• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Kehadiran Pariwisata terhadap Perkembangan Usaha Akomodasi di Banda Neiraabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku T2 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Kehadiran Pariwisata terhadap Perkembangan Usaha Akomodasi di Banda Neiraabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku T2 BAB I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan salah satu industri yang dikembangkan dalam upaya untuk meningkatkan laju pembangunan nasional (Soebagyo, 2012). Selain itu juga berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dikatakan bahwa kehadiran pariwisata merupakan sektor ekonomi alternatif yang dipandang mampu untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional (Yoeti, 2008) melalui penyerapan tenaga kerja pada sektor pariwisata. Berdasarkan data dari Bappenas (2011), sektor pariwisata telah menyumbang sebesar 8,53 juta orang, 7,75% dari tenaga kerja nasional.

Dengan mengembangkan sektor pariwisata sebagai sumber devisa negara, maka pemasukan devisa dari sektor ini terus menunjukan peningkatan yang berarti. Kontribusinya terhadap perolehan devisa secara substansial terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bappenas (2011) sepanjang Januari - Agustus 2010 sektor pariwisata telah menyumbang devisa sebesar US$ 4.63 miliar. Pada tahun 2011, kontribusi yang diberikan melalui sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional adalah sebesar US$ 8,55 miliar. Dan pada tahun 2012, sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 9,12 miliar. Peningkatan penerimaan devisa dalam sektor pariwisata pada tahun 2012 tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dari 7,64 juta di tahun 2011 dan menjadi 8,04 juta ditahun 2012, tetapi juga bersumber dari peningkatan rata-rata pengeluaran dari US$ 1.118,26 di tahun 2011, menjadi US$1,133,81 di tahun 2012.

(2)

ikut berperan dalam upaya peningkatan perekonomian masyarakat (Wijaya, 2013) khususnya di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki potensi objek wisata. Namun dalam kenyataannya, perkembangan pariwisata pada tingkat nasional yang berdampak positif terhadap peningkatan devisa negara juga dapat memberikan dampak negatif bagi masyarakat pada daerah tujuan wisata yang memanfaatkan peluang kehadiran pariwisata sebagai sumber penghasilan ekonomi. Hal ini diakibatkan karena masalah kebocoran (Leakage) dalam pembangunan pariwisata.

Dalam buku tentang Kebijakan pengembangan Pariwisata berbasis Democratic Governance (2011) dijelaskan bahwa kebocoran yang terjadi dalam pembangunan pariwisata dapat diakibatkan karena kebocoran import dimana permintaan terhadap pemenuhan kebutuhan wisatawan yang yang berstandar internasional dalam industri pariwisata seperti penyediaan fasilitas, bahan makanan dan minuman

import yang tidak mampu untuk disediakan oleh masyarakat setempat.

Dan kebocoran export yang disebabkan karena dalam pembangunan destinasi wisata khususnya pada daerah-daerah yang cenderung memerlukan modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur pariwisata. Sebagai imbalannya, keuntungan dari usaha dan investasi yang dilakukan oleh para pemilik modal akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka tanpa bisa dihalangi. Sedangkan masyarakat setempat yang tinggal di daerah dimana kegiatan pariwisata itu hadir dan berkembang tidak memperoleh manfaat sehingga berpengaruh kepada ketidaksejahteraan kehidupan ekonomi rumah tangga.

(3)

pariwisata tidak berputar di lokasi dimana pariwisata itu berkembang. Oleh karena itu pembangunan usaha untuk pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal juga menjadi bagian penting bagi peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah daerah (Saarinen, 2014).

Hal serupa seperti yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sudipa (2014) bahwa hadirnya pariwisata tidak mampu untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat namun membuat kehidupan masyarakat di daerah setempat menjadi lebih miskin. Berbagai alasan yang membuat sehingga manfaat yang diterima oleh masyarakat melalui kehadiran pariwisata tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi hal ini dikarenakan masyarakat tidak dilibatkan dalam partisipasi mendukung jalannya kegiatan pariwisata. Penyebab dari tidak dilibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwisata antara lain kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan adanya penanaman modal asing (Chheang, 2010). Hal inilah yang mengakibatkan sehingga keuntungan yang diperoleh dari usaha dan investasi yang dilakukan akan mendorong uang mereka kembali ke pemilik modal tanpa bisa dihalangi sehingga membuat masyarakat menjadi kelompok yang termarjinalkan dari kesempatan berusaha di bidang pariwisata.

Namun dari penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe (2007), ditemukan bahwa ketika kehadiran pariwisata yang direspon dengan baik oleh daerah maupun masyarakat maka akan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan ekonomi. Peningkatan ekonomi dari hadirnya pariwisata tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi wilayah sekitar dimana kegiatan pariwisata itu dikembangkan (Nurdihayati, 2012). Dengan hadirnya pariwisata tentunya dapat memberikan peningkatkan bagi pendapatan daerah dan juga peningkatan bagi pendapatan masyarakat setempat. Terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat dalam sebuah daerah melalui kehadiran pariwisata dikarenakan adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam merespon kegiatan pariwisata sehingga terjadi peningkatan di sektor ekonomi maupun sektor lainnya.

(4)

penghasilan, meningkatkan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Wijaya, 2014). Karyono (1997 dalam Setiyanti, 2011) menjelaskan bahwa tumbuhnya peluang usaha dan kerja akibat pariwisata menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja meningkat. Makin banyak wisatawan yang berkunjung maka makin banyak pula jenis usaha yang tumbuh di daerah wisata sehingga makin luas lapangan kerja yang tercipta. Lapangan kerja yang tercipta tidak hanya yang langsung berhubungan dengan pariwisata, tetapi juga di bidang yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata. Hal tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mempunyai potensi yang besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi para tenaga kerja yang membutuhkan lapangan kerja baru. Oleh karena itu pembangunan usaha untuk pertumbuhan ekonomi pada tingkat lokal juga menjadi bagian bagi peningkatan kehidupan ekonomi masyarakat pada sebuah daerah.

Untuk itu khusus untuk tesis ini akan mengangkat tema mengenai perkembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh pelaku usaha yang melakukan diversifikasi mata pencaharian ketika kegiatan pariwisata berkembang pada sebuah daerah. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam merespon kehadiran pariwisata ialah dengan cara melakukan diversifikasi mata pencaharian oleh masyarakat setempat melalui berbagai usaha dalam mendukung jalannya kegiatan pariwisata.

(5)

Terdapat beberapa faktor yang yang membuat masyarakat belum dapat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam kegiatan pariwisata, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Suardana (2015) antara lain: kondisi alam yang tidak mendukung untuk melakukan diversifikasi mata pencaharian, tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya infrastruktur, dan sikap mental serta budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat, jumlah kunjungan wisatawan yang sedikit, dan aturan yang dibuat oleh pemerintah mengenai pengembangan kegiatan pariwisata namun tidak dapat dilakukan dengan baik oleh masyarakat.

Selain itu juga faktor-faktor eksternal yang menyebabkan masyarakat melakukan upaya diversifikasi mata pencaharian dalam kegiatan pariwisata dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Emmanuel Ngaruiya Wanyoikel (2015) dalam penelitiannya tentang Community Based Eco-Tourism

Enterprises as Livelihood Diversification Strategy yang dilakukan di

daerah Kenya ditemukan bahwa kegiatan pastoralisme merupakan mata pencaharian utama dari masyarakat di daerah tersebut akan tetapi karena berbagai faktor yang dihadapi, seperti: terjadinya perubahan iklim, berkurangnya padang sebagai tempat kehidupan para pastoralis, serta semakin sedikit permintaan pasar untuk produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat pastoralism sehingga pilihan untuk melakukan diversifikasi mata pencaharian merupakan salah satu pilihan yang harus dilakukan oleh masyarakat. Upaya diversifikasi yang dilakukan dengan melakukan kegiatan ekowisata.

Sedangkan bagi masyarakat yang berinisiatif melakukan diversifikasi mata pencaharian berdasarkan hasil penelitian dari Monica (2010) tentang Rural Tourism and Livelihood Strategies in

Romania, kebanyakan dari mereka dapat melakukan upaya

(6)

Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan dalam kegiatan pariwisata maka keterlibatan masyarakat memiliki peranan penting dalam pembangunan pariwisata yang dilakukan karena masyarakat menjadi salah satu elemen esensial bagi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Dalam proses pembangunan, upaya untuk mencapai aspek keberlanjutan (Sustainable Development) menjadi hal yang sangat penting, guna untuk menjaga keseimbangan ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan, serta politik (Brundtland, 1987). Dalam konteks pembangunan pariwisata, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dalam sistem pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam dan kehidupan sosial budaya serta memberikan manfaat ekonomi hingga kepada generasi yang akan datang. Dengan dilibatkannya masyarakat dalam pengembangan pariwisata dapat meningkatkan rasa memiliki (sense of

belonging) sehingga dapat mendorong partisipasi untuk mencapai

tujuan pembangunan. Dengan demikian diharapkan melalui pembangunan pariwisata, kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh masyarakat tanpa mengabaikan kondisi sumber daya alam sekitar sehingga tujuan dari pembangunan dapat tercapai.

Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata pada sebuah daerah juga dilatarbelakangi oleh upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Wowor, 2011). Selain itu dalam kaitan dengan kegiatan pariwisata, berbagai usaha dan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang berbeda akan memberikan sesuatu yang berarti bagi perekonomian masyarakat yang berada di daerah dimana pariwisata itu hadir. Adanya keterkaitan antar berbagai sektor usaha dalam mendukung kegiatan pariwisata yang secara tidak langsung akan juga memberikan pengaruh positif terhadap daerah itu sendiri. Misalnya berbagai hotel membutuhkan beras, sayur mayur, ikan, dan daging yang bisa disediakan oleh petani, nelayan, maupun peternak lokal. Ketika hubungan ini berjalan dengan baik maka akan memberikan

multiplier effect – efek pengganda (Meyer, 2006 dalam Wowor, 2011)

(7)

sebuah daerah, maka dengan sendirinya diyakini dapat membuat pendapatan masyarakat lain juga menjadi lebih baik dan berdampak kepada kesejahteraan ekonomi masyarakat dan perekonomian daerah.

Berdasarkan penjelasan mengenai diversifikasi mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga hal ini pun terjadi dalam konteks kehadiran pariwisata pada sebuah daerah. Hadirnya sektor pariwisata membuka peluang diversifikasi ekonomi rumah tangga melalui partisipasi penyediaan kebutuhan wisatawan oleh masyarakat. Akan tetapi dari berbagai penelitian yang dijelaskan sebelumnya belum ada yang melakukan penelitian yang melihat mengenai bagaimana masyarakat mengembangkan jenis usaha dalam sektor pariwisata khususnya pada usaha akomodasi dengan memanfaatkan peluang dari kehadiran pariwisata khususnya bagi para pelaku usaha akomodasi dalam menjalankan usaha mulai dari tahapan memulai usaha, pengembangan usaha yang dilakukan serta kendala yang dihadapi dalam mengembangkan usaha. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan melihat celah dari kehadiran pariwisata terhadap perkembangan usaha akomodasi dengan lebih memfokuskan penelitian ini untuk melihat bagaimana perkembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk pemanfaatan peluang dari kehadiran pariwisata.

Untuk kepentingan tersebut, penelitian ini akan dilakukan di daerah Banda Neira. kepulauan ini merupakan gugusan kepulauan yang tersebar di laut Banda dengan luas wilayah sebesar 28, 99 Km2.

Secara administratif, Kepulauan Banda adalah wilayah kecamatan dengan ibu kota kecamatan yaitu Neira yang berada di bawah pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Daya Tarik Pariwisata di Banda Neira

(8)

yang paling dicari pada masa penjajahan. Negara pertama yang berada di daerah Banda Neira adalah negara Portugis yang berkuasa selama 70 tahun, mulai dari tahun 1522 hingga tahun 1592. Kemudian setelah dikalahkan oleh negara Belanda, maka kepemimpinan di daerah Banda Neira kemudian diambil alih oleh negara Belanda pada tahun 1599. Dengan adanya negara Portugis maupun Belanda di daerah ini maka tidak heran jika banyak bangunan yang dibangun mengikuti konsep arsitektur kedua negara tersebut seperti beragam bangunan tua bekas peninggalan saat penjajahan Belanda yang tetap kokoh seperti istana mini yang merupakan bangunan kediaman dari para gubernur dan residen Belanda yang memerintah pada saat itu di daerah Banda Neira. Bangunan ini menyerupai Istana Negara di Bogor, oleh karena ukuran bangunan ini lebih kecil sehingga masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Istana Mini, benteng benteng Belgica yang dibangun oleh Portugis sebelum digunakan oleh Belanda. Oleh Portugis, benteng ini digunakan untuk memantau kedatangan musuh. Saat pasukan VOC datang dan menguasai Banda Neira menggantikan portugis, benteng ini diperbarui dan digunakan untuk memantau lalu lintas kapal dagang di perairan Banda Neira, gereja tua dan juga rumah-rumah tua bergaya kolonial1. Sejarah yang terjadi di daerah ini pada masa lalu membuat

sehingga daerah ini menjadi terkenal tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga di kalangan masyarakat luar negeri.

Selain bangunan-bangunan kuno peninggalan bangsa Belanda dan juga Portugis, di daerah ini juga dijadikan sebagai tempat pengasingan tokoh perjuangan bangsa Indonesia, seperti Mohhamad Hatta, Sultan Syahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan iwa Kusuma Sumantri. Berbagai bangunan bersejarah yang berada di daerah Banda Neira menjadikan daerah ini sebagai daerah yang memiliki peninggalan sejarah terbanyak yang berada di Kabupaten Maluku Tengah2. Peninggalan sejarah yang berada di daerah Banda Neira

1 Burhan Bungin, Destinasi Banda Neira: Brand Pariwisata Indonesia Timur,

Surabaya: Prenada Media Group, 2010

2 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku

(9)

merupakan objek wisata sejarah yang dapat dinikmati oleh semua orang yang berkunjung di Banda Neira.

Tidak hanya peninggalan sejarah yang dapat ditemukan di Banda Neira, namun daerah ini dikenal juga di mata dunia dengan keindahan alam bawah laut yang dimiliki sehingga wisatawan banyak menghabiskan waktu di daerah ini hanya untuk dapat menikmati indahnya alam bawah laut. Keindahan laut di Banda dapat dinikmati melalui beberapa kegiatan seperti menyelam, menikmati taman laut secara langsung dari atas perahu, memancing ikan tuna dan cakalang di perairan Teluk Banda, melihat ikan lumba-lumba dan paus serta burung laut. Petualangan penyelaman di salah satu dive spot terbaik di dunia ini terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang mempesona. Menyelam di sekitar Kepulauan Banda Neira dan juga pada spot dive yang tersebar di pulau-pulau sekitar daerah Banda Neira kejernihan air bisa sampai mencapai 40 meter, sehingga membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan jelas3.

Banda Interdive dan Perkembangan Pariwisata Banda Neira

Potensi-potensi wisata yang terdapat di daerah Banda Neira mulai diperkenalkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah bekerja sama dengan Pemerintah provinsi Maluku melalui kegiatan Banda Interdive yang diselenggarakan pada tahun 1991. Pelaksanaan kegiatan Banda Interdive sendiri sebagai upaya untuk memperkenalkan daerah Banda Niera sebagai icon tujuan wisata yang terdapat di Kabupaten Maluku Tengah yang memiliki keindahan alam baik itu alam bawah laut maupun sebagai daerah yang penuh dengan peninggalan sejarah. Selain itu juga dengan diperkenalkannya Banda Neira sebagai daerah tujuan wisata dapat memberikan peningkatkan pendapatan daerah maupun pendapatan masyarakat setempat melalui berbagai jenis usaha dalam mendukung jalannya kegiatan pariwisata (Unga, 2011).

3 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPPDA) Kabupaten Maluku

(10)

Upaya untuk memperkenalkan pariwisata di daerah Banda Neira sejalan dengan kebijakan nasional pada saat itu di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan tidak terlepas dari kebijakan yang dilakukan untuk dapat meningkatkan pendapatan negara dengan menetapkan kebijaksanaan pokok Pembangunan Lima Tahun (Pelita) ke-V yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi peningkatan devisa negara. Untuk mendukung jalannya program nasional tersebut maka dilakukan kebijakan strategi pokok pariwisata, seperti: promosi pariwisata yang konsisten, penambahan aksesibilitas, mempertinggi kualitas pelayanan dan produk wisata, pengembangan daerah tujuan wisata, dan promosi daya tarik alam, satwa, serta wisata bahari. Selain kebijakan tersebut, pada tahun 1991 pemerintah Indonesia juga mencanangkan Visit Indonesia Year / Tahun Kunjungan Indonesia (Setyadi, 2007).

Sebelum kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira, aktivitas pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat di daerah Banda Neira untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pada awalnya tidaklah mengarah kepada berbagai usaha yang difokuskan kepada kegiatan pariwisata. Pekerjaan yang masyarakat geluti awalnya sebagai nelayan, PNS, pegawai BUMN, pengusaha, maupun ibu rumah tangga. Tetapi dengan adanya kegiatan pariwisata yang berkembang di daerah ini memberikan peluang peningkatan ekonomi masyarakat melalui upaya diversifikasi mata pencaharian khususnya dalam usaha akomodasi yang dijalankan oleh masyarakat setempat untuk mendukung jalannya kegiatan pariwisata di wilayah tersebut.

(11)

daerah Banda Neira tidak dapat mencukupi kebutuhan jumlah tempat tinggal wisatawan yang akan mengikuti kegiatan Banda Interdive.

Rumah-rumah yang dijadikan sebagai tempat tinggal wisatawan pada kegiatan tersebut dipilih sesuai dengan kriteria seperti: setiap rumah harus memiliki empat ruang kamar tidur karena kamar yang akan dipakai oleh pemerintah sebanyak tiga ruang kamar tidur, memiliki bak mandi, WC, dan memiliki sumber air yang berasal dari PAM atau sumur galian. Setiap rumah yang telah dipilih kemudian diberikan bantuan oleh pemerintah berupa tiga tempat tidur dengan kasur kapuk, dan jamban jongkok yang ada di setiap rumah diganti dengan menggunakan jamban duduk. Selain itu juga pemerintah juga memberikan bantuan uang sebesar Rp. 600.000,- bagi pemilik rumah yang telah dipilih sebagai tempat tinggal bagi tamu yang akan mengikuti kegiatan Banda Interdive untuk biaya konsumsi berupa penyediaan sarapan pagi, dan juga makan malam.

Setelah berakhirnya kegiatan Banda Interdive, satu bulan kemudian setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, pemerintah Provinsi Maluku melakukan pertemuan dengan para pemilik rumah yang dijadikan sebagai tempat tinggal wisatawan dengan maksud agar rumah mereka dapat dijadikan sebagai homestay bagi wisatawan yang nantinya akan berkunjung ke daerah Banda Neira. Dengan tujuan pemanfaatkan rumah sebagai homestay selain agar dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal wisatawan yang berkunjung pada daerah tersebut karena belum banyak usaha akomodasi yang terdapat di daerah Banda Neira pada saat itu, dan juga dengan menjadikan rumah sebagai homestay dapat memberikan manfaat kepada peningkatan penghasilan dari usaha yang akan dijalankan.

Dari keempat puluh rumah yang digunakan pada saat kegiatan

Banda Interdive hanya terdapat tujuh keluarga yang kemudian

memutuskan untuk menjadikan rumah mereka sebagai homestay. Akan tetapi dari ketujuh keluarga itu juga yang bertahan hingga saat ini ialah usaha homestay yang telah dikembangkan menjadi penginapan milik bapak Abdullah Karmen4. Enam usaha homestay

(12)

yang tidak lagi beroperasi dikarenakan peristiwa kerusuhan yang terjadi di daerah Banda Neira pada tahun 1999 sehingga membuat pemilik usaha tersebut harus menutup usaha mereka dan mengungsi ke daerah yang lebih aman5.

Usaha homestay yang dijalankan pertama kali setelah berakhirnya kegiatan Banda Interdive oleh bapak Abdullah Karmen dilakukan pada awal tahun 1992. Dengan cara menyewakan tiga ruang kamar tidur yang telah dipakai sebelumnya pada saat kegiatan Banda

Interdive dan juga dengan menggunakan seluruh bantuan yang

diberikan oleh pemerintah Provinsi Maluku pada saat pelaksaan kegiatan tersebut. Bantuan yang diberikan seperti: tiga tempat tidur beserta kasur dan juga pemasangan jamban duduk.

Selain usaha penginapan yang dijalankan oleh bapak Abdullah Karmen, ada juga usaha akomodasi lainnya yang berdiri sebelum pariwisata berkembang di daerah Banda Neira, seperti homestay Selecta yang telah berkembang dari usaha penginapan hingga menjadi hotel New Selecta, penginapan Delfika, dan penginapan Flamboyan. Pertama kali usaha homestay Selecta dibuka pada tahun 1970. Sedangkan penginapan Delfika dibuka pada tahun 1982, penginapan Flamboyan yang dibuka pada tahun 1986, homestay Rosmina yang dibuka pada tahun 1992. Sedangkan untuk penginapan yang dibuka pada tahun 2001 seperti pada penginapan Bintang Laut, pada tahun 2003 penginapan Vita dibuka dan Penginapan Babbu Sallam yang dibuka pada tahun 2010.

Kehadiran pariwisata di daerah Banda Neira tidak hanya berdampak kepada bertumbuhnya usaha akomodasi di daerah tersebut. Tetapi juga dengan adanya perkembangan pariwisata di daerah ini juga berdampak kepada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kebudayaan dan Periwisata kabupaten Maluku tengah tercatat telah terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berkunjung di daerah Banda Neira setiap tahunnya.

5 Hasil wawancara dengan bapak Abdullah Karmen, pemilik penginapan

(13)

Pada tahun 2013 disebutkan total wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.272 orang, tahun 2014 sebanyak 1631 orang, dan di tahun 2015 terjadi peningkatan menjadi 2129 orang. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang selalu meningkat setiap tahun tentunya akan berpengaruh kepada perekonomian masayarakat setempat dalam menjalankan usaha akomodasi di daerah tersebut.

Berkembangnya usaha akomodasi di daerah Banda Neira dapat dilihat sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dengan memanfaatkan peluang dari kehadiran pariwisata dan juga pemanfaatan aset yang dimiliki oleh pelaku usaha akomodasi tersebut untuk mengupayakan peningkatan usaha akomodasi yang dijalankan sehingga melalui usaha akomodasi yang dijalankan terjadi peningkatan ekonomi rumah tangga melalui kegiatan pariwisata yang berkembang di daerah Banda Neira. Oleh sebab itu penelitian yang dilakukan akan berkaitan dengan pemanfaatan kehadiran pariwisata terhadap perkembangan usaha akomodasi dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku tengah, Provinsi Maluku.

Masalah Penelitian

Bertolak dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian yang akan dikaji adalah bagaimana pengembangan usaha akomodasi yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banda Neira sebagai pemanfaatan peluang dari kehadiran pariwisata?

Pertanyaan Penelitian

(14)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguraikan pengalaman empirik para pelaku usaha yang memanfaatkan peluang dari kehadiran pariwisata dalam perkembangan usaha akomodasi sebagai upaya untuk meningkatkan kebutuhan ekonomi rumah tangga pelaku usaha maupun masyarakat di yang tinggal di daerah sekitar lokasi usaha akomodasi di daerah di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dengan menguatkan konsep keterlibatan masyarakat dalam pembangunan pariwisata dengan melakukan diversifikasi mata pencaharian melalui pemanfaatan aset dalam menjalankan usaha akomodasi. Disisi lain, melalui penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dalam wawasan tentang mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan melalui pengalaman pelaku usaha akomodasi dalam menjalankan usaha di daerah Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sistematika Penulisan

Tesis ini dimulai dengan Bab I sebagai pendahuluan. Dalam bab ini didahulukan dengan latar belakang yang menjadi alasan ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Dalam bab ini juga peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yang menjadi dasar bagi peneliti ketika melakukan kajian di lapangan. Selanjutanya peneliti mengajukan tujuan dan manfaat dari penelitian yang merupakan hal-hal yang peneliti harapkan dapat dicapai dalam penelitian yang dilakukan

(15)

adalah yang berkaitan dengan konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan, konsep mata pencaharian berkelanjutan, konsep pembangunan ekonomi lokal, diversifikasi mata pencaharian, dan pemanfaatan aset.

Kemudian pada bab III, berisikan tentang metode penelitian dimana akan dijelaskan bagaimana metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal menentukan jenis usaha yang akan diteliti, pemilihan informan, dan juga teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti. Selain itu juga dalam bab ini dibahas mengenai proses analisis data hingga menjadi sebuah karya ilmiah.

Bab IV dalam tesis ini akan menguraikan tentang data empirik yang didapatkan. Dengan topik-topik yang diangkat dalam bab ini seperti: profil pelaku usaha akomodasi, Banda Interdive dan pengembangan usaha akomodasi oleh masyarakat, pemanfaatan aset rumah tangga untuk pengembangan usaha akomodasi, manajemen usaha akomodasi, pengembangan usaha akomodasi, pendapatan usaha akomodasi, kendala dalam menjalankan usaha akomodasi, serta manfaat yang diterima dalam menjalankan usaha akomodasi.

Bab V atau bab terakhir adalah kesimpulan, yang intinya menarik keseluruhan isi tesis dan juga saran penelitian lanjutan.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

1 PARIWISATA 2 GALERI 3 HOTEL 4 BERITA ADMINISTRATOR MASYARAKAT Wisata Kuliner Budaya Ins/Upd/Del View view view view. Photo

Kalau kita punya peluang bisnis yang bagus atau model bisnis yang solid, sementara tidak ada dana yang cukup, bisa saja kita tawarkan kepada investor untuk mendanai.. Mencari

Berdasarkan analisa SWOT dan SFAST Matrix diatas, dalam rangka menumbuhkan bisnis BMI lebih baik untuk menerapkan strategi vertikal yaitu fokus. pengembangan

The teaching and learning process by using communicative method and supported by good facilities, such as computer technology and internet facilities in teaching and

Parameter penelitian yaitu konsumsi BK pakan, konsumsi mineral Zn dan vitamin asam folat, perubahan lingkar pinggul, perubahan panjang vulva dan perubahan perkembangan

aktivitas bisnis yang dilakukan Bank Danamon tersebut dipersempit dalam kurun.. waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu dari tahun 2004 sampai dengan

Selanjutnya peran penyuluh dalam memberikan bimbingan dan bantuan modal “cukup berperan”, saat ini bimbingan yang telah diberikan oleh penyuluh hanyalah

Echols dan Hassan Shadily adalah hak atau ijin masuk bagi pasien yang berfungsi sebagai koordinator untuk penerimaan pasien dirawat inap, baik yang berasal dari rawat