pengadaan Sheet Pile Type W. 325 A 1000 2. Pemancangan Sheet Pile

3. Pengadaan Mini Pile 4. Pemancangan Mini Pile

5. Pengupasan Kepala Sheet Pile 6. Beton Cor K250

7. Pembesian Beton 8. Bekisting

9. Plesteran 1:3

III. Pekerjaan Penimbunan Belakang Sheet Pile

1 Pasangan Geotextile 2 Timbunan Biasa

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan serta Tenaga Kerja a. Sesuai Persyaratan dalam kontrak, maka kontraktor

diharuskan mengadakan mobilisasi peralatan yang akan dipakai dalam melaksanakan pekerjaan, maupun tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.

(2)

b. Biaya mobilisasi tersebut adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendatangkan dan mengambil ataupun tenaga kerja dari dan atau ke lokasi pekerjaan.

c. Sebelum pelaksanaan mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan tenaga, kontraktor harus minta persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi.

1.2. Pekerjaan Uitzet/Pengukuran untuk MC Nol dan Pemasangan Profil a. Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kontraktor

harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Pelaksanaan pekerjaan pengukuran tersebut harus disaksikan oleh pengawas/pihak Direksi yang akan menunjukkan titik referensi. b. Patok-patok sementara yang terpasang dibuat dari kayu,

dipasang pada setiap jarak antara 25 sampai 50 meter atau ditentukan dalam jarak lain, menurut pertimbangan teknis oleh Direksi. Patok – patok ini dipasang sedemikian rupa sehingga tidak mudah goyang atau hilang dan patok ini dipakai sebagai titik uitzet, dimana ketinggian patok tersebut dapat diketahui dari hasil pengukuran. Agar mudah terlihat, patok dicat warna merah.

c. Kontraktor diwajibkan menjaga titik uitzet ini sebagai titik Bantu di dalam pelaksanaan pekerjaan baik oleh Direksi pekerjaan ataupun oleh Tim Pemeriksa Serah Terima Pekerjaan. Apabila patok/titik uitzet tersebut hilang/rusak maka kontraktor diwajibkan mengganti patok baru dengan persetujuan Direksi atas biaya kontraktor.

d. Pengukuran M.C. 0, untuk mutual chek nol yang akan menghasilkan :

 Data ukur  Gambar situasi

 Gambar profil memanjang  Construction Drawing (CD)

e. Setiap hasil pengukuran baik data ukur dan gambar harus disesuaikan dan diparaf dan ditansatangani oleh pihak kontraktor serta pihak Direksi. Data dan gambar yang disajikan harus dibuat pada kertas reproduksi yang berkualitas baik, sehingga hasilnya dapat dibaca dengan jelas dan dijilit rapi. f. Kontraktor harus telah menyerahkan gambar-gambar

Construction Drawing (CD) dari pengukuran M.C. 0 selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja untuk diperiksa oleh Direksi sebelum dilakukan persetujuan.

g. Setiap ada terjadi perubahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dituangkan dalam gambar dan tulisan dan boleh dilaksanakan setelah mendapat persetujuan pihak Direksi.

h. Segala biaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan.

(3)

I.3 Direksi Keet, Barak Kerja/Gudang dan Lain-lain

a. Kantor Direksi lapangan yang disiapkan oleh kontraktor adalah merupakan bagian dari persiapan kontraktor dalam pekerjaan sementara sesuai dengan yang tertuang dalam spesifikasi umum.

b. Barak kerja untuk pemondokan pekerjaan maupun bangunan gudang, bengkel sebagai penyimpanan bahan/material ataupun perelatan kerja harus sesuai dengan spesifikasi umum.

c. Apabila tidak disebutkan dalam RAB atau dalam ketentuan lain, biaya yang timbul akibat kegiatan ini dianggap larut dalam harga satuan pekerjaan.

1.4 Pemeliharaan Jalan Masuk

a. Sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, maka kontraktor diharuskan mengadakan atau memelihara jalan masuk ke lokasi pekerjaan dan meminta izin pada instansi yang terkait. b. Biaya pemeliharaan jalan tersebut adalah biaya yang

dibutuhkan untuk memperrbaiki jalan yang rusak akibat proyek ditanggung oleh kontraktor. diminta, dan juga memperlihatkan secara detail jumlah zak semen yang telah digunakan selama peleksanaan untuk tiap-tiap bagian pekerjaan.

1.5 Pekerjaan Papan Nama Proyek

a. Pekerjaan pembuatan papan nama adalah pada lokasi/lapangan pekerjaan dengan menuliskan data pekerjaan yaitu Program, kegiatan, pekerjaan, volume, lokasi, sumber dana, tahun anggaran, biaya dan nama perusahaan sebagai pelaksana pekerjaan tanggul dimaksud.

b. Pekerjaan papan nama terbuat dari triplek ukuran 122 x 90 cm2 dengan menggunakan rangka kayu ukuran 2/5 cm dan tiang 5/7 cm.

II. PEKERJAAN SHEET PILE DAN BETON

1. Pekerjaan Pengadaan turap beton/Sheet Pile FRC-325 A

1000

a. Pekerjaan turap beton FRC-320 A 1000 dengan spesifikasi Teknis Mutu Beton K500, kubus umur 28 Hari, semen tipe I, Desain prestressed.

b. Dipasang sesuai dengan gambar rencana dengan menggunakan alat berat hammer.

c. Sebelum memulai pemancangan jenis matrial tersebut harus mendapat persetujuan direksi teknis.

d. Elevasi yang telah ditentukan oleh Direksi atau yang tertera dalam gambar.

2. Pekerjaan Beton Bertulang Top Sheet Pile dan Mini Pile

Bahan

2.3.1.1 Semen

(4)

 Semen kecuali tercantum lain dalam spesifikasi harus digunakan semen portland type I dengan persyaratan Standar Indonesia SNI No. 15-2049-1994 dan ASTM C-150-84.

 Cara pengaturan dan cara penyimpanan semen harus

 Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut PBI-1971.

 Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm.

 Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.

2.3.1.3 Agregat Kasar

 Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan bersudut. Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya lebih berat tidak boleh melebihi 20% dari jumlah berat seluruhnya.

 Agregat halus dapat digunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu.

 Pasir harus bersih dari bahan organik, lumpur , zat-zat alkali dan subtansi– subtansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis subtansi tersebut lebih dari 5%.

 Pasir larut tidak boleh digunakan untuk beton

 Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan kasar

 Gradasi

Saringan Ukuran % Lewat

(5)

an menjadi suatu kesatuan dalam bagian dokumen ini.

 Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini.

- Tata Cara Perhitungan Struktur untuk Bangunan Gedung SKSNI T-15-1991-03.

- Standar Nasional Indonesia yang telah disahkan. 2.3.1.7 Penulangan

 Baja tulangan harus memenuhi persyaratan Perhitungan Struktur Beton Bertulang disesuaikan dengan SKSNI T-15-1991-03.

 Besi <Ø12 mm, dipakai besi beton U 22 tegangan karakteristik 22000 Kg/m2 dan besi >Ø12 mm dipakai U 32.

 Kontraktor harus dapat memberi sertifikat dari pabrik besi beton yang menyatakan bahwa kekuatan besi-besi tersebut sesuai dengan spesifikasi. Setiap pengiriman besi beton harus dapat diambil minimal 3 (tiga) sample untuk dilakukan test tatik dilaboratorium resmi atas perintah direksi lapangan, untuk setiap jenis mutu baja 3 (tiga) sample.

 Tulangan harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain segera sebelum disetujui untuk pengecoran beton.

 Penyambungan/pemotongan, pembengkokan dan

pemasangan harus sesuai dengan persyaratan dalam Perhitungan Struktur Beton Bertulang Indonesia disesuaikan dengan SKSNI-15-1991-03.

(6)

- beton tanpa cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm

- beton dengan cetakan, kontak langsung dengan tanah = 50 mm

- balok, kolom tidak kontak langsung dengan tanah = 30 mm - Plat, dinding tidak kontak langsung dengan tanah = 25 mm 2.3.1.8.Bekesting (Cetakan Beton)

Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton yang diinginkan oleh pihak perncana. Bahan bekesting dipakai kayu kelas II yang cukup kering dan keras. Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1. SK SNI T-15.1919.03.

2.3.2 Pedoman Pelaksanaan

Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman tetap dipakai SK SNI T-15.1919.03. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengaduan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu:

 Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.

 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4.1SK SNI T-15.1919.03.

2.3.4. Pengecoran

Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas penuangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

2.3.5 Sambungan Beton (Constructin Joint)

(7)

Permukaan sambungan beton harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat dengan menyemprot air pada permukaan beton selama 2 – 4 jam sejak beton dituang.

Sambungan beton harus diusahakan semaksimal mungkin berbentuk garis tegak atau horizontal. Bila sambungan beton tegak diperlukan, tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan sambungan beton horizontal, walaupun ada prosedurnya. Sambungan beton harus disetujui oleh direksi.

2.3.6. Perawatan Beton

Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelebaban untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut :

 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton.

 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko pemborong.

3. Pekerjaan Plesteran

3.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan plesteran dilakukan pada seluruh pasangan bata, beton bertulang, saluran keliling bangunan dan septicktank.

3.2. Persyaratan Bahan

Bahan pasir, semen dan air mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam pasal beton bertulang.

3.3. Pedoman Pelaksanaan

3.3.1. Sebelum plesteran dilakukan, maka :

 Dinding dibersihkan dari semua kotoran  Dinding dibasahi dengan air

 Semua siar permukaan dinding batu bata dikorek sedalam 0,5 cm

 Permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar bahan plesteran dapat merekat dengan baik.

3.3.2. Adukan plesteran pasangann bata kedap air dipakai campuran 1 PC:3 PS, sedangkan plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 PC : 3 KPR : 10 PSR.

3.3.3. Ketebalan pleseran pada semua bidang permukaan harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm sampai 1,50 cm. Untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakan secara horisontal dan vertikal.

(8)

3.3.4. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaikinya secara keseluruhan. Bidang-bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur (dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya.

3.3.5. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak permulaan plesteran.

3.3.6. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang dan setelah pipa-pipa listrik selesai dipasang.

III. PEKERJAAN TIMBUNAN DI BELAKANG SHEET PILE

1. Timbunan Biasa

a. Pekerjaan timbunan harus dipadatkan sehingga mencapai elevasi yang telah ditentukan oleh Direksi atau yang tertera dalam gambar.

Volume timbunan yang dibayar untuk pekerjaan timbunan adalah menurut harga satuan per m3 timbunan tanah.

b. Bahan timbunan harus diambil dari hasil galian ( borrow area ) sesuai dengan petunjuk Direksi atau yang telah disetujui oleh pihak Direksi.

B.

SPESIFIKASI UMUM

I. PENDAHULUAN

1. Penyedia jasa harus melindungi Pejabat Pelaksanaan Teknis Kegiatan dari tuntutan atas paten, lisensi, serta hak cipta yang melekat pada barang, bahan, dan jasa yang digunakan atau yang disediakan penyedia jasa untuk pelaksanaan pekerjaan. 2. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan

standar yang diajukan oleh penyedia jasa, penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 (dua puluh delapan) hari sebelum Direksi pekerjaan menetapkan setuju atau tidak.

3. Dalam Direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan penyedia jasa menjamin secara subtansial sama atau lebih tinggi dari standar yang disyaratkan dalam dokumen lelang.

4. Satu perangkat spesifikasi yang tepat dan jelas merupakan kebutuhan awal bagi para calon penyedia jasa untuk menyusun penawaran yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan Pejabat Pelaksana Tehnis Kegiatan tanpa catatan atau persyaratan lain dalam penawaran mereka.

5. Kecuali ditentukan lain pada kontrak, spesifikasi harus mensyaratkan bahwa semua barang dan bahan yang akan

(9)

digunakan dalam pekerjaan adalah baru, belum dipergunakan, dari type/model yang terakhir diproduksi/dikeluarkan, dan termasuk semua penyempurnaan yang berlaku terhadap desain dan bahan yang digunakan.

6. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII, SKSNI, dsb) untuk barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi terakhir, atau standar Internasional (ISO, dsb)/standar Negara asing (ASTM, dsb) padanannya (equivalennya) yang secara substantive sama atau lebih tinggi dari standar nasional yang disyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan, dan pengerjaan/jasa/pabrikasi tertentu belum ada, dapat digunakan standar internasional atau standar Negara asing.

7. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS (metre, kilogram, second), sedangkan penggunaan standar satuan ukuran lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.

8. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada : 1) Lingkup pekerjaan, termasuk ketentuan angka 6 di atas 2) Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kontrak. 3) Spesifikasi umum :

a. Peraturan Perundang-undangan terkait, misalnya :  UU tentang Lingkungan;

 UU tentang Keselamatan Kerja;

 UU/PP/SK Bersama/KPTS tentang Tenaga Kerja;  UU/PP tentang Galian “ C “

 Perda terkait; dsb

b. Dokumen acuan (berupa standar-standar) dengan memperhatikan ketentuan tersebut pada angka 6 dan 7 di atas.

c. Alingnment dan survey d. Hari kerja dan jam kerja

e. Gangguan dan keadaan darurat f. Penyingkiran material berlebih 4) Spesifikasi Khusus

a. Lapangan

b. Bangunan/desain/pengerjaan spesifik

c. Bangunan-bangunan umum dan fasilitas-fasilitas public d. Perancah

e. Pengaturan lalu-lintas f. Pengendalian lingkungan

5) Spesifikasi untuk Masing-masing Jenis Pekerjaan.

a. Apabila ketentuan untuk salah satu bagian pekerjaan menggunakan dasar standar pengerjaan atau standar fabrikasi tertentu,dengan beberapa perubahan, maka pertama-tama harus tercantumkan ketentuan berikut :

(10)

PERUBAHAN :

Perubahan-perubahan dari ketentuan dasar tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

i). Kata-kata yang merupakan tambahan dari standard an merupakan bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan dalam huruf kursif/Italic.

ii) Kata-kata yang harus dihapus dari standard an merupakan bagian dari spesifikasi, akan ditampilkan dengan huruf yang dicoret (strike out) sehingga kata-kata/kalimat asli dari standar yang digunakan masih dapat dibaca.

b. Lingkup pekerjaan

c. Dokumen acuan (standar-standar) yang digunakan. d. Uraian ketentuan-ketentuan untuk jenis pekerjaan yang

bersangkutan, apabila tidak digunakan standar tertentu.

II. UMUM

1. Jalan Masuk Daerah Kerja

Jalan keluar masuk menuju lokasi kerja adalah menggunakan jalan-jalan setempat yang ada, dimana menyedia jasa bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat penggunaan jalan tersebut. Penyedia jasa harus memperbaiki jalan tersebut dan apabila penyedia jasa hendak membuat jalan masuk tambahan dapat menggunakan tanah yang telah dibebaskan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. Apabila penyedia jasa membutuhkan jalan lain yang tidak ditentukan oleh Direksi pekerjaan, jalan tersebut dikerjakan oleh penyedia jasa atas bebannya sendiri, dan harga semua pekerjaan tersebut sudah termasuk harga kontrak.

2. Gambar-gambar

Gambar yang dipakai pad pelelangan tercantup pada Bab VII dokumen lelang. Gambar-gambar yang disiapkan kontraktor antara lain

2.2.1. Gambar-gambar Pekerjaan Tetap

1) Umum

Semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor seperti yang tersebut dibawah ini, harus merupakan gambar yang telah ditandatangani Direksi. Apabila ada perubahan pada gambar tersebut maka perubahan yang telah dilakukan, kembali harus diperiksa dan mendapat persetujuan dari Direksi.

2) Gambar-gambar pelaksanaan

Kontraktor harus menggunakan gambar kontrak sebagai dasar mempersiapkan gambar pelaksanaan. Gambar dibuat secara lebih detain dan dapat memperlihankan penampang melintang dan memanjang dari pekerjaan.

(11)

1) Umum

Semua gambar yang disiapkan oleh penyedia jasa harus terinci. Gambar-gambar yang harus disiapkan antara lain adalah letak dan detail yang diusulkan penyedia jasa untuk dilaksanakan dilapangan.

2) Gambar-gambar untuk pekerjaan sementara yang ditinggalkan

Kontraktor hendaknya mengusulkan pekerjaan sementara yang berkaitan dengan pekerjaan tetap, secara lebih mendetail dan diserahkan kepada Direksi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

2.2.3. Gambar-gambar yang dilaksanakan (as built drawing) selama

pelaksanaan kontraktor harus memelihara satu set gambar yang dilaksanakan paling akhir untuk tiap-tiap pekerjaan. Gambar tersebut memperlihatkan perubahan yang sudah dikerjakan sesuai dengan kontrak.

3. Program pelaksanaan dan laporan

Program Pelaksanaan

Penyedia jasa harus melaksanakan program dan jadwal pelaksanaan sesuai dengan syarat-syarat dokumen lelang dengan menggunakan bar chart dan kurva S.

Laporan bulanan kemajuan pelaksanaan

Setiap bulannya kontraktor harus membuat kali laporan yaitu pada pertengahan bulan dan akhir bulan, yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:

a) kemajuan pekerjaan berdasarkan penyataan yang dicapai pada bulan laporan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan berikutnya.

b) Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang diselesaikan maupun prosentase rencana pekerjaan harus sesuai dengan yang dicapai pada laporan

c) Rencana kegiatan untuk bulan berikutnya. Laporan Harian .

Kontraktor harus membuat laporan harian atas setiap kegiatan yang dilaksanakan, persiapan pekerjaan dan peralatan serta data-data lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Foto Kemajuan Pekerjaan

Penyedia jasa harus menyerahkan foto kemajuan pekerjaan kepada direksi pekerjaan mengenai kemajuan pekerjaan pada lokasi pekerjaan sselama masa kontrak.

Foto diambil pada waktu :

(12)

a. Sebelum pekerjaan dimulai atau pada waktu pemasangan bowplank

b. Kemajuan pekerjaan mencapai 50 % (sedang dilaksanakan) c. Kemjauan pelaksanaan 100 %

d. Selesai masa pemeliharaan.

4. Spesifikasi Dasar

Kecuali ditentukan lain bahan dan hasil pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku 30 hari sebelum tanggal pemasukan surat penawaran. Spesidikasi lain dapat disubstitusikan atas ketetapan direksi pekerjaan. Penyedia jasa harus menyediakan sekurang-kurangnya satu salinan Standar Nasional Indonesia yang ditentukan dalam spesifikasi atau stnadar lainnya yang disetujui untuk bahan yang disuplay atau hasil pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan pada pekerjaan standar tersebut harus tersedia setiap saat untuk keprluan pemeriksaan dan penggunaan oleh direksi pekerjaan. Bahan dan hasil pekerjaan yang tidak sepenuhnya dirinci atau tidak dicakup dalam standar nasional atau standar lain yang telah disetujui haruslah bahan dan hasil pekerjaan semacam pekerjaan untuk kelas satu. Direksi pekerjaan akan menetapkan apakah semua atau sebagian bahan yang dipesan yang digunakan untuk pekerjaan tersebut dapat/cocok untuk digunakan.

5. Data Ketinggian

Ketinggian yang tertera dalam gambar didasarkan pada titik tetap utama, yang letak dan angkanya terdapat pada spesifikasi khusus. SElanjutnya detai dari penjelasan tentang titik tetao tersebut dapat diperoleh dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada direksi pekerjaan.

6. Pengukuran dan pematokan

Data dari ketinggian yang tercantum pada uraian di atas, kontraktor harus memeriksa semua titik tetap lainnya yang akan dipakainya dalam pengukuran pekerjaan dan harus membuat titik tetap tambahan lainnya sehingga jarak antara 2 titik tetap tidak boleh lebih dari 1 km. Titik tetap di atas bangunan pada tanah milik proyek atas persetujuan direksi pekerjaan. Penyedia jasa harus memberikan kepada direksi pekerjaan, dalam rangkap dua data dalam form usulan yang memberi detail lokasi dan elevasi tiap-tiap titik tetap yang dipakai atau dibangun oleh penyedia jasa.

Ketinggain harus dicocokkan kembali pada titik tetap dengan ketelitian 10 VL, dengan penjelasan L adalah jarak dari titik-titik (circuit) yang diambil ketinggiannya (dalam km) .

Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai berikut :

(13)

a. Titik untuk tampang lintang, boleh terletak kurang kurang dari 20 mm dari posisi yang ditentukan, baik dalam arah vertical maupun horizontal.

b. Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa kembali pada titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 VL mm, dimana L adalah panjang atau jarak circuit pengukuran (dalam km).

c. Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan yanah harus dipasang dengan tidak melewati 2,5 mm dari titik tinggi yang benar.

d. Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus kurang dari 2,5 mm dari kedudukan yang sebenarnya kecuali pada pemasangan pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan ketelitian yang lebih tinggi.

7. Tindakan Pengamanan bagi Keselamatan

Penyedia jasa harus menyelenggarakan, membangun dan memelihara rintangan-rintangan, lampu peringatan yang sesuai dan cukup, tanda-tanda bahaya dan isyarat-isyarat,serta harus mengambil tindakan pencegahan yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan keselamatan umum.

8. Pemberitahuan Pelaksanaaan

Penyedia jasa harus memberitahukan kepada direksi pekerjaan sebelum suatu pekerjaan dimulai,untuk mengukur ketinggian tanah asal dan ukuran dari bangunan-bangunan yang ada. Tidak boleh ada pekerjaan baruyang boleh dimulai sebelum penyedia jasa menerima instuksi Direksi pekerjaan atas persetujuan bersama, atas semua ketinggian dan ukuran-ukuran dari dasar saluran dan bangunan untuk ketepatan pengukuran dari pekerjaan.

9. Pengukuran

Pengukuran saluran/bangunan yang telah dilakukan selama periode desain akan disediakan untuk keperluan penyedia jasadan dapat dipakai sebagai dasar untuk perhitungan dan penetapan volume pekerjaan untuk pembayaran. Apabila menurut pendapat Direksi pekerjaan keadaan lapangan telah banyak berubah sejak pengukuran yang telah dilakukan, maka Direksi pekerjaan dapat memerintahkan kepada penyedia jasa untuk mengukur ulang sebagian atau seluruh saluran/bangunan yang ada.

10. Jalan Umum, Listrik dan Telepon

Pada jalan-jalan umum, air untuk kepentingan umum dan tiang-tiang listrik dan telepon yang memotong atau berhubungan dengan tempat pekerjaan, penyedia jasa harus mendapat persetujuan secara tertulis dari yang berwenang, terhadap usulan pekerjaan sementara atau pekerjaan tetapyang akan mempengaruhi pekerjaan untuk kepentingan pekerjaan umum tersebut.

Bangunan kepentingan umum tersebut, baik terlihat atau tidak terlihat di dalam gambar, tetapi penyedia jasa harus bertanggung

(14)

jawab demi keamanan dan kelansungan fungsi dari jalan dan tiang listrik dan telpon diatas selama pelaksanaan pekerjaan.

C. SPESIFIKASI KHUSUS

I. BAHAN-BAHAN UMUM

1. PORTLAND CEMENT

1.1. Semen yang dipakai adalah semen Portland sesuai dengan Standard Indonesia N.I.8, ASTM. Model C.150 atau Standar Inggris Model BS.12.

1.2. Pengujian dan pemeriksaan

a. Sampling dan pengujian semen-semen bila diperlukan akan dilakukan oleh direksi pekerjaan dan bahwa sampling. Pengujian dan pemeriksaan harus sesuai dengan standar Indonesia

b. Direksi pekerjaan dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang setiap waktu sebelum semen tersebut digunakan. Semen yang tidak memenuhi syarat tidak akan dipakai.

1.3. Gudang/Penyimpanan

a. Bila penyedia jasa mendatangkan semen dalam jumlah yang besar dimana semen tersebut tidak habis dipakai dalam beberapa hari, maka penyedia jasa harus menyediakan tempat penyimpanan yang baik sehingga semen tersebut terlindung dari kelembaban dan pembekuan.

b. Untuk menghindari penyimpanan yang terlalu lama, penggunaan semen-semen diatur secara berurutan sesuai dengan urutan waktu pengiriman (Chronological order) ketempat penyimpanan.

2. PASIR, AGREGAT DAN BAHAN-BAHAN PERKUATAN

2.1. Pasir

a. Sesuai dengan ketentuan tipe dan jenis pasir yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi, adalah : pasir alam (natural sand), dimana pasir diambil dari sungai-sungai ataupun pasir yang didapat dari lain sumber, dan ini semua harus disetujui oleh direksi pekerjaan.

b. Deposit pasir alam harus dibersihkan dari vegetasi, bahan bahan lain yang mengotori dan yang dapat menjadikan kualitas pasir menjadi jelek.

2.2. Agregat Kasar

a. Agregt kasar harus didapat dari sumber-sumber yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan yang terdiri dari kerikil, batu gunung atau campuran dari keduanya.

(15)

c. Agregat kasar harus dengan gradasi yang baik denagn ukuran butir 5 mm – 50 mm.

2.3. Bahan-bahan Perkuatan atau Batu

a. Batu diperoleh dari suatu tempat pengambilan yang telah disetujui direksi pekerjaan. Batu-batu yang dipakai adalah batu kali (Border) atau batu gunung.

b. Untuk penggunaan pada pekerjaan pasangan batu, pasangan batu kosong, maka batu tersebut harus keras, padat dan tahan lama serta bebas dari retak atau pecah.

c. Batu untuk pasangan harus dibentuk/dibuat dengan ukuran seperti pada gambar atau sesuai dengan perintah direksi.

3. TULANGAN

3.1. Bahan-bahan dan Ukuran Tulangan

Semua tulangan beton harus baru dan sesuai dengan Standar Indonesia serta disetujui oleh direksi pekerjaan.

3.2. Pembuatan dan pembersihan

a. Tulangan beton, sebelum dipasang harus bebas dari kotoran-kotoran, minyak, oli, dan lapisan yang akan merusak atau mengurangi mutu.

b. Tulangan harus dilekukkan dengan tepat menurut ukuran yang ditunjukkan pada gambar-gambar yang dilampirkan atau gambar konstruksi yang harus diselesaikan oleh kontrkator. c. Tulangan jangan diluruskan atau dilekukkan kembali dengan

cara yang akan merusak bahan.Batangan denagn putaran/lekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar janganlah digunakan.Semua batangan harus dilekukkan dalam keadaan dingin. Pemanasan hanya diperbolehkan bila seluruh operasi disetujui oleh direksi pekerjaan.

3.3. Pemasangan

a. Tulangan harus ditempatkan secara tepat dan dijamin terhadap penggesekan dengan menggunakan ikatan kawat besi atau klip-klip yabg cocok pada persilangan, dan harus diganjal dengan kepingan beton atau logam sesuai dengan keperluan kontruksi. Didalam semua hal, pengganjal yang cukup untuk tulangan mendatar harus digunakan sehingga tidak akan ada pelenturan batangan.

b. Tilangan didalam plat beton diatas tanah harus ditopang dengan beton yang dicor sebelumnya.

3.4. Sambungan

Bila diperlukan penyambung tulang pada suatu titik selain dari yang ditunjuk pada gambar, cirri sambungan harus disetujui oleh Direksi pekerjaan.

3.5. Pengukuran dan pembayaran

a. Harga satuan kontrak di dalam daftar kuantitas dan harga dimana tulangan digunakan , akan meliputi harga yang tepat

(16)

dimana tulangan digunakan, pembongkaran, penyimpanan, penanganan dan pemasangan di tempat-tempat pemakaian akhir di dalam konstuksi beton tulang dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

b. Tidak ada pembayaran tersendiri untuk tulangan yang terbuang, hilang atau tidak diperhitungkan sebagai akibat penanganan yang tidak tepat, serta tulangan yang digunakan sebagai pengganti tulangan beton yamg rusak atau digunakan oleh penyedia jasa dengan memungkinkan atau memudahkan pelaksanaan konstruksinya.

c. Semua biaya penyedia tulanga sudah termasuk kedalam harga satuan penawaran seperti di dalam daftar kuantitas dan harga untuk uraian yang tepat dimana tulangan digunakan.

4. AIR

Semua air yang digunakan untuk pekerjaan beton, dan adukan harus bebas dari Lumpur yang dapat mengganggu, bahan organic, alkali, dan garam.

5. BAHAN-BAHAN LAIN

5.1. Kayu

Kayu harus diperoleh dari sumber yang disetujui oleh Direksi pekerjaan, dengan mutu yang baik atau menurut persetujuan Direksi pekerjaan dimana kayu tersebut akan digunakan.

5.2. Kawat

Kawat yang digunakan untuk bronjong atau krib haruslah kawat baja yang digalvanis dengan diameter kawat 3 & 4 mm atau seperti yang ditentukan oleh direksi pekerjaan.

II. BAHAN-BAHAN UMUM

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Semua beton yang digunakan pada bagian konstruksiharus sesuai spesifikasi dan yang diminta oleh Direksi pekerjaan. Beton harus terdiri dari bahan yang telah ditentukan dan harus secara proporsi. Campurannya bentuk dan pemasangannya harus sesuai dengan ketentuan yang diminta.

2. BAHAN

Seluruh material untuk beton, termasuk semen, pasir, agregat kasar dan air akan disesuaikan dengan bagian I, yaitu bahan-bahan umum.

3. MUTU BETON

Mutu beton harus disesuaikan dengan standar Indonesia

4. CAMPURAN BETON

(17)

a. Beton terdiri dari semen Portland, pasir, agregat kasar, air seperti yang telah tercantum pada spesifikasi, semua dicampur secara baik dan membawa konsistensi yang layak.

b. Untuk beton mutu grade B campuran biasanya untuk pekerjaan non structural digunakan dengan kondisi proporsi semen Portland, pasir dan agregat tidak kurang dari 1 : 8. Jumlah semen untuk tiap-tiap m3 beton harus sedikitnya 225 kg.

c. Untuk beton B1 dan K 125, campuran normal semen Portland, pasir dan kerikil (batu pecah) akan berlaku proporsi 1 : 1,5 : 5. Jumlah semen untuk tiap m3 beton tidak kurang dari 300 kg.

d. Untuk mutu beton K 175, campuran normal semen Portland, pasir dan kerikil (Batu pecah) akan berlaku proporsi 1 :2 : 3. Jumlah semen untuk tiap m3 beton tida kurang dari 325 kg. e. Untuk mutu yang lebih tinggi harus digunakan desain

campuran. Desain campuran harus dari hasil pengujian campuran untuk memperoleh ketentuan dan karakteristik kekuatan.

f. Ukuran maksimum agregat dalam beton untuk beberapa bagian pekerjaan adalah yang paling besar dari ukuran yang telah ditentukan dan penggunaannya mulai dari pengadukan beton sampai pemasangan hingga selesai.

5. PENUMPUKAN BAHAN (BATCHING)

Penyedia Jasa harus melengkapi beberapa hal dengan perlengkapan sebagaimana dibutuhkan oleh direksi pekerjaan dengan teliti untuk dapat mengecek jumlah masing-masing bahan terpisah sampai menjadi beton. Beberapa macam perlengkapan dan cara operasinya berlangsung, pada setiap waktu harus ditunjukkan oleh direksi pekerjaan.

6. PENGADUKAN

6.1. Mesin Pengaduk Campuran Beton

Bahan-bahan untuk campuran beton harus dicampur dalam Batch mixer.

6.2. Hand Mixing Beton

Untuk pekerjaan kecil dapat dilakukan pengadukan dengan tangan apabila ada ijin dari direksi pekerjaan :

a. Karena kekuatan dari beton sangat tergantung pada kesempurnaan pengadukan, maka pekerjaan ini harus dijaga dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan. b. Box pengukuran agregat, saringan agregat dan pengedukan

beton dengan bentuk datar dilengkapi dengan ukuran yang cukup untuk meningkatkan dan mempercepat proses pengadukan.

c. Dalam box pengadukan, pengukuran jumlah pasir disebar terlebih dahulu dalam adukan, kemudian semen harus disebar diatas pasir, dan pasir serta semen secara sempurna dicampur

(18)

hingga warna seragam, kemudian penambahan air dilakukan.setelah campuran menjadi mortar, agregat disebarkan di atas permukaan dan keseluruhannya diaduk menjadi campuran yang sempurna.

d. Hand Mixing tidak diijinkan untuk beton bendung, jembatan dan bangunan-bangunan besar.

7. DESAIN PERANCAH

Desain perancah disesuaikan dengan berbagai bentuk ketinggian dari dimensi bangunan seperti pada gambar atau sebagaimana yang ditentukan direksi pekerjaan. Bahan yang digunakan akan ditetntukan oleh direksi pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Direksi pekerjaan setiap saat dapat memeriksa beberapa penampang dan apabila ada kekurangan penyedia jasa harus segera memperbaiki dengan biaya sendiri.

8. PEMBUATAN PERANCAH

a. Perancah dibuat seperlunya dan dapat terdiri dari kayu, plywood atau papan halus yang dalam kondisi baik untuk menghasilkan permukaan yang baik seperti yang ditentukan. b. Permukaan halus dari beton yang sudah dikerjakan sangat

diperlukan, bila pekerjaan ini untuk dilalui air.erancah cetakan untuk beberapa permukaan boleh terbuat dari kayu atau metal lain dan harus benar dalam setiap penempatan, bentuk dan ukuran harus dengan kekuatan yang cukup dan kaku untuk menjaga posisi dan bentuk akbat beban dan operasi pemasangan vibrasi beton. Semua cetakan kayu untuk permukaan yang dilalui air harus rata dan bersih. Kekuatan dan keefektifan harus dijamin, sehingga dalam konstruksi seluruh cetakan dapat mengikat sisi yang berdampingan.

c. Semua cetakan harus rapat ketika didirikan agar diperoleh hasil yang cocok dan baik untuk pembongkaran cetakan tanpa mengganggu permukaan dari beton yang telah dipasang dan sebelum beton dituang permukaan cetakan diberi oli untuk mencegah pelekatan dari beton dengan cetakan.

9. PEMASANGAN PERANCAH

a. Pemasangan beton dilaksanakan setelah semua perancah, cetakan dan persiapan yang berhubungan dengan pemasangan disetujui oleh direksi pekerjaan. Pemasangan brton dalam air tidak dibolehkan tanpa ijin tertulis dari direksi pekerjaan, pemasangan beton dalam air yang mengalir tidak dibolehkan dan tidak boleh mwngalirkan air sebelum beton telah cukup mongering. Semua kerak-kerak beton, mortar yang melekat pada permukaan cetakan harus dibersihkan sebelum pengecoran beton berikutnya dimulai.

b. Sebelum pengecoran, semua permukaan yang akan diisi beton harus bersih dan bebas dari genagan air, Lumpur, kotoran atau

(19)

loose materil. Permukaan bahan-bahan yang akan menyerap beton harus dibasahi sehingga kadar air dari beton tidak terserap.

c. BAgian permukaan yang akan ditutup dengan beton, bila dirasa perlu penyedia jasa harus menyediakan penggetar (vibrator) dalam melaksanakan pekerjaan.

d. Premukaan beton yang sudah mengeras yang akan dilapisi dengan beton baru tidak boleh dicor begitu saja. Harus dilaksakan sebagaimana penyambungan konstruksi (construction joints). Permukaan sambungan harus bersih dan basah bila akan ditutup dengan beton baru atau mortar

10. PENEMPATAN

a. Metode dan perlengkapan yang digunakan untuk mengangkut beton harus menjamin komposisi dan konsistensi yang dibutuhkan sehingga tidak terjadi pemisahan atau kehilangan slump yang merugikan.

b. Beton tidak boleh dicor selama musim hujan lebat sehingga menghayutkan mortar dari agregat kasar

11. WAKTU DAN METODE PEMBONGKARAN PERANCAH

a. Waktu dan metode pembongkaran dan pemindahan perancah harus seperti yang telah ditentukan oleh Direksi pekerjaan, dan pekerjaan ini harus dilakukan dengan teliti untuk menghindari kerusakan dari beton.

b. Penunjang dan penopang perancah tidak boleh dibongkar daro balok-balok beton tulang, lantai dan dinding sebelum mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beban yang berat sendiri plus suatu muatan yang diperkirakan diatasnya. c. Tidak dibolehkan adanya muatan pada betonyang belum

mengeras. Segera setelah perancah dilepas, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan setip permukaan yang tidak teratur harus segera diperbaiki.

d. Waktu minimum untuk melepaskan perancah adalah 2 hari untuk dinding-dinding dan tidak dimuati, 7 hari untuk dinding penopang dan induk, serta 21 hari untuk lantai jembatan.

12. PERAWATAN (CURING)

a. Semua beton dibasahi dengan air siraman/rendaman sesuai dengan yang ditentukan Direksi pekerjaan berhak untuk menentukan metode apa yang digunakan didalam bagian pekerjaan yang berlainan.

b. Beton yang dirawat dengan air harus tetap basah dan sekurang-kurangnya 14 hari berturut-turut setelah pemasangan. Perawatan harus dimulai segera setelah beton cukup mengeras. Curing harus dengan penutupan bahan yang basah dengan suatu system berupa pipa-pipa, splinker, atau penyiraman yang disetujui yang akan menjaga agar semua permukaan yang dirawat secara kontinyu tetap basah (tidak

(20)

periodic). Air yang digunakan untuk curing harus memenuhi ketentuan spesifikasi air yang digunakan untuk mengaduk beton.

13. PERLINDUNGAN

Penyedia jasa harus melindungi semua beton terhadap gangguan sampai akhirnya diterima Direksi pekerjaan.

14. PERAPIHAN

Perapihan permukaan beton dilakukan oleh pekerja yang terampil dan dihadiri oleh Direksi pekerjaan.

15. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON

a. Apabila setelah terjadi pembongkaran perancah, beton tidak berbentuk seperti yang ditunjukkan pada gambar, tidak lurus dan tidak rata atau menunjukkan permukaan yang rusak, hal ini dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi. Disini harus dihilangkan dan diganti oleh penyedia jasa atas biayanya, kecuali Direksi pekerjaan memberi izin menambal daerah yang rusak. Dalam hal ini penambalan seperti yang diuraikan dalam pasar berikut.

b. Kerusakan perlu diganti atau diperbaiki adalah yang terdiri dari sarang lebah, kerusakan yang disebabkan pemgelepasan cetakan, potongan-potongan yang lepas dari beton, dan lubang sekrup.

c. Kekurangan seperti lubang-lubang ikatan dan daerah sarung kerikir harus diperbaiki dengan diisi mortar kering yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir beton (perbandingan volume) dengan campuran tambahan yang tidak mengerut, dengan air yang cukup yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan. Pada waktu perbaikan, mortar diletakkan dan menyatu dengan baik tanpa adanya gelembung udara. Mortar yang digunakan untuk memperbaiki beton dipasang dengan lapisan tipis dan dipadatkan secara teliti denga alat yang memadai. Pengisian mortar harus diperhatikan secara khusus sehingga setiap lubang terisi penuh dengan mortar yang padat.

16. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

a. Beton

Semua beton yang diperlukan untuk pekerjaan dalam spesifikasi harus dimasukkan dalam harga satuan penawaran didalam rencan angaran biaya untuk item-item yang berhubungan. Harga satuan penawaran untuk pekerjaan demikian akan meliputi, tetapi tidak hanya terbatas pada air, pasir dan agregat, campuran tambahan, campuran yang tidak menyusup, campuran perbaikan dan perletakan, tetapi termasuk pengolahan, pencampuran dan pengontrolan, transportasi untuk penempatan perbaikan, perlindungan dan biaya pekerjaan lainnya.

b. Perancah

(21)

Semua perncah yang dibutuhkan dimasukkan dalam harga satuan pekerjaan didalam rencana angaran biaya sesuai dengan klasifikasinya. Harga satuan pekerjaan mengikuti dan tidak terbatas pada bahan-bahan percetakan trasportasi, persiapan, pemasangan, pelepasan kembali, dan semua pekerjaan lainnya sesuai dengan persyaratan dan prosedur.

1. Galian Untuk Konstruksi, Jalan dan Tanggul

a. Galian terbuka untuk membuat

pondasi suatu konstruksi, pembuatan tanggul atau jalan harus dilaksanakan pada profil-profil yang diperlukan, sampai pada kedalaman yang diinginkan. Semua tanah humus dan lapisan permukaan lainnya harus dibuang terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Permukaan harus kering dan harus diperiksa oleh direksi dan galian harus dibiarkan kering sampai pelaksanaan selesai.

b. Penyedia jasa harus mengisi

suatu kedalaman galian yang berlebihan akibat cara kerjanya dengan pondasi batu yang didapatkan dengan baik, bahan lain atau beton tumbuk seperti yang diperintahkan oleh direksi.

c. Jika pada suatu kedalaman galian

konstruksi yang diminta, keadaan tanah tidak cocok untuk pondasi. Direksi akan memerintahkan secara tertulis, mengambil semua tanah lain yang dipapatkan dengan memadatkan atau menggilas dalam lapisan-lapisanyang tidak lebih dari 15 cm tebalnya.

2. Ukuran dan Pembayaran

Galian tanah harus pada ketentuan yang ditunjukkan dalam gambar yang telah disetujui oleh direksi, termasuk pemindahan ketentuan pembuangan atau penimbunanapabila galian tersebut digunakan kembali. Apabila tidak ditunjukkan pada gambar, galian tanah harus diukur untuk mendapatkan gambaran pasti atau menggunakan ketentuan lain yang paling baik tingkat dan ukurannya dan disetujui direksi.

3. Bahan-bahan yang Digali

a. Semua hasil bahan galian yang

cocok dengan spesifikasi yang diminta akan digunakan dan akan ditempatkan pada lokasi tertentu lansung dari tempat pengalian, kecuali bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunankembali sesuai dengan petunjuk direksi harus ditempatkan disekitar tempat-tempat dimana penimbunan kembali dilaksanakan. Bahan galian yang digunakan untuk penimbunan tanggulharus dipadatkan dengan kadar air yang optimum yang dapat diperoleh dengan penyiraman atau dengan cara lain yang cocok sebelum dan selama penggalian.

b. Semua timbunan dan timbunan

(22)

bangunan sampai dengan permukaan tanah asli harus dipadatkan dengan alat pemadat, sedangkan timbunan atau timbunan kembali diatas permukaan tanah asli harus diperlakukan sebagai pemadatan tanggul, kecuali bila ditentukan lain pada gambar.

c. Apabila hasil galian yang cocok

tidak mencukupi untuk penimbunan tanggul, kisdam, timbunan kembali pada bangunan dan pekerjaan timbunan lainnyayang ditunjuk dalam gambar atau sesuai perintah direksi, maka dapat dipakai timbunan tanah didatangkan untuk men cukupi volume pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar rencana.

d. Bahan-bahan yang berisikan

kayu,akar, humus dan lainnya yang tidak berguna dan bahan galian yang tidak dibutuhkan untuk timbunan kembali pada bangunan, tanggul-tanggul dan konstruksi permanen lainnya, harus ditempatkan pada tempat pembuanganyang telah ditentukan oleh direksi.

4. Timbunan Umum

a. Tinbuan harus ditempatkan pada

garis-garis dan profil-profil yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi sesuai dengan spesifikasi.

b. Semua bahan timbunan dan

timbunan kembali harus terdiridari hasil galian yang baik dan disetujui oleh direksi yang dihamparkan dalam lapisan-lapisan dan dipadatkan sebagaimana ditentukan dalam syarat teknikatau sesuai atas garis-garis elevasi yang ditunjukkan pada gambar.

c. Bilamana timbunan local yang

sesuai tidak cukup, maka kekurangan didatangkan yang harus diusahakan oleh kontraktor dan dibawa kelokasi.

5. Galian di Tempatkan Pengambilan Tanah

Penyedia jasa harus memperoleh tanah yang cocok untuk pemadatan timbunan, jalan inspeksi dan pekerjaan lainnya. Daerah tempat pengambilan tanah, kedalaman dan kemiringan harus mendapat persetujuan dari direksi. Bilamana menurut direksi bahan-bahan yang diperlukan tidak cocok, maka kontraktor tidak boleh menggunakan tanah tersebut dan menganti dengan tanah lain.

6. Konstruksi Tanggul

a. Penyedia jasa akan membangun

tanggul-tanggul yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi ini pada ukuran dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau yang ditetapkan oleh direksi, termasuk timbunan yang berbentuk tebing dan alur saluran dan semua timbunan lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh direksi.

(23)

b. Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis pada seluruh lapis tanggul yang akan dipadatkan dan diberi kemiringan untuk kelancaran air permukaan.

c. Pemadatan harus dilakukan lapis

demi berlapis dengan tebal 25 Cm tiap lapis yang tertentu dan selalu diadakan pengontrolan atas kadar air secara seksama dan keseragaman kepadatan diseluruh lebar permukaan masing-masing lapisan.

d. Material basah dari hasil galian

saluran yang memenuhi spesifikasi dapat diizinkan untuk bahan timbunan setelah dilakuan pengeringan sebelum dilakukan pemadatannya.

e. Penyedia jasa harus

merencanakan operasi penempatan timbunan dengan memperhitungkan keterlambatan pengeringan dan pengumpulan penyedia bahan, pecampuran dengan bahan kering dan prosedur-prosedur lain untuk memungkinkan bahan ditempatkan dalam timbunan pada kadar kelembaban yang cocok agar pemadatan efektif.

f. Pada bahan kering harus

ditambahkan air sampai pada tingkat yang tepat untuk mencapai kepadatan yang diinginkan.

g. Timbunan harus diratakan pada

penyelesaian permukaan untuk kerapian dan kerataan, dengan trase yang benar dan permukaan yang teratur, kecuali apabila ditentukan lain permukaan teratas harus diselesaikan dengan memberi kemiringan penampang 2 % ke arah alur pembuang dari saluran.

h. Penyedia jasa harus

melaksanakan tindakan pengamanan yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan tanah untuk menjamin terbentuknya tebing-tebing yang stabil.

i. Penyedia jasa harus menghindari

terjadinya shrinkage, konsolidasi dan penurunan muka tanah sehingga ketingian, lebar dan ukuran pada permukaanyang telah diselesaikan sesuai dengan ketingian dan ukuran-ukuran yang ditunjukkan gambar.

7. Pemadatan

a. Timbunan tanah dan timbunan kembali yang direncanakan pada gambar atau oleh direksi harus dipadatkan pada suatu garis lurus(jalur), tersusun padat dan berdereng seperti yang ditunjukkan pada gambar atau seperti yang ditetapkan oleh direksi

b. Material yang dipadatkan harus ditimbun (dikumpulkan) dalam lapisan horizontal dengan tebal tidak boleh lebih dari 25 cm sesudah dipadatkan dan pendisribusian material akan homogen

(24)

dan bebas dari bentuk pengelupasan berkantong, retakan dan ketidak sempurnaan.

c. Pengalian dan pelaksanaan pemadatan dilaksanakan sehimgga material yang dipadatkan tercampur dan dijamin pemadatannya dapat mencapai tingkat terbaik. Bila menggunakan tamping roler kaki tamping roler harus dijaga tetap bersih dari material yang merugikan keefektifan kerja dari tamping roler.

d. Untuk beberapa bagian dari timbunan tanah atau timbunan kembali yang berdekatan dengan bangunan termasuk pipa-pipa beton dimana pemadatan timbunan tanah atau timbunan kembali dibutuhkan, dalam hal tersebut tidak memungkinkan mencapai pemadatan yang memadai dengan pemadatan roling, timbunan tanah atau timbunan kembali harus dipadatkan dengan tempers mekanis pada tingkatan yang sama pada pemadatan mendekati timbunan tanah atau timbunan kembali dipadatkan.

e. Pemadatan dengan tenaga manusia.

Material yang akan dipadatkan harus dihamparkan dan lapisan-lapisan horizontal yang tebal tidak lebih dari 15 cm. alat stemper tangan mempunyai berat tidak lebih dari 15 Kg, dan tinggi jatuh untuk menyelesaikan pekerjaan adalah 30 cm. material dipadatkan harus mencapai density yang dimaksud. Metode pemadatan harus disetujui oleh direksi

f. Dalam menempatkan alat pemadat dalam hal pekerjaan timbunan kembali atau timbunan tanah yang berhubungan dengan pipa beton, kedua sisi pipa dipukul dan dipadatkan sehingga menjadi perletakan pipa yang kuat. Material kemudian harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lajuran seperti yang ditetapkan.

g. Percobaan pemadatan. Sebelum dimulai pekerjaan timbunan, penyedia jasa harus menunjukkan kepada direksi, peralatan dan cara-cara penempatan material timbunan dan pemadatannya paling tidak tiga lapisan percobaan timbunan.

8. Pengukuran dan Pembayaran

Harga-harga satuan yang ditenderkan didalam rencana angaran biaya untuk berbagai pos pekerjaan tanah meliputi biaya pemakaian semua tenga kerja, perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan dalam menimbun, termasuk pelaksanaan semua kebutuhan pengeringan dan pengadukan. Untuk pemadatan yang tepat bila dibutuhkan pada pengangkutan semua material galian dari borrow area ketempat penimbunan untuk timbunan kembali.

III. METODE PENGUKURAN

1. Pendahuluan

(25)

1.1. Volume pekerjaan adalahvolume yang dihitung dari gambar dan diperlukan untuk dapat memberikan ketentuan yang sama dalam mengajukan penawaran yang selanjutnya akan dipakai dasar dan evaluasi terhadap semua penawaran. Apabila kontrak sudah ditanda tanggani, yang mengikat adalah harga satuan untuk tiap-tiap pekerjaan, sedangkan volume pekerjaan didapat dari perhitungan kembali berdasarkan kenyataan dilapangan.

1.2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kontrak adalah syarat-syarat kontrak, spesifikasi dan gambar-gambar serta dokumen-dokumen lainnya karma ketentuan-ketentuan tersebut harus dipengnuhi dalam pelaksanaan pekerjaan.

1.3. Volume pekerjaan yang dipakai dalam dasar menentukan pembayaran adalah sesuai dengan metode pengukuran yang akan diuraikan selanjutnya.

1.4. Harga satuan yang harus dimasukkan dalam volume pekerjaan sudah termasuk harga dan pengeluaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan, semua resiko umum, pertanggung jawaban dan kewajiban yang tertera dalam dokumen kontrak.

1.5. Harga satuan tersebut harus dimasukkan pada setiap uraian pada daftar volume dan bila pekerjaan tidak mempunyai harga satuan sudah harus diperhitungkan dalam harga lain atau harga satuan pekerjaan dalam volume pekerjaan tersebut.

1.6. Petunjuk dan penjelasan pekerjaan secara umum sudah tercakup dalam spesifikasi dan tidak perlu diulang dalam volume pekerjaan. 1.7. Satuan harga yang tertulis dalam volume pekerjaan harus

disesuaikan dengan syarat-syarat kontrak.

2. Metode Pengukuran

Umum

2.1.1. Pengukuran

Bila tidak ada petunjuk khusus, semua volume dihitung bersih dari gambar pelaksana yang tidak diperhitungkan adanya penyusutan atau pengurangan volume, dan dibulatkan keatas atau kebawah terhadap angka yang terdekat.

2.1.2. Uraian harga pokok

Uraian harga pokok pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sub penyedia jasa, harus dicantumkan pada volume pekerjaan. Setiap uraian harga pokok harus diikuti dengan :

a. Penjelasan mengenai penyedia buruh apabila tidak ada ketentuan dalam kontrak terhadap hal berlawanan termasuk : 1) Apabila sub kontraktor yang ditunjuk untuk melaksanakan

pekerjaan dilapangan, diberikan kelonggaran kepadanya untuk menggunakan perancah, ruang makan, pemondokkan, pemeriksaan kesehatan yang disediakan kontraktor berupa : ruangan, perlengkapan kantor, gudang peralatan, bahan, penerangan dan air.

(26)

2) Apabila sub kontraktor yang ditunjuk tidak melaksanakan pekerjaan dilapangan, untuk pekerjaan pembongkaran, menyimpan/mengangkut bahan-bahan yang disediakan dan mengembalikan bahan-bahan.

b. Penjelasan yang ditentukan dengan prosentase dari harga pokok sesuai dengan biaya yang diperlukan. Apabila ada barang, bahan yang disediakan oleh sub kontraktor yang harus digunakan oleh kontraktor dalam setiap uraian pekerjaan harus diuraikan kembali secara terperinci dari pekerjaan tersebut, dimana barang-barang dan bahan-bahan tersebut harus disediakan.

Pembersihan Lapangan

Uraian pekerjaan yang terinci harus diberikan kepada pembersihan lapangan yang tidak berbeda sifatnya antara lain :

1) Daerah berkayu ringan

termasuk sawah, daerah terang berumput dengan pohon-pohon yang jarang.

2) Kampung termasuk

dengan tanama terpelihara dan bangunan kayu kecil dan jarang

3) Hutan termasuk hutan

muda dimana pohon yang jatuh sedikit.

4) Bangunan termasuk

pekerjaan batu seperti beton atau pasangan batu kali. Pekerjaan Tanah

Penggalian dan pengerukan

(1) Uraian pekerjaan harus dibuat secara terperinci untuk penggalian sebagai berikut :

(a) Pengupasan muka tanah m3

(b) Galian tanha biasa m3

(c) Galian untuk bangunan m3

(d) Galian dan perabungan m3

(2) Galian yang berbeda-beda harus dibagi lagi pada hal-hal sebagai berikut :

(a) Bahan untuk digunakan kembali. (b) Bahan untuk dibuang.

(c) Pengangkutan bahan buangan pada jarak yang berbeda-beda.

(3) Volume galian kecuali disebutkan, lain harus merupakan isi bersih dari rongga yang dibentuk oleh pemindahan bahan yang digali sesuai dengan spesifikasi dan gambar. Dalam hal ini tidak diberi kelonggaran untuk besarnya.

(4) Bahan yang digali harus dianggap bisa dipakai kembali. Kecuali dinyatakan pada uraian pekerjaan untuk dibuang. Dimana bahan untuk dibuang dapat disimpan secara langsung

(27)

didekat hasil galian, kecuali pengangkutan dicantumkan pada uraian pekerjaan.

(5) Bahan yang harus digali dianggap bahan asli, kecuali tanah cadas atau permukaan tanah, apabila tidak dinyatakan pad uraian pekerjaan.

(6) Volume yang diukur untuk galian sebuah bangunan, pondasi atau pipa adalah volume yang dihitung secara vertikal diatas bagian bangunan, pondasi atau pipa. Galian tambahan untuk ruang kerja tidak diperhitungkan.

(7) Uraian pekerjaan yang terperinci tidak diperlukan untuk menegakkan sisi galian .

(8) Volume pekerjaan secara terperinci bahan keras buatan yang terjadi pada bahan yang harus digali tidak diperhitungkan kecuali apabila volume lebih dari pada 1m3.

(9) Bahan yang digali 2 kali, akan diukur hanya sejauh yang diminta. Volume yang diukur dalam pengangkutan 2 kali, akan menjadi ruang Gunung / Koral yang harus diisi dengan penimbunan sementara pada saat bahan dipindahkan.

Penimbunan dan Pemadatan, Penggolongan dan Satuan

(1). Uraian Pekerjaan harus diberikan secara terinci untuk setiap penimbunan yang sifat, tujuan atau metode pelaksanaan yang berbeda seperti berikut :

a) Timbunan kembali pada bangunan m3

b) Penghamparan dan pemadatan m3

(2) Untuk pekerjaan penimbunan harus terperinci lagi untuk bagian-bagian yang dianggap perlu antara lain :

a) Bahan galian yang dipilih

b) Bahan asli yang didatangkan dari tempat penggalian

c) Pengangkutan dengan jarak :

0 – 1 Km 1 – 2 Km 2 – 4 Km 4 – 10 Km > - 10 Km

(3) Volume timbunan dan pemadatan harus merupakan isi bersih yang ditimbun sesuai dengan ukuran dan ketinggian yang terlihat pada gambar.

(4) Volume tanggul yang diukur merupakan tanggul yang sudah dipadatkan atau merupakan volume timbunan. Pengukuran volume dari bahan timbunan yang dipadatkan apabila terjadi perbedaan antara jumlah volume bahan timbunan yang sama yang dipadatkan. Timbunan tambahan dan pemadatan yang diperlukan akibat penimbunan atau penetrasi pada bahan yang dibawanya akan diukur apabila kedalaman melebihi 75 cm.

(28)

(5) Bahan timbunan akan dianggap ditempatkan secara langsung pada galian dimana pengangkutan tidak ditentukan pada uraian pekerjaan.

(6) Bahan timbunan yang dalam uraian pekerjaan diangkut dari luar daerah proyek dianggap pengangkutan tak terbatas yang ditentukan sendiri oleh kontraktor.

(7) Bahan timbunan dianggap tanah yang digali kecuali tanah cadas atau permukaan tanah, apabila tidak dinyatakan dalam uraian pekerjaan.

(8) Timbunan dari galian sekeliling bangunan yang sudah jadi akan diukur hanya sejauh volume yang ditimbun juga diukur sebagai galian.

(9) Uraian pekerjaan harus diberikan secara terinci untuk pemadatan tanggul dan volume timbunan, apabila terjadi volume pemadatan yang berbeda akan ditentukan dengan bahan timbunan yang sama, untuk itu harus ditentukan pada uraian pekerjaan.

(10) Bilaman bahan harus ditimbun di bawah air atau pada tanah yang lembek dan volumenya tidak bias dihitung secara pasti, volume diukur pada bsnysknys sngkutsn ditempat penimbunan atau penggalian tersebut.

Pengalian dan penimbunan lainnya Pengolongan dan satuan

(1) Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci untuk gebalan rumput

(2) Keadaan lapangan, ukuran serta ketebalan

bahan yang digunakan untuk pekerjaan batu kosong ditentukan dalam uraian pekerjaan.

Pekerjaan dengan kerikil, pengolangan dan satuan.

Uraian harus diberikan secara terperinci untuk lapisan atas jalan inspeksi. Beton dan beton lainnya

2.4.1.(1). Uraian pekerjaan harus diberikan secara terperinci dimana

memerlukan metode pelaksanaan untuk kegiatan pekerjaan yang berbeda seperti berikut :

(a). Beton tumbuk yang dicor setempat m3 (b). Beton bertulang dicor setempat m3

(2). Untuk pekerjaan beton tersebut dicor setempat harus diuraikan secara terperinci dan dalam hal ini sudah termasuk campuran pengocoran dan pemedatan beton, pembersihan dan lebih terperinci lagi sebagai berikut :

(a) Perbedaan mutu beton (b) Beton lantai kerja

(c) Beton dasar, plat kaki dan plat dasar tanah. (3) Volume beton yang diukur harus termasuk : (a) Pembersihan penampang besi lainnya

(29)

(b) Komponen pengecoran masing-masing dengan volume kurang dari 0,1 m3

(c) Pemotongan dan bagian yang runcing dalam tiap luas penampang ukuran dari 0,01 m2

(d) Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3.

2.4.2. Perancah

Penggolongan dan satuan

(1). Perancah akan diukur dengan satuan dalam m2 untuk keseluruhan permukaan beton yang dicor setempat yang membutuhkan dukungan sementara selama pengecoran

(2) uraian pekerjaan terperinci harus diberikan untuk :

(a) Golongan yang berbeda dari penyelesaian seperti yang telah diuraikan dalam spesifikasi

(b) Perancah < 4 m (c) Perancah lainnya

(3) Perancah akan diukur untuk permukaan samping beton yang dicor setempat pada waktu penggalian, kecuali beton tersebut betul-betul dibutuhkan untuk dicor pada permukaan yang harus digali. Permukaan samping adalah termasuk permukaan miring belakang denagn sudut tidak melebihi 45 derajat terhadap bidang tegak, terhadap bidang horizontal hanya dibutuhkan sementara selama pengecoran. Uraian pekerjaan harus jelas bahwa perancah untuk bagian atas, kecuali pada permukaan miring dengan sudut tidak melebihi 10 % terhadap bidang tegak.

(4) Perancah untuk permukaan beton sementara, akan diukur pada tempat yang ditentukan, tetapi tidak pada tempat yang ditentukan penyedia jasa. Perancah untuk lantai kerja tidak akan dihitung.

(5) Perancah tidak akan diukur terpisah untuk :

(a). Pemotongan dan kemiringan dalam yang luas penampangnya kurang dari 16 mm

(b) Kantong dan lubang dengan volume kurang dari 0,15 m3

2.4.3. Pembesian

Penggolongan dan satuan

(1). Pembesian akan diukur dengan berat dalam Kg

(2) Masa baja pembesian diambil 785 kg /m per 100 mm2 dari luas penampang (7,85 t/m3). Masa pembesian yang diukur termasuk masa baja yang mendukung ujung pembesian.

(3) Batang pembesian yang tidak bulat penampangnya akan digolongkan dengan diameter batang bulat yang terdaftar dalam golongan luas penampang melintang yang terdekat.

(4) Batang pembesian dinyatakan kelipatan 3(tiga) kali lebih tinggi dari yang berikutnya dengan diameter lebih dari 12 mm sebelum pembongkaran.

2. PASIR PASANGAN DAN BAHAN-BAHAN PERKUATAN.

2.1. Ruang Lingkup Kerja.

(30)

Semua pasir pasangan dan bahan perkuatan yang akan dipakai untuk semua struktur/bangunan dan pekerjaan atas dasar Dokumen Kontrak dan untuk semua hal yang ada hubungannya, yang mungkin diminta/diperlukan oleh Direksi terdiri dari material, diperinci sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan. Segala ketentuan dan kebutuhan-kebutuhan harus dilaksanakan kecuali segala ketentuan dan kebutuhan-kebutuhan yang sudah dirubah oleh Direksi untuk/bagi pekerjaan tertentu.

2.2. Handling dan Stockpilling

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar dan semua pasir, agregat dan bahan perkuatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan kontruksi dan bangunan-bangunan yang terinci. Semua cara-cara yang dikerjakan oleh kontraktor seperti membongkar, memuat dan menumpuk pasir, agregat dan bahan perkuatan setiap waktu harus disetujui oleh Direksi.

b. Lokasi dan pengaturan daerah stickpille (penimbunan) harus disetujui oleh Direksi. Kontraktor harus membersihkan dan mengatur drainase semua tempat yang dipersiapkan untuk stockpilling dan harus mengatur stockpilling pasir, agregat dan beban perkuatan sehingga adanya kerusakan atau pemisahan/hilang dapat dikurangi seminimal mungkin dan stockpile meterial tidak akan berkontaminasi dengan tanah atau bahan-bahan lain sehubungan dengan permukaan air banjir dan air tanah.

c. Kontraktor menyediakan biaya untuk pemrosesan kembali pasir, agregat atau bahan perkuatan yang mungkin akan menjadi rusak atau berkontaminasi sehubungan dengan stockpilling yang tidak memadai/perlindungan yang kurang baik. Kontraktor juga harus melakukan semua pelaksanaan stockpilling dengan cara menyimpan langsung semua material pada stockpiles secara berlapis. Pasir, agregat dan bahan perkuatan jangan dipindah-pindah dari suatu tempat ketempat stockpilles yang lain kecuali pada suatu keadaan tertentu yang memerlukan penyediaan jalan cukup. Kontraktor harus dapat membuat sesuatu untuk menghindari adanya kerusakan-kerusakan dari agregat dan bahan perkuatan yang mungkin terjadi karena operasi truck yang melewati stockpiles.

d. Penimbunan pada bagian sisi ujung stockpile tidak diizinkan. 2.3. Pasir (Sand) / Agregat Halus

a. Sesuai dengan ketentuan-ketentuan type dan jenis pasir yang dibutuhkan dalam pekerjaan kontriksi adalah sebagai berikut :

– PASIR BUATAN : (Manufacture sand) pasir yang dihasilkan dari batuan-batuan.

– PASIR ALAM : (Natural sand) Pasir yang diambil

dari sungai-sungai ataupun pasir alam yang di dapat dari lain sumber, dan ini semua harus telah di setujui oleh Pemberi Tugas.

(31)

– PASIR CAMPURAN : (Blended sand) Campuran antara pasir alam dan pasir buatan yang dibuat dengan ukuran yang tepat, yang dijelaskan pada sub-clouse (g).

b. Semua pasir alam yang diperlukan dalam pekerjaan kontruksi harus diusahakan dan mendapatkan dari sungai ataupun sumber alam yang lainya yang telah sumber alam yang lainnya yang telah disetujui.

c. Apabilaa pasir alam itu diperoleh dari sumber-sumber yang tidak dikuasai oleh Pemerintah maka Kontraktor harus membuat suatu peraturan/pembicaraan khusus dengan pemilik usaha pasir tersebut, dan kontraktor harus membayar semua biaya-biayanya. d. Persetujuan tentang pasir yang diperoleh dari sumber-sumber alam

jangan ditafsirkan sebagai sutau persetujuan yang sah untuk semua material yang diperoleh dari sumber-sumber alam lainnya, kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas semua kwalitas dari semua material yang digunakan dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi tentang persiapan dan persetujuan test dengan contoh sebanyaknya 15 kg sebagai sample dari pasir alam tersebut yang selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum pemekaian bahan-bahan tersebut.

e. Deposit pasir alam harus dibersihkan dari vegetasi, bahan-bahan lain yang mengotori dan yang dapat menimbulkan pasir menjadi jelek. Deposit harus sedemikian rupa sehingga mutu tidak berkurang. Material-material tersebut harus diangin-anginkan (screened) dan dicuci bila memang perlu untuk memperoleh pasir yang sesuai kebutuhan.

f. Pasir atau agregat halus (fine Agreged) harus benar-benar bersih dan bebas dari clay lumps, soft, flaki particle, sckale alkali, organik matra, loam, mica dan injurious amounts yang menimbulkan pasir menjadi tidak sesuai. Jumlah prosentase dari semua meterial tersebut beratnya tidak akan melebihi 5 X. Agregat yang baik adalah yang berbentuk tajam atau sharp, cubical, keras, tebal dan tahan lama.

g. Semua pasir yang digunakan untuk pekerjaan beton seperti yang telah ditentukan harus dari pasir campuran dalam perbandingan yang sesuai. Pasir-pasir tersebut harus mempunyai modulus antara 2/3, 2 atau pengetesan dengan saringan sesuai dengan standard Indonesia. untuk beton PBI. 1971 atau sebagai berikut ;

NO. SARINGAN PRESENTASI BAGIAN YANG TINGGAL

(SCREEN NO.) DALAM BERAT

4 0 - 5

8 6 - 15

16 10 - 25

30 10 - 30

Referensi

Dokumen terkait

Pokja JASA LAINNYA BELANJA JASA KEBERSIHAN KANTOR (LELANG ULANG) Kota Kediri akan melaksanakan e-Lelang Lelang Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket

Artists who are knowledgeable about human development, psychological theories, clinical practice, spiritual, multicultural and artistic traditions have discovered the healing

Penyebanya adalah karena 90% penulis SOP tidak menggunakan Panduan yang tepat, rata-rata penulis tidak terlatih/ tidak terampil, sebagian SOP dibuat dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul

BANJAR

Penelitian ini berhubungan dengan analisis terhadap ideologi penerjemahan dan kualitas terjemahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ideologi penerjemahan; 2)

Anggota rumah tangga dikategorikan sebagai peternak apabila anggota rumah tangga tersebut mengusahakan ternak terpilih yang dikuasai rumah tangga dan menanggung resiko usaha (

Gambar L5.1 Hasil Analisa Kromatogram GC-MS Asam Lemak CPO (Crude