• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembingkaian Pemberitaan Bendera Aceh Pada Harian Serambi Indonesia Dan Harian Rakyat Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pembingkaian Pemberitaan Bendera Aceh Pada Harian Serambi Indonesia Dan Harian Rakyat Aceh"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lampiran 2: Gubernur Aceh, Soal Bendera harus Tegas.

(3)

Lampiran 3: Rakyat dulu baru Bendera dan AAA minta Gubernur hentikan polemik Bendera

Sumber: Serambi Indonesia, Selasa, 3 Maret 2015

(4)
(5)
(6)

Sumber: Harian Rakyat Aceh, Selasa, 3 Maret 2015.

(7)

Lampiran 7: Gambar Bendera dan Lambang Aceh vs Bendera dan Lambang RI

Lampiran 8: Gambar Bendera dan Lambang Aceh saat Sosialisasi tahun 2012

(8)

Lampiran 9:Gambar bentuk bendera Aceh “Perubahan” sosialisasi di Jakarta.

Negosiasi Bentuk Bendera Perubahan yang mendapat “Lampu Hijau” dari pemerintah Pusat.

Lampiran 10: Demo Minta hentikan Polemik Bendera Aceh

(9)

Lampiran 11:Gambar Pengibaran Bendera pada HUT 10 tahun Perdamaian Aceh

Detik-detik pengibaran bendera Bintang– Bulan dalam rangka memperingati 10 tahun Perdamaian Aceh (15 Agustus 2005-15 Agustus 2015) berlangsung di halaman Mesjid Islamic Centre Kota Lhokseumawe.

Lampiran 12: Gambar Orasi anggota DPRK Aceh Utara dan Lhokseumawe

(10)

PEDOMAN WAWANCARA (INDEPTH INTERVIEW GUIDE)

ANALISIS PEMBINGKAIAN PEMBERITAAN BENDERA ACEH PADA HARIAN SERAMBI INDONESIA DAN HARIAN RAKYAT ACEH

A. Naskah Pengantar (Tujuan Wawancara)

1. Kita menyadari bahwa proses pembingkaian menjadi ujung tombak sebuah media massa/ cetak.

2. Saya tertarik untuk mengetahui pandangan Anda mengenai Konstruksi Realitas, Pembingkaian, dan Kebijakan redaksional tentang Pemberitaan Bendera dan Lambang Aceh di media Anda.

3. Saya berharap Anda berkenan meluangkan waktu untuk menjawab wawancara ini sebagai penelitian yang berguna untuk pengembangan usaha penerbitan pers dan sebagai ilmu pengetahuan bagi saya.

B. Daftar Wawancara

1. Pertama-pertama bagaimana sebenarnaya sejarah awal berdirinya Surat kabar ini?

2. Siapa yang mendorong untuk menerbitkan harian ini dan bekerja sama dengan group dari luar?

3. Bagaimana konsep newrooms management, kaitannya dengan manajemen jaringan group induk?

4. Apa yang melatarbelakangi media Anda memberitakan polemik Bendera dan Lambang Aceh?

5. Bagaimana Konstruksi Realitas media Anda tentang Pemberitaan Bendera dan Lambang Aceh

6. Bagaimana media Anda membingkai bendera pemberitaan tentang Bendera dan Lambang Aceh.

7. Siapa yang memberi nama harian surat kabar ini?

8. Bagaimana lika-liku persiapkan awal penerbitan surat kabar ini?

9. Bagaimana dengan SDM tahap I terbit sampai dengan keadaan saat ini? 10.Apa tujuan mulia awal-awal harian ini diterbitkan?

(11)

12.Bagaimana kebijakan redaksional media Anda dalam menentukan semua kategori berita ?

13.Bagaimana Standard Operating Procedure (SOP) dari media tempat Anda bekerja? Bagaimana Anda menjalakannya?

14.Dalam menjalankan tugas, apakah Anda turut mempertimbangkan nilai lokal pada masyarakat sekitar? Seperti apa misalnya?

15.Apakah selama menjalankan tugas sebagai wartawan dan bekerja, Anda pernah menerima berbagai bentuk ancaman atau intimidasi?

16.Tahapan pemberitaan adalah ideologi, media rutin, pihak ekternal, dan individual wartawan. Bisa dijelaskan level tahapan ini yang ada surat kabar Anda?

17.Terakhir pak, pengaruh yang datang luar tempat Anda bekerja seperti sumber berita, iklan, pembaca, kontrol pemerintah, pasar dan teknologi, ini bagaimana pengaruhnya bagi media ini?

C. Penutup

Sebelum wawancara ini diakhiri, apa saran Anda terkait dengan polemik Bendera dan Lambang Aceh dengan Pemerintah Pusat? Terima kasih atas kesediaannya menjawab pertanyaan penelitiaan ini, jawabannya bisa juga dikirim ke email dinmahmud2@gmail.com

(12)

Lampiran 14 Frame Pemberitaan.

Berita A Serambi Indonesia Minggu 1 Maret 2015 Judul: Mualem tak ingin bendera diubah.

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Revisi Bendera 1. Mualem tak ingin bendera diubah.

Wagub Aceh dan Komisi III DPR RI

1. Mualem berharap disetujui seperti yang diusulkan, tdk berubah. 2. Apakah pemerintah

sudah ada draf solusi. Make Moral Judgment

(Membuat keputusan Moral)

Sikap wagub soal bendera Aceh

1. Tgl 20/11/2015 gak masalah diubah. Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita B Serambi Indonesia Senin 2 Maret 2015 Judul: Gubernur, Soal Bendera Harus Tegas.

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Gubernur usulkan bentuk bendera yang diterima seluruh Aceh

Diagnoses Cause Mendefinisikan Sumber Masalah)

Dukung Wagub Aceh Ketua banleg DPRA men dukung Wagub dalam

Bendera untuk bersatu Gubernur, bendera Aceh sebagai lambang

(13)

Berita C Serambi Indonesia Selasa 3 Maret 2015 Judul: Rakyat Dulu baru Bendera

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Utamakan Rakyat Kenyangkan dulu perut rakyat, baru bendera (fraksi PAN DPR Aceh) Diagnoses Cause

(Pendefinisian Masalah)

Partai Demokrat setuju bendera

Bendera bagi Aceh kita dukung 100% Tapi

Sikap Tegas Gubernur Gubernur menegaskan, kita harus bersikap tegas, tidak sekali bilang A, sekali bilang B dan C. Treatment

Recommendation (Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Harus cari solusi Harus ada win-win solution. Dalimi, SE (Wakil ketua DPRA) Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita D Serambi Indonesia Rabu 4 Maret 2015 Judul: Aktivis AAA minta gubernur hentikan polemik bendera.

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Stop polemik bendera Sejahterakan rakyat yang masih hidup miskin berbahaya dari pada RI Make Moral Judgment

(Membuat keputusan Moral)

Luar struktur pemerintah Bendera adalah lambang perjuangan Rakyat Aceh

Reposisi bendera Aceh Tanya semua rakyat Aceh/ tokoh yang masih diluar sistem

(14)

Berita A1 Rakyat Aceh Minggu 1 Maret 2015 Judul: Perang Dingin Masih Selimuti Pemimpin Aceh.

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bendera Jangan diubah Wagub tersinggung dengan Gubernur setuju revisi bendera Aceh Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber Masalah)

Elite Aceh Perang dingin Gubernur dan Wakil berlanjut. Make Moral Judgment

(Membuat keputusan Moral)

Implementasi UUPA Pemerintah Aceh tuntut realisasi turunan UUPA Treatment

Recommendation (Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Komisi III DPR RI bantu Aceh

Desmon J Mahesa dari komisi III berjanji akan membantu realisasi turunan UUPA Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita B1 Rakyat Aceh Minggu 2 Maret 2015 Judul: Gubernur kecewa dengan Mualem

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Gubernur kecewa pada Wagub karena tak ingin bendera diubah

Diagnoses Cause

(Mendefinisikan Sumber Masalah)

Wakil Gubernur Gubernur minta wakilnya jalankan visi-misi, jangan permasalahkan bendera Make Moral Judgment

(Membuat keputusan Moral)

Pedoman pada UUPA Menurut gubernur, soal bendera tidak diperlukan

(15)

Berita C1 Rakyat Aceh Minggu 3 Maret 2015 Judul: Soal bendera, ketua Banleg DPRA dukung Mualem

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Bentuk Bendera Ketua Banleg DPRA dukung sikap wagub

Beri dukungan Karena bendera BBS sudah sah sebagai bndera Aceh, sesuai hukum Make Moral Judgment periode lalu, namun tak ada tanggapan dari SBY Treatment

Recommendation (Menekankan

Penyelesaian Masalah)

Segera realisasi Ketua banleg dukung wagub dan segera rampungkan RPP Aceh agar Aceh tidak terus dibohongi pusat, tegasnya Sumber: Hasil Penelitian, 2015

Berita D1 Rakyat Aceh Minggu 4 Maret 2015 Judul: Terkait polemik bendera, PA kecam pernyataan poltisi PAN di DPRA.

Perangkat Framing Model Entman

Frame Pemberitaan Kutipan Teks Define Problem

(Pendefinisian Masalah)

Perang antar politisi Politisi PA kecam PAN soal polemik bendera

Utamakan Rakyat Pernyataan politis PAN jangan membawa partai.

(16)

Lampiran 15 Tanskrip Wawancara dengan Harian Rakyat Aceh

a. Nama : Idris Bendung

b. Posisi : Pimpinan Harian Rakyat Aceh c. Waktu Wawancara : 22 Juni 2015

d. Lokasi Tempat : Kantor Harian Rakyat Aceh

e. Tanda Tangan :

Wawancara:

Tanya (T) : Assalamualikum Pak Idris... ?

Jawab (J) : Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatu...silakan masuk, peneliti memasuki sebuah ruang tempat kerja pak Idris. Sambil memperkenalkan diri peneliti dipersilakan duduk.

T : Maaf pak, sedikit mengganggu pekerjaan Bapak, saya sedang melakukan penelitian pada media bapak, terkait pemberitaan polemik pemberitaan bendera dan lambang Aceh.

J : Oh,.... Ya,... silakan apa yang bisa saya bantu..., kami senang atas perhatian Anda pada media kami.

T : Langsung saja pak, apa yang melatarbelakangi lahirnya Harian Rakyat Aceh?

J : Begini ya, saat itu Aceh baru saja dilanda musibah besar Gempa-Tsunami. CEO Jawa Pos datang kemari dengan membawa bantuan. Pak Dahlan Iskan terjun langsung dalam misi kemanusiaan Jawa Pos Peduli. Dengan memanfaat beberapa jaringan yang sudah duluan ada pak Dahlan meyampaikan keinginan membantu Aceh dengan mendirikan sebuah koran. T : Terus...?

J : Gayung bersambut,...rencana tersebut terus dimatangkan. Dalam sebuah rapat di Takengon, pak Dahlan membentuk tim kecil untuk percepatan lahirnya harian Rakyat Aceh.

T : Setelah rapat di Takengon persiapan untuk terbit semakin baik dan matang?

J : Ya, dalam rapat itu sudah diputuskan semua keperluan, budgeti, personil, kantor yang repsentatif, termasuk percetakan. Modal awal yang digelontorkan Jawa Pos sebesar 6, 7 Milyar. Terbit

(17)

T : Pak Idris berada dalam jajaran redaksi, bagaimana proses berita menjadi berita yang layak cetak?

J : Fungsi dan tugas redaksi disamping selaku editor juga merupakan penanggung jawab penerbitan berita. Mana tau berita itu dituntut orang karena adanya kesalahan makna ataupun kesalahan fakta disitu, dibantah dan disomasi orang. Selain posisi saya dalam jajaran redaksi merangkap sebagai penaggung jawab berita politik.

T : Terkait Polemik masalah bendera, bagaimana RA membingkai, apa ada kebijakan khusus?

J : Isu bendera kami menyikapi dengan hati-hati, kita tau isu itu seksi. Tapi, para pihak memantau kita, bagaimana kita memberitakan. Kami merdeka dalam memberitakan

T : Seberapa besar kebebasan/ kekuasaan yang diberikan oleh pemilik (Jawa Pos) pada kebijakn redaksional dalam mengelola pemberitaan?

J : Secara institusi hal tersebut tidak pernah dibicarakan kepada awak redaksi. Tetapi yang jelas kami bekerja sesuai porsi tugas keredaksional, profesionalisme. Selama saya disini belum ada interversi pemilik.

T : Yang terakhir pak, apa saran pada polemik bendera Aceh dengan pemerintah pusat?

J : Pemerintah Aceh dan DPRA perlu segera mengeluarkan aturan tentang simbol dan bendera Aceh sekaligus tentang protokoler pengibarannya. Ini amanat MoU Helsinki dan pasal 246 ayat 2 Undang-Undang Pemerintahan Aceh No 11 tahun 2006. Hal ini akan memberi dua dampak terhadap hubungan Aceh dengan Indonesia. Pertama, Aceh menghormati simbol Indonesia di Aceh yang direpresentasikan oleh bendera merah putih dan hanya akan menggunakan bendera tersebut sesuai dengan ketentuan hukum RI yang mengaturnya. Kedua, Aceh memiliki kewenangan untuk mengibarkan bendera sendiri sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Aceh. Karena salah satu faktor yang mendasari konflik bendera ini adalah aspek hukum, otoritas, etika, dan moralitas.

Terakhir, saya mengajak agar semua elemen di Aceh bisa menghormati simbol-simbol ke-Aceh-an dan ke-Indonesia-an. Karena dengan saling menghormati, maka situasi damai yang didapat dengan susah payah, bisa dipertahankan.

T : Ok, ...Terimakasih pak, atas waktu dan kesempatan mewawancarai bapak...? Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu’h...!

(18)

Lampiran 16 Tanskrip Wawancara dengan Harian Serambi Indonesia

f. Nama : Jafruddin

g. Posisi/ Jabatan : Pimpinan Harian Serambi Indonesia h. Waktu Wawancara : 12 Mei 2015

i. Lokasi Tempat : Kantor Harian Serambi Indonesia

j. Tanda Tangan : yang melatarbelakangi lahir Serambi Indonesia. Bisa bapak jelaskan tujuan awal harian ini di perjuangkan?

Jawab :

Suatu obsesi yang menyertai berdirinya Serambi Indonesia, 26 tahun yang lalu adalah hadirnya sebuah surat kabar yang sehat usahanya serta kokoh eksistensi dan kepribadian jurnalistiknya. Dua hal itu menjadi syarat pokok hidupnya sebuah penerbitan pers yang dapat menjamin kesejahteraan karyawannya, kesinambungan usahanya.

Klausul “sehat usahanya” menjadi basis komitmen dari semua unsur yang tergabung dalam perusahaan. Maka usaha Serambi dikelola dengan profesional dengan menerapkan sistem manajemen yang sebenarnya, memegang teguh aturan-aturan manajemen itu sendiri dengan disiplin yang tinggi.

Komitmen terhadap profesionalisme itu adalah upaya agar aspek bisnis koran selalu berjalan sehat. Sesungguhnya itu menjadi landasan fundamental bagi hadirnya surat kabar yang berbasis pada prinsip jurnalistik seutuhnya. Paham jurnalisme pada terapan jurnalistik adalah hajat untuk mandiri, independen , dan netral. Nilai-nilai inilah yang dianut oleh Serambi Indonesia sejak berdiri sampai hari ini.

Karena itu, koran kami ditabalkan sebagai koran yang bersifat umum, terbuka, dan independen. Tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok dan aliran politik manapun, termasuk pada kepentingan-kepentingan dan/ atau pribadi manapun.

(19)

3. Periode kelahiran Serambi adalah masa sulit kehidupan pers di tanah air, pemerintah sangat dominan dan campur tangan dalam mengotrol/ mengawasi pers. Bagaimana Serambi menyikapi kondisi yang demikian? Jawab :

Kami tetap komitmen dengan cita-cita awal. Berpegang teguh pada landasan filosofi itu sungguh tidak mudah. Sebagai surat kabar untuk umum, selain berpegang landasan ideal itu Serambi Indonesia harus menjalankan aspek fungsional secara sungguh-sungguh. Fungsi surat kabar, pertama adalah sebagai alat komunikasi massa. Peran fungsional itu adalah menyampaikan informasi seluas-luasnya dan dengan segala kebenaran bagi publik demi pencerasan bangsa.

Seiring itu surat kabar adalah, dengan beritanya, tulisan, tajuk, foto dan karikatur, juga menyampaikan kritik sosial, menampung aspirasi dan pikiran masyarakat demi kehidupan bersama. Peran lainnya adalah menjadi alat hiburan (entertaiment)

Kerangka fungsional tersebut menjadi ukuran kongret eksistensi sebuah lembaga surat kabar. Karenanya, Serambi Indonesia dijalankan secara seksama serta selalu berpegang teguh pada landasan filosofinya, sampai diusia 26 tahun ini kami telah mereguk pelajaran yang banyak. Serambi Indonesia telah hidup dalam dua episode sejarah. Lahir pada zaman otoriter Orde Baru, waktu itu berlaku UU Pokok Pers No 11/ 1966 yang katanya tidak mengenal pembredeilan pers. Tapi, justru yang dilaksanakan penguasa Orde Baru adalah pemberangusan pers dan intimidasi. Disebut negara demokrasi, rakyat kritis ditangkapi dan dibui tanpa proses pengadilan.

Pers dikontrol lewat telepon dan ancaman lainnya. Kritik pers terhadap proses pembangunan, akan terancam dengan tudingan “penghambat pembangunan” yang berkonotasi “antek komunis” Kontrol sosial sosial yang dilaksanakan oleh pers tidak jalan sama sekali. Kebanyakan pelaku korupsi, manipulasi, berlindung dibali kalimat “demi pembangunan” yang sangat keramat masa itu.

4. Bagaimana Anda menyikapi dinamika perubahan politik saat ini, Serambi memulai debutnya tahun 1989 dimana saat itu kebebasan belum seperti saat ini, masih dominan kontrol pemerintah. Bagaimana kiat Serambi menyambut perubahan ini?

Jawab:

Episode berikutnya yang dilalui Serambi adalah zaman reformasi. Sistem politik dan struktur kekuasaan direformasi sebisa-bisanya dan kalau boleh sehabis-habisnya. Rantai besar yang membelunggu segala kebebasan dizaman Orde Baru putus sudah. Sistem otoriter berganti dengan zaman yang liberal. Demontrasi terjdi dimana-mana. Peluang dan fenomena berbicara terwujud dengan sebebas-bebasnya. Pers menjadi bebas-sebebasnya. UU No 11/ 1966 Tentang Pokok-pokok Pers digantikan dengan UU No 40/ 1999 yang besubtansi liberlisme. Bahkan UUD 45 juga diamandemen. Sistem kekuasaan sudah terbagi dengan jelas. Parlemen sama, bahkan menjadi lebih kuat dari Presiden/ Pemerintah, kekuasaan yudikatif mulai terasa mandiri, mulai terlepas dari pengaruh eksekutif.

(20)

berada pada komitmen kerakyatan. Berada pada pilar demokrasi yang bersumber dari pasal 28 UUD 1945. Dipahami lebih dalam, bahwa negara dan bangsa adalah milik bersama seluruh lapisan rakyat. Bahwa negara dan bangsa berisi berbagai komponen dan eksponen yang komprehensif dan paripurna. Dalam kerangka berbangsa dan bernegara itu, semua eksponen, komponen, kekuatan, lembaga, profesi, dan sebagainya hendaklah menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab masing masing dengan sebaik-baiknya.

Kenapa? Karena nasionalisme itu bukan hanya bedil dan kelewang. Nasionalisme juga termasuk cangkul, kapur tulis, jarum suntik, pena, komputer, gitar, palu sidang, dan bermacam lainnya. Nasionalisme adalah demi negara dan bangsa, semua pihak agar menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

5. Serambi terbit dan beredarnaya dipusat konflik Aceh, tentu banyak halangan, rintangan yang Anda hadapi. Bagaimana menjalankan, melewatkan level ini agar selamat sampai tujuan?

Jawab :

Sebagai koran yang terbit dijantungnya Aceh, dan daerah konflik maka pengalaman demi pengalaman kami bertambag kaya. Masa konflik yang panjang, terbuka, dan frontal itu sesungguhnya makin menghujam kenyakinan bahwa dalam situasi apapun pers harus netral. Pers harus menyampaikan informasi secara berimbang, dan harus berjuang melepaskan diri dari tekanan untuk memanupulasi berita/ informasi. Dalam situasi konflik frontal seperti yang pernah terjadi di Aceh sikap netral menjadi mahal sekali harganya. Sikap netral penuh resiko yang pahit, tapi itulah pilihan yang terbaik, dan pasti berbuah manis.

Bersamaan dengan itu iklim politik reformasi juga mengemuka di Aceh, campur baur dengan suasana konflik. Demontrasi dan berbagai mimbar bebas, yang didominasi kegampangan dalam mencapai kehendak, menuntuk hak, dan meluapkan amarah menambah menambah warna-warni dinamika politik dan ketertiban umum.

6. Oh ya, dalam amatan saya motto Serambi Indonesia sejak pertama terbit tanggal 9 Februari 1989 bukan “Independen dan Kredibel” tetapi “Menuju Pembangunan dah Pembaharuan” sejak kapan ini berubah, kenapa berubah?

Jawab:

Benar, ...perubahah ini kami lakukan tahun 2000. Kenapa berubah? Belajar dari suasana konflik dan gonjang-ganjing reformasi dalam rangka konsolidasi peran idealnya, yang dalam simpul objektifnya adalah menjalankan fungsi sebagai alat informasi yang komunikatif, jujur dan netral serta menjalin interaksi positif dengan semua pihak.

Filosofi yang dikandung motto itu adalah amanat, agar Serambi menyajikan produk jurnalistiknya secara independent, senantiasa membebaskan diri dari pengaruh apapun, netral dan selalu berimbang. Dengan begitu Serambi tetap sadar untuk terus berpegang dan berjuang menjadi Independen dan Kredibel, agar mendapat kepercayaan publik sebagai sebuah lembaga komunikasi massa.

(21)

penuh resiko. Dalam hal ini, Serambi wajib mentaati kode etik jurnalistik, disertai dengan sikap aktif membuka interaksi dan dialog dengan berbagai pihak melalui asas-asas kemanusiaan yang beriman yang diimplementasikan dengan pengejawantahan nilai-nilai Islami yang universal untuk mendukung provinsi Aceh menjadi provinsi yang berkembang, makmur sejahtera, mencapai kemajuan yang diridhai oleh Allah SWT.

7. Yang terakhir Pak, bagaimana kebijakan redaksional Serambi Indonesia dalam menentukan berita, termasuk kebijakan dalam pemberiataan Bendera dan Lambang Aceh?

Jawab :

Oya,...kami pada jajaran redaksi punya kebijakan redaksional tersendiri sebagai panduan bagi kami dalam bekerja, kebijakan redaksional Serambi Indonesia ialah:

1) Mempublikasi yang diketahui/ diterima kepada publik dalam kemasan jurnalistik dan etika yang independen dan kredibel melalui upaya intelektual rasional yang ber-empati

2) Melakukan kritik sosial secara jujur, berimbang, lugas dan tuntas yakni sebagai pengenjawantahan nilai Amar Makruf Nahi Mungkar dengan selalu berusaha memahami pertimbangan dan argumentasi lain agar kritik sosial tersebut bermanfaat bagi kesejahteraan lahir banthin, dan kemaslahatan ummat

3) Senantiasa menjaga netralitas dengan mensyaratkan wartawan/ koresponden Serambi Indonesia tidak boleh menjadi pengurus partai politik atau pengurus organisasi politik manapun. Wartawan/ reporter Serambi Indonesia juga tidak dibolehkan menjadi anggota legislatif, tidak boleh merangkap sebagai pegawai pemerintahan atau anggota lembaga-lembaga pemerintah, atau semi pemerintahan lainnya.

4) Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, wartawan dan redaksional Serambi Indonesia berpegang teguh dan mentaati Kode Etik Jurnalistik dan senantiasa mengunakan mengutamakan melayani hak jawab atau pada kesempatan pertama meralat dengan sendirinya setiap terjadi kekeliruaan dan kesalahan dalam penyajian produk jurnalistik.

5) Menjalankan amanat jurnalisme dengan sikap profesionalisme yang berempati pada asas kemanusiaan yang beriman dengan mengembangkan interaksi yang positif dengan berbagai pihak dalam rangka hubungan kehidupan yang berlandaskan nilai transendental “Hablumminallah dan Hablumninannas”

Begitulah diterapkan untuk membangun karakter dasar bagi Serambi Indonesia. Semua unit kerja baik redaksi maupun lini manajemen wajib memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Yaitu, sebagai bagian penting dari seluruh visi misi yang dirumuskan berdasarkan pengalaman dan panggilan sejarah.

(22)

Lampiran 17 Tanskrip Wawancara dengan Teuku Kemal Fasya

a. Nama : Teuku Kemal Fasya

b. Profesi/ Jabatan : Dosen FISIP Univ. Malikussaleh/ Antropolog c. Waktu Wawancara : 10 Mei 2015

d. Lokasi Tempat : Lhokseumawe

e. Tanda Tangan :

Wawancara:

Tanya (T) : Assalamualikum Pak Kemal... ?

Jawab (J) : Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatu...silakan masuk, peneliti memasuki sebuah rumah dikawasan Blang Panyang kota Lhokseumawe. Sambil memperkenalkan diri peneliti dipersilakan duduk. Lama berbasa-basi, setelah beberapa kali janjian ketemu. Peneliti melanjutkan wawancara...!

T : Maaf pak, mengganggu kesibukkan Bapak, saya sedang melakukan penelitian, terkait polemik bendera dan lambang Aceh.

J : Oh,.... Ya,... engak apa-apa..., saya senang dengan hal-hal kajian antropologis peradaban Aceh.

T : Menurut Bapak, bagaimana asal mulanya bendera Aceh? J : "...Ada yang mengatakan bahwa bendera Kerajaan Aceh

Darussalam berlambang bulan bintang. Tetapi sumber tertulis yang tertua dari Belanda menyatakan bahwa bendera Aceh berlambang dua rencong atau pedang, ada pendapat hampir menyerupai bendera Arab Saudi.

T : Anda sebagai Antropolog, bagaimana melihat bendera Aceh yang telah menjadi Qanun Aceh...?

J : “...Secara historis, referensi publik tentang bendera dan lambang itu tak bisa dilepaskan dari kronologi Aceh Merdeka (sebelum berubah menjadi Gerakan Aceh Merdeka pada tahun 1990-an) yang digagas Hasan Tiro pada tahun 1976. Bendera bulan sabit-bintang dengan latar merah dan strip putih dan hitam itu bukanlah bendera dan lambang kerajaan atau kelompok politik Aceh pada masa lalu, ini hasil modifikasi Hasan Tiro yang pemikiran-pemikirannya banyak dipengaruhi oleh dunia Barat...”

T : Dalam kajian Antropologis apa makna pancacita dengan bendera dan lambang Aceh baru yang masih kontroversial ini....?

(23)

diciptakan Hasan Tiro memiliki strategi linguistik baru. Ia ingin memberi muatan yang berbeda dengan sejarah Aceh sebelumnya. Pilihan politik GAM adalah etno-nasionalisme sekuler. Bukan aspirasi Islam, ini tidak antropologis lokal, tapi impor.

T : Menurut Anda sebagai Antrolog apa makna bendera Bulan Bintang ini?

J : Tahun 2009 Indra J. Pilliang melakukan penelitian untuk tesisnya, bahwa warna dasar merah pada bendera GAM melambangkan perlawanan dan keberanian. Garis hitam melambangkan kematian oleh perang (martyrdom), dan warna putih memberikan makna denotatif; kesucian dan ketulusan. Namun, mengapa warna merah? Merah adalah warna favorit setiap gerakan-gerakan separatisme atau tuntutan kemerdekaan di dunia.

T : Terus....bagaimana dengan Singa-Bouraq yang ada dalam lambang GAM...?

J : Singa melambangkan kekuatan dan keberanian, sedangkan bouraq dianggap kendaraan Nabi Muhammad saat Isra Mikraj, melambangkan kelihaian dan kecepatan. Bila setiap penanda (signifier) memerlukan petanda (signified) untuk memberikan makna (signification), tanda-tanda itu seperti lepas dari konteks Aceh. Mengapa singa? Singa bukan simbol raja hutan di Asia Tenggara. Raja rimba tanah Melayu adalah Harimau.

T : Di tengah singa dan bouraq ada gambar bendera dengan warna biru-kuning-hitam, maknanya....?

J : Tak ada seorang pun yang tahu pesan ini, kecuali Proklamator GAM Hasan Tiro sebagai pengarang (author). Namun, sebagai Antroplog dalam meneliti, saya mencoba mencari referensi. Aha! Bukankah warna bendera Swedia, negeri tempat eksil tokoh-tokoh GAM, adalah biru dan kuning? Bagaimana dengan warna hitam? Bisa saja warna itu ditambahkan untuk memberikan pengaburan (deception) untuk maksud dan tujuan tertentu.

T : Dibawah lambang ada huruf djawi, apa makna pesan menurut konteks ke-Acehan?

J : Kata-kata dalam huruf Jawi yang terdapat di bawah lambang, Hudep Besaree, Matee Beusajan (hidup dan mati kita bersama), tidak berangkat dari parole Aceh. Dalam peribahasa Aceh dikenal kalimat, Hudep Mulia, Matee Besyahed (hidup dalam kemuliaan, dan mati dalam kesyahidan). Kesimpulannya, menurut saya hampir seluruh penanda bermuara pada relasi signifikansi yang sifatnya impor, tidak antropologis lokal, bukan ke-Acehan.

T : Apa harapan Anda terkait polemik bendera ini bagi masa depan Aceh....?

(24)

Lampiran 18: Biodata Peneliti

Biodata Peneliti

Nama Lengkap : Mahmuddin H. Muhammad Amin

Panggilan : Mahmudd

Tempat/Tgl. Lahir : Samalanga, 16 Mei 1973

Alamat Aceh : Desa Panggoi Kec. Muara Dua Kota Lhokseumawe Alamat Medan : Jalan Tri Darma Pintu 4 Kompleks USU Medan. Mobile : 0852 9601 4674

Email : dinmahmud2@gmail.com

Pin bbm : 517B1630

Pendidikan:

1. SD Negeri Mesjid Raya Samalanga 1980 – 1987 2. SMP Negeri 1 Samalanga 1987 – 1990

3. SMA Negeri 1 Samalanga 1990 – 1993

4. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIK‟P) “Pembangunan” 1993 -1995 (Tidak Tamat)

5. S1 Ilmu Komunikasi Fisip UISU Medan 1996 – 2000. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Agama : Islam

Hobi : Membaca, Menulis

Status : Menikah

Anak:

1. Dzaky Fikran 2. Nasywa Maulida

Referensi

Dokumen terkait

variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu gaya berpikir dan coping strategy. sebagai variabel independen dan resiliensi sebagai

Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 11(2) (2017) 369-383 379 Beberapa keberhasilan talqin zikir sebagai metode dakwah di antaranya merasakan lebih

Adalah Jenis game yang menggunakan sudut pandang orang pertama yang biasanya kita mainkan tanpa bisa melihat karakter yang ki ta mainkan, ini maksudkan untuk memberikan para

Gunungapi Gamalama adalah salah satu gunungapi yang menyimpan potensi sumber daya alam dan memiliki tanah yang subur, tetapi di lain sisi gunungapi Gamalama

2) Surat keterangan dari kepala sekolah atau 1 lembar fotokopi kartu pelajar (setiap siswa). c) Adapun untuk pembayaran biaya pendaftaran dilakukan pada masing-masing rayon

Berdasarkan pemikiran diatas pada kesempatan ini penulis merancang sebuah aplikasi program yang dapat mendeteksi tempat terjadinya kebakaran secara dini dan dapat langsung

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan sistem dan prosedur akuntansi penjualan dan penerimaan yaitu fungsi yang terkait, dokumen yang

Pada saat ini aliran proses produksi ada yang terlihat kurang baik sehingga kurang efektif dan efisiennya pekerjaan yang dilakukan serta terlalu sempit ruang pergerakan para